Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

LINGKUNGAN HIDUP DAN ANALISIS DAMPAKNYA

“AKIBAT MARAKNYA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN,SAWAH DAN


PERMUKIMAN TERENDAM BANJIR”

SELVI ANDANI
000708272023

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
AKIBAT MARAKNYA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN,
SAWAH DAN PERMUKIMAN TERENDAM BANJIR

Pembangunan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan


manusia. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam
dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan
teknologi. Perlu perencanaan yang sangat matang dan terpadu dengan
memperhatikan segala sudut pandang serta persepsi yang saling
mempengaruhi dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Penelitian
dan pengkajian yang mendalam terhadap semua aspek yang saling
berkaitan sebelum kebijakan untuk pembangunan dilaksanakan perlu
dilakukan terlebih dahulu, dengan demikian para pengambil kebijakan perlu
berhati-hati dalam menerapkan hasil kebijakannya. Pembangunan harus
memperhatikan segala aspek mulai dari potensi yang dimiliki daerah
setempat, adat istiadat kebiasaan hidup masyarakat sekitar kegiatan
pembangunan, ataupun kepercayaan yang dianut.

Selain itu, pembangunan juga perlu memperhatikan kondisi


lingkungan yang ada, dari sisi fisik (tanah, air, udara), biotik (flora, fauna),
dan kultur (budaya, interaksi antarmanusia). Kondisi kualitas lingkungan
akan cenderung terus menurun jika tidak diimbangi dengan konsep
perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dalam upaya melestarikan
fungsi lingkungan yang ada. Sebagai contoh adalah bencana banjir yang
sering melanda kota-kota besar saat ini, merupakan dampak dari
pembangunan yang kurang terkontrol dan tidak memperhatikan konsep
pembangunan yang berkelanjutan.

Tidak jarang, lahan-lahan di perhutanan dan perbukitan pun


digunakan untuk pembangunan. Berdasarkan data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 2.175 kejadian bencana di
Indonesia. Dari data itu, 99,08% merupakan bencana ekologis,
disebabkan meningkatnya penebangan pohon sebagai dampak perubahan
iklim. Salah satu permasalahan juga dalam penebangan pohon banyak
sekali kerugian yang terjadi. Menurut data Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) mencatat untuk 1 pohon dapat membuat 41,6 Kg kertas
sama dengan 12 Rim kertas, sementara untuk 1 pohon dapat menghasilkan
1,2 oksigen per harinya dan untuk 1 orang bernafas membutuhkan 0,5
oksigen per harinya, jadi untuk 1 pohon dapat menunjang kehidupan 2
orang. Apabila 1 pohon di tebang maka akan membunuh 2 orang.

Tidak hanya di hutan atau pun perbukitan, lahan pertanian pun tidak
jarang dijadikan obyek pembangunan. Padahal, kita ketahui sektor
pertanian mampu menjangkau kebutuhan utama manusia. Yaitu dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, hal ini tidak boleh dianggap mudah karena
pada dasarnya dalam sektor pertanian bergantung pada kebutuhan hidup
orang banyak dan berpengaruh sekitar 17,3% penyumbang pemasukan
negara pada Produk Domestik Bruto (PDB). Namun pada kenyataanya
kehidupan para petani memang sangat memprihatinkan mulai dari
pendanaannya didalam pertanian hingga lahan yang berkurang
dikarenakan banyaknya pembangunan yang terjadi di wilayah pertanian.

Disini kita bisa melihat suatu ketimpangan. Seharusnya pembangunan


mampu membantu sektor pertanian, bukan malah mengurangi lahan
pertanian. Bila lahan pertanian berkurang, maka ketersedian beras pun
akan berkurang. Seperti yang terjadi saat ini, dimana Kementerian
Perdagangan (Kemendag) diawal tahun 2018 pemerintah mengimpor
beras dari beberapa negara bagian seperti Thailand dan Vietnam yang
berjumlah 500.000 Ton, ini yang jadi kabar buruk buat petani lokal, pasalnya
saat pemerintah mengeluarkan wacana impor beras tersebut mendekati
panen raya, otomatis ini sangat merugikan pendapatan petani lokal. Ini
membuktikan lahan terbuka hijau turut menjadi korban pembangunan.
Akibatnya, lahan yang mestinya terbuka bagi semua orang kini malah
menjadi milik perseorangan. Hal ini tentu akan mengurangi wilayah-wilayah
untuk publik dan berpotensi menimbulkan penyalahgunaan lahan terbuka
hijau. Padahal, lahan terbuka sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sebab,
lahan tersebut bisa digunakan masyarakat untuk bercocok tanam,
bersosialisasi atau rekreasi, dan lain-lain.
Permasalahan mengenai permukiman di kota besar merupakan salah
satu masalah yang terbilang cukup serius dan perlu mendapatkan perhatian
lebih. Hal itu disebabkan karena semakin bertambahnya waktu, maka
jumlah penduduk akan semakin meningkat karena adanya urbanisasi atau
pun karena faktor lain. Kawasan perkotaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang terbilang pesat menyebabkan
kebutuhan akan sarana dan prasarana makin bertambah. Seperti
contohnya kebutuhan masyarakat tentang perumahan sebagai tempat
tinggal. Perumahan hadir menjadi solusi mengenai masalah permukiman
yang kian hari makin mengalami penyempitan. Perumahan dipilih oleh
sebagian masyarakat untuk dijadikan tempat tinggal karena dinilai memiliki
desain yang unik dan minimalis serta kemudahan dalam hal angsuran.

Namun, proses pembangunan perumahan memunculkan beberapa


dampak yang tidak hanya dampak positif saja namun dampak negatif pula.
Ada pihak yang diuntungkan karena pembangunan tersebut, namun ada
pula pihak yang merasa dirugikan karena pembangunan tersebut.

Meski dapat dikatakan bahwa masyarakat mendapat penghasilan dari


adanya penjualan lahan tersebut, pembangunan yang dilaksanakan juga
dapat merugikan masyarakat. Kerugian yang dialami masyarakat tidak
hanya disebabkan oleh adanya pembebasan lahan dan penurunan
pendapatan. Kerugian juga dapat timbul akibat pembangunan perumahan
yang tidak sesuai dengan penataan suatu wilayah serta adanya
kelonggaran penegakan hukum.

Pembangunan perumahan dinilai menjadi salah satu kegiatan yang


berdampak besar mengenai perubahan suatu daerah tertentu. Apalagi jika
lahan yang digunakan untuk membangun perumahan berasal dari alih
lahan yang awalnya kosong dan menjadi daerah resapan air. Sehingga
ketika dibangun perumahan akan memunculkan sebuah permasalahan.
Permasalahan yang dimaksud disini adalah mengenai pembangunan
perumahan yang menyebabkan banjir. Sebagai mahluk yang diberi
kelebihan berupa akal, semestinya manusia dapat berpikir bagaimana
tindakan yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya air yang ada
sehingga pemanfaatan air yang tersedia dapat bekerja secara maksimal.
Selain berfungsi sebagai penunjang kehidupan, penataan lingkungan yang
tidak tepat juga dapat menimbulkan hilangnya fungsi air dan akan
mendatangkan bencana. Permasalahan air yang kerap kali terjadi akibat
penataan lingkungan yang salah adalah banjir.

Banjir kerap kali melanda daerah yang tidak memiliki daerah resapan
air yang bagus, sehingga ketika hujan turun air tersebut tidak meresap
kedalam tanah melainkan menjadi genangan dan mengalir di permukaan.
Alih fungsi lahan merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Lahan
yang semula ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman seperti rerumputan
maupun pepohonan kini malah menjadi lahan permukiman. Padahal
berbagai jenis tanaman tadi berguna untuk mempermudah air hujan untuk
meresap kedalam tanah sehingga tidak sampai terjadi genangan di
permukaan. Perubahan permukaan tanah yang semula hanya lahan
kosong lalu berubah menjadi permukiman akan menyulitkan air hujan yang
turun untuk meresap. Tak hanya diubah menjadi perumahan, namun lahan
kosong juga dimanfaatkan sebagai kawasan lain seperti tempat
dibangunnya tempat usaha atau pun fasilitas lainnya yang tentunya
mengubah fungsi lahan yang sebenarnya.

Di Kabupaten Takalar sendiri, sudah banyak bermunculan


pembangunan perumahan yang mengubah fungsi tanah, biasanya lahan
yang awalnya berfungsi sebagai lahan pertanian atau perkebunan itulah
yang akan diubah menjadi lahan perumahan. Hal itu disebabkan oleh
tingginya kebutuhan tempat tinggal, maka mau tidak mau lahan tersebut
diubah menjadi lahan perumahan yang secara langsung akan merubah
kondisi bentuk tanah.

