Murwatie B. RAHARDJO
*
PENDAHULUAN
Staf CSIS
380 ANALISA 1981-5
PENDUDUK
1 Bandingkan dengan Ishemat Soerianegara, Ir. M.Sc. Ph.D., Pengelolaan Sumber Daya Alam
Bagian I, Sekolah Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor, 1977, hal. 12
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM 381
hasil yang cukup. Oleh karena itu jumlah penduduk tidak seberapa banyak
dan tersebar di daerah yang sangat luas.
Gambaran yang sangat umum di atas tentu saja masih banyak hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan antara penduduk dan sumber daya alam serta
lingkungan hidup. Gambaran tersebut bermaksud ingin menunjukkan bahwa
sebenarnya gejala keadaan ini sudah lama terlihat oleh kita, namun penanggu-
langan/penanganan masalah-masalah seperti ini secara sungguh-sungguh baru
terjadi di Indonesia pada beberapa tahun yang lalu. Namun hal ini tidak
berarti pada waktu sebelumnya tidak ditangani dengan sungguh-sungguh,
akan tetapi waktu itu belum dimasukkan dalam suatu program kerja
pengelolaan dan pembangunan sumber daya dan lingkungan hidup. Sehingga
pada permulaan tahun 1978 masalah ini ditangani oleh Lembaga Pemerintah
secara tersendiri di bawah Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup.
masuk sumber daya hutan, bahan tambang atau mineral; air, termasuk
sumber daya akuatik.
Tanah merupakan sumber daya alam fisik yang sangat penting peranannya
bagi kehidupan manusia yaitu sebagai ruang atau tempat tinggal dan kegiatan
manusia dan sebagai penyangga maupun tempat beradanya segala keperluan
bagi manusia seperti: (1) untuk bercocok tanam, beternak, memelihara ikan;
(2) sebagai pendukung vegetasi hutan, padang rumput yang hasil-hasilnya
diperlukan oleh manusia; (3) selain itu tanah juga mengandung bahan-bahan
mineral atau batu-batuan yang berguna bagi keperluan manusia.
Keadaan sebaliknya terjadi pada tanah di Luar Pulau Jawa. Pada umum
nya penggunaan tanahnya untuk kegiatan pertanian masih dilakukan dengan
sistem perladangan. Hal ini tidak terlepas dengan adanya sumber daya hutan
384
PENGGUNAAN TANAH DI INDONESIA MENURUT DAERAH (satuan 1.000 ha)
2 3 4 " 5 6 7 8 9 10
ANALISA 1981 -
26. Irian Jaya 42.198 ■ • 31.500 0,1 s
27. Timor Timur -
Indonesia 190.457 4.075 8.809 12.884 1.249 1.873 122.227 38,2 186,0
seperti yang terdapat di Kalimantan. Dalam abad ini masih banyak wilayah-
wilayah di dunia ini sistem perladangan seperti ini, seperti sebagian besar
petani di Benua Afrika, Amerika Latin dan Asia Tenggara yang tidak padat
penduduknya. 1 Pada dasarnya unsur-unsur yang terdapat dalam sistem
perladangan adalah: (a) melaksanakan rotasi tanah secara bergiliran dengan
musim tanam yang pendek diikuti dengan musim bera yang panjang; (b) pem
bukaan tanah dilakukan dengan membakar hutan; (c) tenaga kerja manusia
adalah faktor produksi utama, sedang hewan kerja dan pupuk kandang ham
pir tidak digunakan sama sekali; (d) mempergunakan alat yang sederhana; (e)
petaninya berpindah-pindah dan tidak mempunyai kedudukan yang tetap.
Sehingga dengan demikian makin bertambahnya jumlah penduduk dan belum
berkembangnya teknologi, maka sistem perladangan sangat membahayakan
kelestarian sumber alam sebagai faktor produksi utama. Di Indonesia dewasa
ini terdapat sekitar 1,3 juta petani peladang yang belum menetap usahanya.
Dan ini merupakan 15% dari seluruh usaha tani di Indonesia.12
Tabel 2
Sumber: Direktorat Kehutanan, 1976, dalam Ishemat Soerianegara, Pengelolaan Sumber Daya
Alam Bagian I, Sekolah Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Institut Pertanian Bogor, 1977
harga minyak dunia dan kemampuan kita untuk mengekspornya.1 Namun
kita sadar bahwa dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi minyak dalam
negeri pada tahun-tahun mendatang maka dapat diperkirakan, bahwa volume
ekspor minyak pada tahun-tahun itu akan mengalami penurunan. Yang kita
harapkan adalah apabila dilakukan pencarian dan penggalian sumber-sumber
minyak baru dan sumber-sumber energi di luar minyak dengan baik, maka
bisa tidak terjadi penurunan volume ekspor minyak.
Seperti kita ketahui bahwa sebagian terbesar dari penerimaan devisa kita,
termasuk juga penerimaan negara, adalah berasal dari hasil pengolahan dan
ekspor kekayaan alam kita. Dalam Tabel 3 berikut ini akan terlihat
kedudukan minyak sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang dari
tahun ke tahun semakin penting. Terlihat jelas bahwa peranan minyak, dalam
hal ini pajak perseroan, bagi penerimaan dan belanja negara terutama semen
jak Pelita II dan seterusnya. Dari hasil pajak perseroan minyak saja ternyata
telah memberikan sumbangan lebih dari 55% dari penerimaan dalam negeri.
