Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TATA GUNA LAHAN

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN

Dosen pembimbing
Mirtha Firmansyah S.T, M.T

Disusun oleh:

Emelia zain 171910501013

Indy farha elya hardiyanti 171910501015

Nugroho chandra wijaya 171910501003

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Manik (2003:12), daya dukung lahan adalah suatu ukuran jumlah individu dari
suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Daya dukung suatu
wilayah sangat ditentukan oleh potensi sumber daya (alam, buatan, dan manusia).
Teknologi untuk mengelola sumber daya (alam, buatan, manusia), serta jenis pekerjaan
dan pendapatan penduduk. Ketersediaan sumber daya alam yang dapat dikelola dan
dimanfaatkan untuk manusia akan meningkatkan daya dukung lingkungan. Penggunaan
teknologi sebagai faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas lahan,
industri, dan jasa, akan memperbesar daya dukung lahan suatu wilayah.
Daya dukung lahan dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu
ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Penilaian Daya dukung lahan dapat
dilakukan melalui penghitungan kelas kemampuan lahan (Sinukaban.2008). Daya
dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun sosial-ekonomi-
budaya yang saling mempengaruhi. Daya dukung tergantung pada persentasi lahan yang
dapat digunakan untuk pertanian yang berkelanjutan dan lestari, persentasi lahan
ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk pertanian.

Daya dukung suatu wilayah dapat naik atau turun tergantung dari kondisi biologis,
ekologis dan tingkat pemanfaatan manusia terhadap sumberdaya alam. Daya dukung
suatu wilayah dapat menurun, baik diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun gaya-
gaya ilmiah (natural forces), seperti bencana alam. Namun dapat dipertahankan dan
bahkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan wilayah secara tepat (proper), masukan
teknologi dan impor (perdagangan) (Dahuri, 2001) Dalam Auhadilla (2009).
Pada sektor pertanian, kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio) merupakan
perbandingan antara lahan yang tersedia dan jumlah petani.Untuk itu perlu diketahui
berapa luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per kepala keluarga, potensi lahan yang
tersedia dan penggunaannya untuk kegiatan pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan daya dukung lahan?
2. Apa sajakah faktor-faktor penentu daya dukung lahan?
3. Apa saja faktor-faktor penghambat daya dukung lahan?
4. Apa saja antisipasi yang dpat dilakukan untuk mengurangi penurunan daya
dukung lahan?
5. Bagaimana cara menghitung analisis Carrying Capacity Ratio (CCR)?
6. Bagaimana manfaat dan skema dari CCR?
1.3 Ruang Lingkup
Batasan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian daya dukung lahan
2. Faktor penentu dan faktor penghambat daya dukung lahan
3. Cara menentukan daya dukung lahan disuatu daerah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Daya Dukung Lahan
Lahan diartikan juga sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air,
vegetasi dan benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap
penggunaannya. Dengan pengertian ini lahan juga mengandung makna ruang atau
tempat, oleh karena itu lahan sebagai salah satu sumber daya alam (SDA) dalam
pembangunan, khususnya dalam pembangunan pertanian perlu dijaga kelestariannya.
Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan
sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang).

Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan yang


disyaratkan berdasarkan pertimbangan biofisik untuk mencegah terjadinya kerusakan
lahan selama penggunaan. Kemampuan Lahan merupakan daya yang dimiliki oleh
lahan untuk menanggung kerusakan lahan. Lahan datar mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dari pada lahan miring.

Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai berdasarkan pengelolaan khas yang


diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara manfaat/maslahat
yang dapat diperoleh dan korbanan/biaya/masukan yang diperlukan.

Daya dukung (carrying capacity) diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan lahan
yang berupa lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.

Menurut Manik (2003:12), daya dukung lahan adalah suatu ukuran jumlah individu dari
suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Daya dukung suatu
wilayah sangat ditentukan oleh potensi sumber daya (alam, buatan, dan manusia).
Teknologi untuk mengelola sumber daya (alam, buatan, manusia), serta jenis pekerjaan
dan pendapatan penduduk. Ketersediaan sumber daya alam yang dapat dikelola dan
dimanfaatkan untuk manusia akan meningkatkan daya dukung lingkungan. Penggunaan
teknologi sebagai faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas lahan,
industri, dan jasa, akan memperbesar daya dukung lahan suatu wilayah.

