Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERMASALAHAN KESALAHAN MANAJEMEN TERHADAP SUMBER DAYA


TANAH DI LINGKUNGAN SEKITAR

Oleh :

PUTRI OKTAVIANI NURMALA

235040307111015

KELAS B

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
BAB I

LATAR BELAKANG

Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat
yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut Dokuchaev
(1870) dalam Fauizek dkk (2018), Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari
material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah
mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.

Tanah merupakan salah satu unsur penyusun kehidupan di bumi yang berfungsi sangat
penting. Tanah menyediakan air, nutrisi, dan udara yang dibutuhkan makhluk hidup. Manusia
sering memanfaatkan tanah untuk kegiatan pertanian dan produksi biomassa. Penggunaannya
ini dapat menghasilkan sandang, pangan, papan, dan bioenergy yang bermanfaat bagi
manusia.

Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Tanah (2005) karya Mul Mulyani Sutedjo dan A. G.
Kartasapoetra, tanah adalah system yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan
lingkungan hidup maupun lingkungan lainnya. Sementara menurut Muhajir Utomo, dkk,
dalam buku Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaan (2016), definisi tanah terbagi menjadi
dua konsep, yaitu tanah merupakan bahan lepas (as a material) atau soil material, dan tanah
merupakan tubuh alam (natural bodies) atau soils.

Tanah merupakan jantung ekosistem bumi yang menjadi sumber daya utama dalam
membangun peradaban manusia. Dalam ekosistem, tanah sangat berfungsi penting bagi
makhluk hidup. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA).
Salah satunya adalah potensi kekayaan tanah di Indonesia yang sangat besar dan bervariasi.
Secara umum, potensi kekayaan tanah di Indonesia dapat dibedakan menjadi 8 jenis,
diantaranya tanah aluvial, andosol, regosol, terrarosa, litosol, organosol, grumusol, dan
latosol.

Manusia telah mengandalkan sumber daya tanah untuk kelangsungan hidup mereka sejak
awal peradaban. Sumber daya lahan, termasuk tanah, air, dan vegetasi, sangat penting untuk
produksi pangan, tempat tinggal, dan kegiatan ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir telah
terjadi peningkatan minat terhadap potensi dan distribusi sumber daya lahan, terutama karena
populasi dunia terus tumbuh dan memberi tekanan pada lahan yang tersedia. Potensi sumber
daya lahan mengacu pada kapasitas lahan untuk menyediakan barang dan jasa yang
memenuhi kebutuhan manusia. Potensi berbagai jenis sumber daya lahan dapat bervariasi
tergantung pada lokasi, jenis tanah, iklim, dan faktor lainnya. Sebagai contoh, beberapa
daerah memiliki potensi pertanian yang tinggi karena tanah yang subur dan curah hujan yang
dapat diandalkan, sementara yang lain mungkin lebih cocok untuk kegiatan kehutanan atau
pertambangan.

Memahami potensi sumber daya lahan penting untuk Pembangunan berkelanjutan.


Dengan mengidentifikasi area dengan potensi tinggi, pembuat kebijakan dapat
mempromosikan investasi dalam kegiatan yang cenderung berhasil dan meminimalkan
dampak negative terhadap lingkungan. Sebaliknya, mengindentifikasi area dengan potensi
rendah dapat membantu mencegah pemborosan sumber daya pada kegiatan yang tidak
mungkin berhasil.

Distribusi sumber daya lahan mengacu pada bagaimana sumber daya lahan dialokasikan di
berbagai daerah dan Masyarakat. Distribusi sumber daya lahan yang tidak merata dapat
berdampak negatif terhadap Pembangunan sosial dan ekonomi. Misalnya, Masyarakat yang
tidak memiliki akses ke lahan subur mungkin berjuang untuk menghasilkan makanan yang
cukup, yang menyebabkan kekurangan gizi dan kemiskinan. Demikian pula, kurangnya akses
ke sumber daya air dapat membatasi Pembangunan ekonomi dan memperburuk konflik
antara Masyarakat yang berbeda.

Dengan demikian, memahami potensi dan distribusi sumber daya lahan sangat penting
untuk Pembangunan berkelanjutan. Dengan mempromosikan akses yang adil terhadap
sumber daya lahan dan berinvestasi dalam kegiatan dengan potensi tinggi, pembuat kebijakan
dapat mempromosikan Pembangunan ekonomi sambil meminimalkan dampak negative
terhadap lingkungan dan Masyarakat. Karena populasi dunia terus tumbuh, sangat penting
bahwa kita mengelola sumber daya lahan dengan cara yang memastikan ketersediaan mereka
untuk generasi mendatang.
BAB II

ANALISIS PERMASALAHAN

Potensi dan ketersediaan sumber daya lahan untuk pertanian di Indonesia masih cukup
luas, namun pada masa yang akan dating diprediksi akan terjadi kompetisi pemanfaatan antar
sektor dan sub sektor Pembangunan, baik di dalam sub sektor pertanian sendiri, terutama
antara pangan dan bioenergi, maupun antar pertanian dengan non pertanian. Beberapa
permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan sumber daya lahan adalah sebagai berikut.

