SELVI ANDANI
000708272023
Tidak hanya di hutan atau pun perbukitan, lahan pertanian pun tidak
jarang dijadikan obyek pembangunan. Padahal, kita ketahui sektor
pertanian mampu menjangkau kebutuhan utama manusia. Yaitu dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, hal ini tidak boleh dianggap mudah karena
pada dasarnya dalam sektor pertanian bergantung pada kebutuhan hidup
orang banyak dan berpengaruh sekitar 17,3% penyumbang pemasukan
negara pada Produk Domestik Bruto (PDB). Namun pada kenyataanya
kehidupan para petani memang sangat memprihatinkan mulai dari
pendanaannya didalam pertanian hingga lahan yang berkurang
dikarenakan banyaknya pembangunan yang terjadi di wilayah pertanian.
Banjir kerap kali melanda daerah yang tidak memiliki daerah resapan
air yang bagus, sehingga ketika hujan turun air tersebut tidak meresap
kedalam tanah melainkan menjadi genangan dan mengalir di permukaan.
Alih fungsi lahan merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Lahan
yang semula ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman seperti rerumputan
maupun pepohonan kini malah menjadi lahan permukiman. Padahal
berbagai jenis tanaman tadi berguna untuk mempermudah air hujan untuk
meresap kedalam tanah sehingga tidak sampai terjadi genangan di
permukaan. Perubahan permukaan tanah yang semula hanya lahan
kosong lalu berubah menjadi permukiman akan menyulitkan air hujan yang
turun untuk meresap. Tak hanya diubah menjadi perumahan, namun lahan
kosong juga dimanfaatkan sebagai kawasan lain seperti tempat
dibangunnya tempat usaha atau pun fasilitas lainnya yang tentunya
mengubah fungsi lahan yang sebenarnya.
Seperti yang telah terjadi pada lahan sawah yang terletak di Kelurahan
Kalabbirang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar yaitu seringnya
mengalami kebanjiran hingga berpuluh hektar diakibatkan oleh maraknya
alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan perumahan di wilayah
tersebut. Pembangunan perumahan di wilayah persawahan mengakibatkan
drainase sawah menjadi buruk sehingga walaupun hujannya hanya sejam
surutnya bisa sampai satu hari dan jika hujan seharian penuh surutnya bisa
sampai 1 minggu yang terjadi khususnya pada musim tanam rendengan
(Bulan Oktober s/d Maret). Hal tersebut mengakibatkan sawah sering gagal
panen (Puso) sehingga ratusan petani tidak mendapatkan penghasilan dan
sangat merugi. Selain itu, sawah juga mampu menampung air dalam jumlah
besar. Sehingga jika sawah berkurang mengakibatkan banjir akan semakin
meluas hingga sampai kepada pemukiman penduduk. Berbeda dengan
yang dilakukan oleh orang tua kita yang sudah membuat sebuah sistem
drainase yang cukup handal. Yaitu dengan membuat saluran pembuangan
air hujan ke persawahan serta daerah yang tidak dilalui aliran sungai jarang
sekali ada banjir karena air hujan akan tertampung di sawah.
Sawahnya memang kebanjiran tapi itu tidak terlalu berdampak disebabkan
karena tanaman padi tahan terhadap air. Setelah satu atau dua hari air
disawah pun mulai surut dan tanaman padi kembali tumbuh.