Anda di halaman 1dari 3

Kajian Pola Konservasi Lahan Menuju Sistem Pertanian

Berkelanjutan di Kabupaten Kutai Kartanegara


Jan 12, 2011oleh Denny Wahyudi, S.Sos.

1.1. Latar Belakang


Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok
pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara luas
lahan tidak berkembang, menyebabkan tekanan penduduk terhadap sumberdaya lahan semakin
berat. Pada sisi lain, lapangan pekerjaan yang terbatas mendorong masyarakat tidak memiliki banyak
pilihan mata pencaharian kecuali bertani dengan memanfaatkan lahan yang sebenarnya sudah tidak
sesuai untuk budidaya. Akibat pemanfaatan dan penggunaan yang demikian menjadikan lahan
mengalami degradasi yang kemudian disebut lahan kritis.
Terjadinya degradasi lahan ini tidak saja terjadi pada daerah-daerah lain di Indonesia, tetapi juga
dapat terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai dampak dari kegiatan konversi lahan pertanian
untuk alokasi penggunaan lain yang tidak terkendali, perambahan hutan, dan pengusahaan lahan
kering perbukitan yang seringkali tidak sesuai dengan kemampuan daya dukungnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu daerah di
Kalimantan Timur yang memiliki potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup besar, dengan
topografi bervariasi mulai daerah datar yang didominasi oleh persawahan, berbukit sampai dengan
pegunungan. Dari luas wilayah Kutai Kartanegara sekitar 27.263.10 KM2, terdapat sekitar 11.673 Ha
yang merupakan lahan pertanian yang terdiri dari lahan sawah seluas 2.840 Ha dan lahan bukan
sawah (lahan kering) seluas 8.833 Ha dan selebihnya sekitar 70 % merupakan lahan tidur yang subur
yang dapat dikelola dengan baik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
mengembangkan berbagai komoditas unggulan pertanian baik komoditas pertanian tanaman pangan
maupun komoditas perkebunan. Penggarapan lahan pertanian potensial termasuk lahan tidur secara
lebih maksimal, diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan yang sampai saat ini masih di kalangan
rakyat Kutai Kartanegara. Dari sekitar 600 ribu jiwa penduduk Kutai Kartanegara, terdapat sekitar 15
persen penduduknya tergolong miskin, dan salah satu upaya untuk menghapus kemiskinan tersebut,
adalah dengan pemanfaatan lahan-lahan potensial termasuk lahan tidur yang subur. Namun demikian
pemanfaatan potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup besar ini, akan mengalami ancaman
kerusakan yang cukup serius jika dalam pengelolaannya tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air yang benar.
Pengusahaan sumberdaya lahan potensial yang kurang mengindahkan aspek lingkungan dan lebih
mengutamakan hasil/keuntungan finansial sesaat yang disertai dengan kurangnya pengetahuan
petani dalam menerapkan teknik konservasi yang baik memberi peluang yang besar berubahnya
lahan potensial menjadi lahan-lahan kritis baru. Akibat kurangnya upaya rehabilitasi pada lahan kritis
dan upaya konservasi pada lahan potensial kritis, jumlah lahan kritis tersebut tidak pernah menurun
dan terus bertambah dari waktu ke waktu. Data tahun 1992 menunjukkan bahwa luas lahan usahatani
kritis khsusunya di luar kawasan hutan telah mencapai + 18 juta hektar. Setelah 15 tahun, lahan kritis
diluar kawasan hutan pada tahun 2007 telah mencapai + 26,78 juta hektar ( selama 15 thn bertambah
8,78 juta ha = 0,5 juta Ha / tahun).
Melihat fenomena di atas, maka dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, dibutuhkan suatu kearifan
dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan menerapkan teknik konservasi yang tepat sehingga
pemanfaatan sumberdaya lahan yang lestari dan berkelanjutan dapat tercapai dalam rangka
menfungsikan lahan untuk memenuhi kebutuhan sekarang maupun generasi mendatang. Artinya
bahwa dalam pemanfaatan lahan untuk pengembangan pertanian diperlukan perencanaan dan
penanganan yang tepat dan bertanggung jawab, agar lahan tersebut tidak terdegradasi dan tetap

