KATA PENGANTAR
K a t a P e n g a n t a r |i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Tentang Pedoman Pengguna Pedoman Tabel Pengguna Pedoman Daftar Singkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud 1.3. Tujuan 1.4. Sasaran 1.5. Ruang lingkup 1.6. Prinsip dan Pendekatan 1.6.1. Prinsip 1.6.2. Pendekatan BAB 2 KOMPONEN PROGRAM 2.1. Komponen Program BAB 3 ORGANISASI 3.1. Organisasi Pelaksana Tingkat Pusat 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4. 3.1.5. Tim Pengendali Tim Pengarah Tim Pelaksana Teknis Executing Agency Project Coordination and Monitoring Unit ( PCMU) i ii vii vii viii ix 1-1 1-1 1-2 1-2 1-2 1-3 1-4 1-4 1-5 2-1 2-1 3-1 3-1 3-1 3-1 3-2 3-3 3-3
ii|D a f t a r I s i
3.1.6. 3.1.7. 3.1.8. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Tingkat Pusat Inspektorat Jenderal Kementrian Pekerjaan Umum Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) Pemerintah Provinsi Tim Pengarah Provinsi Unit Pelaksana Program Provinsi/Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Tingkat Provinsi 3.3. Organisasi Pengelola Tingkat Kabupaten/Kota 3.3.1. 3.3.2. 3.3.3. 3.3.4. Pemerintah Kabupaten/Kota Tim Pengarah Kabupaten/Kota Unit Pelaksana Program Kabupaten/Kota District Project Implementation Unit (DPIU) Satuan Kerja ( Satker) dan Pejabat Pembuat 3-11 3-12 (Pokjasan 3-12 3-13 Kelurahan (Pokjasan 3-14 3-15 3-15 3-17 3-18 Komitmen (PPK) Tingkat Kabupaten/Kota 3.4. Organisasi Pelaksana Tingkat Kecamatan 3.4.1 Kelompok Kecamatan) 3.5. Organisasi Pelaksana Tingkat Kelurahan 3.5.1 Kelompok Kelurahan 3.6. Organisasi Pengelola Tingkat Masyarakat 3.6.1. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) 3.6.2. Kelompok Swadaya Masyarakat Sanitasi (KSM Sanitasi) 3.6.3. Kader Masyarakat Kerja Sanitasi Kerja Sanitasi Kecamatan 3-8 3-8 3-9 3-9 3-8 3-5 3-5 3-6 3-6 3-6 3-7 3-4
D a f t a r I s i |iii
3.7. Konsultan Manajemen 3.7.1. 3.7.2. 3.7.3. BAB 4 National Project Manajement Consultant (NPMC) Regional Project Manajement Consultant ( RPMC) Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) 3-19 3-19 3-20 3-24 4-1 4-1 4-2 4-2 4-2 4-3 4-3 5-1 5-1 5-1 5-1 Pengolahan Air 5-2 5-3 5-3 5-4 5-5 5-5 5-6 5-8 5-8 5-9 Bawah (Instalasi Bangunan Atas ( MCK Umum) Bangunan Limbah/IPAL ) 5.3. Instalasi Pengolahan Limbah Komunal ( IPAL Komunal) 5.3.1. 5.3.2. 5.4.1. 5.4.2. 5.5.1. 5.5.2. Komponen Perpipaan : Saluran Pembuangan Komunal Komponen Pengolah Limbah Bio Digester
KETENTUAN PELAKSANAAN
4.1. Penetapan Lokasi Sasaran 4.2. Penerima Manfaat 4.3. Pendanaan 4.3.1. Sumber Dana 4.3.2. Penerima Dana 4.3.3. Mekanisme Pencairan Dana BAB 5 KRITERIA TEKNIS 5.1. Umum 5.2. MCK Umum 5.2.1. 5.2.2.
iv|D a f t a r I s i
BAB 6 TAHAPAN PELAKSANAAN 6.1. Umum 6.2. Tahapan Penyiapan Warga 6.2.1. 6.2.2. 6.3.1. 6.3.2. 6.3.3. Sosialisasi Awal Tingkat Kelurahan Rembug Kelurahan I Review PJM Pronangkis Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi Kelurahan Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) 6.3.4. 6.3.5. 6.3.6. 6.3.7. 6.3.8. 6.3.9. 6.3.10 6.4.1. 6.4.2. 6.5.1. 6.5.2. 6.5.3. Rembug Kelurahan II Rembug Tingkat RT/RW I (Penyiapan Pemetaan RPA) Pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA Rembug Tingkat RT/RW II (Penetapan Titik Lokasi Infrastruktur dan Pembentukan KSM) Penyusunan RKM Penyusunan DED dan RAB Pengajuan Dokumen Rencana Pembangunan Rembug Tingkat RT/RW III Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Rembug Tingkat RT/RW IV Serah Terima Infrastruktur Operasi Dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat 6-19 6-22 6-22 6-24 6-24 6-27 6-44 6-44 6-47 6-48 6-12 6-14 6-15 6-16 6-1 6-1 6-4 6-4 6-5 6-9 6-9 6-9 6-11
D a f t a r I s i |v
BAB 7 PENGENDALIAN 7.1. Umum 7.2. Pemantauan 7.3. Pelaporan 7.4. Evaluasi Program 7.4.1. Indikator Kinerja Program 7.5. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat 7.6. Tindak Pengamanan /Safeguard 7.6.1 7.6.2. 7.6.3. Safeguard Pembebasan Lahan dan Pemukiman kembali Safeguard Lingkungan Safeguard pada kelompok rentan/marjinal 7-1 7-1 7-2 7-2 7-4 7-4 7-5 7-7 7-7 7-8 7-9 7-9 8-1 8-1 8-2 8-3 8-3 8-5 8-5 8-5 8-5 8-16 9-1 9-1
7.7. Keterlibatan Perempuan, Kelompok Rentan/Marjinal dan Penduduk Miskin BAB 8 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 8.1. Umum 8.2. Pengelolaan 8.3. Jangkauan Pelayanan 8.4. Tata Cara 8.5. Pendanaan 8.6. Dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota 8.7. Pengoperasian Sarana Sanitasi 8.7.1. 8.7.2. 9.1. Penutup LAMPIRAN Sarana MCK Umum Sistem Komunal
BAB 9 PENUTUP
vi|D a f t a r I s i
TENTANG PEDOMAN
Pedoman umum Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SPBM) disusun untuk menjembatani dan memberikan arah bagi seluruh pelaku baik dari aparat pemerintah, konsultan, fasilitator dan masyarakat dalam melaksanakan program. Pedoman umum ini memuat penjelasan ringkas konsep Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) terkait dengan prinsip dan pendekatan; komponen program, organisasi pelaksana; mekanisme pendanaan; pemantauan dan evaluasi; pengendalian kegiatan; operasional dan pemeliharaan hasil kegiatan. Pedoman ini akan dilengkapi dengan pedoman yang lebih rinci terdiri dari: (i) pedoman pelaksanaan (memuat penjelasan tata cara pelaksanaan tahapan program), (ii) pedoman teknis (memuat penjelasan teknis dan tata cara pembangunan prasarana/sarana sanitasi). Tentu masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman umum ini karena itu saran dan masukan sangat diperlukan untuk perbaikan dan pegembangan lebih lanjut.
PENGGUNA PEDOMAN
Penyelenggaraan Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dari berbagai pihak dari tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan, mulai dari masyarakat, fasilitator, konsultan sampai dengan aparat pemerintah. Pedoman umum ini diharapkan mampu memberikan gambaran bagi semua pihak secara proporsional sehingga mampu melaksanakan program secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
T e n t a n g P e d o m a n & P e n g g u n a P e d o m a n |vii
Tabel Pengguna Pedoman No. 1. Pelaku Pengelola Program (di seluruh level x x x x Manfaat Memahami filosofi program secara utuh Dasar pelaksanaan kebijakan pengendalian program Acuan dalam penilaian kinerja pelaksanaan program Membangun kemitraan dan sinergi program pembangunan
2.
Organisasi Masyarakat (BKM/LKM,UPK, UPL,UPS,Pokja san kel, KSM) Masyarakat, kader masyarakat
x Acuan pelaksanaan kegiatan di lapangan x Membangun koordinasi, kemitraan dan sinergi dengan stakeholder x Menjamin ketepatan sasaran dan penerima manfaat x Memahami aturan yang harus diikuti dalam pelaksanaan tahapan kegiatan x Mendapatkan gambaran kesempatan yang ditawarkan dalam program x Mengembangkan kontrol sosial x Acuan Pelaksanaan Pendampingan Masyarakat x Pengendalian kualitas pekerjaan x Acuan penyusunan rencana kerja pelaksanaan dan evaluasi program
3.