Degrasi Sumber Daya Lahan

Kegiatan Pembangunan selain menghasilkan manfaat juga membawa resiko (dampak


negatif) terhadap lingkungan. Manfaat dan resiko tersebut harus diperhitungkan secara
seimbang. Dampak negative harus dapat ditekan menjadi minimal atau jika mungkin
dihilangkan sama sekali, sedangkan manfaat harus ditingkatkan agar kegiatan pembangunan
berdampak optimal terhadap lingkungan bio-fisik, sosial dan ekonomi. Kegiatan
pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap degradasi lahan antara lain
kegiatan deforestasi, industri, pertambangan, perumahan, dan kegiatan pertanian. Apabila
kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan terjadinya degradasi
lahan pertanian yang mengancam keberlanjutan usaha tani dan ketahanan pangan. Oleh
karenanya, implementasi suatu rencana kegiatan pembangunan harus dipikirkan
keberlanjutannya dimasa mendatang (BBSDLP, 2010).

Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan dampak pada
sumberdaya lahan adalah tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan pertanian.
Diantara kedua faktor tersebut, faktor manusialah yang berpotensi menimbulkan dampak
positif atau negatif terhadap lahan, tergantung bagaimana cara menjalankan pertanian
tersebut. Kegiatan atau cara budidaya pertanian yang potensial menimbulkan dampak negatif
antara lain pengolahan tanah, penggunaan agro-kimia yang tidak ramah lingkungan (pupuk
dan insektisida), serta sistem budidaya.

Alih Fungsi Lahan


Alih fungsi lahan pertanian pada dasarnya merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari
adanya pertumbuhan dan perubahan struktur sosial-ekonomi masyarakat yang sedang
berkembang. Perkembangan tersebut tercermin dari adanya:

(a) pertumbuhan aktivitas pemanfaatan sumberdaya lahan sebagai dampak peningkatan


jumlah penduduk dan kebutuhan hidup per kapita,

(b) adanya pergeseran kontribusi sektor pembangunan dari sektor-sektor primer (pertanian
dan pertambangan) ke sektorsektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).

Perkembangan luas lahan sawah sangat lambat dan bahkan menurun akibat adanya alih
fungsi. Pada periode 1981-1999 terjadi alih fungsi lahan seluas 1,6 juta ha (9.417 ha/tahun)
dan pada periode 1999-2002 seluas 563.159 ha atau 187.720 ha/tahun (Sutomo, 2004).
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota seluruh Indonesia,
sekitar 3,1 juta ha atau 42% lahan sawah beririgasi akan terancam beralih fungsi (Winoto,
2005 ).

Apabila rencana alih fungsi lahan berdasarkan RT/RW Kabupaten/Kota tersebut terjadi,
maka ancaman terhadap keberlanjutan swasembada pangan akan lebih besar, demikian juga
ketersediaan pangan. Untuk setiap hektar lahan sawah yang beralih fungsi diperlukan seluas
2,2 ha lahan sawah pengganti untuk menutupi kehilangan produksi karena tingginya
produktivitas lahan sawah yang ada dan banyaknya masalah yang dihadapi pada lahan sawah
bukaan baru (Agus dan Irawan, 2006).

Fragmetasi Lahan

Pada masa yang akan datang persaingan penggunaan lahan antara masing-masing sektor
seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, dan pekerjaan umum (infra struktur,
pemukiman, industri) sulit dihindari. Sektor pekerjaan umum dan industri selama ini sangat
besar pengaruhnya terhadap sektor pertanian, khususnya dalam pemanfaatan lahan pertanian
produktif . Sementara itu, kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk, pengembangan bioenergi merupakan konsekuensi dari makin
berkurangnya cadangan energi fosil (BBM), dan pemanasan global/ perubahan iklim juga
perlu pula diantisipasi. Oleh sebab itu perlu keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam,
terutama lahan dan air, dalam pengembangan kedua sub sektor tersebut (Irianto, 2009).
Fragmentasi lahan dapat terjadi sebagai akibat banyak petani miskin yang semula memiliki
lahan walaupun sempit, karena tekanan struktural ekonomi harus melepas hak kepemilikan
lahannya, baik dengan cara menjualnya maupun menyewakannya kepada petani lain yang
umumnya lebih kaya. Akibatnya para petani miskin yang memiliki lahan sempit menjadi
kelompok petani yang tidak lagi menguasai lahan dan perluasan penguasaan lahan pada
petani lain pun tidak terkonsentrasi dalam satu hamparan tetapi terfragmentasi.

