Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN FIELDTRIP MANDIRI

PERTANIAN BERLANJUT
ASPEK BUDIDAYA PERTANIAN

Disusun Oleh:
AGUSTINO 165040101111142
RYNALDI GILANG 165040107111003
AFIF MUJADID 165040107111041
BRYAN CHRISATYA 165040107111044
RYAN FAHRIANDA 165040107111055
SHOFIA HIDAYATI 165040107111059
GERY HILKIA 165040107111062
DESY AGUSTINA 165040107111073
AWANG RIZALDI 165040107111075
MIRAJ RAHMATIA 165040107111078
DEVIKA AYU 165040107111080
CAHYONO ABDI 165040107111096
ALVIN FAHMI 165040107111103
DIO NANDA 165040200111151

Kelas: E
Program Studi: Agribisnis
Kelompok: 2

Asisten Kelas: Adi Suwandono, SP.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh besar


dalam kehidupan manusia, karena merupakan sumber pangan serta sumber mata
pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu sistem pertanian
nya adalah Sistem pertanian berkelanjutan yang memiliki tujuan mengelola sumber
daya dengan meningkatkan kualitas lingkungan serta melestarikan sumber daya
dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia (TAC-CGAR. 1988).
Dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan, salah satu aspek yang perlu
di perhatikan dalam sistem pertanian ini yakni Budidaya pertanian, dimana meliputi
berbagai macam kegiatan yang mendukung dari mulai penggunaan modal, teknologi,
sumber daya, serta daya dukung lahanya. Dimana daya dukung lahan sendiri diartikan
sebagai kapasitas atau kemampuan lahan berupa lingkungan untuk mendukung
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. (Bratukusam. 2005). Dimana hal ini
dapat membantu petani dalam menggunakan lahan secara efektif untuk
meningkatkan produksi tanaman serta menjaga lingkungan nya, dengan memahami
batas dari suatu lahan tersebut dalam kegiatan bercocok tanam. Oleh karena itu,
dilaksanakan nya kegiatan survey mandiri ke Desa Bumiaji, untuk memenuhi
informasi mengenai daya dukung lahan dalam mendukung kegiatan masyarakatnya.

1.2 Tujuan

Adapaun tujuan dilakukan nya fieldtrip ini adalah:


1. Untuk mengetahui seberapa besar daya dukung dalam mencukupi kebutuhan
masyarakat.
2. Untuk mengetahui tingkat intensifikasi pada lahan pertanian.
3. Untuk mengetahui interaksi antar agroekosistem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daya Dukung Lingkungan

Pengertian daya dukung lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 23


Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Menurut Sunu
(2001), carrying capacity yang merupakan gambaran dari kapasitas penyangga
lingkungan yaitu kemampuan ekosistem dalam mendukung kehidupan organisme
untuk mempertahankan produktivitasnya, kemampuan adaptasi dan kemampuan
memperbarui diri organisme yang ada di dalamnya.
Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu
yang dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu
ekosistem. Dalam aktivitas manusia dan kehidupannya, lahan merupakan salah satu
bagian lingkungan dalam tersedianya sumberdaya alam yang dimanfaatkan sebagai
pemukiman, pertanian, peternakan, pertambangan, jalan maupun fasilitas sosial
ekonomi dan sebagainya. Carrying capacity juga dapat disebut sebagai kemampuan
ekosistem dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang ada di dalamnya
secara berkelanjutan.
Kapasitas daya tampung (Carrying capacity), dibedakan menjadi 4
tingkatan yaitu:
1. CC Maksimum, apabila sumberdaya yang tersedia dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan telah melebihidaya dukung SD dalam memenuhi kebutuhan
penghuninya.
2. CC Subsistem, apabila pemanfaatan SD melebihi kapasitas daya tampung SD
akan tetapi populasi tidak optimum sehingga melebihi kebutuhan populasi.
3. CC Suboptimum, apabila pemanfaatan SD yang ada berada dibawah rata-rata
kebutuhan populasi.
4. CC Optimum, apabila kapasitas daya tampung SD berada dibawah rata-rata
kebutuhan populasi.
Analisis daya dukung lahan pertanian dilakukan untuk mengetahui
kemampuan lahan dalam menyediakan pangan untuk kebutuhan penduduk di suatu
daerah dan waktu tertentu. Penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh jumlah
penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase
jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak (Ida Bagus Mantra,
1986).
Untuk mengatasi penurunan daya dukung lahan menurut Hardjasoemantri
(1989) dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1. Konversi lahan, yaitu merubah jenis penggunaan lahan ke arah usaha yang lebih
menguntungkan tetapi disesuaikan wilayahnya.
2. Intensifikasi lahan, yaitu dalam menggunakan teknologi baru dalam usahatani.
3. Konservasi lahan, yaitu usaha untuk mencegah.