4.
5.
x x x x x
Memahami tata cara pelaksanaan program Melakukan kontrol sosial Melakukan advokasi Membangun kemitraan dan sinergi Mengembangkan jaringan kelembagaan
viii|T a b e l P e n g g u n a P e d o m a n
DAFTAR SINGKATAN
ADB APBD APBN BAPPEDA BAPPENAS BASPK Bawasda BKM BLM BOP BPKP CPMU CSIAP CTPS DJCK DIPA DPIU EA FISSA FGD FM GAP GoI Kemen PU Kemenkeu Kemenkes Kemendiknas KPA KPPN Asian Development Bank Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan Belanja Negara Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan Badan Pengawas Daerah Badan Keswadayaan Masyarakat Bantuan Langsung Masyarakat Biaya Operasional Proyek Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Central Project Management Unit Community Sanitation Improvement Action Plan Cuci Tangan Pakai Sabun Direktorat Jenderal Cipta Karya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran District Project Implementation Unit Executing Agency Financial Statement for Special Account Focussed Group Discussion Fasilitator Masyarakat Gender Action Plan Government of Indonesia Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Keuangan Kementerian Kesehatan Kementerian Pendidikan Nasional Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara
D a f t a r S i n g k a t a n |ix
KSM LKM LMK LMP LP2K LSM M&E MDG MIS MTPRP MPA NPMC NTDMT O&M O&P PA PAC PBM PCMU PCR Pemda PJM Pronangkis PHBS PPHLN PHAST PNPM PPIU PPK-PLP PPM PPMS P2KP QPR RAB RKM Kelompok Swadaya Masyarakat Lembaga Keswadayaan Masyarakat Laporan Manajemen Keuangan Laporan Manajemen Proyek Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat Monitoring dan Evaluasi Millennium Development Goals Management Information System Medium-Term Poverty Reduction Plan Methodology for Participatory Assessment National Project Management Consultant (Konsultan Manajemen Pusat) National Training Design and Management Team Operation and Maintenance Operasi dan Pemeliharaan Pengguna Anggaran Public Awareness Campaign Pembangunan Berbasis Masyarakat Project Coordination and Monitoring Unit Project Completion Report Pemerintah Daerah Program Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Participatory Hygiene and Sanitation Transformation Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Provincial Project Implementation Unit Pejabat Pembuat Komitmen Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan Pengaduan dan Masalah Project Performance Monitoring System Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) Quarterly Progress Report (Laporan Triwulan) Rencana Anggaran Biaya Rencana Kegiatan Masyarakat
x| D a f t a r S i n g k a t a n
RPMC RPJM Satker SIM SP2D SP2K SP3 SPBM SPM TKK TNP2K UPK UPL UPS USRI WA Regional Provincial Management Consultant (Konsultan Manajemen Regional) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Sistem Informasi Manajemen Surat Perintah Pencairan Dana Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Surat Perintah Membayar Tim Koordinasi Kabupaten Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Unit Pengelola Keuangan Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Sosial Urban Sanitation and Rural Infrastructure Withdrawl Application
D a f t a r S i n g k a t a n |xi
BAB 1
1.1. LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) merupakan salah satu komponen Program Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai program pendukung PNPM-Mandiri. Program ini bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok untuk turut berpartisipasi memecahkan berbagai permasalahan yang terkait pada upaya peningkatan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Mekanisme penyelenggaraan Program Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan kegiatan, mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan program sampai dengan upaya keberlanjutan, khususnya dalam hal peningkatan kualitas prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat dalam rangka mendukung upaya pencapaian target MDG pada 2015, yaitu menurunkan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses sanitasi dasar serta sasaran RPJMN 2010-2014 dalam bidang sanitasi yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan peningkatan layanan pengelolaan air limbah. Program SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di 1350 kelurahan yang berada di 34 kabupaten/kota di 5 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi lokasi pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), lokasi kelurahan tersebut telah menerima dana BLM minimal sebanyak 3 kali siklus. Hal ini merupakan perwujudan dari sinergi diantara program pembangunan yang dilaksanakan oleh
P e n d a h u l u a n b a b 1 |1
pemerintah. Pada pelaksanaan nantinya program ini akan menggunakan lembaga masyarakat (BKM/LKM) yang sudah ada dan mempunyai rekam jejak dan kinerja yang baik dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat. Melalui pelaksanaan Program SPBM ini masyarakat akan merencanakan program, memilih jenis prasarana/sarana sanitasi komunal yang sesuai dengan kebutuhan, menyusun rencana kerja, melakukan pembangunan konstruksi serta mengelola dan melestarikan hasil pembangunan. 1.2. MAKSUD Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui penyediaan sarana sanitasi komunal berbasis masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin. 1.3. TUJUAN Tujuan Program SPBM adalah: 1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat masyarakat. 2. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan layanan sanitasi yang berkelanjutan. 3. Tersedianya sistem sanitasi komunal yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. 1.4. SASARAN Sasaran Program SPBM adalah: 1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
b a b 1 |2P e n d a h u l u a n
2. Tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi komunal) 3. Meningkatnya secara yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dapat dalam penyelenggaraan dan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan; kemampuan prasarana/sarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi komunal) partisipatif, Rencana transparan, Aksi dipertanggungjawabkan berkelanjutan; 4. Tersusunnya Perbaikan Sanitasi
(Community
Sanitation
Plan/MTPRP) dan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) yang telah disusun.
P e n d a h u l u a n b a b 1 |3
1.6. PRINSIP DAN PENDEKATAN 1.6.1. Prinsip Prinsip dasar Program SPBM adalah: 1. Tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti program akan bersaing mendapatkan program dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai dengan pilihannya. 2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya ditangan masyarakat, peran pemerintah dan konsultan pendamping hanya sebatas sebagai fasilitator. 3. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola sistem yang mereka pilih sendiri, dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping yang mempunyai pengalaman dalam bidang teknologi pengolahan limbah dan pendampingan sosial. 4. Pemerintah berperan memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat, bukan sebagai pengelola sarana. Prinsip penyelenggaraan Program SPBM adalah: 1. Dapat diterima; Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah kelurahan sehingga didukung dan diterima oleh masyarakat. Hal ini berlaku mulai dari saat pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis (jenis prasarana/sarana mekanisme masyarakat. 2. Transparan; Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat dan perangkat pemerintah daerah sehingga memungkinkan terjadinya pengawasan dan evaluasi oleh semua pihak. dan pilihan teknologi dan yang digunakan), serta penentuan penetapan pelaksanaan kegiatan pengadaan,
b a b 1 |4P e n d a h u l u a n
3. Dapat dipertanggungjawabkan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat. 4. Berkelanjutan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan yang ditandai dengan adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana secara mandiri oleh masyarakat pengguna. 5. Kerangka Jangka Menengah; Penyelenggaraan dilaksanakan pada kerangka jangka menengah sebagai dasar upaya peningkatan akses terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi bagi penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok rentan/ marjinal. 6. Sederhana, Tata cara, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan bersifat sederhana, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder. 1.6.2. Pendekatan Program SPBM merupakan program pembangunan prasarana dan sarana sanitasi, dengan pendekatan: 1. Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan) melibatkan partisipasi aktif masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan dan kebutuhan; 2. Keberpihakan kepada penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok rentan/marjinal, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil kegiatan ditujukan kepada kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin/masyarakat berpenghasilan rendah;
P e n d a h u l u a n b a b 1 |5
3. Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan masyarakat bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan program dan keberlanjutan prasarana/sarana terbangun; 4. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dari perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin; 5. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan serta pemeliharaan hasil kegiatan; 6. Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain; 7. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan kegiatan diupayakan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah, lembaga masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pelaksanaan pembangunan penyehatan lingkungan permukiman; dan pemanfaatan, dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif
b a b 1 |6P e n d a h u l u a n
BAB 2
2.1.
KOMPONEN PROGRAM
KOMPONEN PROGRAM Komponen program Sanitasi Sanitasi Perkotaan Berbasi Masyarakat (SPBM) terdiri dari: 1. Pendampingan Masyarakat Komponen ini bertujuan memberdayakan masyarakat agar sadar sanitasi dan merubah perilaku hidup menjadi lebih bersih dan lebih sehat. Komponen ini meliputi: i) Sosialisasi program kepada masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan. ii) Fasilitasi masyarakat yang mencakup review identifikasi masalah dan kebutuhan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, evaluasi kapasitas masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta proses pengambilan keputusan. iii) Penguatan kelembagaan dan kapasitas masyarakat dalam upaya peningkatan penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi dan hygiene) melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). iv) Pemberdayaan masyarakat dalam penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi atau Community Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP) yang responsif terhadap upaya penyehatan lingkungan permukiman. v) Pendampingan masyarakat dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana terbangun untuk menjamin keberlanjutan dan kelestarian hasil kegiatan.
