Anda di halaman 1dari 7

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA TELAGA WARU

2.1. Sejarah Desa Telaga Waru

Desa Telaga Waru merupakan salah satu Desa Pemekaran dari Desa Bagikpapan.
Disamping itu, Desa Telaga Waru meruapakan Desa termuda dari Lima Belas Desa di
Wilayah Kecamatan Pringgabaya bahkan di Wilayah Kabupaten Lombok Timur Desa
Telaga Waru adalah Desa terakhir dari 254 Desa/Kelurahan. Desa Telaga Waru terletak
cukup strategis karena sebagai jalur lalu Lintas antar Provinsi (Jalan Nasional).

Desa Telaga Waru terbentuk dari pemekaran Desa Bagikpapan berdasarkan


PERDA No. 4 Tahun 2012 tentang pembentukan 19 Desa di Wilayah Kabupaten
Lombok Timur.Adapun luas wilayah Desa Telaga Waru 106,3 Ha yang ditempati oleh
Penduduk sebanyak 5. 832 Jiwa dengan Jumlah Kepala Keluarga sebesar 1922 dan
tersebar di 4 Kekadusan diantaranya, Benyer Daya, Benyer Lauq, Dasan Tapen Daya dan
Dasan Tapen lauq.

Desa Telaga Waru yang merupakan bagian dari Benyer dan Dasan Tapen adalah
bagian integral dari Lombok Timur yang dulunya merupakan bagian dari Desa Apitaik.
Namun, Sekitar tahun 1960an, dua Dusun ini dititipkan ke DesaBagekpapan dan sejak itu
kedua dusun ini yaitu Benyer dan Dasan Tapen merupakan bagian dari Desa
Bagekpapan. Dimana Desa Bagikpapan merupakan Desa perbatasan antara Kecamatan
Pringgabaya dengan kecamatan Wanasaba dan Kecamatan Suela.

Desa Bagikpapan menaungi 9 Kekadusan diantaranya Bagekpapan, Benyer Daya,


Benyer Lauq, Dasan Tapen Daya, Dasan Tapen Lauq, Tegaron, Temanjor, Bampak dan
tontong suit. Jumlah penduduk yang sangat banyakserta peningkatan yang cukup
signifikan dengan lokasi Dusun antar dusun yang jaraknya cukup jauh. Disamping itu,
pembangunan yang masih banyak dibenahi, Sumber Daya Manusia yang masih
terbelakang serta alur ekonomi Desa yang tidak stabil.

Atas Dasar itulah, kami mencoba untuk memekarkan Desa sejalan dengan
program Pemerintah Kabupaten Lombok Timur terkait dengan Pemekaran Desa.
Rencana itu disambut antusias dan semangat optimis oleh masyarakat karena pentingnya
melakukan pemerataan pembangunan ditingkatan Desa sesuai dengan hajatan
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Sehingga Desa Bagikpapan kemudian
dimekarkan menjadi 3 Desa yaitu Desa Bagikpapan, Desa Tanak gadang dan Desa
Telaga Waru.

Benyer dan Dasan Tapen yang kini sudah menjadi nama Desa Telaga Waru,
memiliki 4 kekadusan yaitu, Benyer Daya, Benyer Lauk, Dasan Tapen Daya dan Dasan
Tapen Lauk, dengan georafis yaitu terdiri dari tanah daratan yang berada pada ketinggian
50 Mm dari permukaan laut dengan tinggi temperatur rata-rata 32,2ºC. Curah hujan rata-
rata tiap tahun 1,833 mm dan kelembaban udara 72 %. sehingga masyarakat Desa Telaga
Waru mampu mengolah tanah pertaniannya tiga kali dalam setahun.

Jumlah penduduk Desa Telaga Waru Kecamatan Pringgabaya adalah 5.832 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 2.500jiwa dan Perempuan 3.332 jiwa, dengan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 1.922 KK. Dengan Mata Pencaharian Mayoritas adalah Buruh Tani
dan sekitar 6% dari Jumlah angkatan kerja menjadi TKI / Bekerja keluar Negeri.

Desa Telaga Waru juga merupakan salah satu Desa yang dimana banyak
memiliki Mata Air, namun belum dimaksimalkan saja. Sebut saja Pemualan Benyer,
Timba Lisung, Timbe Gedang dan masih Banyak lagi. Oleh karena itu harapannya
kedepan mata air tersebut akan dimanfaatkan agar suplay air bersih ke masyarakat dapat
berjalan dengan lancar dan dapat mengakomodir masyarakat sehingga tidak ada lagi
masyarakat yang tidak menggunakan air bersih.