2.2 Macam-macam daya dukung lingkungan

Menurut Khanna (1999) daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2


komponen, yaitu kapasitas penyediaan (Supportive Capacity) yang meliputi unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya hayati maupun non hayati, sumber
daya buatan, dan sumber daya manusia serta kapasitas tampung limbah (Assimilative
Capacity) adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau
komponen lain kedalamnya.
Kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan
dan kebutuhan akan lahan dan air. Penentuan daya dukung lingkungan hidup sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2009.
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah Menteri Negara Lingkungan Hidup dilakukan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan ruang
3. Perbandingan antaran ketersediaan dan kebutuhan air

2.3 Lanskap Pertanian

Lanskap dapat didefinisikan sebagai suatu bentang alam yang memiliki


elemen pembentuk, komposisi, dan karakteristik khas yang dapat dinikmati oleh
seluruh indera manusia yang terintegrasi secara harmoni dan alami untuk
memperkuat karakternya sehingga dapat dibedakan dengan bentuk lainnya
(Simonds, 1983). Lanskap didefinisikan pula sebagai proses polarisasi yang tidak
hanya menyebabkan perbedaan tata guna lahan, tetapi juga dalam aspek sosial,
budaya, ekonomi, dan ekologi. Berdasarkan pengaruh interaksi manusia di dalamnya,
lanskap dikategorikan menjadi lanskap alami (natural landscape) dan lanskap buatan
(man-made landscape). Salah satu bentuk dari lanskap buatan adalah lanskap
pertanian.
Lanskap pertanian dapat didefinisikan sebagai bentuk lahan yang memiliki
komposisi dan karakteristik elemen pembentuk yang mencerminkan aktivitas
pertanian. Aktivitas pertanian tidak hanya dalam konteks budidaya tanaman, tetapi
mencakup kegiatan pembesaran hewan ternak, pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim pada kegiatan pascapanen, serta pemanfaatan langsung seperti
penangkapan ikan dan pemanfaatan sumber daya hutan (FAO, 2011). Lanskap
pertanian merupakan kumpulan elemen pembentuk karakter lahan yang
merepresentasikan budaya bertani dan konservasi yang dikelola oleh masyarakat
untuk mencapai keberlanjutan produksi pangan, kesejahteraan masyarakat lokal, dan
kelestarian ekosistem. Lanskap pertanian memiliki peranan penting dalam
mengakomodasi kebutuhan sosial-ekonomi masyarakat dan sebagai habitat bagi
keanekaragaman hayati (Arifin, 2012).

2.4 Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi dimaksudkan menggunakan lebih banyak faktor produksi


tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi
yang lebih besar. Pengerjaan tanah yang semakin intensif mengharuskan petani
untuk terus-menerus menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada.
(Mubyarto, 1989).
Departemen Pertanian (2004) menjelaskan bahwa intensifikasi adalah
upaya meningkatkan produktivitas dari sumberdaya usahatani yang terbatas dengan
penerapan Sapta Usaha yang dianjurkan untuk meningkatkan produksi, pendapatan
petani, perluasan kesempatan kerja, penghematan, dan peningkatan devisa serta
mempertahankan pelestarian sumber daya alam. Sapta Usaha adalahtujuh usahah
dalam proses produksi pertanian yang terdidi dari:
a. Penggunaan benih unggul
b. Pemberian pupuk
c. Pengendalian OPT
d. Penyediaan dan pengaturan air
e. Perlakuan panen
f. Pasca panen

2.5 Macam-Macam Metode Intensifikasi Pertanian

Program intensifikasi pertanian menerapkan teknologi pertanian yang


memungkinkan peningkatan produksi dari jumlah masukan tetap atau penurunan
jumlah masukan untuk memperoleh hasil yang tertap. Adapun beberapa teknologi
pada program intensifikasi pertanian, yaitu:
1. Penggunaan Benih atau Varietas Unggul
Salah satu sukses peningkatan produksi tidak terlepas dari tersedianya
benih unggul. Yang dimaksud benih unggul merupakan benih yang dapat
memberikan produksi tinggi dengan berbagai karakteristik (Rio, 2012).
2. Menggunakan Konsep Pengendalian Hama Terpadu
- Penggunaan pestisida nabati atau penggunaan pestisida kurang resisten karena
peranan pestisida adalah sebagai salah satu komponen pengendalian yang harus
sejalan dengan komponen pengendalian hayati.
- Memanfaatkan musuh alami agar pengendalian dapat terintegrasi dengan
mengutamakan lingkungan sehat sehingga pestisida, insektisida, dan lainnya
hanya berperan sebagai komponen pelengkap saja dalam pengendalian
(Kartohardjono, 2011).
3. Perbaikkan Teknin Bercocok Tanam
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Beberapa tindakkan dilakukan untuk
mendukung pertumbuhan bibit/benih secara optimal sehingga mampu mencapai
produktivitas yang tinggi, yaitu dengan melakukan persemaian, pengolahan tanah,
pengaturan jarak tanam, dan jumlah benih perlubang (Rio, 2012).
2.6 Biodiversitas Pertanian

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah semua makhluk hidup


di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk keanekaragaman genetik
yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya (DITR, 2007).
Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman
spesies, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman ekosistem (Purvis dan
Hector, 2000). Sedangkan biodiversitas pertanian adalah keanekaragaman hayati
(makhluk hidup) di ekosistem pertanian termasuk didalamnya keanekaragaman
genetik dan keanekaragaman spesies.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan fieldtrip mandiri praktikum mata kuliah Pertanian


Berlanjut aspek Budidaya Pertanian bertempat di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan fieldtrip ini dilaksanakan pada tanggal 11
Oktober 2018.