K o m p o n e n P r o g r a m b a b 2 |1
Di tingkat kelurahan sasaran, pelaksanan program akan melibatkan organisasi masyarakat (Lembaga/Badan Keswadayaan Masyarakat (LKM/BKM) yang merupakan organisasi masyarakat yang berperan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP). Program SPBM diprioritaskan untuk memberikan kesempatan secara aktif bagi masyarakat setempat terutama kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin pada setiap tahapan kegiatan mulai dari identifikasi, perencanaan dan pengambilan keputusan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat akan melibatkan fasilitator teknik yang akan bertugas dalam tim fasilitator yang melaksanakan proses terdiri dari fasilitator pemberdayaan sanitasi, fasilitator manajemen dan pendampingan mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pembangunan fisik dan pengelolaan serta pemeliharaan. 2. Pembangunann Melalui Sarana Sanitasi komunal Berbasis Masyarakat,
melalui penyediaan dana block grant untuk setiap kelurahan sasaran. komponen ini akan diberikan dana block grant Bantuan Langsung penyediaan Masyarakat (BLM) maksimal sebesar Rp.350 juta (tiga ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap kelurahan sasaran, yang digunakan untuk prasarana dan sarana sanitasi komunal masyarakat. Sarana sanitasi komunal yang dimaksud adalah sistem sanitasi bersama yang meliputi : Sarana MCK komunal Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal yang sesuai dengan kebutuhan
Rincian penggunaan dana BLM adalah: a) maksimal 5% untuk untuk biaya persiapan, perencanaan dan operasional, b) maksimal 35% untuk biaya upah dan c) minimal 60% untuk biaya konstruksi.
b a b 2 |2K o m p o n e n P r o g r a m
Dana operasional tidak diperbolehkan dialokasikan sebagai gaji dan hanya diperbolehkan untuk biaya perjalanan, pembelian alat tulis, materai dan perlengkapan lainnya serta pelaporan dan dokumentasi. 3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/ kota). Komponen peningkatan kapasitas pemerintah daerah ini merupakan rangkaian kegiatan yang berorientasi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan tata pemerintahan yang baik (good governance). Komponen ini meliputi: i) Pelatihan Perencanaan Partisipatif, meliputi kegiatan coaching/pelatihan yang difasilitasi oleh RPMC (Regional down Provincial dan Management up serta Consultant) terkait dengan perencanaan partisipatif dan sinergi perencanaan masyarakat. ii) Penguatan kapasitas dalam hal pengelolaan pengaduan dan masalah, melalui pengembangan unit penanganan pengaduan dan masalah untuk mengelola pengaduan masyarakat sebagai dukungan pelaksanaan kontrol sosial masyarakat dalam memantau pelaksanaan program. Unit penanganan pengaduan dan masalah ini diarahkan dikembangkan sampai dengan di level kelurahan. pembangunan top bottom pengembangan kapasitas bagi perangkat pemerintah daerah dan
iii) Penguatan kapasitas dalam hal pengelolaan dan pengendalian data dan
pelaporan (Sistem Informasi Manajemen), di tingkat kota/kabupaten, dengan tujuan agar pemerintah daerah dapat memantau, mengendalikan dan mengelola perkembangan pelaksanaan kegiatan program secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
K o m p o n e n P r o g r a m b a b 2 |3
b a b 2 |4K o m p o n e n P r o g r a m
BAB 3
ORGANISASI
Penyelenggaraan Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) melibatkan berbagai komponen pelaksana dan instansi terkait yang berjenjang dari tingkat kelurahan, kota/kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat dengan struktur organisasi tergambar pada Gambar 3.1. Dalam bab ini, akan dibahas organisasi pelaksana Program SPBM pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan: 3.1. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT PUSAT 3.1.1. Tim Pengendali Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka program SPBM akan dibawah kendali dari Tim Pengendali PNPM Mandiri dan Pokja AMPL tingkat Nasional. 3.1.2. Tim Pengarah Tim Pengarah Program SPBM, akan menggunakan Tim Pengarah AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) yang terdiri dari unsur-unsur Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Lingkungan Hidup (KemenLH) melalui SK Kepala Bappenas. Tugas Tim Pengarah adalah: 1. 2. Merumuskan kebijakan, strategi dan program bidang sanitasi. Melakukan koordinasi, pengedalian dan pemantapan pelaksanaan program sanitasi.
O r g a n i s a s i b a b 3 |1
3. 4. Memberikan arahan dalam upaya percepatan pencapaian tujuan dan sasaran Millenium Development Goal bidang sanitasi. Mengembangkan dan mengarahkan pelaksanaan pembangunan bidang sanitasi dan sumber-sumber pembiayaannya. 3.1.3. Tim Pelaksana Teknis Tim Pelaksana Teknis Program SPBM akan menggunakan Tim Pelaksana Teknis AMPL, terdiri atas pejabat Eselon II dari Ditjen Pelaksana Kegiatan yang diangkat melalui SK Bappenas, dan di ketuai oleh Direktur Permukiman dan Perumahan, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas dan Pokja AMPL. Tim Pelaksana Teknis di tingkat pusat antara lain bertugas untuk: 1. 2. 3. Merumuskan pelaksanaan; Mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi; Menilai hasil, manfaat dan dampak dari pelaksanaan SPBM terhadap pengurangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin; 4. 5. Mengusulkan pilihan-pilihan peningkatan efektifitas pelaksanaan SPBM kepada Tim Pengarah; Merumuskan konsep kebijakan operasional, perencanaan dan mekanisme pengendalian SPBM yang dituangkan dalam bentuk berbagai pedoman dan surat edaran; 6. Memberikan arahan kepada CPMU terkait dengan daya program; 7. Melaksanakan hal-hal lain yang ditentukan oleh Tim Pengarah; kebijakan pelaksanaan program serta menjamin efektifitas dan efisiensi pendayagunaan sumber konsep kebijakan operasional, koordinasi, perencanaan,
b a b 3 |2O r g a n i s a s i
3.1.4. Executing Agency Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertugas selaku Executing Agency yang merupakan institusi Tugas dari Executing Agency antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Menyusun kebijakan penyelenggaraan Program SPBM; Melaksanakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan Program SPBM; Membentuk Central Project Management Unit (CPMU); Melaporkan penyelenggaraan program kepada Tim Pengendali PNPM-Mandiri dan pihak lender; Menyusun program dan perencanaan anggaran serta kegiatan tahunan; penyelenggara SPBM dan bertanggung jawab atas keseluruhan penyelenggara program.
3.1.5. Central Project Management Unit (CPMU) CPMU dibentuk di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui SK Dirjen Cipta Karya. Tugas CPMU antara lain: 1. Melaksanakan tugas Executing Agency; 2. Melaksanakan peduli; 3. Membangun kemitraan diantara stakeholder khususnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota; 4. Mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan Program SPBM; 5. Menyiapkan pedoman umum, pedoman pelaksanaan, dan pedoman teknis; sosialisasi dan pelatihan, peningkatan pemahaman dan stakeholder terkait dan kelompok dukungan terhadap program kepada
O r g a n i s a s i b a b 3 |3
6. Menyusun dan mengajukan pemenuhan persyaratan prior review kepada pihak lender mengenai: i) ToR konsultan; ii) CSIAP dan RKM dari dua kelurahan untuk setiap provinsi; iii) SP3, kontrak masyarakat dari dua kelurahan sasaran pada setiap provinsi; 7. Memfasilitasi pembukaan rekening khusus untuk Program SPBM; 8. Melakukan kegiatan pengelolaan/manajemen keuangan; 9. Melakukan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan program dari tingkat nasional sampai di tingkat kelurahan; 10. Melakukan monitoring dan evaluasi program; 11. Melakukan penyusunan withdrawl application (WA), termasuk kelengkapan dokumen pendukungnya serta mengirimkan WA (melalui Kemenkeu) ke ADB; 12. Menyusun permohonan pengisian kembali rekening khusus; 13. Menyusun Financial Statement for Special Account (FISSA), Quarterly Progress Report (QPR), dan laporan keuangan tahunan serta melaporkannya kepada pihak ADB; 14. Memberikan arahan dan supervisi kepada konsultan manajemen proyek, di tingkat pusat dan daerah; 15. Menyusun Project Completion Report (PCR) dan laporan akhir keuangan kepada pihak ADB; 16. Melaporkan semua progres penyelenggaraan kepada Tim Pengendali PNPMMandiri; 3.1.6. Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Tingkat Pusat Kegiatan Program SPBM di tingkat pusat berada pada Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri Pekerjaan Umum. Kelembagaan Satker PLP ditingkat pusat terdiri dari
b a b 3 |4O r g a n i s a s i
Kepala Satuan Kerja (Kasatker), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara. Tugas Satker Tingkat Pusat antara lain : 1. Berkoordinasi dengan CPMU dalam penyelenggaraan program di tingkat pusat; 2. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana; 3. Merekrut National Project Management Consultant (NPMC) dan Regional Project Management Consultant (RPMC); 4. Memberikan arahan kepada NPMC dan RPMC terkait dengan penyelenggaraan program ; 5. Membina Satker tingkat provinsi dan kabupaten/kota; 6. Mengumpulkan laporan pelaksanaan satker tingkat provinsi dan kabupaten/kota, termasuk pengumpulan SP2D; 7. Melakukan monitoring dan evaluasi program; 8. Mengumpulkan laporan dari National Project Management Consultant (NPMC) dan Regional Project Management Consultant (RPMC); 9. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan e-Monitoring; 10. Menyusun dan menyampaikan laporan yang diatur dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK); 3.1.7. Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum berperan dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program. 3.1.8. Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) BPKP selaku auditor pemerintah bertugas untuk melakukan audit terhadap pelaksanaan program mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan.