BAB III

DAMPAK PERMASALAHAN

Dampak Alih Fungsi Lahan

Widjanarko (Sulistyawati, 2014:11) alih fungsi lahan yang terjadi dapat menyebabkan
dampak langsung maupun dampak tidak langsung. Dampak langsung yang diakibatkan oleh
alih fungsi lahan berupa hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya investasi dalam
infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap dan masalah lingkungan. Kemudian dampak
tidak langsung yang ditimbulkan berupa inflasi penduduk dari wilayah perkotaan ke wilayah
tepi kota. Kegiatan alih fungsi lahan pertanian memberikan pengaruh terhadap lingkungan.
Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian akan mempengaruhi keseimbangan
ekosistem lahan pertanian.

Dampak Degrasi Sumber Daya Lahan

1. Perubahan iklim

Tentu persoalan iklim akan senantiasa berpengaruh ketika terjadi perubahan –hal yang
negatif- pada lingkungan. Perubahan iklim yang terjadi ditengarai oleh banyak faktor dan
bentuk tindak perilaku manusia yang berdampak pada degradasi lingkungan.

2. Keanekaragaman hayati terganggu bahkan dapat punah

Rumah tinggal banyak flora dan fauna terganggu bahkan rusak. Mulai dari hutan, laut,
tanah dan udara semuanya tercemar. Tentu flora dan fauna tidak memiliki lagi tempat tumbuh
dan berkembang yang baik.

3. Berkurangnya air bersih 

Air bersih merupakan komponen penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Ketika
sudah tidak ada lagi tanah yang tidak tercemar, hutan yang rimbun, lahan basah yang lestari
maka diperkirakan sumber mata air dan cadangan air bersih akan menipis. Manusia akan
mengalami krisis yang saat ini sudah dialami oleh banyak orang. 
4. Mengguncang ketersediaan kebutuhan manusia

Manusia menggantungkan hidupnya kepada alam mulai dari kebutuhan primer, sekunder
dan tersier. Alam sangat berpengaruh besar pada kehidupan manusia. Sehingga apabila
lingkungan terus mengalami kerusakan dan daya dukung serta kualitas lingkungan menurun,
manusia dipastikan tidak dapat bertahan hidup. 

5. Menimbulkan bencana 

Bentuk degradasi lingkungan telah dijelaskan sebelumnya, hal tersebut memperbesar


potensi alam akan menghadirkan bencana untuk kita.

Dampak Fragmentasi Lahan

Dampak dari Fragmentasi Lahan adalah berkurangnya populasi berbagai spesies, bahkan
kepunahan local.

Terdapat empat cara fragmentasi dapat menyebabkan kepunahan local. Berikut caranya:

1. Kantong habitat gagal menyediakan habitat bagi spesies karena pengurangan luas
2. Fragmentasi membuat populasi mengecil dan terisolasi. Hal ini berisiko memicu
kemunduran genetic.
3. Fragmentasi mengganggu hubungan ekologis dan menyebabkan kepunahan sekunder
setelah spesies kunci punah terlebih dahulu
BAB IV

STRATEGI MANAJEMEN TERBAIK

Strategi Pencegahan Alih Fungsi Lahan


1. Penyusunan usulan perencanaan di tingkat pemerintah, selanjutnya usulan tersebut
disebarluaskan kepada masyarakat untuk memperoleh tanggapan, khususnya
masyarakat yang lahannya akan dijadikan sebagai LP2B. Jika proses tersebut berjalan
dengan baik, maka usulan LP2B tersebut ditetapkan dan memiliki kekuatan hukum.
2. Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (P2B) dan Lahan Pertanian
pangan Berkelanjutan (LP2B). Sebagaimana dalam amanat UU No. 41 Tahun 2009,
penetapan kawasan pertanian berkelanjutan harus ditetapkan di dalam RTRW
kabupaten (UU No. 41/2009, pasal 18-19), sedangkan penetapan LP2B dan lahan
cadangan pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan dalam rencana rinci/detail tata
ruang (RDTR) kabupaten (UU No. 41/2009, pasal 20-21).
3. Pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (kawasan P2B) dan lahan
pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) difokuskan pada kegiatan intensifikasi dan
ekstensifikasi.
4.  Pengendalian LP2B, pemerintah memberikan poin khusus didalam aspek
pengendalian. Aspek pengendalian dibagi atas 3 hal, yaitu insentif, disinsentif, dan
alih fungsi.
5. Pembinaan. Sebagian besar petani akan mempertahankan lahan mereka untuk
kegiatan pertanian, khususnya bagi petani yang mata pencaharian pokoknya adalah
pertanian.