Perubahan yang terjadi akan memunculkan suatu permasalahan bagi


lingkungan, khususnya permasalahan dibidang air. Perubahan kondisi
pada tanah yang semula hanya lahan kosong namun sekarang berubah
fungsi menjadi perumahan akan menyebabkan air hujan yang turun akan
sulit menyerap kedalam tanah dan menimbulkan aliran di permukaan tanah.
Aliran pada permukaan tanah jika memiliki volume yang tinggi maka akan
menyebabkan suatu permasalahan yang biasa kita sebut dengan banjir.
Serta pengembangan perumahan yang tidak disesuaikan dengan kondisi
fisik wilayah tersebut masih banyak terjadi. Kondisi fisik yang dimaksud
adalah kondisi topografi, tanah, dan hidrologi suatu wilayah. Seiring
berjalannya pembangunan permukiman (perumahan), daya serap tanah
akan berpengaruh pada bagaimana kondisi ketika hujan turun. Apakah air
hujan akan menjadi aliran di permukaan yang kemudian masuk ke saluran
saluran. Jika air hujan memiliki volume yang terlalu tinggi maka saluran
yang disediakan tidak dapat menampung dan terjadilah banjir. Sebenarnya
kondisi ini tidak akan terjadi jika saluran drainase pada perumahan
memadai sehingga air yang tidak dapat meresap kedalam tanah akan
mengalir lewat drainase.

Seperti yang telah terjadi pada lahan sawah yang terletak di Kelurahan
Kalabbirang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar yaitu seringnya
mengalami kebanjiran hingga berpuluh hektar diakibatkan oleh maraknya
alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan perumahan di wilayah
tersebut. Pembangunan perumahan di wilayah persawahan mengakibatkan
drainase sawah menjadi buruk sehingga walaupun hujannya hanya sejam
surutnya bisa sampai satu hari dan jika hujan seharian penuh surutnya bisa
sampai 1 minggu yang terjadi khususnya pada musim tanam rendengan
(Bulan Oktober s/d Maret). Hal tersebut mengakibatkan sawah sering gagal
panen (Puso) sehingga ratusan petani tidak mendapatkan penghasilan dan
sangat merugi. Selain itu, sawah juga mampu menampung air dalam jumlah
besar. Sehingga jika sawah berkurang mengakibatkan banjir akan semakin
meluas hingga sampai kepada pemukiman penduduk. Berbeda dengan
yang dilakukan oleh orang tua kita yang sudah membuat sebuah sistem
drainase yang cukup handal. Yaitu dengan membuat saluran pembuangan
air hujan ke persawahan serta daerah yang tidak dilalui aliran sungai jarang
sekali ada banjir karena air hujan akan tertampung di sawah.
Sawahnya memang kebanjiran tapi itu tidak terlalu berdampak disebabkan
karena tanaman padi tahan terhadap air. Setelah satu atau dua hari air
disawah pun mulai surut dan tanaman padi kembali tumbuh.

Kondisi Banjir pada Lokasi Persawahan di Kelurahan Kalabbirang,


Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar
pada tanggal 14 Februari 2023

Direktur Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, Kepulauan dan


Wilayah Terluar Kementerian ATR/BPN Asnawati mengatakan maraknya
alih fungsi lahan sawah turut menjadi penyebab datangnya bencana banjir.
Pasalnya, sawah juga memiliki fungsi sebagai tampungan air ketika curah
hujan sangat tinggi.

Tiap tahunnya, jelas Asnawati, ada sekitar 90 ribu hektare lahan


sawah di Indonesia yang berpotensi hilang. Hal ini lantaran alih fungsi
sawah untuk kawasan pemukiman hingga industri per tahun mencapai 150
ribu hektare, sementara kemampuan cetak sawah baru hanya mencapai
sebanyak 60 ribu hektare per tahun.

Selain berdampak terhadap lingkungan, hilangnya lahan sawah juga


berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Terlebih,
mayoritas masyarakat pedesaan menggantungkan hidup dari bertani.
Selain itu, hilangnya lahan sawah juga menyebabkan sektor lapangan
usaha pertanian Tidak dapat berkembang.

Anda mungkin juga menyukai