O r g a n i s a s i b a b 3 |5
3.2. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT PROVINSI 3.2.1. Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Gubernur, adalah sebagai penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten sasaran di wilayah provinsi yang bersangkutan. Gubernur bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program. Tugas Gubernur antara lain : 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program SPBM di wilayah kerjanya; 2. Membina dan mengendalikan penyelenggaraan Program SPBMdi wilayah kerjanya; 3. Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada Menteri PU; 4. Membentuk Tim Pengarah Provinsi dan Provincial Project Implementation Unit (PPIU). 3.2.2. Tim Pengarah Provinsi (TPPr) Tim Pengarah Provinsi (TPPr) Program SPBM akan menggunakan TPPr yang sama dengan yang telah dibentuk dalam PNPM Mandiri, yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang anggotanya Tugas TPPr antara lain: 1. Mensosialisasikan program di tingkat provinsi; 2. Memberikan arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian program; 3. Memantau dan melakukan evaluasi di tingkat provinsi; 4. Melakukan pertemuan dengan PPIU, TPK dan DPIU sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun; 5. Menyusun laporan penyelenggaraan dan melaporkan kepada Executing Agency; terdiri dari dinas/instansi terkait bersama-sama dengan Pokja AMPL tingkat Propinsi.
b a b 3 |6O r g a n i s a s i
3.2.3. Unit Pelaksana Program Provinsi/Provincial Project Implementation Unit (PPIU) PPIU dibentuk di tingkat provinsi dalam lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya, dan ditetapkan melalui SK Gubernur. Tugas PPIU antara lain : 1. Melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi program; 2. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan; 3. Melakukan koordinasi dengan stakeholders setempat; 4. Mengajukan pemenuhan persyaratan prior review kepada pihak lender melalui CPMU untuk 2 (dua) PJM Pronangkis hasil review dan RKM dari masing-masing provinsi; 5. Mengkoordinasikan kabupaten; 6. Mengelola penanganan pengaduan masyarakat di tingkat provinsi; 7. Mengumpulkan SP2D dari tingkat kabupaten (dari DPIU) dan menyampaikannya kepada CPMU; 8. Menyusun laporan keuangan program di tingkat provinsi; 9. Menyusun Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik tingkat Provinsi berdasarkan Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik kabupaten; 10. Melaporkan Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik serta semua progres penyelenggaraan kepada CPMU; 11. Melaporkan hasil kemajuan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pengarah Provinsi secara berkala. kegiatan, monitoring dan pelaporan di tingkat
O r g a n i s a s i b a b 3 |7
3.2.4. Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitment Tingkat Provinsi Kegiatan SPBM di tingkat provinsi berada pada Satuan Kerja Pengembangan PLP Provinsi dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri Pekerjaan Umum. Kelembagaan Satker PLP Provinsi terdiri dari Kepala Satuan Kerja (Kasatker, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara. Tugas Satuan Kerja Tingkat Provinsi antara lain : 1. Mendukung PPIU dalam menyelenggarakan program; 2. Merekrut Fasilitator Masyarakat; 3. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana; 4. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI); 5. Melakukan koordinasi dengan CPMU, PPIU dan DPIU; 6. Melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan kepada PPIU dan CPMU;
3.3.
ORGANISASI PENGELOLA TINGKAT KABUPATEN/KOTA 3.3.1. jawab Pemerintah Kabupaten / Kota pelaksanaan program di kabupaten/kota. Tugas dari pemerintah Pemerintah Kabupaten/kota dalam hal ini Bupati/ Walikota, sebagai penanggung kabupaten/kota adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan wilayah kerjanya. Tugas Bupati/Walikota antara lain: 1. 2. 3. 4. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program SPBM di wilayah kerjanya; Membina dan mengendalikan penyelenggaraan SPBM di wilayah kerjanya; Menunjuk dan mengajukan pejabat satuan kerja kepada Menteri PU; Membentuk Tim Pengarah Kabupaten/Kota, District Project Implementation Unit (DPIU). Program SPBM di
b a b 3 |8O r g a n i s a s i
3.3.2. Tim Pengarah Kabupaten/Kota (TPK) Tim Pengarah Kabupaten/Kota (TPK), akan menggunakan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang telah dibentuk dalam program PNPM Mandiri, yang terdiri dari pejabat dari instansi/dinas terkait dengan koordinator berasal dari TKPKD Kabupaten/Kota. Tugas dari Tim Pengarah Kabupaten antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Mensosialisasikan program pada tingkat kabupaten, kecamatan dan kelurahan; Memberi arahan dalam pelaksanaan dan pengendalian program di wilayah kerjanya; Memantau dan melakukan evaluasi pelaksanaan program di tingkat kabupaten; Melakukan pertemuan dengan DPIU dan Perangkat Kelurahan sekurangkurangnya 2 (dua) kali dalam setahun; Menyusun laporan penyelenggaraan Program SPBM di wilayahnya dan melaporkannya kepada TPPr melalui PPIU; 3.3.3. Unit Pelaksana Program Kabupaten/Kota District Project
Implementation Unit (DPIU) DPIU dibentuk di tingkat kabupaten/kota dalam lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya atau dinas terkait lainnya dan ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota. Tugas DPIU antara lain: 1. Menyelenggarakan Program SPBM; 2. Melaksanakan sosialisasi di wilayah kerjanya; 3. Mengumpulkan baseline data kelurahan; 4. Mendistribusikan pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis sampai tingkat kelurahan;
O r g a n i s a s i b a b 3 |9
5. Mereview dan menyetujui Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (CSIAP), hasil review PJM Pronangkis dan Rencana Kerja Masyarakat (RKM); 6. Mengajukan pemenuhan persyaratan prior review kepada pihak lender melalui PPIU untuk 2 (dua) CSIAP dan RKM, serta 2 (dua) SP3 kelurahan dari masing-masing provinsi; 7. Melaksanakan program di wilayah kerjanya dengan dukungan TAMK (RPMC) dan Fasilitator, yang meliputi: a. Perencanaan: penyusunan CSIAP dan RKM yang responsif terhadap program sanitasi/penyehatan lingkungan permukiman dan memastikan ketersediaan lahan. b. Pelaksanaan: fasilitasi pembentukan Pokja Sanitasi, KSM Sanitasi , pelaksanaan fisik dan supervisi; c. Paska Pelaksanaan: serah terima infrastruktur kegiatan, pelestarian hasil pelaksanaan kegiatan; 8. Menjamin bahwa kebijakan kesetaraan kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan peduli penduduk miskin (pro-poor) telah disebarluaskan ke kelurahan sasaran dan tercantum di dalam usulan kegiatan; 9. Melakukan pendampingan teknis dan sosial kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi; 10. Menjamin bahwa CSIAP dan RKM telah mengakomodir aspirasi dari kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan peduli pada penduduk miskin (pro-poor); 11. Menjamin keterbukaan informasi dalam pelaksanaan program; 12. Mengkoordinasikan kegiatan, monitoring dan pelaporan di tingkat kota/kabupaten dan kelurahan sasaran; 13. Melaksanakan pengelolaan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat di tingkat Kabupaten/kota dan melaporkan ke PPIU dan CPMU; 14. Menyusun Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik berdasarkan SP2D;
b a b 3 |10O r g a n i s a s i
15. Mengumpulkan dan menyampaikan SP2D dari tingkat kabupaten/kota kepada CPMU melalui PPIU; 16. Menyusun Laporan Keuangan tahunan dan penjelasannya sebagai bahan audit dengan mengakomodasikan SAI; 17. Menyampaikan Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik serta semua progres penyelenggaraan kepada PPIU; 18. Melaporkan seluruh hasil kegiatan kepada Tim Pengarah Kabupaten/Kota secara berkala; 3.3.4. Satuan Kerja (Satker) dan Pejabat Pembuat Komitmetn (PPK) Tingkat Kabupaten/Kota Kegiatan Program SPBM di tingkat kabupaten/kota berada pada Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Permukiman (PIP) Kabupaten/Kota dimana Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PU. Kelembagaan Satker PIP Kabupaten/Kota terdiri dari Kepala Satuan Kerja (Kasatker, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara. Penyelenggaraan SPBM di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPK PLP). PPK PLP tingkat kabupaten/kota bertugas mengelola anggaran SPBM di tingkat kabupaten/kota yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Tugas Satuan Kerja Tingkat Kabupaten/kota antara lain : 1. Mendukung DPIU dalam menyelenggarakan program di tingkat kabupaten; 2. Melakukan pencairan dan pengelolaan dana; 3. Melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan kepada DPIU; 4. Membuat laporan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan E monitoring; 5. Memeriksa dokumen pendukung ; 6. Melakukan koordinasi dengan TAMK-RPMC;
O r g a n i s a s i b a b 3 |11
7. Membantu penyelesaian masalah yang muncul di wilayahnya; 8. Melakukan pembinaan kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi.
3.4.
ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT KECAMATAN 3.4.1. Kelompok Kerja Sanitasi Kecamatan (Pokjasan Kecamatan) Kerja Sanitasi (Pokjasan) Kecamatan diusulkan oleh Pokjasan Kelompok
Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai bagian dari Tim Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota (Pokja AMPL). Pokjasan kecamatan merupakan wadah koordinasi yang bersifat non struktural bagi pembangunan dan pengelolaan sanitasi di tingkat kecamatan. Pokjasan kecamatan bertanggung jawab kepada Pokjasan kota/kabupaten. Pokjasan diketuai oleh camat dan dibantu Seksi Pembangunan (Sekretaris Pokjasan kelurahan), bidang perencanaan, bidang sosialisasi dan advokasi dan bidang monitoring dan evaluasi, dengan komposisi masing-masing bidang satu orang koordinator dan satu orang anggota yang berasal dari masyarakat. Tugas pokok pokjasan kecamatan adalah mengoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dalam perwujudan pengelolaan sanitasi di tingkat kelurahan Pokjasan kecamatan bertugas antara lain: 1. Mengoordinasikan perencanaan pembangunan sanitasi di wilayah kecamatan; 2. Mengoordinasikan proses menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan masyarakat, organisasi masyarakat dan aparat pemerintahan di wilayah kecamatan untuk terlibat dalam mengarusutamakan pembangunan sanitasi; 3. Mengoordinasi, membina dan memfasilitasi pokja sanitasi kelurahan dalam menjalankan tugas perencanaan pembangunan sanitasi;
b a b 3 |12O r g a n i s a s i
3.5. ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT KELURAHAN Pemerintah kelurahan, dalam hal ini Lurah, antara lain bertugas untuk: 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program SPBM di wilayah kerjanya; 2. Menyelenggarakan Rembug Kesiapan Masyarakat (sosialisasi awal) dan memfasilitasi Rembug Warga selanjutnya; 3. Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan dan penduduk miskin dalam setiap tahapan kegiatan; 4. Memantau penerapan prinsip-prinsip SPBM; 5. Menjamin kompetisi KSM Sanitasi, melalui forum Rembug Masyarakat Kelurahan; 6. Memfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP); 7. Mengetahui dan menyetujui hasil perencanaan dan pelaksanaan tahapan kegiatan ; 8. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan kegiatan Program SPBM; 9. Menjamin dan memfasilitasi pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas kegiatan; 10. Menyiapkan sekretariat/posko berdiskusi di tingkat masyarakat. 11. Turut menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang dibuat oleh BKM/LKM; 12. Memfasilitasi KSM Sanitasi dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan hasil infrastruktur terbangun; 13. Menerima prasarana/sarana sanitasi terbangun dari pemerintah daerah dan meneruskan pengelolaannya kepada masyarakat melalui KSM Sanitasi; 14. Membina pelestarian hasil kegiatan dalam tahap paska konstruksi; 15. Mendukung implementasi CSIAP melalui sinkronisasi program dan channeling ke stakeholders lainnya; 16. Membina KSM Sanitasi sehingga dapat berfungsi secara berkelanjutan. sebagai pusat informasi serta tempat
O r g a n i s a s i b a b 3 |13
3.5.1. Kelompok Kerja Sanitasi Kelurahan (Pokjasan Kelurahan) Kelompok Kerja Sanitasi (Pokjasan) Kelurahan diusulkan oleh Pokjasan Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai bagian dari Tim Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota (Pokja AMPL). Pokjasan Kelurahan merupakan wadah koordinasi yang bersifat non struktural bagi pembangunan dan pengelolaan sanitasi di tingkat kelurahan. Pokjasan kelurahan bertanggung jawab kepada Pokjasan kecamatan. Pokjasan diketuai oleh lurah dan dibantu Seksi Pembangunan (Sekretaris Pokjasan kelurahan), bidang perencanaan, bidang sosialisasi dan advokasi dan bidang monitoring dan evaluasi, dengan komposisi masing-masing bidang satu orang koordinator dan satu orang anggota yang berasal dari masyarakat. Tugas pokok Pokjasan kelurahan adalah mengoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dalam perwujudan pengelolaan sanitasi di tingkat kelurahan Pokjasan kelurahan bertugas antara lain: 1. 2. 3. Menyusun Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi di tingkat kelurahan (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) bekerja sama dengan BKM/LKM; Menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan sanitasi; Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan Program SPBM di wilayah kelurahan dan melaporkan hasilnya ke Pokjasan Kecamatan/Kabupaten/Kota.
b a b 3 |14O r g a n i s a s i
3.6. ORGANISASI PENGELOLA TINGKAT MASYARAKAT Masyarakat merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan program di tingkat kelurahan, sehingga keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari proses penyiapan masyarakat, sosialiasasi, perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaannya. Pengelolaan Program SPBM di tingkat kelurahan dilaksanakan masyarakat melalui dengan organisasi/lembaga masyarakat dan kelompok swadaya didampingi oleh tim fasilitator. 3.6.1. BKM/LKM dan telah
Sesuai dengan prinsip keterpaduan program, maka dalam pelaksanaan kegiatan SPBM ini akan menggunakan lembaga masyarakat yang sudah ada berperan aktif dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MP), yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang ada di lokasi kelurahan sasaran yang memiliki kinerja baik. BKM/LKM adalah penanggung jawab pelaksanaan Program SPBM di tingkat masyarakat. Komposisi keanggotaan BKM/LKM diharapkan memenuhi syarat minimal 40% perempuan. Dalam pelaksanaan kegiatan BKM/LKM akan melibatkan juga Unit Pelaksana Teknis dibawahnya seperti UPL, UPK dan UPS dan perwakilan masyarakat yang akan terlibat dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kelurahan (Pokjasan kelurahan). Secara rinci tugas BKM/LKM dalam Program SPBM adalah: 1. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai Program SPBM secara terus menerus di tingkat masyarakat; 2. Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman di tingkat kelurahan; 3. Menyelenggarakan rembug masyarakat kelurahan dan rembug warga;
O r g a n i s a s i b a b 3 |15
4. Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin dalam setiap tahapan kegiatan; 5. Menyusun Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan) bersama-sama dengan Pokjasan kelurahan; 6. Mereview Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM); 7. Mengajukan CSIAP dan RKM kepada DPIU untuk diverifikasi; 8. Memfasilitasi pembentukan KSM Sanitasi ; 9. Membuka rekening bantuan dana blockgrant sanitasi (rekening dalam bentuk dual account, antara Ketua dan Bendahara BKM); 10. Menjamin dan memfasilitasi terlaksananya transparansi kegiatan; 11. Menandatangani kontrak kerja dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) SPBM dengan melampirkan: berita acara dan daftar hadir Rembug Kesiapan Masyarakat dan Rembug Kelurahan; 12. Melakukan pengajuan pencairan dana kepada PPK dengan lampiran dokumen hasil pelaksanaan tahapan kegiatan, foto copy buku rekening bank dan foto copy buku kas umum yang dilengkapi nota/bukti pengeluaran; 13. Membuat Laporan Buku Kas Umum dan mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran sebagai bagian dari dokumen pencairan dana; 14. Menyusun laporan pencairan dan pengelolaan dana; 15. Memonitor pelaksanaan kegiatan fisik harian; 16. Mengelola pengaduan masyarakat; 17. Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan; 18. Menyelenggarakan rembug kelurahan untuk menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan minimal seminggu sekali; 19. Mempublikasikan laporan kemajuan kegiatan melalui papan informasi yang dapat diakses oleh semua pihak minimal seminggu sekali; 20. Menyusun laporan akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan;
b a b 3 |16O r g a n i s a s i
21. Menyelenggarakan musyawarah kelurahan untuk menyampaikan laporan akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, dan penggunaan dana, kemudian menyampaikannya kepada DPIU melalui Satker kabupaten/kota; 22. Berkoordinasi dengan Tim Pokja Sanitasi (AMPL) di tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota; 23. Menyampaikan laporan kepada Tim Pengarah di tingkat kabupaten melalui Satker Kabupaten/kota; 24. Memfasilitasi penyediaan data dan dokumen pendukung terkait dalam pelaksanaan audit kegiatan SPBM; 3.6.2. Kelompok Swadaya Masyarakat Sanitasi (KSM Sanitasi ) dibentuk melalui musyawarah masyarakat dengan bentuk dan
KSM Sanitasi
susunan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan minimal 40% keanggotaannya adalah kaum perempuan. Tugas KSM Sanitasi antara lain : 1. Menyusun 2. Menyusun Rencana rencana Kerja pendanaan Masyarakat operasi dan (RKM) pembangunan sebelum sarana/prasarana sanitasi, DED, RAB dengan difasilitasi oleh fasilitator, pemeliharaan pelaksanaan kegiatan dimulai. Pembiayaan operasi dan pemeliharaan dapat diperoleh melalui swadaya maupun melalui sumber pendanaan APBD Kelurahan. Rencana jumlah dana operasional dan pemeliharaan yang harus dikumpulkan adalah: x Pada saat Pencairan BLM Tahap I, minimal 40% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun yang besarannya ditetapkan dalam rembug kelurahan; x Pada saat Pencairan BLM Tahap II, minimal 30% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun;
O r g a n i s a s i b a b 3 |17
x Pada saat Pencairan BLM Tahap III, 30% dari rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun; 3. Melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan pembangunan prasarana/sarana sanitasi secara rutin kepada BKM/LKM, dilengkapi dengan bukti dokumen yang diperlukan,. 4. Melakukan koordinasi dengan Pokjasan kelurahan, BKM/LKM, Kader Masyarakat dan Fasilitator Masyarakat selama pelaksanaan konstruksi; 5. Menyelenggarakan sistem operasi dan pemeliharaan prasarana/sarana terbangun; 6. Bersama melakukan terbangun; 7. Melaporkan kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pengumpulan dan pengelolaan dana kepada Pemerintahan Kelurahan dan masyarakat. 3.6.3. Kader Masyarakat warga setempat yang memiliki kemampuan mengajak dan BKM/LKM, koordinasi terkait Kader Masyarakat, Pokja dan dan Pemerintah DPIU dan Kelurahan Pemerintah dengan operasi AMPL,
Kabupaten/kota
pemeliharaan
prasarana/sarana
Di masing-masing lokasi kelurahan sasaran akan dipilih Kader Masyarakat, yang berasal dari SPBM. Tugas dan fungsi Kader Masyarakat antara lain menjadi narasumber yang terkait dengan kondisi kelurahan, dan bertindak sebagai mediator, pengarah, sekaligus menjadi motivator bagi masyarakat untuk melaksanakan program yang diharapkan. SPBM agar pelaksanaan program di tingkat kelurahan dapat mencapai tujuan dan sasaran mendorong masyarakat lainnya untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan Program
b a b 3 |18O r g a n i s a s i
3.7. KONSULTAN MANAJEMEN Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan Program SPBM didukung oleh konsultan yang memberi pendampingan teknis dan pemberdayaan yang ditempatkan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota dan Kelurahan. Tugas konsultan manajemen di tingkat pusat dan daerah adalah sebagai berikut: 3.7.1. National Project Management Consultant (NPMC) NPMC bertugas untuk memberikan dukungan manajemen dan teknis kepada CPMU dalam menyelenggarakan Program SPBM agar pelaksanaan program dapat sesuai dengan prinsip-prinsip, pendekatan, kriteria dan indikator keberhasilan pelaksanaan program. NPMC akan terdiri dari: i) Team Leader, ii) Deputy TL untuk RIS, iii) Deputy TL untuk Sanitasi, iv) Tenaga Ahli Finansial Manajemen, v) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat/Gender, vi) Tenaga Ahli Public Awareness Campaign, vii) Tenaga Ahli Monitoring dan Evaluasi Kinerja, viii) Tenaga Ahli Safeguard, dan ix) Tenaga Ahli Pelatihan. NPMC bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada CPMU. Tugas NPMC antara lain: 1. Memberikan dukungan teknis dan manajemen kepada CPMU dalam penyelenggaraan Program SPBM di tingkat pusat; 2. Membantu CPMU dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas bagi staff CPMU, PPIU, DPIU, RPMC dan Fasilitator masyarakat; 3. Melakukan pengendalian pelaksanaan Program SPBM; 4. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta alternatif tindak lanjut penanganannya kepada CPMU; 5. Melakukan evaluasi program yang mencakup pencapaian tujuan dan sasaran program; 6. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan CPMU, PPIU dan DPIU;
O r g a n i s a s i b a b 3 |19
7. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan kemajuan fisik dan keuangan, laporan mingguan dan laporan bulanan sesuai dengan formatformat yang telah ditetapkan, serta menyusun laporan triwulan, dan laporan lainnya yang disepakati dalam kontrak; 8. Menyusun dan melaporkan kemajuan fisik dan keuangan pelaksanaan program kepada CPMU dan kepada Satker Pusat; 3.7.2. Regional Project Management Consultant (RPMC) RPMC berkedudukan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, bertugas mendukung PPIU dan DPIU dalam penyelenggaraan program dan selalu berkoordinasi dengan NPMC. RPMC bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada CPMU melalui Satker Pusat, PPIU,DPIU dan NPMC. Di tingkat provinsi RPMC, disebut sebagai Tim Tenaga Ahli Manajemen Provinsi (TAMPr), terdiri dari : i) Team Leader, ii) Tenaga Ahli Finansial/Co Team Leader, iii) Tenaga Ahli Sanitasi iv) Tenga Ahli Community Development, v) Tenaga Ahli Pelatihan, dan vi) Tenaga Ahli Safeguard. Di tingkat kota/kabupaten RPMC terdiri dari Tenaga Ahli Manajemen
Kabupaten/kota (TAMK) dan tim pendukung. Pada tahap persiapan, RPMC berkewajiban menyiapkan pelaksanaan sosialisasi, diseminasi dan pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dengan narasumber dari Tim Pengarah, CPMU dan NPMC. Pada tahap pelaksanaan, dalam RPMC bertanggung program jawab di untuk melakukan dan pendampingan, supervisi dan monitoring serta memberikan dukungan teknis dan manajemen penyelenggaraan tingkat provinsi kabupaten/kota.
b a b 3 |20O r g a n i s a s i
Secara rinci tugas dan tanggung jawab RPMC adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Membantu TPPr dan PPIU dalam mensosialisasikan Program SPBM kepada stakeholder kabupaten termasuk TAMK; Membantu Satker Provinsi dan PPIU dalam pengelolaan manajemen proyek mencakup progres fisik dan keuangan, serta penyaluran dana; Melakukan pendampingan kepada PPIU dan DPIU dalam penyelenggaraan pemberdayaan dan sosialisasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota; Menjamin penerapan prosedur dan pedoman dalam aspek pemberdayaan masyarakat, sosial, lingkungan dan pelaksanaan fisik; Menjamin penerapan Quality Assurance pada setiap tahapan pelaksanaan program; Menjamin penyebarluasan informasi program melalui media informasi dan komunikasi; Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan kabupaten/kota; 8. 9. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta tindak lanjut dan melaporkan hasilnya kepada PPIU/DPIU; Memberikan saran dan masukan kepada National Training Design and Management Team (NTDMT) dalam persiapan materi dan modul pelatihan; 10. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan NPMC, PPIU, DPIU, Satker Pusat, Satker Provinsi dan Satker Kabupaten dalam penyelenggaraan program; 11. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan pemeliharaan); 12. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan bulanan, laporan interim dan laporan akhir serta melaporkannya kepada PPIU dan CPMU melalui Satker Pusat; program dengan memberikan dukungan teknis dan managemen program di tingkat
O r g a n i s a s i b a b 3 |21
13. Menyusun LMP (Laporan Manajemen Proyek) dan LMK (Laporan Manajemen Keuangan) pelaksanaan tingkat Provinsi untuk dilaporkan kepada PPIU; 14. Menyusun draft laporan penilaian dampak proyek; Dalam pelaksanaanya, pendampingan RPMC di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/Kota (TAMK) yang bertugas mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan capacity building bagi para pelaksanaan program di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan melalui sosialisasi dan pelatihan, pemantauan dan pemberian dukungan teknis dalam penanganan permasalahan serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan. TAMK bertanggung jawab langsung atas mutu pelaksanaan program kepada DPIU dengan wajib berkoordinasi dengan RPMC tingkat provinsi, NPMC serta Satker Kabupaten/kota. Tugas dan tanggung jawab TAMK antara lain: Membantu DPIU dalam perencanaan kegiatan SPBM di tingkat
kabupaten/kota; Membantu penyiapan pelaksanaan Rembug Kelurahan dan penyiapan penerapan prosedur dan pedoman baik teknis maupun non teknis seperti pemberdayaan prasarana; masyarakat, sosial, lingkungan, teknis pelaksanaan
Memberikan dukungan upaya penyadaran sanitasi dan upaya promosi perubahan perilaku masyarakat melalui program Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); Memberikan dukungan teknis dalam proses perencanaan kegiatan di tingkat kelurahan; Memberikan BKM/LKM;
dukungan
kepada
Satker
Kabupaten/kota
dalam
hal
persetujuan hasil review PJM Pronangkis/RKM dan RAB yang disusun oleh
b a b 3 |22O r g a n i s a s i
Melakukan pelatihan kepada BKM/LKM dan KSM dalam penyusunan administrasi pelaporan dan pengelolaan keuangan; Mendukung Tenaga Ahli Pelatihan dalam penyiapan kebutuhan pelatihan program; Mendukung Tenaga Ahli Pelatihan dalam pemantuan hasil pelatihan dan evaluasinya; Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan tahapan kegiatan; di wilayah kerjanya;
Memberikan dukungan teknis dan manajemen pada pelaksanaan program Memberikan saran penanganan pengaduan, serta alternatif tindak lanjut penanganannya kepada DPIU dan BKM/LKM; koordinasi dan Melakukan evaluasi pelaksanaan Program SPBM di wilayah kerjanya; Melakukan komunikasi dengan DPIU, Kabupaten/kota, RPMC dan FM;
Satker
Mengumpulkan data pencairan dana/rekapitulasi SPM dan SP2D di lingkup wilayah kerjanya dan disampaikan kepada RPMC; Menjamin spesifikasi teknis prasarana/sarana Sanitasi yang direncanakan oleh BKM/LKM sesuai dengan Petunjuk Teknis yang ditetapkan; Memfasilitasi penyusunan rencana Operasi dan Pemeliharaan; Melaksanakan verifikasi perencanaan dan verifikasi dokumen pencairan;
Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan kemajuan fisik dan keuangan, telah ditetapkan, serta menyusun laporan triwulan, dan laporan lainnya yang disepakati dalam kontrak;
Meningkatkan peran KSM Sanitasi untuk keberlanjutan dan pengembangan prasarana/sarana terbangun; LMP (Laporan Menyusun DPIU. Manajemen Proyek) dan LMK (Laporan Manajemen Keuangan) tingkat Kabupaten/Kota untuk dilaporkan kepada
O r g a n i s a s i b a b 3 |23
3.7.3. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) merupakan pelaku utama pendamping pelaksanaan program secara langsung di tingkat masyarakat kelurahan. Jumlah Fasilitator disesuaikan dengan jumlah kelurahan sasaran dengan mempertimbangkan aksesibilitas pendampingan dan kondisi lapangan, dengan jumlah 30% dari total fasilitator adalah perempuan. Setiap tim Fasilitator terdiri dari 5 (lima) orang untuk menangani kurang lebih 3 (tiga) kelurahan. Terdiri dari 2 (dua) orang fasilitator pemberdayaan sanitasi, 2 (dua) orang fasilitator teknik dan 1 (satu) orang fasilitator manajemen. Fasilitator mempunyai tugas mendampingi masyarakat dalam melaksanakan Program SPBM dan penerapan prinsip-prinsip program. Fasilitator Pemberdayaan Sanitasi bertanggung jawab dalam: (i) mempromosikan kesehatan dan perilaku higienis serta sanitasi di level masyarakat dan sekolah melalui program Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS), (ii) mengoordinasi masukan-masukan penting untuk peningkatan kebiasaan sanitasi dan perilaku higienis, (iii) mengoordinasi sumber daya dan masukan untuk promosi/kampanye, pelatihan dan pemantauan sanitasi dan higienis. Tugas Fasilitator Pemberdayaan Sanitasi adalah : 1. Mendampingi dan memberdayakan masyarakat khususnya Pokjasan, BKM/LKM dan KSM Sanitasi dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program PHBS; 2. Memberikan pelatihan kepada masyarakat, guru, kelompok perempuan mengenai perubahan perilaku sanitasi dan higienis di lingkungan mereka. 3. Melaksanakan pelatihan lokakarya Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST) kepada kelompok perempuan (remaja dan lakilaki) berkolaborasi dengan guru, pekerja kesehatan, pekerja sanitasi, ibu rumah tangga dan kelompok terkait.
b a b 3 |24O r g a n i s a s i
4. Memfasilitasi dan mendukung BKM/LKM dalam penyusunan CSIAP dan mendukung KSM Sanitasi dalam menyusun rencana pembangunan (RKM) sesuai dengan panduan dan ketentuan, termasuk mereview rencana tersebut untuk menjamin bahwa sudah terdapat program PHBS; 5. Menjamin bahwa kelompok penerima manfaat termasuk perempuan, kelompok rentan dan penduduk miskin sudah dilibatkan pada saat proses persiapan, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi; 6. Memfasilitasi proses penilaian, analisis dan rencana kerja yag dilakukan oleh BKM/LKM dan KSM dengan menggunakan tahapan PHAST, berkaitan dengan penyusunan CSIAP dan RKM. 7. Mendukung program Cuci Tangan Pake Sabun (CPTS), mendukung perilaku baik (good practices) dalam hal pengolahan dan penyimpanan air. 8. Memberi dukungan dan pendampingan kepada guru berkaitan dengan pelaksanaan program kesehatan sekolah termasuk pemantauan kualitas air, tes kontaminasi, pembasmian cacing dan kegiatan lainnya; 9. Memberikan dukungan dan pendampingan kepada tim masyarakat dan lingkungan lainnya; 10. Memantau efektifitas kegiatan penyehatan dan sanitasi masyarakat dan sekolah melalui pemantauan rutin, survey cepat penyakit yang ditularkan melalui air (water borne diseases) dan membangun kelompok peduli terarah (focussed group) yang beranggotakan guru, pekerja sanitaisi, ibu rumah tangga dan relawan kesehatan; 11. Mendukung sehat (PHBS); pusat kesehatan masyarakat dan sekolah dalam mempromosikan program perbaikan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan kesehatan lokal, termasuk pekerja sanitasi, ibu rumah tangga dan sumberdaya penyehatan
O r g a n i s a s i b a b 3 |25
12. Mendukung kelompok perempuan lokal untuk mempromosikan dan meningkatkan kesadaran ibu yang mempunyai bayi dan balita berkaitan dengan diare dan penyakit yang ditularkan melalui air lainnya. 13. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat Kecamatan dan kelurahan pada setiap tahapan kegiatan; 14. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada RPMC/TAMK (Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/kota). Tugas Fasilitator Teknik adalah : 1. Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan program kepada seluruh masyarakat; 2. Melakukan pendampingan dalam rembug kelurahan, rembug warga dan pelatihan kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi terkait dengan aspek teknis pelaksanaan program; 3. Mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM, Kader Masyarakat, KSM Sanitasi dan aparat kelurahan untuk melakukan identifikasi permasalahan sanitasi dan kebutuhan prasarana/sarana; 4. Melakukan pelatihan penyusunan administrasi dan pelaporan BKM/LKM dan KSM Sanitasi; 5. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan CSIAP dan RKM; 6. Melakukan verifikasi terhadap hasil penyusunan CSIAP dan RKM; 7. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan Perencanaan Teknis (Detailed Engineering Design/DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB); 8. Melakukan verifikasi terhadap dokumen pencairan dana; 9. Melakukan pendampingan teknis dan pengawasan kepada BKM dan KSM Sanitasi pada saat pelaksanaan pembangunan prasarana/sarana sanitasi;
b a b 3 |26O r g a n i s a s i
10. Melakukan pendampingan teknis terhadap KSM Sanitasi dalam penyusunan mekanisme operasi dan pemeliharaan. 11. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat Kecamatan dan kelurahan dalam penyelenggaraan program pada setiap tahapannya; 12. Memberikan masukan dan arahan aspek teknis kepada pengelola kegiatan di tingkat kelurahan dalam pengendalian dan pelaporan pelaksanaan; 13. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK (Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/kota). Tugas Fasilitator Manajemen adalah : 1. 2. Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan program kepada seluruh masyarakat; Melakukan pendampingan musyawarah desa dan pelatihan kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi terkait dengan aspek manajemen pelaksanaan program; 3. Mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM/LKM, Kader Masyarakat, KSM Sanitasi dan perangkat pemerintahan kelurahan dalam melakukan identifikasi permasalahan sanitasi; 4. 5. 6. Melakukan penyiapan masyarakat untuk mengikuti sosialisasi, rembug kelurahan dan pelatihan; Melakukan pendampingan dalam hal kelembagaan dan manajemen kegiatan; Pendampingan kepada BKM/LKM/Pokjasan dan KSM Sanitasi dalam menyusun CSIAP dan RKM;
O r g a n i s a s i b a b 3 |27
7. Melakukan pendampingan secara rutin kepada masyarakat desa di wilayah kerjanya mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan laporan pertanggungjawaban; 8. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat kecamatan dan kelurahan dalam penyelenggaraan program pada setiap tahapannya; 9. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK (Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/Kota).