2.2 Faktor-Faktor Penentu Daya Dukung Lahan


Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:183), terdapat lima faktor yang menentukan
daya dukung lahan pada suatu daerah yaitu:
1 Total area lahan pertanian
Total area lahan pertanian adalah jumlah lahan yang digunakan untuk kegiatan
pertanian yang ada dalam suatu wilayah atau kelurahan. Area/lahan merupakan sumber
daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya
alam merupakan masukan yang diperlukan untuk membentuk aktifitas manusia seperti
pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi
atau daerah yang dipelihara kondisi alam untuk maksud ilmiah.
Pengunaan lahan yang paling luas adalah untuk sektor pertanian yang meliputi
penggunaan untuk pertanian tanaman pangan pertanian tanaman keras untuk kehutanan
maupun untuk padang penggembalaan dan perikanan. Oleh karna itu lahan memiliki
nilai ekonomis dan nilai pasar yang tinggi karena menghasilkan barang-barang pemuas
kebutuhan manusia akibat semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan
dibidang ekonomi.
2 Frekuensi panen/hektar/tahun
Frekuensi panen adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan hasil panen baik
dalam kurung waktu relatif pendek, maupun panjang tergantung umur tanaman.
Frekuensi panen sutau tanaman sangat tergantung dari sumber daya lahan, tingkat
kesuburannya dan ketersediaan air khususnya tanaman pangan baik itu padi jagung,
kacang-kacangan dan hortikultura.
Untuk memperoleh hasil panen suatu tanaman dengan produksi dan produktivitas yang
tinggi diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat menunjang
kegiatan usaha tani dalam suatu wilayah tertentu. Selanjutnya untuk memperoleh hasil
yang tinggi perlu adanya perencanaan yang baik menyangkut pemilihan jenis tanaman
jangka pendek, menengah, panjang, penentuan laus lahan garapan dan jadwal
penanaman disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara
intensif.
3 Jumlah Kepala Keluarga (Rumah Tangga)
Secara umum kehidupan bermasyarakat dalam suatu wilayah dikenal adanya Kepala
Keluarga/Rumah Tangga yaitu sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur atau
dengan kata lain banyaknya orang/manusia yang menempati sebuah rumah dalam suatu
daerah atau kelurahan tertentu. Jumlah kepala keluarga/rumah tangga yang ada pada
wilayah tertentu atau suatu kelurahan sangat menentukan daya dukung lahan sebagai
sasaran utama sumber penghasilan kebutuhan pangan.
4 Persentase Jumlah Penduduk
Umumnya dipahami pula bahwa kaitan antara kepadatan dan jumlah penduduk serta
kondisi suatu daerah sangat mempengaruhi daya dukung lahan yang ada, sehingga laju
pertumbuhan penduduk perlu ditekankan agar tidak melampaui daya dukung lahan.
Bertambahnya jumlah penduduk berarti bertambah pula tenaga kerja, yang bersama-
sama dengan faktor produksi lain dan perbaikan teknologi maupun menghasilkan
keluaran (output). Jadi pertumbuhan penduduk berakibat pada memburuknya kualitas
lingkungan melalui hubungan antara pertumbuhan jumlah dan tersedianya tenaga kerja
yang produktif.
5 Ukuran rata-rata lahan pertanian yang dimiliki petani.
Menyatakan bahwa di Indonesia selain tanah milik perorangan dikenal pula tanah untuk
kepentingan bersama (tanah kelurahan). Tanah kelurahan dianggap sebagi modal
bersama untuk diusahakan secara bersama demi kepentingan anggota masyarakat
tersebut. Setiap warga masyarakat/petani mempunyai hak untuk menguasai tanah yang
terdapat di daerah/kelurahan yang disebut hak ulayat, hak pertuanan, hak persekutuan
yang dilaksankan oleh Lurah.
Dengan kata lain, hak ulayat memberikan bermacam-macam hak kepada
petani/masyarakat untuk kepentingan pemilikan tanah sebagai tempat tinggal, tanah
pertanian, tempat pengembalaan, mengambil hasil hutan, berkebun dan menyakap
tanah.
Faktor-faktor penghambat daya dukung lahan

1. Masalah internal
Merupakan sejumlah masalah yang terjadi pada lahan pertanian seperti kecilnya area
lahan, dan nutrisi lahan yang terbatas.
2. Masalah eksternal
Merupakan masalah di luar lahan seperti kondisi alam, yakni pencemaran lingkungan,
bencana alam, dan pengaruh iklim yang tidak stabil. Pencemaran lingkungan berkaitan
dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh populasi sehingga dapat
menggangu daya dukung lahan. Bencana alam berupa goncangan yang terjadi pada
alam yang berpengaruh pada rendahnya daya dukung lahan seperti erosi, banjir, atau
badai. Pengaruh iklim yang tidak stabil yakni perubahan iklim secara mendadak
sehingga dapat mengganggu hasil produksi pertanian.
Berbagai permasalahan lahan yang dapat dijadikan sebagai indikator penurunan daya
dukung lahan antara lain:

 Menurunnya tingkat produktivitas lahan

 Merosotnya tingkat kesuburan lahan

 Meningkatnya konversi lahan pertanian


 Bertambahnya luas dan kualitas lahan kritis

 Semakin meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian

 Merosotnya daya dukung likungan

 Meningkatnya tingkat pengangguran di pedesaan

 Daya atau Nilai Tukar Petani (NTP) berkurang

 Penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun

 Kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat.

2.3 Antisipasi Penurunan Daya Dukung Lahan

Antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan daya dukung lahan
adalah:
 Pertanian Berkelanjutan

 Konsep pertanian berkelanjutan merupakan suatu bentuk pertanian yang harus


dikembangkan jika ingin menjadi pewaris yang baik dan mempunyai pandangan
yang jauh ke depan tidak hanya memikirkan kebutuhan sendiri dan kebutuhan
saat ini.

 Penggunaan lahan yang tepat

 Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan
air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah pada penggunaan yang
sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang
diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin
produktivitas yang tinggi secara lestari.

 Meminimalisir input dari luar (pupuk, bibit, maupun pestisida)

 Mengurangi pengolahan tanah yang sekarang ini sangat intensif dilakukan.

2.4 Analisis Carrying Capacity Ratio (CCR)


Dalam menganalisis jumlah KK maksimum untuk penyediaan lahan budidaya lahan
sawah dan ladang digunakan metode CCR. Metode ini menggunakan data luas
lahan yang dipanen dalam setahun, persen penduduk petani dikalikan jumlah KK,
dan rata-rata lahan dimiliki petani. Perhitungan metode ini adalah sebagai berikut:
Axr
CCR = ----------------------------------
Hxhxf
Sehingga diperoleh:
Axr
H = ------------------------------
CCR x hx f
Keterangan

CCR: Kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio)

A : Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian

r : Frekuensi panen per hektar

H : Jumlah KK (rumah tangga)

h : Persentase jumlah penduduk yang tinggal

f : Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani

Asumsi umum sebagai interpretasi hasil perhitungan analisis daya dukung sebagai
berikut:

 1.Jika CCR > 1

Artinya berdasarkan kuantitas lahannya, masih memiliki kemampuan untuk


mendukung kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima tambahan
penduduk. Pembangunan di wilayah tersebut masih dimungkinkan bersifat ekspansif
dan eksploratif lahan.

 2.Jika CCR < 1

Artinya berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di wilayah tersebut sudah tidak
mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
Lahan-lahan yang berada pada posisi demikian perlu mendapatkan program
peningkatan produktivitas, intensifikasi dan ekstensifikasi melalui perbaikan
teknologi atau menekan pertumbuhan penduduk.