memberikan keuntungan ekonomi. Abdurachman (2008) mengemukakan bahwa salah satu bagian
penting dari budi daya pertanian yang sering terabaikan oleh para praktisi pertanian di Indonesia
adalah konservasi tanah. Hal ini terjadi antara lain karena dampak degradasi tanah tidak selalu
segera terlihat di lapangan, atau tidak secara drastis menurunkan hasil panen. Dampak erosi tanah
dan pencemaran agrokimia, misalnya, tidak segera dapat dilihat seperti halnya dampak tanah longsor
atau banjir bandang. Padahal tanpa tindakan konservasi tanah yang efektif, produktivitas lahan yang
tinggi dan usaha pertanian sulit terjamin keberlanjutannya.
Praktek pertanian yang buruk ini tidak hanya ditemui di Indonesia, tetapi juga di negara-negara
berkembang lainnya. Hal ini tercermin dari pernyataan Lord John Boyd Orr (1948), Dirjen FAO
pertama, dalam Abdurachman (2008) sebagai berikut: If the soil on which all agriculture and all
human life depends is wasted away, then the battle to free mankind from want cannot be won.
Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya konservasi tanah untuk memenangkan perjuangan
kemanusiaan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Peran dan kebijakan pemerintah sangat penting dan menentukan keberhasilan upaya konservasi
tanah, guna mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan, yang dicirikan dengan tingkat
produktivitas tinggi dan penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah. Upaya konservasi tidak akan
berhasil apabila dipercayakan hanya kepada pengguna lahan, karena terkendala oleh berbagai
keterbatasan, terutama lemahnya modal kerja.
Mengingat makin luas dan cepatnya laju degradasi tanah, dan masih lemahnya implementasi
konservasi tanah di Indonesia, maka perlu segera dilakukan upaya terobosan yang efektif untuk
menyelamatkan lahan-lahan pertanian. Upaya konservasi tanah harus mengarah kepada terciptanya
sistem pertanian berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaan serta mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan sumber daya lahan dan lingkungan.
Upaya ini selaras dengan program pemerintah khususnya dinas pertanian tanaman pangan, dinas
perkebunan, dinas perikanan, dinas peternakan, dinas kehutanan dan dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Balitbangda) dalam rangka mendukung Revitalisasi Pertanian melalui
pelestarian dan optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian dengan menerapkan pola-pola konservasi
lahan yang baik.
Untuk mendapatkan pola-pola perencanaan dan penanganan yang tepat melalui penerapan teknik
konservasi lahan yang tepat dalam setiap unit pemanfaatan lahan diperlukan suatu kajian yang
mendalam. Berdasarkan hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)
Kabupaten Kutai Kartanegara akan melakukan kajian pola konservasi lahan menuju sistem pertanian
berkelanjutan.
1.2. Permasalahan
Lahan pertanian khususnya lahan kering berlereng dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara
lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat
kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan
serta lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
Pada lahan datar dapat pula mengalami penurunan produktivitas yang disebabkan oleh hilangnya
unsur hara lewat pencucian dan aliran permukaan. Di Kabupaten Kutai Kartanegara, terjadi tingkat
kerusakan lahan yang menyebabkan semakin menurunnya produktivitas lahan akibat berbagai faktor,
baik faktor alam maupun faktor manusia yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah
dan air dalam mengelola usahataninya yang merupakan kemunduran dalam penggunaan sumber
daya alam. Hingga mengakibatkan kerugian dengan banyak bencana misalnya banjir, kekeringan,
erosi dan lain-lain. Oleh karena itu dalam pengelolaan sumber daya alam (tanah dan air) penting
dilakukan tindakan konservasi..
Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam rangka
mendukung sistem pertanian berkelanjutan di Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu :

1.
2.
3.

1.
2.
3.

1.
2.

3.

Bagaimana kondisi lahan pertanian khususnya dilihat dari sifat-sifat fisik dan kimia tanah di
Kabupaten Kutai Kartanegara ?
Bagaimana persepsi masyarakat terhadap penerapan pola konservasi lahan dalam setiap
pemanfataan unit lahan ?
Pola-pola konservasi lahan apa saja yang dapat diterapkan dalam setiap pemanfaatan lahan
untuk mendukung pemanfaatan lahan yang lestari menuju sistem pertanian yang berkelanjutan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan program Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Kutai Kartanegara, oleh karena itu
tujuan penelitian ini adalah untuk kepentingan Pemerintah Daerah dan Masyarakat Kabupaten Kutai
Kartenagara. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola konservasi lahan
yang dapat diterapkan pada setiap perencanaan dan penggunaan lahan sehingga lahan dapat
dimanfaatkan secara lestari guna mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan. Untuk
mendukung tujuan umum tersebut, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan khusus,
antara lain :
Mengetahui kondisi biofisik dan sosial-ekonomi mansyarakat di lokasi kajian
Mengetahui besar erosi yang terjadi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
erosi lahan.
Mengetahui pola konservasi lahan yang tepat diterapkan berdasarkan kondisi lahan.
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara dalam mengambil keputusan atau kebijakan berupa input atau solusi dalam rangka
mengatasi terjadinya kerusakan (degradasi) lahan dengan menerapkan pola-pola konservasi lahan
yang tepat guna mendukung pengembangan sistem pertanian berkelanjutan di Kabupaten Kutai
Kartenagara. Sedangkan manfaat khusus yang diharapkan antara lain :
Bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang yaitu membekali
pengetahuan dan terbangunnya motivasi masyarakat untuk menerapkan pola-pola konservasi yang
tepat dalam setiap pemanfaatan lahan.
Bagi pemerintah, terbangunnya beberapa pola konservasi lahan yang tepat yang dapat
dijadikan sebagai input atau kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan-permsalahan
pemanfaatan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara dan juga sebagai salah satu upaya peningkatan
kesejahteraaan masyarakat melalui pemanfataan lahan yang berkelanjutan.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, memberikan sumbangan pemikiran berupa informasiinformasi terkait perlindungan dan pencegahan kerusakan lahan dengan menerapkan pola-pola
konservasi yang tepat, guna mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai