Anda di halaman 1dari 9

RESUME

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN


SERTA EVALUASI DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG RUANG PERMUKIMAN DI
KOTA KEDIRI
Oleh :
- Kristin Indahwati (170721636536)
- Lutfiana Alfi Mufidah (170721636513)
- Mohammad Novandy Primanto (170721636552)
- Muhammad Ulil Abshor (170721636572)
- Nur Cahyo Widhi Pamungkas (170721636635)

Konsep Daya Dukung dan Daya Tampung secara umum


Jika dilihat dari definisinya, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup merupakan
kemampuan lingkungan hidup untuk dapat mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Dengan demikian, konsep daya dukung secara umum
dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
a. Dari sisi ketersediaan, dengan melihat karakteristik wilayah, potensi sumber daya alam
yang ada di suatu wilayahb.
b. Dari sisi kebutuhan, yaitu dengan melihat kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya
dan arahan kebijakan prioritas suatu wilayah

Konsep Daya Dukung berdasarkan stok (ketersediaan air dan ketersediaan lahan)
Daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam perencanaan tata ruang dimaksudkan
agar pemanfaatan ruang berdasarkan tata ruang nantinya tidak sampai melampaui batas-batas
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung dan menampung aktivitas manusia tanpa
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penetapan daya dukung lahan untuk hutan atau kawasan
hutan dapat dilakukan melalui berbagai tahapan. Tahapan pertama adalah menetapkan suatu
kawasan berdasarkan fungsinya. Penetapan kawasan ini didasarkan pada kemampuannya untuk
mendukung aktifitas manusa tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.
Analisis penetapan fungsi kawasan hutan dilakukan dengan berdasarkan SK Menteri
Pertanian No. 837/KPTS/UM/11.1980. dalam metode analisis ini ditentukan tiga factor, yaitu : (1)
kemiringan lereng, (2) jenis tanah, dan (3) curah hujan. Ketiga faktor tersebut masing-masing
ditetapkan skornya kemudian hasilnya dijumlah dan menghasilkan indeks lokasi.
Indeks lokasi < 125 dan kemiringan lereng < 8% direkomendasikan sebagai kawasan
permukiman dan tanaman semusim. Indeks lokasi < 125 dan kemiringan lereng < 15%
direkomendasikan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan. Daerah dengan indeks lokasi 125-
175 diperuntukkan sebagai kawasan fungsi penyangga. Daerah dengan indeks lokasi >175
diperuntukkan sebagai kawasan hutan lindung. Tahapan kedua adalah melalui kajian kemampuan
lahan. Analisis kemampuan lahan diarahkan untuk mengetahui potensi lahan bagi penggunaan
berbagai system pertanian secara luas dan lestari, berdasarkan cara penggunaan dan perlakuan
yang paling sesuai, sehingga dapat dijamin pemanfaatan lahan dalam waktu yang tidak terbatas.
Tahapan selanjutnya adalah melihat lokasi keberadaan hutan atau kawasan hutannya ditinjau dari
Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal terakhir dari penentu daya dukung lahan hutan atau kawasan
hutan adalah penggunaannya saat ini ditinjau dari kesesuainnya dengan fungsi, kemampuan lahan
dan lokasinya.

Konsep Supply-demand
Secara umum konsep daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dapat digambarkan
melalui framework sisi permintaan (demand) dan sisi penawaran (supply side). Sisi permintaan
lebih didasarkan pada kebutuhan (needs) dan pola konsumsi akan sumber daya alam dan jasa
lingkungan seperti lahan, air dan sumber daya alam lainnya.
Di sisi lain, sumber daya alam menyedia-kan layanan barang dan jasa yang dapat
dimanfaatkan untuk memeuhi kebutuhan penduduk. Sisi suplay menggambarkan seberapa besar
(baik dari kuantitas maupun kualitas) sumber daya alam mampu mendukung kebutuhan manusia.
Sisi suplai ini bisa digambarkan,misalnya, dengan neraca air, neraca sumber daya dan lingkungan,
neraca lahan, potensi lahan untuk memenuhi kebutuhan produksi setara beras dan sebagainya.

Konsep Jasekom, Konsep ekosistem tematik (sektor kehutanan, pertambangan, pertanian,


perikanan dll.)
Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas komunitas tumbuhan, binatang
dan mikroorganisme yang dinamis beserta lingkungan abiotiknya yang saling berinteraksi sebagai
satu kesatuan unit fungsional (MA, 2005). Fungsi ekosistem adalah kemampuan komponen
ekosistem untuk melakukan proses alam dalam menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung (De Groot,1992). Jasa ekosistem adalah keuntungan yang diperoleh manusia dari
ekosistem (MA,2005). Jasa ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa
penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural), dan jasa
pendukung (supporting) (MA, 2005). Berdasarkan empat kategori ini dikelaskan ada 23 kelas
klasifikasi jasa ekosistem, yaitu (De Groots, 2002) :
a. Jasa penyediaan : (1) Bahan Makanan, (2) Air bersih, (3) Serat, bahan bakar dan bahan
dasar lainnya (4) Materi genetik, (5) Bahan obat dan biokimia, (6) Spesies hias
b. Jasa Pengaturan : (7) Pengaturan kualitas udara, (8) Pengaturan iklim, (9) Pencegahan
gangguan, (10) Pengaturan air, (11) Pengolahan limbah, (12) Perlindungan tanah, (13)
Penyerbukan, (14) Pengaturan biologis, (15) Pembentukan tanah.
c. Budaya : (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) Warisan dan indentitas budaya, (20) Spiritual
dan keagamaan, (21) Pendidikan.
d. Pendukung : (22) Habitat berkembang biak, (23) Perlindungan plasma nutfah
Daya dukung merupakan indikasi kemampuan mendukung penggunaan tertentu, sedangkan
daya tampung adalah indikasi toleransi mendukung perubahan penggunaan tertentu (atau
pengelolaan tertentu) pada unit spasial tertentu. DDDT dapat menjadi referensi penataan ruang.
Dalam perencanaan ruang sudah mengacu daya dukung. Dalam pemanfaatan harus sesuai
peruntukan dan memerlukan persyaratan dalam penggunaannya. Penilaian DD pemanfaatan ruang
untuk pertanian, perkebunan (dan pertambangan) di kawasan budidaya dilakukan berbasis kualitas
lahan dan efeknya ke penyimpanan/supply air, berbagai bentuk ruang, dan teknik pengelolaannya.
Teknik pengelolaan terkait dengan operasional penggunaan lahan dilakukan mengikuti konsep
pengelolaan berbasis konservasi tanah dan air.

Konsep Ecological footprint


Footprint merupakan sebuah metode perhitungan kuantitatif yang menunjukan pemanfaatan
sumber daya alam oleh manusia. Ada 3 jenis footprint yaitu:
- Ecological footprint, fokus dalam perhitungan penggunaan lahan bioproduktif.
- Carbon footprint, perhitungan penggunaan energy dalam volume emisi karbondioksida.
- dan Water footprint, perhitungan penggunaan air.
Pada konsep Ecological footprint ini pertama kali dikemukaan oleh William ress dan martin
wackernagel tahun 1990-an. Pada konsep ini dulu dikembangkan untuk usaha pencarian
indicator pembagunan berkelanjutan dan metode mengukur secara kuantitatif mengenai
hubungan perlakuan manusia terhadap bumi. Konsep ini menegaskan bahwa sesungguhnya
perilaku manusia sebagai konsumsi dapat berdampak pada lingkungan dan dapat
menghubungkan dengan daya dukung bumi.
Carbon Footprint merupakan sebuah indicator mengenai dampak aktivitas manusia pada
iklim global, semisal pada efek rumah kaca. Pada carbon footprint ini menunjukan total emisi
karbondioksida (C02) yang diemisikan pada seluruh proses untuk menghasilkan sebuah produk.
Yang ketiga yaitu Water footprint . konsep ini dikembangkan oleh Hoekstra pada tahun
2002. Water footprint ini merepresentasikan jumlah volume air tawar yang dibutuhkan dalam
berkelanjutan. Pada water footprint ini umumnya dinyatakan dalam satuan volume air yang
dibutuhkan setiap tahunnya.

Konsep Wilayah Fungsional / Sistem Ekologis, Bioregion Dan Ekoregion


Dalam ekologi, daya dukung adalah besarnya populasi yang dapat didukung oleh suatu
habitat tanpa merusak kualitas ekosistem secara permanen. Daya dukungyang dimaksud ini
merupakan besarnya populasi yang dapat didukung oleh suatu habitat tanpa merusak kualitasa
ekosistem. Paada perhitungan daya dukung menggunakan batasan habitat , jumlah populasi , dan
perkapitamenjadi sulit untuk diaplikasikan.
Berdasarkan UU 32/2009, penentuan daya dukung dan daya tampung didasarkan pada hasil
inventarisasi lingkungan hidup berupa data dan informasi sumber daya alam yang meliputi:
potensi dan ketersediaan, jenis yang dimanfaatkan, bentuk penguasaan, pengetahuan
pengelolaan, bentuk kerusakan, konflik, dan penyebab konflik. Jika ketersediaan data dan
informasi tersebut tersedia dengan baik, maka ekoregion akan menjadi unit analisis untuk
menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam. Ekoregion
sendiri merupakan wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan
fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam.
Pada konsep ekoregion dapat dikatakan sebagai bentuk implementasi konsep ekosistem, atau
dapat dikatakan sebagai ekosistem region. Peta ekoregion yang sudah dikembangkan pada saat
ini didasarkan pada karakteristik bentang alam, berupa geomorfologi, dan morfogenesa;
Sebagai ekosistem, setiap karakteristik ekoregion akan membentuk ekosistem dengan fungsi
ekosistem yang berbeda menurut karakteristiknya. Klasifikasi fungsi ekosistem ada empat (de
Groot et al, 2000), yaitu: fungsi pengaturan, fungsi habitat, fungsi produksi, dan fungsi
informasi. Fungsi pengaturan merupakan fungsi yang memberikan jasa ekosistem berupa
kapasitas alami atau semi alami untuk mengatur proses ekologi dan mendukung sistem
kehidupan. Fungsi habitat memberikan jasa ekosistem berupa tempat untuk tinggal dan
berkembang biak. Fungsi produksi memberikan jasa ekosistem berupa penyediaan materi dan
energi yang dibutuhkan oleh kehidupan. Sedang-kan fungsi informasi memberikan jasa
ekosistem yang bermanfaat bagi kesehatan jiwa manusia.
Selanjutnya merupakan jasa ekosistem yaitu Penggunaan sumber daya oleh manusia untuk
kepentingan dan kesejahteraan manusia. Jasa ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu
meliputi jasa penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural), dan
jasa pendukung (supporting).
Daya dukung dan daya tampung dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. Melakukan inventarisasi fungsi lingkungan hidup dari setiap unit satuan analisis
ekoregion.
b. Menetapkan fungsi lingkungan hidup yang akan dilindungi (atau ditetapkan).
c. ‘Menilai’ daya dukung dan daya tampung setiap unit analisis (ekoregion), bisa dibantu
dengan data lainnya (seperti densitas populasi, produktivitas pertanian, peternakan,
perikanan, dll).
d. Menetapkan daya dukung dan daya tampung dari setiap unit analisis (ekoregion).
Pada dasarnya fungsi lingkungan hidup adalah sebuah proses untuk memelihara daya
tampung dan daya dukung dalam lingungan hidup.

Konsep Valuasi Ekonomi


Valuasi ekonomi memiliki peran penting dalam menyediakan informasi ini untuk
membantu proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan public. Sedangkan nilai
ekonomi dapat dibagi dalam dua kelompok yakni nilai guna (use value) dan nilai non-guna (non-
use value). Use value adalah nilai ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan in situ dari
sumberdaya alam dan lingkungan . sedangkan nilai yang dirasakan oleh individu atau
masyarakat terhadap SDAL yang independen terhadap pemanfaatan saat ini maupun mendatang.
Kombinasi nilai guna (use value) dan nilai non guna (non use value) merupakan Total
Economic Value (TEV). Terminologi total dalam Total Economic Value bukan menunjukkan
nilai keseluruhan dari sumberdaya dan lingkungan. Nilai total yang dimaksud lebih menunjukkan
penjumlahan dua komponen nilai guna dan non guna. Pengukuran nilai guna dapat dilakukan
melalui proksi harga pasar. Sedangkan non use value melibatkan jasa lingkungan dan atribut
sumberdaya alam yang tidak dipasarkan sehingga tidak tepat menggunakan komoditas yang
dipasarkan sebagai proksi. Teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan
dikelompokkan menjadi dua yaitu revealed WTP (tidak langsung) dan expressed WTP (langsung
/ survey). Revealed preference menunjukkan bahwa penilaian terhadap barang dan jasa
didasarkan pada perilaku yang teramati atau terungkap dari seseorang terhadap pilihan yang
dilakukan.
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di wilayah kota Kediri
Daya Dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
keberlangsungan kehidupan manusia serta mahluk lain, dan menyeimbangkan antar keduanya,
sedangkan Daya Tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menampung energi, dan /atau komponen lain yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup
makhluk hidup dalam lingkungan tersebut, yang kemudian dimasukkan/ditampung ke dalamnya.
Adapun Pengertian Daya Dukung dan Daya Tampung seperti yang tertera dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah :
 Daya Dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, mahluk lain, dan keseimbangan antar keduannya.
 Daya Tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap
zat energi, dan /atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Dari definisi singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa daya dukung dan daya tampung
lingkungan memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yang keduanya mengandung
aspek mengenai keberlangsungan hidup suatu makhluk hidup di dalam suatu ekologi lingkungan.
Daya dukung dan daya tampung yang diperlukan oleh masyarakat di wilayah perkotaan tentu
berbeda dengan yang diperlukan oleh masyarakat di pedesaan, dimana pada wilayah perkotaan
banyak dijumpai Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang akan berakibat terhadap
menurunnya kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan baik ketersediaan lahan,
kualitas air, maupun kualitas udara.
Oleh sebab itu, pemanfaatan penggunaan lahan di wilayah perkotaan harus
memperhatikan karakteristik lahan. Sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan hidup
seprti banjir, longsor dan kekeringan. Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah
pula jumlah permintaan terhadap kebutuhan lahan yang digunakan untuk kebutuhan sosial dan
ekonomi terutama permukiman penduduk.
Pemahaman mengenai Daya dukung dan Daya tampung lingkungan, juga diperlukan untuk
mengevaluasi serta mengkaji bagaimana pola serta karakteristik dari permukiman penduduk di
suatu kota, agar nantinya dapat digunakan untuk mengurangi/meminimalisir dampak negatif yang
dapat memengaruhi keberlangsungan kehidupan pada suatu lingkungan wilayah perkotaan.
Seperti yang ada di lingkungan wilayah kota Kediri, Jawa Timur. Dimana pada saat ini mulai
banyak berkembang pemukiman penduduk.
Kota Kediri merupakan Kota terbesar ketiga di Provinsi Jawa Timur (setelah kota
Surabaya dan kota malang) menurut jumlah penduduk. Tahun 2015 jumlah penduduk Kota Kediri
sebesar 312.538 jiwa mengalami peningkatan dari tahun 2014. Kota Kediri dikenal sebagai pusat
perdagangan utama untuk gula dan industri rokok terbesar. Menjadikan Kota Kediri sebagai salah
satu pilihan untuk berinvestasi yang akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan
peingkatan kebutuhan lahan sepeti permukiman, pabrik dan sebagainya. Sedangkan luas wilayah
Kota kediri sebesar 63.404 km2. Peningkatan kegiatan sebagai konsekuensi adanya
pengembangan wilayah mempengaruhi tingkat permintaan konsumsi terhadap sumberdaya air
padahal ketersediaan sumberdaya air memiliki keterbatasan, (Christianingsih, 2012).
Penentuan kesesuain lahan di kota Kediri difokuskan pada lahan yang sesuai digunakan
untuk permukiman, sehingga variabel yang digunakan antara lain tekstur tanah (t), drainase tanah
(d), lereng permukaan (l), erosi (e) dan erodibilitas tanah dengan menggabungkan atau
mengoverlay peta tekstur tanah, drainase tanah, lereng permukaan, erosi dan erodibilitas sehingga
didapatkan peta kesesuain lahan untuk permukiman. Ini akan memperkuat data yang akan
dihasilkan dari pengkajian struktur permukiman di kota Kediri.
Penggunaan lahan berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Kediri tediri
dari permukiman dengan luas sebesar 1621.53 Ha, hutan dengan luas sebesar 308.80 Ha, ladang
atau kebun campuran seluas 662.92 Ha, pariwisata dengan luas sebesar 9.08 Ha, perdagangan dan
jasa dengan luas sebesar 147.89 Ha, perkantoran dengan luas sebesar 55.46 Ha, pertanian dengan
luas sebesar 3379.95 Ha, peruntukan sektor informal dengan luas sebesar 1.13 Ha, ruang terbuka
non hijau dengan luas sebesar 65.27 Ha, ruang terbuka hijau dengan luas sebesar 49.56 Ha,
Industri dengan luas sebesar 179.93 Ha. Dari data tersebut, bisa dilihat bahwa penggunaan lahan
yang mencakup areal terluas adalah lahan pertanian, bukan lahan permukiman. Yang hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar wilayah kota Kediri didominasi oleh lahan persawahan.
Berdasarkan peta penggunaan lahan RTRW Kota Kediri diketahui luas lahan yang akan
dijadikan lahan permukiman sehingga dapat dihitung daya tampung ruang permukiaman di Kota
Kediri dengan menggunakan perhitungan daya tampung ruang berdasrkan Permen PU no 20
tahun 2007. Lahan yang dapat sesuai untuk permukiman sebesar 1621.528 Ha yang dapat
menampung penduduk sebesar 202691 jiwa. Status daya dukung lahan dapat diketahui dari
perbandingan jumlah penduduk saat ini dengan daya tampung ruang permukiman yaitu, 202.691
jiwa < 312.538 jiwa. Berdasarkan perbandingan tersebut maka dapat dinyatakan terlampaui.
Dengan demikian, daya tampung ruang permukiman di Kota Kediri berdasarkan perbandingan
angka tersebut diketahui dapat menampung hingga tahun 2019 berdasarkan perbandingan jumlah
penduduk dengan daya tampung lebih besar jumlah penduduk ditahun tersebut.

Anda mungkin juga menyukai