 3.Jika CCR = 1

artinya berdasarkan jumlah lahan, daerah ini masih memiliki keseimbangan antara
kemampuan lahan dan jumlah penduduk, namun demikian kondisi ini perlu
diwaspadai karena jika pertambahan penduduk tidak terkendali akibat pembangunan
yang sangat cepat akan dapat menyebabkan menurunnya kemampuan daya dukung,
untuk itu peran pemerintah dalam mengendalikan pembangunan yang memicu
penambahan penduduk sangat diperlukan.
2.5 Contoh Pembahasan Soal
Kabupaten A memiliki luas 20.109,8 km²; 5.732 Km² diantaranya merupakan dataran
tinggi. Terdapat sawah tadah hujan 15.030 ha dengan frekuensi panen 1 kali dan sawah
beririgasi 20.300 ha dengan frekuensi panen 3 kali setahun. Jumlah penduduk 500.000
orang dan yang tinggal di kota 35%. Rata-rata keluarga mempunyai 5 orang anggota
dan diasumsikan bahwa lahan yang dibutuhkan oleh 1 KK petani adalah 1 hektar.
Lakukan analisis daya dukung!
PEMBAHASAN:
Jumlah KK = 50.000 = 100.000 KK
5
Jumlah KK yang ada di desa = 65% x 100.000 KK
= 65. 000 KK
CCR = (15.030 × 1) + (20.300 × 3) = 1,17
65. 000
Kesimpulan : Lahan> Kebutuhan (lahan lebih besar dibandingkan kebutuhan).
Berdasarkan contoh perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa lahan pertanian yang
ada di desa masih memiliki daya dukung yang cukup tinggi terhadap aktivitas
pembangunan. Dengan angka daya dukung (CCR) sebesar 1,17 desa tersebut masih
memiliki kemampuan untuk mendukung aktivitas-aktivitas penduduknya, khususnya
dalam sektor pertanian. Di samping itu, desa tersebut masih bisa dikembangkan dengan
leluasa, khususnya pengembangan lahan pertanian, karena lahan masih cukup tersedia.
Ratio perbandingan yang ada menunjukan bahwa setiap kepala keluarga paling tidak
memiliki lahan seluas 1,17 ha; jadi lebih besar 0,17 ha dari lahan yang dibutuhkan oleh
setiap kepala keluarga
2.6 Manfaat Dan Skema Ccr
Informasi yang dapat diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum adalah
menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah
dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan
melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang
ada. Beberapa manfaat dari adanya analisis daya dukung antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui apakah suatu wilayah pertanian masih mampu mendukung
kebutuhan pokok penduduk dengan melihat pertumbuhan penduduk tersebut.
2. Untuk mengambil langkah yang perlu dilakukan dengan melihat point pertama
di atas.
3. Untuk memberikan informasi kepada para perencana pembangunan atau pihak
lain dalam rangka mengembangkan potensi penduduk dengan aktivitas lain,
terutama apabila daya dukung lahan sudah mulai berkurang atau tidak seimbang
dengan jumlah penduduk yang ada.
4. Secara langsung maupun tidak, dapat digunakan sebagai bahan untuk
mensosialisasikan dan mengembangkan tingkat kesadaran berbagai pihak
mengenai pentingnya menjagakelestarian lingkungan melalui sistem
pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya.
BAB III
STUDY CASE

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis daya dukung merupakan
salah satu alat analisis perencanaan pembangunan yang penting dalam konteks
pembangunan berkelanjutan yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan ketika
akan melakukan proses pembangunan. Hal ini penting dalam rangka melihat dan
memprediksikan keseimbangan antara tingkat kebutuhan manusia terhadap lahan
dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Kiranya teknik analisis ini dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah dalam mengambil keputusan
yang penting bagi keberlanjutan kehidupan manusia dan alam lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagoes. 2011. Demografi Umum, Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Riyadi
dan Deddy S., 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi
Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 9|Page

Anda mungkin juga menyukai