TINJAUAN PUSTAKA
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Arsyad, 2006). Lahan diperlukan
sebagai ruangan atau tempat di permukaan bumi yang diperguinakan oleh
manusia untuk melakukan segala macam kegiatan. Lahan merupakan
sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik unik: (1) luas relatif
tetap karena peruahan luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses
artifisial (reklamasi) sangat kecil; (2) memiliki sifat fisik (jenis batuan,
kandungan mineral, topografi,dsb) dengan kesusaian dalam menampung
1
kegiatan masyarakat yang cenderung spesifik. Oleh karena itu lahan perlu
diarahkan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan yang paling sesuai dengan sifat
fisiknya serta dikelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang
terus berkembang (Dardak,2005).
A = L/P
Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan
potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non
pertanian (Djaenudin et al., 2000 dalam Muhamad Yusuf Hidayat, 2006).
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan yang akan
dicapai untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang
sudah teruji. Hasil dari evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan
penggunaan sesuai dengan keperluan. Pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan lahan. Selain itu,
kerusakan lahan akan berdampak negatif terhadap masalah budaya, sosial, dan
ekonomi masyarakat. Hal ini dapat terjadi, misalnya seperti yang pernah terjadi di
Babilonia dan Mesopotamia, Euphrat dan Tigris (Sarwono Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011).
2.4 Permukiman
4
(Kurniasih, 2007).
𝐿𝑃𝑚/𝐽𝑃
DDPm= 𝑎
Keterangan:
DDPm = daya dukung permukiman
JP = jumlah penduduk
𝛼 = koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m2/kapita), menurut
SNI 03-1733-2004 sebesar 26 m2
LPm = luas lahan yang layak untuk permukiman (m2), areal yang
layak untuk permukiman adalah di luar kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana.
Kisaran nilai indeks daya dukung permukiman adalah:
- Apabila DDPm > 1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi,
masih mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun
rumah) dalam wilayah tersebut.
- Apabila DDPm = 1, bermakna bahwa daya dukung permukiman
optimal, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim
(membangun rumah) dengan luas wilayah yang ada.
- Apabila DDPm < 1, berarti bahwa daya dukung permukiman rendah,
tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun
rumah) dalam wilayah tersebut.
6
b) Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan
tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan
utilitas umum yang memadai;
8
Lahan diperlukan sebagai ruangan atau tempat di permukaan bumi yang
dipergunakan oleh manusia untuk melakukan segala macam kegiatan. Dalam
rangka mengoptimalkan fungsi lahan maka diperlukan tata guna lahan, yaitu
pengarahan penggunaan lahan sesuai kebutuhan manusia dan atau kebijakan
untuk memperoleh manfaat yang optimal secara berkelanjutan. Dalam tata
guna lahan juga terkandung makna menempatkan tiap kegiatan pada bagian
lahan yang berkemampuan sesuai dengan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
terdapat dua pengukuran penting dalam analisis sumberdaya lahan, yaitu
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan merupakan
spesifikasi kemampuan lahan, khususnya kecocokan suatu jenis lahan tertentu
untuk suatu macam penggunaan tertentu pula (Muta’ali, 2012).
b) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air
antara 60 liter/orang/hari-100 liter/orang/hari;
c) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi,
tsunami);
9
penerbangan;
10
11
Tabel 2.2 Peruntukan Lahan berdasarkan Kondisi Topografi (Lereng)
Sudut Lereng (%)
No. Peruntukan
0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 30-70 >70
1 Rekreasi umum X X X X X X X
2 Bangunan terstruktur X X X X X X X
3 Perkotaan X X X X
4 Jalan umum X X X
5 Sistem septik X X
6 Perumahan X X X X
7 Pusat perdagangan X X
8 Jalan raya X X
9 Lapangan terbang X
12
rekreasi umum dan bangunan terstruktur.
13
3) Lahan dengan kemiringan >40%, sangat tidak layak untuk
dikembangkan untuk kegiatan perkotaan, karena kemiringannya yang
cukup curam maka struktur lapisan tanahnya sangat tidak stabil. Selain
itu juga sangat rawan terhadap bahaya longsor, hal ini disebabkan oleh
aliran air yang ditimbulkannya sangat deras dan mengikis lapisan tanah
yang ada di sekitarnya terutama pada musim hujan.
15
Aktif Palu-Koro 0-10 meter
(Zona Bahaya Deformasi
Sesar Aktif)
16
ZRB 2 (ZONA 2 L : Zona Rawan Likuifaksi 1. Pembangunan baru harus
BERSYARAT) Tinggi mengikuti standar yang
berlaku (SNI 1726).
2 T : Zona Rawan Tsunami
2. Pada zona rawan tsunami
Menengah (KRB II)
dan rawan banjir, bangunan
2 G : Zona Rawan Gerakan
hunian disesuaikan dengan
Tanah Menengah
tingkat kerawanan
2 B : Zona Rawan Banjir
bencananya.
Tinggi
3. Intensitas pemanfaatan
Zona Rawan Gempabumi
ruang rendah
Tinggi
ZRB 1 (ZONA 1 L : Zona Rawan Likuifaksi 1. Pembangunan baru harus
PENGEMBANGAN) Sedang mengikuti standar yang
berlaku (SNI 1726).
1 T : Zona Rawan Tsunami
2. Intensitas pemanfaatan
Rendah (KRB I)
ruang rendah-sedang.
Sumber : Peta Zona Ruang Rawan Bencana Palu Dan Sekitarnya (Alternatif 1)
17
2.10 Penelitian Terdahulu
18
Sangkrtadi, Malalayang Kota fungsikan sbagai kawasan
Suryadi Manado permukiman atau kawasan
Supardjo, budidaya untuk mendukung
2018) daya tampung yang semakin
padat.
Sumber : Penulis, 2021
19
2.11 Kerangka Pikir
Judul Penelitian
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan Penelitian
Kuantitatif Deskriptif
Analisis
Hasil
20