Bahkan pada tahun I dan II Pelita III ini, hasil perseroan minyak semakin
meningkat lagi dengan mencapai 61,48% dan 71,01% dari penerimaan dalam
negeri. Demikian juga untuk tahun-tahun selanjutnya hasil pajak perseroan
minyak masih terus diharapkan terutama guna membiayai pembangunan
secara nasional.
Demikian halnya dengan sumber daya air, yang termasuk di dalamnya
sumber daya akuatik. Kehidupan ini, sangat mutlak memerlukan air. In
donesia yang terletak di kawasan iklim tropis dengan curah hujannya yang
Tabel 3
Repelita I
(1969/70-1973/74) 428,3 1.099,8 918,4 128,1 2.574,6
(16,6%) (42,7%) (35,7%) (5%) (100%)
Repelita II
(1974/75-1978/79 2.276,0 3.698,7 8.097,9 630,5 14.703,1
(15,5%) (25,1%) (55,1%) (4,3%) (100%),
Repelita III
1979/1980 768,3 1.160,1 3.344,8 167,3 5.440,5
(14,1%) (21,3%) (61,5%) (3,1%) (100%)
1980/1981 959,6 1.492,8 6.430,1 172,8 9.055,3
(10,6%) (16,5%) (71,0%) (1,9%) (100%)
Tabel 4
Sumber: Ishemat Soerianegara, Pengelolaan Sumber Daya Alam Bagian I, Sekolah Pasca
Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan; Institut Pertanian
Bogor, 1977, hal. 126
388 ANALISA 1981-5
sumber produksi. Dalam Pelita I sampai tahun pertama Pelita III tidak
kurang dari 382 pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) diberikan ke
pada pengusaha-pengusaha nasional maupun asing dengan luas areal
35.887.150 ha.1 Dari sejumlah areal hutan tersebut sekitar 20 juta ha telah'
dinilai rusak.12 Gambaran ini menunjukkan suatu contoh pemanfaatan
sumber daya alam yang merusak lingkungan, walaupun untuk ini telah
diadakan seperangkat peraturan yang berdasarkan Undang-undang No.
5/1967 yang tentunya memakai asas ekonomi negara dari pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945. Tidak diungkiri bahwa hasil dari pengusahaan hutan
cukup mendatangkan devisa bagi negara, namun perlu diperhatikan cara-
cara pelestarian hutan untuk waktu-waktu yang akan datang. Seperti
diketahui bahwa hutan ternyata mempunyai peranan yang penting sekali
dalam kesatuan ekosistem sumber daya alam. Rusaknya hutan dapat bera
kibat rusaknya ekosistem yang ada yang pada gilirannya akan berakibat
pada kehidupan maupun kegiatan manusia di sekitarnya. Adanya suatu
keyakinan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia maka
kenyataan-kenyataan tersebut di atas dapat lebih membuka perhatian
terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada di Indonesia, terutama dalam
hal pemanfaatannya.
PENUTUP
Perhatian yang semakin besar terhadap sumber daya alam dan lingkungan
hidup adalah suatu pertanda pembangunan kita telah mengarah kepada pem
bangunan yang kualitatif. Kita telah menapak ke suatu pembangunan yang
tidak hanya mengejar jumlah materi saja tetapi juga mutu dari pembangunan
itu bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Jadi dalam memanfaatkan sumber
daya alam bagi pembangunan ini harus tidak ke luar dari ekosistem yang ada.
Pada pokoknya usaha pengembangan sumberdaya-sumberdaya alam ter
masuk menyelamatkan kekayaan alam kita yaitu hutan, tanah dan air,
memerlukan kesadaran keikutsertaan masyarakat dalam penanganannya. Jadi
dalam hal ini walaupun dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan dalam
pasal 33 ayat 3, yaitu bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam
nya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat, tidak harus dimaksud bahwa tanggung jawab terhadap kekayaan alam
di Indonesia ini sepenuhnya hanya pada negara, yang dalam hal ini pemerin
tah. Walaupun untuk ini telah dikeluarkan berbagai macam peraturan yang
mengaturnya, namun partisipasi masyarakatpun diperlukan untuk ikut
memelihara, melestarikan dan mengembangkan sumber kekayaan alam kita.
Sampai saat ini perhatian kita yang terbesar adalah pada cara-cara untuk
menghemat sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui/diganti, seperti
bahan tambang dan mineral-mineral. Namun usaha-usaha untuk selalu men
cari sumber-sumber baru yang lain terus dilakukan, meskipun untuk ini kita
harus memakai cara/tenaga bantuan asing. Masalah penelitian, inventarisasi
dan pengelolaan tentang sumber-sumber alam kita masih dilakukan dengan
bantuan asing. Untuk sementara hal ini sangat kita perlukan sebelum tenaga-
tenaga dan kemampuan Indonesia dapat melakukan dan menghadapi sendiri
masalah ini.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM 391
DAFTAR BACAAN
3 Ishemat Soerianegara, Ir., Pengelolaan Sumber Daya Alam Bagian I dan II, Sekolah Pasca
Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian
Bogor, 1977
8 Laporan Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia, 1979, Menteri Negara Pengawasan Pem
bangunan dan Lingkungan Hidup
9 Nota Keuangan dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun 1980/1981