3.2 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Alat Tulis Untuk mencatat hasil wawancara
2 Kuisioner Sebagai tempat untuk mencatan hasil wawancara
3 Kamera Untuk mendokumentasi dan merekam kegiatan
wawancara

3.3 Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

menentukan narasumber serta membuat janji dengan


narasumber yang akan di wawancarai

melakukan wawancara dengan narasumber dengan


berpedoman dengan kuisioner yang telah dibuat

Merekap data

Membuat laporan
Langkah kerja dalam pengambilan data dilakukan dengan menyiapkan
alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian menentukan narasumber serta membuat
janji dengan narasumber yang akan di wawancarai. Selanjutnya melakukan
wawancara dengan narasumber dengan berpedoman dengan kuisioner yang telah
dibuat. Setelah itu, merekap data yang telah dibuat dan yang terakhir adalah membuat
laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Identifikasi Petani


a. Sistem Tanam Monokultur
Wawancara petani pada sistem tanam monokultur bernama Bapak H.
Sumarno salah satu petani di Desa Bumiaji, Kecamtan Bumiaji, Kota Batu.
Tanaman yang ditanam ialah tanaman jeruk dengan luas lahan 2 hektare. Status
kepemilikan lahan yang dimiliki ialah tanah bagi hasil.
b. Sistem Tanam Polikultur
Wawancara petani pada sistem tanam polikultur bertempat dirumah
Bapak Kepala Desa Bumiaji, dan yang menjadi narasumber ialah Ibu Kepala Desa.
Tanah yang digarap seluas 4000 m2 yang merupakan tanah bengkok atau tanah
dari desa sebagai imbalan sebagai kepala desa. Lahan tersebut saat ini ditanami
jagung dan sawi daging.

4.1.2 Budidaya
a. Sistem Tanam Monolkultur
Berikut tabel hasil wawancara petani yang menggunakan sistem taaam
monokulturr tanaman jeruk ialah sebagai berikut:

Tabel…… Input Usahatani dan Produktivitas Tanaman Jeruk


No Indikator Keterangan
1. Jenis Tanaman Jeruk
2. Varietas -
3. Asal benih Membeli ditoko
4. Jarak tanam setiap tanaman 2,5 m X 2,5 m
5. Luas lahan 2 Ha
6. Jumlah bibit 2200
7. Jenis pupuk Pupuk kandang (200 sak)
Pupuk N (secukupnya
8. Penggunaan agen hayati -
9. Umur panen 9 bulan – 1 tahun
10. Penanggulangan HPT dan Pestisida (Nipetindo, Marsal untuk cabuk
gulma dan kutu, dan Roundup untuk gulma)

11. Jumlah tenaga kerja 8-9 orang


12. Cara panen setiap tanaman Dipetik
13. Produktivitas 50 ton
14. Harga jual Rp. 4000 – Rp.12000

15. Harga pasar setiap tanaman -


16. Jenis irigasi Irigasi teknis
17. Sumber irigasi Sungai
18. Keuntungan Rp. 150.000.000

Tanaman budidaya pada sistem monolkultur ialah tanaman jeruk dan bibit
jeruk didapat toko penjualan bibit jeruk. Tanaman tersebut ditanam pada lahan
seluas 2 Ha dengan jarak tanam 2,5 meter antar tanaman. Pupuk yang digunakan
dalam pemupukan ialah pupuk kandang sebanyak 200 sak dan pupuk nitrogen
secukupnya. Penggunaan pestisida anorganik digunakan untuk mengendalikan
hama dan penyakit serta gulma. Tenaga kerja yang digunakan ialah 8 orang hingga
9 orang. Umur panen untuk tanaman jeruk dipanen berumur 9 bulan hingga 12
bulan.Harga untuk setiap tanaman jeruk ialah sebesar Rp. 4000 – Rp 12.000 per
kilogram sehingga keuntungan yang didapat sekitar Rp. 150.000.000.

Tabel…… Permasalahan Usahatani Tanaman Jeruk

No Uraian Keterangan
1. Tingginya serangan hama Tinggi (lalat buah)
2. Rendahnya harga jual Harga jual yang rendah ketika panen

Permasalahan petani yang dihadapi oleh petani jeruk ialah serangan hama
lalat buah yang relatif tinggi dan harga jual yang relatif rendah ketika musim panen.
b. Sistem Tanam Polikultur
Berikut tabel hasil wawancara petani yang menggunakan sistem taaam
polikultur tanaman jagung dan sawi daging ialah sebagai berikut :

Tabel…… Input Usahatani dan Produktivitas Tanaman Jagung dan Sawi


No Indikator Keterangan
1. Jenis Tanaman Jagung manis
Sawi daging
2. Varietas Talenta (jagung)
Flamingo (Sawi daging)
3. Asal benih Toko pertanian
4. Jarak tanam setiap tanaman 30 cm X 30 cm
5. Luas lahan 4000m2
6. Jumlah benih 3 kg
7. Jenis pupuk Jagung : ZA, NPK, dan pupuk kandang

Sawi daging : Urea, ZA dan pupuk


kendang
8. Penggunaan agen hayati -

9. Umur panen Jagung : 65 hari


Sawi daging : 35 hari

10. Penanggulangan HPT dan Menggunakan pestisida


gulma

11. Jumlah tenaga kerja Tenaga kerja kompres 1 orang,


Semai dan pupuk 2 orang.
Panen borongan

12. Cara panen setiap tanaman Ditebas berupa borongan


13. Produktivitas Jagung 3-5 jt/
Sawi panen 1jt-1,5jt
14. Harga jual Jagung Rp. 3000-4000/kg .
Sawi daging Rp. 1000-1500/kg (borongan)

15. Harga pasar setiap tanaman Jagung: Rp. 4500-5000/kg


Sawi daging : Rp. 2000/kg
16. Jenis irigasi Irigasi teknis
17. Sumber irigasi Sungai
18. Keuntungan Rp. 3.184.000

Tanaman budidaya pada sistem polikultur ialah tanaman jagung dan sawi
daging. Varietas pada tanaman jagung ialah talenta atau jagung manis dan untuk
sawi daging varietasnya ialah flamingo yand didapat dari toko pertanian setempat.
Tanaman tersebut ditanam pada lahan seluas 4000 m2 dengan jarak tanam 30
cm2 antar tanaman. Pupuk yang digunakan dalam pemupukan ialah untuk
tanaman jagung mengunakan NPK, ZA, dan pupuk kandang, sedangkan untuk
sawi daging menguakan pupuk Urea, ZA, dan pupuk kandang. Umur panen untuk
tanaman jagung dipanen berumur 65 hari atau 2 bulan dan untuk tanaman sawi
daging dipanen saat berumur 35 hari atau 1 bulan. Penggunaan pestisida
anorganik digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit serta gulma.
Tenaga kerja yang digunakan ialah 1 orang hingga 2 orang Harga untuk setiap
tanaman ditentukan dengan borongan yaitu untuk jagung sekitar Rp. 3000 sampai
Rp. 4000 per kilogram dan untuk jagung sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 1500 per
kilogram sehingga keuntungan yang didapat sekitar Rp. 3.184.000.

Tabel…… Permasalahan Usahatani Tanaman Jagung dan Sawi

No Uraian Keterangan
1. Langkanya ketersediaan pupuk Pupuk bersubsidi sulit
(harga, ketepatan waktu)
2. Tingginya serangan hama Tinggi
3. Rendahnya harga jual Panen harganya murah

Permasalahan petani yang dihadapi oleh petani jagung dan sawi daging
ialah karena sulitnya mendapatkan pupuk bersubsisdi dari pemerintah serta
intensitas serangan hama yng relatif tinggi dan harga panen dipasaran yang
terbilang masih rendah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Daya Dukung Lahan Pertanian


Saat melakukan suatu budidaya tanaman, perlu memerhatikan daya
dukung dari wilayah budidaya tanaman tersebut. Adapun pengertian dari daya dukung
menurut Melinda (2014) adalah kemampuan lingkungan dalam mendukung
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya dukung lingkungan ini perlu
diketahui agar dapat mengetahui tanaman apa yang cocok untuk ditanam dan untuk
mengetahui populasi tanaman yang akan dibudidayakan. Jika semua itu diketahui
maka tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal, sehingga dapat diperoleh
pendapatan yang maksimum.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa tanaman pangan
dengan sistem tanam polikultur yaitu tanaman jagung dan tanaman sawi daging
memiliki jarak tanam 30 x 30 cm dan luas lahan 4.000 m2. Berdasarkan kegiatan
budidaya tersebut diperoleh pendapatan antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 1.500.000.
Sedangkan pendapatan pada tanaman jagung yaitu sebesar Rp. 5.250.000.
Sedangkan pada tanaman hortikultura dengan sistem tanam monokultur diperoleh
data bahwa jarak tanam tanaman jeruk yaitu 2,5 m dan luas lahan 2 hektar.
Berdasarkan kegiatan budidaya tersebut diperoleh pendapatan sebesar Rp.
150.000.000.
Kegiatan budidaya tanaman dengan sistem polikultur memiliki keuntungan
yang lebih daripada kegiatan budidaya tanaman dengan sistem monokultur. Jika
lahan tanaman pangan hanya ditanaman tanaman jagung maka hanya akan diperoleh
pendapatan dari tanaman jagung, namun jika ditanami sawi daging juga maka akan
diperoleh pendapatan yang lebih banyak. Demikian pula pada tanaman hortikultura
jika pada lahan jeruk tidak hanyak ditanamai tanaman jeruk akan diperoleh
pendapatan yang lebih. Hal tersebut dikarenakan menurut Pracaya (2007) sistem
tanam polikultur memiliki manfaat yaitu mengurangi hama dan penyakit tanaman,
menambah kesuburan tanah, siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, dan
memperoleh hasil panen yang beragam.
4.2.2 Hubungan antar Daya Dukung Lingkungan dengan Intensifikasi Pertanian
Penerapan intensifikasi pertanian pada lahan pertanian mempunyai tujuan
untuk meningkatkan produktivitas yang dapat menambah pendapatan petani dan
devisa negara, intensifikasi pertanian selain berdampak positif, seperti dapat
meningkatkan produktivitas dan daya dukung, tetapi juga memiliki dampak negatif,
seperti dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran, polusi, ataupun kerusakan
lingkungan dikarenakan pengaplikasian bahan kimia yang tidak memperhatikan dosis,
serta penurunan daya dukung (Siwi, 2002). Dari pendapat Siwi (2002) dapat di artikan
bahwa intensifikasi pertanian dapat di maknai sebuah langkah prosos pengolahan
lahan pertanian yang dilakukan secara optimal untuk meningkatkan hasil pertanian.
Tetapi dalam Intensifikasi pertanian, banyak sekali bahan-bahan kimia yang di
gunakan yang dapat menurunkan produktivitas kemampuan lahan pertanian. Dalam
kegiatan Intensifikasi pertanian memiliki dampak baik & buruk yang harus di
pertimbangkan terlebih dahulu.
Dalam kegiatan fieldtrip mandiri di desa bumiaji, Pertanian intensif juga
dilakukan oleh petani, seperti penggunaan sistem pengairan irigasi teknis,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dosis
secukupnya yang dapat meningkatkan produktivitas di komuditashortikultura (lahan
tanaman tomat). Selanjutnya penggunaan pola tanam tumpang sari, pengolahan
lahan secara rutin, penggunaan pupuk organik dari kotoran kambing dan pupuk
anorganik sesuai dosis, serta pengaplikasian pestisida sesuai dosis, pada tanaman
pangan (jagung), dalam tanaman perkebunan, pemupukan menggunakan pupuk
kandang yang berasal dari kotoran kambing, penanggulangan hama menggunakan
pestisida dan nabati, dan gulma dengan pestisida juga merupakan usaha para petani
untuk meningkatkan perolehan hasil panen mereka, tetapi sayangnya, pada lahan
tanaman perkebunan (jeruk), penggunaan pestisida dalam dosis tinggi merupakan
kebiasaan yang sering di lakukan, Padahal penggunaan bahan kimia yang tidak
bijaksana akan menimbulkan akibat buruk baik bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan dan mengurangi daya dukung lahan, mencemari daerah sekitar lahan
yang berakibat menurunnya kualitas daya dukung lahan, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Laba, (2010) Penggunaan pestisida yang berlebihan akan meningkatkan
biaya pengendalian, mempertinggi kematian organisme non target serta dapat
menurunkan kualitas lingkungan, hal ini dibuktikan bahwa insektisida golongan
organofosfat, karbamat dan piretroid sintesis berpengaruh negatif terhadap musuh
alami.
Dalam hal ini pertanian berlanjut harus di gunakan, pertanian ini merujuk
pada suatu sistem pertanian yang berkelanjutan atau “agricultural sustainability”.
Pengertian sehat atau berkelanjutan.