Strategi Pencegahan Degrasi Sumber Daya Lahan

1. Remediasi dan bioremediasi  Merupakan proses pembersihan atau pemulihan dari


yang sebelumnya terkontaminasi menjadi kondisi yang lebih baik.
2. Menyebarluaskan kampanye peduli lingkungan dan aksi nyata  Penggunaan media
sosial saat ini memang berperan besar untuk dapat mempengaruhi seseorang untuk
bertindak. Salah satunya bentuk kampanye online yang mengajak pengguna media
sosial lain untuk bergerak secara bersama atau dirumah masing-masing terkait suatu
isu. Dengan menggulirkan berita mengenai kondisi degradasi lingkungan yang
semakin parah, dan ajakan berupa aksi nyata lewat beberapa kegiatan tentu sedikit
demi sedikit akan memberikan pengaruh.
3. Pembuatan kebijakan atau aturan yang mendukung pemulihan degradasi lingkungan
dan memberikan sanksi Ketika masyarakat secara mandiri tidak timbul kesadaran,
maka tindakan yang sarat akan relasi kuasa dapat dilakukan yaitu berupa perumusan
kebijakan.
4. Penguatan program reboisasi, rehabilitasi lahan, reklamasi pantai dan yang lainnya 
Pelaksanaan program tersebut dapat dilakukan dengan kolaborasi antar pihak, baik
pemerintah dengan civil society organization (CSO), antara CSO dengan masyarakat
atau masyarakat dengan pemerintah.

Strategi Pencegahan Fragmentasi Lahan

Kelompok tani merupakan salah satu pintu upaya pemberdayaan petani dan keluarganya
yang bermuara pada kesejahteraan hidup. Selaras penelitian Aminah dkk, (2015) bahwa
tingkat penguasaan lahan, umur, tingkat pendapatan, dan pengalaman berusaha tani
berhubungan dengan keberdayaan dan memengaruhi ketahanan pangan keluarga. Selain itu
Kerjasama ekonomi antar anggota kelompok dengan orientasi bisnis menjadi alternatif solusi
Fragmentasi Lahan (Rahayu, 2001).
BAB V

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2009. Sumberdaya Lahan Indonesia : Potensi, Permasalahan, dan Strategi


Pemanfaatan. Jurnal Sumberdaya Lahan. 3(2) : 107 - 117

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Kompas.com. 2022. 6 Fungsi Tanah dalam Ekosistem, Apa Sajakah Itu?. (online).
https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/19/171500069/6-fungsi-tanah-dalam-
ekosistem-apa-sajakah-itu-?page=all#. Diakses pada 30 Agustus 2023

Lyliana, L. 2023. Potensi Dan Persebaran Sumber Daya Tanah. PT.BeritaPolisi.

LindungiHutan. 2022. Degrasi Lingkungan : Pengertian, Penyebab, Dampak, Bentuk dan


Cara Mengatasinya. (online). https://lindungihutan.com/blog/pengertian-degradasi-
lingkungan/. Diakses pada 30 Agustus 2023

TabloidSinartani.com. 2020. Lima Strategi Stop Alih Fungsi Lahan, Kendala dan Solusinya.
(online). https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/agri-sarana/11357-Lima-Strategi-Stop-
Alih-Fungsi-Lahan-Kendala-dan-Solusinya. Diakses pada 30 Agustus 2023

Kompas.com. 2022. Fragmentasi Hutan, Definisi, Penyebab, dan Dampaknya. (online).


https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/21/183200323/fragmentasi-hutan-definisi-
penyebab-dan-dampaknya#:~:text=Fragmentasi%20menyebabkan%20kepunahan
%20lokal,yang%20dilindungi%20sejak%20tahun%201999. Diakses pada 30 August 2023

Malik, R.J., Hariadi, S. S., Witjaksono, R., Priyotamtama, P.W. 2020. Konsistensi Sikap
Petani terhadap Kemampuan Mengakses Informasi Teknologi Pertanian di Kabupaten
Pacitan. Jurnal Triton. 11(2): 22 - 31

Anda mungkin juga menyukai