Perlu diketahui bahwa Terbentuknya Desa Telaga Waru berdasarkan program


Pemerintah Kabupaten Lombok Timur yaitu Program Pemekaran dengan tujuan
pemerataan Pembanngunan. Atas dasar itu kemudian masyarakat Desa Telaga Waru ikut
ambil bagian didalamnya untuk membentuk sebuah Desa yaitu Desa Telaga Waru yang
sampai akhirnya sukses menjadi Desa definitif dan Kepala Desa Definitif. Hal tersebut
tidak lepas dari kontribusi seluruh elemen masyarakat yang terdiri dari masyarakat
Dusun Benyer Daya, Dusun Benyer Lauq, Dusun Dasan Tapen Daya dan Dusun Tapen
Lauq.

2.2. Kondisi Umum Desa


2.2.1. Potensi Sumber Daya Alam ( SDA )
Potensi sumber daya alam di Indonesia sangat berlimpah. Dengan aneka
potensi sumber daya alam tersebut, seperti jenis tumbuhan, tanah, daerah pantai,
barang tambang dan masih banyak yang lainnya. Sumber daya alam itu dapat
diolah sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi yang
dimiliki penduduk. Persebaran dan keberadaaan sumber daya alam yang berbeda-
beda disetiap wilayah, cenderung dapat menunjukkan aneka jenis mata pencaharian
yang dilakukan oleh penduduk dalam suatu masyarakat yang tersebar di muka
bumi ini.
Keberadaan penduduk indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan,
dan bidang pertanian merupakan sektor utama sebagai aktifitas masyarakat di
pedesaan. Namun, dengan melihat keberadaan dan kenyataannya sekarang,tampak
sangat sulit untuk dapat diharapkan bisa sepenuhnya memenuhi bagi kehidupan
setiap keluarga petani (kecil), untuk dapat mencapai kemakmurannya. Kondisi
yang demikian, dimungkinkan karena bertambahnya jumlah penduduk yang
semakin pesat, pemilikan lahan setiap usaha tani yang semakin sempit akibat
budaya warisan tanah yang masih kuat pada kehidupan para petani, dan kehidupan
masyarakat yang tinggal di pedesaan Indonesia pada umumnya.
Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap
daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber
daya alam yang ada. Sumber daya alam pada suatu daerah menunjukkan mata
pencaharian sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kegiatan aktivitas dan mata pencaharian masyarakat salah satunya
dipengaruhi oleh bentuk permukaan bumi atau wilayah. Contohnya: perbedaan
hasil produksi padi sawah antara satu daerah dengan daerah yang lain.

2.2.2. Kondisi Geografis


Menurut konsep dasar geografi yakni, konsep diferensiasi areal memandang
bahwa suatu tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil integrasi berbagai unsur
atau fenomena lingkungan baik yang bersifat alam dan kehidupan. Integrasi
fenomena menjadi suatu tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas
tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain
(Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi, 2003:49). Adapun kondisi
wilayah Desa Telaga Waru Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur
sebagai berikut :
2.2.2.1. Letak dan Luas Wilayah Desa Telaga Waru
Wilayah dapat kita artikan sebagai bagian permukaan bumi yang memilki
batas-batas dan ciri-ciri tersendiri berdasarkan lingkup pengamatan atas satu atau
lebih fenomena atau kenampakan tertentu. Penekanan pada unsur bagian
poermukaan bumi dapat menjadi titik awal dalam memahami pengertian wilkayah
seperti yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Sebelum diungkapkan lebih jauh,
terdapat beberapa istilah lain sebagaimana disebutkan diatas, yang memiliki
pengertian sama atau mendekati peringatan wilayah, seperti daerah, region,
kawasan, zone, area, jalur, distrik dan sektor. Dalam hal ini faktor ketetapan
penggunaan istilah-istilah tersebut sangat tergantung pada konteks pembahasan dan
kezalimannya.
Djenen yang dikutip oleh J.E Sitanala (1979), memberiakn batasan tentang
wilayah yaitu sebagai permukaan bumi yang memiliki kesamaan yang berdasarkan
unsur-unsur tertentu yang dipilih. Atas dasar itulah wilayah dapat diciptakan
bermacam-macam, misalnya wilayah yang berdasarkan administrasi pemerintahan
(kabupaten, propinsi) wilayah geografis (lembah, daratan, pegunungan, hutan),
wialyah pemukiman tingkat pembangunan.

Wilayah dapat dibedakan atas wilayah formal dan wilayah fungsional.


Wilayah formal ditandai oleh asosiasi areal yang bersifat fisik atua biotik. Asosiasi
areal adalah hubungan antaraspek-aspek alamiah sehingga melhirkan kondisi
tertentu yang memungkinkan terjadinya wilayah formal. Contoh daerah rawa,
padang rumput, hutan jati. Dataran rendah dan air melahirkan kondisibagi
terjadinya rawa. Sedangkan wilayah fungsional ditandai oleh interaksi keruangan.
Contoh, kota yang dibangun beberapa pusat kegiatan yang dihubungkan oleh
jalan- jalan atau jaringan komunikasi Interaksi keruangan adalah wujud saling
hubungan antara satu fakta dengan fakta lain dalm satu ruang. Misalnya, karena
interaksi antara manusia dengan lingkungannya, di suatu tempat terjadi
pesawahan, sedang ditempat lain perkebunan.
Desa Telaga Waru merupakan salah satu dari 15 Desa di Wilayah Kecamatan
Pringgabaya, yang terletak 5 Km ke arah Barat dari kota Kecamatan. Desa Telaga
Waru mempunyai luas wilayah seluas 106,3 Hektar. Adapun Batas wilayah Desa
Telaga Waru sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Bagikpapan


 Sebelah Selatan : Desa Tanak Gadang
 Sebelah Barat : Desa Wanasaba Lauq
 Sebelah Timur : Desa Apitaik
Sedangkan Letak wilayah dan pembagian wilayah Desa Telaga Waru sebagai
Berikut :
a. Tanah Sawah :
o Sawah Irigasi : 56 Ha
o Sawah Irigasi ½ teknis : 10 Ha
o Sawah Tadah Hujan : 5 Ha

b. Tanah kering :
o Tegal / lading : 5 Ha
o Pemukiman : 47 Ha

c. Tanah basah ;
o Tanah rawa :- ha
o Tanah surut :- ha

d. Tanah Perkebunan ;
o Tanah Perkebunan Rakyat : 10 Ha
o Tanah Perkebunan Negara : - Ha
o Tanah Perkebunan Swasta : - Ha

e. Tanah Fasilitas Umum ;


o Kas Desa : - m2
o Perkantoran Pemerintah :
 Kantor Desa : 1200 m2
 Pustu : m2
 Perumahan PU : 380 m2
 Sekolah Dasar/SMP : 16.500 m2
(SDN Benyer : - are, SDN Dasan Tapen : - are, SMPN 3 Pringgabaya : - are, TK Negeri : -
are)

o Lapangan : - m2
o Tanah bengkok /Pecatu :
 Kepala Desa : - m2
 Sekertaris Desa : - m2
 Kaur : - m2
 Pembantu Kaur : - m2
 Kadus : 58.984 m2
 Pekasih : - m
f. Tipologi Desa ;
 Desa Pantai : ( Tidak)
 Desa pegunungan : ( Tidak)
 Desa Perkotaan : ( Tidak)
 Desa Perbatasan Dengan Kabupaten Lain : ( Tidak )

g. Orbitasi ;
 Jarak ke Ibu Kota Provinsi : 80 Km
 Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 23 Km
 Jarak ke Ibu Kota kecamatan/Puskesmas : 5 Km

2.2.2.2. Iklim
Klimatologis pola iklim di Indonesia dapat dibagi menjadi tugas yaitu
pola monsunal, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola monsunal dicirikan oleh
bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan). Selama
tiga bulan cerah hujan relative tinggi, biasa disebut musim hujan, yaitu pada
bulan desember, januari dan februari (DIF) dan tiga bulan curah hujan rendah
bisa disebut musim kemarau, periode Juni, Juli dan Agustus (JJA), sementara
enam bulan sisanya merupakan periode peralihan (tiga bulan peralihan kemarau
ke hujan, dan tiga bulan peralihan hujan ke kemarau). Pola ekuatorial dicirikan
oleh pola hujan dengan bentuk bimodal (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi
sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada dekat ekuator.
Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi
waktunya berlawanan dengan pola hujan pada tipe monsoon.
Pola umum curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis,
Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa menyebabkan sepanjang tahun disinari
matahari. Pada umumnya besaran curah hujan di Indonesia tidak sama. Curah
hujan rata-rata di Indonesia setiap tahun tidak sama, tetapi secara umum besar
curah hujan adalah sebesar 2000 – 3000 mm per tahun. Provinsi Jawa Barat
memiliki curah hujan ratarata per tahun adalah 2000 – 4000 mm dan merupakan
curah hujan tahunan rata-rata tertinggi di Indonesia.
Iklim Desa Telaga Waru, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam dan usaha-usaha lain masyarakat yang
ada di Desa Telaga Waru Kecamatan Pringgabaya.
Besaran curah hujan sangat berpengaruh terhadap areal pertanian,
kapasitas drainase, dan bangunan air di kedua daerah tersebut. Besaran curah
hujan efektif yang terukur dan terhitung dengan baik akan berdampak pada
pengoptimalan hasil panen terutama pada saat pembagian air pada areal irigasi.
Sedangkan untuk drainase dan bangunan air besaran curah hujan akan sangat
membantu dalam menentukan dimensi saluran dan elevasi mercu bangunan air
(Empung, Hidayat. 2016). Adapun iklim desa Telaga Waru adalah sebagai
berikut :
 Curah hujan : 1,833 mm/Th.
 Suhu rata – rata : 32,2ºC
 Tinggi tempat : 50 mm
 Bentang wilayah : Dataran rendah

Anda mungkin juga menyukai