4.2.3 Interaksi Antar Agroekosistem


a. Interaksi antar Agroekosistem Komoditas pangan dalam Konteks Pertanian
Berlanjut
Ibu kepala Desa Bumiaji merupakan narasumber dari kegiatan praktikum
lapang Pertanian Berlanjut aspek budidaya pertanian dengan komoditas pangan.
Pada lahan pertanian komoditas pangan ditanami dengan tanaman jagung dan
sawi daging. Varietas pada tanaman jagung ialah talenta atau jagung manis dan
untuk sawi daging varietasnya ialah flamingo yang didapat dari toko pertanian
setempat, lahan tersebut merupakan tanah bengkok atau tanah dari Desa Bumiaji
sebagai imbalan dari kepala desa tersebut.. Luas lahan yang dimiliki seluas 4000
m2 dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan jarak tanam yang tepat tingkat
persaingan antara tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu pemilihan
jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam
memanfaatkan unsur – unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti
cahaya matahari, air dan hara. Perbedaan jarak tanam ternyata berpengaruh
sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
brangkasan segar, serta berat konsumsi/tanaman dan konsumsi/petak (Nugroho,
2005).
Sistem tanaman yang digunakan untuk budidaya lahan adalah pilokultur
dengan metode tumpang sari yaitu tanaman jagung dan sawi. Jumlah benih yang
digunakan sebanyak 3 kg dan umur panen dari komoditas jagung 65 hari atau 2
bulan sedangkan untuk komoditas sawi daging 35 hari atau 1 bulan. Menurut
Suwarto dkk (2014) metode tumpang sari dari dua jenis tanaman menimbulkan
adanya interaksi karena masing-masing tanaman membutuhkan ruangan yang
cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi,
sehingga pada sistem tumpang sari ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain pengaturan jarak tanam, populasi tanaman dan umur panen tiap
tanaman.
Pada proses budidaya komoditas ini, pupuk yang digunakan dalam
pemupukan ialah untuk tanaman jagung mengunakan NPK, ZA dan pupuk
kandang, sedangkan untuk sawi daging menguakan pupuk Urea, ZA, dan pupuk
kandang. Penggunaan pestisida pada tanaman hortikultur ini menggunakan jenis
pupuk anorganik yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit serta
gulma. Keuntungan dari penggunaan pestisida antara lain adalah dapat
diaplikasikan secara mudah dan hampir di setiap tempat dan waktu, dengan
penggunaan pestisida dianggap menguntungkan untuk menekan kehilangan hasil
sebelum dan setelah panen (suwarto, 2014).
b. Interaksi antar Agroekosistem Komoditas Hortikultur dalam Konteks Pertanian
Berlanjut
Bapak Sumarno merupakan salah satu petani yang membudidayakan
tanaman komoditas hortikultur dengan tanaman jeruk. Luas lahan dari komoditas
jeruk yang ditanami seluas 2 Ha. Sistem tanam yang digunakan oleh Bapak
Sumarno adalah sistem tanam monokultur karena seluruh luas lahan hanya
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman jeruk. pertanian monokultur adalah
pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Bibit jeruk dengan jarak tanam
setiap tanaman 2,5 m x 2,5 m. jumlah bibit yang digunakan yaitu sebanyak 2000
bibit dan umur panen dari tanaman ini 9 bulan -1 tahun.
Pada budidaya tanaman jeruk ini pupuk yang digunakan dalam
pemupukan ialah pupuk kandang sebanyak 200 sak dan pupuk nitrogen
secukupnya. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan ternak, baik berupa kotoran cair maupun padat (faeces). Tanah yang diberi
pupuk kandang akan menjadi gembur dan memudahkan air untuk masuk ke dalam
tanah, pertukaran udara (aerasi) juga menjadi lebih baik jika tanah menjadi lebih
gembur (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991). Penggunaan pestisida anorganik
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit serta gulma yaitu Pestisida
(Nipetindo, Marsal untuk cabuk dan kutu, dan Roundup. Pada agroekosistem
hortikultura dalam komponen abiotik agroekosistem juga terdapat air untuk irigasi
yang terbilang sangat baik karena menggunakan irigasi dari sumber air dan
komponen biotik dalam agroekosistem tanaman budidaya dengan pengendalian
hama penyakit
Bab 5
Kesimpulan
Daya dukung lahan di Desa Bumiaji sangat baik. Dapat diketahui dengan daya
tumbuh tanaman yang optimal sehingga pendapatan yang diperoleh pun optimal.
Lahan di Desa Bumiaji cocok untuk ditanami baik dengan tanaman monokultur
maupun tanaman system polikultur.
Dalam kegiatan fieldtrip mandiri di desa bumiaji, Pertanian intensif juga
dilakukan oleh petani, seperti penggunaan sistem pengairan irigasi teknis,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dosis
secukupnya yang dapat meningkatkan produktivitas di komuditashortikultura (lahan
tanaman tomat). Selanjutnya penggunaan pola tanam tumpang sari, pengolahan
lahan secara rutin, penggunaan pupuk organik dari kotoran kambing dan pupuk
anorganik sesuai dosis, serta pengaplikasian pestisida sesuai dosis, pada tanaman
pangan (jagung), dalam tanaman perkebunan, pemupukan menggunakan pupuk
kandang yang berasal dari kotoran kambing, penanggulangan hama menggunakan
pestisida dan nabati, dan gulma dengan pestisida juga merupakan usaha para petani
untuk meningkatkan perolehan hasil panen mereka, tetapi sayangnya, pada lahan
tanaman perkebunan (jeruk), penggunaan pestisida dalam dosis tinggi merupakan
kebiasaan yang sering di lakukan.
Pada lahan pertanian komoditas pangan ditanami dengan tanaman jagung
dan sawi daging. Varietas pada tanaman jagung ialah talenta atau jagung manis dan
untuk sawi daging varietasnya ialah flamingo yang didapat dari toko pertanian
setempat, lahan tersebut merupakan tanah bengkok atau tanah dari Desa Bumiaji
sebagai imbalan dari kepala desa tersebut.. Luas lahan yang dimiliki seluas 4000 m2
dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan
antara tanaman dapat ditekan serendah mungkin.
Untuk komoditas hortikultura, luas lahan dari komoditas jeruk yang ditanami
seluas 2 Ha. Sistem tanam yang digunakan oleh Bapak Sumarno adalah sistem tanam
monokultur karena seluruh luas lahan hanya dimanfaatkan untuk budidaya tanaman
jeruk. Bibit jeruk dengan jarak tanam setiap tanaman 2,5 m x 2,5 m. jumlah bibit yang
digunakan yaitu sebanyak 2000 bibit dan umur panen dari tanaman ini 9 bulan -1
tahun
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S. 2012. Manajemen Lanskap Berkelanjutan bagi Sumber Daya Biologi di


Perdesaan Indonesia. Di dalam Merevolusi Revolusi Hijau-Pemikiran
Guru Besar IPB. Bogor: IPB Press.
Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pertanian. 2004. Publikasi Statistik Pertanian Konsep dan Definisi. Pusat
Data dan Informasi Pertanian.
http://pusdatin.deptan.go.id/statistik/konsep_definisi.htm diakses pada 28
Oktober 2018.
DITR [Department of Industry Tourism and Resources of Australian Government].
2007. Biodiversity Management: Leading Practice Sustainable
Development Program for the Mining Industry. Department of Industry,
Tourism and Resources, Government of Australia, Canberra.
Food and Agriculture Organization (FAO) . 2011. The state of the world’s forests 2011.
Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome: 157 hlm.
Hardjasoemantri, 1989. Hukum Tata Lingkungan. Edisi Ke-empat,Universitas
GadjahMada Press, Yogyakarta.
Ida Bagoes Mantra. 1986. Pengantar Studi Demografi, Nur Cahaya, Yogyakarta.
Kartohardjono, Arifin. 2011. Penggunaan Musuh Alami sebagai Komponen
Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Subang: Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi. J. Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (1): 29-
46.
Khanna, P., P.R. Babu and M.S. George. 1999. Carrying capacity as a basis for
sustainable development: A Case Study of National Capital Region in
India. Progress in Planning (52): 101-163.
Laba I Wayan, 2010. Analisis Empiris Penggunaan Insektisida Menuju Pertanian
Berkelanjutan. Orasi Profesor Riset di Bogor, Pengembangan Inovasi
Pertanian 3: 120-137
Melinda. 2014. Kajian Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor: Bogor
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Nugroho, A. 2005. Regenerasi Tunas In Vitro Empat Varietas Kedelai (Glycine max
[L] Merr.) pada Tiga Knsetrasi Benziladenin (BA). Laporan penelitian.
Fakultas Pertanian, Unila, Bandar Lampung, Hal: 52.
PP RI. No 18 tahun 2010. Tentang Usaha Budidaya Tanaman.
Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta:
Penebar Swadaya
Purvis A, Hector A. 2000. Getting the measure of biodiversity. Nature 405: 212-219.
Rio Juliver Bertua Sipahutar. 2012. Pengaruh Intensifikasi Usahatani Padi Dalam
Meningkatkan Pendapatan Dan Distribusi Pendapatan Di Kabupaten
Lampung Tengah. Universitas Bandar Lampung.
Sastrahidayat, I.R dan Soemarno. 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha
Nasional. Surabaya.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York.
Stockholm International Water Institutte (SIWI). 2002. Water Harvesting for Upgrading
of Rainfed Agriculture: Problem Analysis and Research Needs.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Suwarto, dkk, 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya: Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1:

KUESIONER PRAKTIKUM

MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT

Nama petani dan lokasi : Ibu Kepala Desa

Luas lahan yang dikelola dalam satu hamparan : 4000 m2


Jenis tanah :-

Topografi :-

Kepemilikan lahan : Tanah bengkok

Isilah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengamatan di lapangan atau


wawancara dengan petani!

1. Sistem tanam yang digunakan:

a. Monokultur

b. Tumpangsari

c. Agroforestri
2. Apabila monokultur, isilah tabel di bawah ini:

No Uraian Keterangan
.
1 Varietas
2 Asal benih (produksi sendiri
atau beli, bersertifikat atau
tidak)
3 Jarak tanam
4 Sistem tanam (jajar legowo,
SRI, konvensional-khusus
padi)
5 Jumlah benih/ha
6 Jenis pupuk dan dosis yang
digunakan
a. Pupuk organik (kgha-1)

b.Pupuk N (kgha-1)

c.Pupuk P (nama ha-1)

d.Pupuk K (nama kgha-1)

7 Penggunaan agen hayati

8 Penanggulangan HPT dan


gulma

9 Jumlah tenaga kerja

10 Umur panen (HST)


11 Cara Panen
12 Produktivitas per ha
13 Harga jual petani
14 Harga pasar
15 Keuntungan petani (Rp/ha)

3. Apabila tumpang sari, isilah tabel di bawah ini!

N Varietas Keterangan
o
1 Varietas setiap tanaman Jagung (Talenta),
Sawi daging (Flamingo)
2 Asal benih (produksi Beli di toko dan bersertifikat
sendiri atau beli,
bersertifikat atau tidak)
setiap tanaman
3 Jarak tanam setiap tanaman 30 cm X 30 cm
4 Sistem tanam (jajar
legowo, SRI, konvensional- -
khusus padi)
5 Jumlah benih/ha setiap 3 kg/4000m2
tanaman
6 Jenis pupuk dan dosis Jagung : Za dan NPK (namun takaran kurang
yang digunakan paham), (sudah campuran) di tugal
Sawi daging : Urea, pupuk campuran (Za,
mutiara)
a. Pupuk organik (kgha-1) Pupuk kandang berupa kotoran kambing (beli
di tetangga)
b. b. Pupuk N (kgha-1) -
c. c. Pupuk P (ha-1) -

d. d. Pupuk K (kgha-1) -

7 Penggunaan agen hayati -

8 Umur panen per tanaman Sawi daging : 35 hari, Jagung : 2 bulan


(HST)
9 Penanggulangan HPT dan Ulet kayak kawat, cabuk (ada yang hitam).
gulma Penyakit kresek buah tidak bisa besar.
Obat/pestisida disemprot 10-15 hari sekali
(jagung dan sawi daging)
10 Jumlah tenaga kerja Tenaga kerja kompres 1 orang,
Semai dan pupuk 2 orang.
Panen borongan
11 Cara panen setiap tanaman Ditebas berupa borongan
12 Produktivitas per ha per Jagung 3-5 jt/4000 m2
tanaman Sawi panen 1jt-1,5jt/4000 m2
13 Harga jual setiap tanaman Jagung 3000-4000/kg .
Sawi daging 1000-1500/kg (borongan)
14 Harga pasar setiap tanaman Jagung: 4500-5000/kg
Sawi daging : 2000/kg
15 Keuntungan total petani Harga benih jagung + harga benih sawi + upah
(Rp/ha) + pestisida + pupuk +irigas = biaya
1.080.000 + 66.000 + 150.000 + 440.000 +
300.000 + 30.000 = 2.066.000
Pendapatan = 5.250.000
Keuntungan = 5.250.000 – 2.066.000
= 3.184.000
NB :

Biasanya setelah jagung bisa tomat, wortel, brokoli/bunga kol (satu tahun 4 kali)

Upah laki-laki setengah hari= 45 ribu, perempuan = 35 ribu

4. Apabila agroforestri, isilah tabel di bawah ini!

Komoditas Input dan Produksi Per Frekuensi Harga Jual


Pemeliharaan Waktu Panen Panen Per (Rp)
Tahun
5. Sistem pengairan yang digunakan Jenis:

a. Tadah hujan

b. Irigasi teknis

c. Campuran

Sumber irigasi : dari sungai

Kualitas air (kejernihan, debit): agak jernih dengan sistem air giliran 1 minggu
sekali baru mendapatkan air.

6. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan: -

7. Integrasi tanaman-ternak (tidak mempunyai hewan ternak)

Jenis ternak :-

Jumlah ternak : -

Dampak positif : -

Dampak negatif : -

8. Isilah tabel di bawah ini dengan mengisi nama tanaman dan produktivitas di periode
waktu dalam satu tahun untuk mengetahui pola tanam dalam satu tahun

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keterangan :

Tomat
Brokoli/Kol
Jagung dan Sawi daging
Wortel

9. Masalah-masalah utama yang dihadapi (lingkari yang terdapat di lapang dan isilah
keterangan sebagai tingkat masalah - urutkan dari masalah yang dianggap paling
serius dan berdampak paling besar menggagalkan produksi/sulit ditangani)

No Uraian Keterangan
1 Kekurangan modal -
2 Mahalnya tenaga kerja -
3 Langkanya ketersediaan pupuk Pupuk bersubsisdi masih sulit untuk
(harga, ketepatan waktu) didapatkan.
4 Tingginya serangan hama Sering terjadi.
5 Tingginya serangan patogen -
6 Rendahnya harga jual Panen harganya murah
7 Rendahnya kesuburan tanah -
8 Air terkena limbah Air irigasi tertunda, air sungai
kurang banyak jumlahnya.
membayar airnya bulanan ke tenaga
pengairan
9 Bencana alam (longsor, banjir dll) -
10 Lainnya -
10. Kondisi agroklimat

Intensitas cahaya matahari : -

Kelembaban :-

Suhu :-
KUESIONER PRAKTIKUM

MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT

Nama petani dan lokasi : Hj Sumarno

Luas lahan yang dikelola dalam satu hamparan : 2 Ha


Jenis tanah :-

Topografi : 300

Kepemilikan lahan : Bagi Hasil

Isilah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengamatan di lapangan atau


wawancara dengan petani!

1. Sistem tanam yang digunakan:

a. Monokultur

b. Tumpangsari

c. Agroforestri
2. Apabila monokultur, isilah tabel di bawah ini:

No Uraian Keterangan
.
1 Varietas Jeruk
2 Asal benih (produksi sendiri Beli di pertanian
atau beli, bersertifikat atau
tidak)
3 Jarak tanam 2,5 m
4 Sistem tanam (jajar legowo, -
SRI, konvensional-khusus
padi)
5 Jumlah benih/ha 2200\2 ha
6 Jenis pupuk dan dosis yang -
digunakan
e. Pupuk organik (kgha-1) Pupuk kandang = 2000 sak (1 sak = 35 kg)

f. Pupuk N (kgha-1) Secukupnya

g. Pupuk P (nama ha-1) -

h.Pupuk K (nama kgha-1) -

7 Penggunaan agen hayati -

8 Penanggulangan HPT dan Pestisida (nipetindo), marsal-cabuk hijau-kutu,


gulma round up-gulma

9 Jumlah tenaga kerja 8\9 orang (upah1 minggu)

10 Umur panen (HST) 9 bulan-1 tahun-masa panen bulan


11 Cara Panen -
12 Produktivitas per ha 50 ton
13 Harga jual petani 10-12 ribu paling murah 4 ribu
14 Harga pasar -
15 Keuntungan petani (Rp/ha) 1 tahun = 370 juta->biaya
2 ha=150 jt-> satu tahun->biaya

5. Sistem pengairan yang digunakan Jenis:

a. Tadah hujan b. Irigasi teknis c. Campuran

Sumber irigasi : dari sungai

Kualitas air (kejernihan, debit): bening

6. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan: -

7. Integrasi tanaman-ternak (tidak mempunyai hewan ternak)

Jenis ternak :-

Jumlah ternak : -

Dampak positif : -

Dampak negatif : -
8. Isilah tabel di bawah ini dengan mengisi nama tanaman dan produktivitas di periode

waktu dalam satu tahun untuk mengetahui pola tanam dalam satu tahun

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

9. Masalah-masalah utama yang dihadapi (lingkari yang terdapat di lapang dan isilah
keterangan sebagai tingkat masalah - urutkan dari masalah yang dianggap paling
serius dan berdampak paling besar menggagalkan produksi/sulit ditangani)

No Uraian Keterangan
1 Kekurangan modal -
2 Mahalnya tenaga kerja -
3 Langkanya ketersediaan pupuk -
(harga, ketepatan waktu)
4 Tingginya serangan hama
Sering terjadi. (lalat buah)
5 Tingginya serangan patogen -
6 Rendahnya harga jual Panen harganya murah
7 Rendahnya kesuburan tanah -
8 Air terkena limbah -
9 Bencana alam (longsor, banjir dll) -
10 Lainnya -
10. Kondisi agroklimat

Intensitas cahaya matahari : -

Kelembaban :-

Suhu :-

Lampiran 2:

Anda mungkin juga menyukai