b a b 3 |28O r g a n i s a s i
K e m e n tr ia n P U
T im P e n g e n d a li P N P M M a n d ir i
TINGKAT PUSAT
NPMC
S a tk e r P L P PPK
D itje n C ip ta K a r y a (E x e c u tin g A g e n c y )
T im K o o r d in a s i P r o p in s i T im T e k n is P r o v in s i (P o k ja A M P L )
PCMU
TINGKAT PROPINSI
RPMC
P r o v in c ia l M anagem ent C o n s u lta n t T im K o o r d in a s i P r o p in s i
S a tk e r P L P P P K P L P P r o p in s i
P P IU
T im T e k n is P r o v in s i (P o k ja A M P L )
TINGKAT KOTA/KABUPATEN
D P IU
T im K o o r d in a s i K o ta /K a b u p a te n T im T e k n is K o ta / K a b u p a te n (P o k ja AM PL)
T im K o o r d in a s i K e c a m a ta n (P o k ja s a n K e c .)
T im F a s ilita t o r M a s y a r a k a t (T e k n is d a n P e m b e rd a y a a n )
B K M /L K M
K a d e r M a s y a ra k a t
L u r a h d a n P o k ja s a n K e lu r a h a n
TINGKAT KELURAHAN
: G a r is P e n g e n d a lia n : G a r is P e la p o r a n : G a r is K o o r d in a s i : G a r is P e m b in a a n K S M S a n ita s i d a n M a s y a r a k a t P e n e r im a M a n fa a t
O r g a n i s a s i b a b 3 |29
b a b 3 |30O r g a n i s a s i
BAB 4
4.1.
KETENTUAN PELAKSANAAN
PENETAPAN LOKASI SASARAN Kriteria kabupaten/kota sasaran dalam Program Sanitas Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) didasarkan pada adanya Strategi Sanitasi Kota/SSK (City Sanitation Strategy) yang didukung dengan surat jaminan kesiapan keikutsertaan didalam program dan dukungan terhadap pembangunan sanitasi masyarakat (community-lead sanitation development). Kriteria kelurahan sasaran adalah kelurahan yang pernah menjadi lokasi sasaran program PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MP) dan telah menerima minimal 3 kali siklus dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) serta memiliki kebutuhan untuk penanganan permasalahan sanitasi. Alokasi total lokasi sasaran Program SPBM adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Alokasi Sasaran Program SPBM No 1. 2. 3. Lokasi Sasaran Provinsi Kabupaten/kota Kelurahan Keterangan 5 provinsi (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara) 34 kabupaten yang terletak di 5 provinsi terpilih dan telah memiliki/menyiapkan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Total sebanyak 1.350 kelurahan, yang sebelumnya menjadi lokasi Program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |1
Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) adalah dokumen rencana pembangunan sanitasi jangka menengah tingkat kabupaten/kota yang bersifat komprehensif dan terintegrasi untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi. Didalamnya terkandung visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi, zona dan sistem layanan sanitasi,isuisu strategis dalam pengelolaan sanitasi, strategi pembangunan sanitasi sertaprogramjangkamenengahdantahunan. SSK berguna sebagai acuan pembagian peran antar pelaku pembangunan sanitasi, sekaligus sebagai kendali bagi realisasi pembangunan sanitasi yang berbasis kinerja. Keberadaan SSK menjadi gambaran kebutuhan pendanaan sanitasi tahunan dan jangka menengah. Penyusunan SSK menggunakan prinsip kerja skala kota dan multisektor; dari, oleh dan untuk Pokja;sinkronisasi perencanaan bottom up dan top down;danberdasarkandataempiris.
4.2.
PENERIMA MANFAAT Penerima manfaat program SPBM adalah penduduk miskin terutama kaum perempuan dan kelompok rentan/marjinal yang berada pada lingkungan yang rawan sanitasi.
4.3.
PENDANAAN 4.3.1. Sumber Dana Sumber dana Program SPBM berasal dari: x x Dana pinjaman dari ADB (Asian Development Bank) sebagai pinjaman Pusat, yang akan digunakan sebagai sumber dana block grant dan biaya konsultan; Dana APBN (Rupiah) yang akan digunakan untuk biaya fasilitator, monitoring dan supervisi;
b a b 4 |2K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n
x Dana APBD yang akan digunakan untuk dana BoP untuk mendukung pelaksanaan o o x program (biaya operasional, pemantauan, pengendalian, pelaporan, dll). BOP Provinsi sekitar 1% dari block grant per provinsi, BOP Kabupaten/Kota sekitar 5% dari block grant kabupaten/kota.
Dana swadaya masyarakat untuk perluasan jangkauan penerima manfaat dan pengembangan program.
4.3.2. Penerima Dana Penerima dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pembangunan prasarana/sarana sanitasi komunal adalah seluruh masyarakat kelurahan, yang disalurkan melalui rekening BKM/LKM. 4.3.3. Mekanisme Pencairan Dana 4.3.2.1. Mekanisme Pencairan Dana Pencairan dana block grant kegiatan sanitasi PNPM menggunakan mekanisme Rekening Khusus Bank Indonesia (RKBI), dan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Dana kegiatan untuk masing-masing Permukiman Provinsi/Kabupaten/kota (PLP) Provinsi dan disalurkan melalui dokumen anggaran/DIPA Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kabupaten/kota; 2. Penerima dana block grant adalah masyarakat kelurahan dan disalurkan melalui rekening BKM/LKM; 3. Secara khusus Koordinator BKM/LKM diwajibkan membuka rekening bantuan dana sosial Program SPBM di Bank Umum terdekat atas nama Rekening BKM/LKM dan memberitahukan nomor rekeningnya kepada PPK Penyehatan Lingkungan Permukiman Kabupaten/Kota;
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |3
4. Masing-masing pejabat Satker yaitu Kuasa Pengguna Anggaran, Pembuat Komitmen, Penandatangan SPM, Bendahara, menyampaikan nama dan spesimen tanda tangan serta menyampaikan cap dinas instansi penerbit SPM kepada KPPN setempat; 5. Kontrak kerja ditandatangani oleh Satker Pengembangan Infrastruktur Permukiman (PIP) Kabupaten/kota dengan BKM/LKM; 6. Penyaluran dana kepada masyarakat dilakukan dalam 3 tahap, tahap I sebesar 40 % dari total block grant setelah CSIAP dan RKM disetujui, tahap II sebesar 40% dari total block grant pada saat pencapaian pekerjaan fisik mencapai minimal 36%, dan tahap III sebesar 20% dari total block grant pada saat pencapaian pekerjaan fisik mencapai minimal 72%; 7. Satker PIP Kabupaten/Kota dapat melakukan penangguhan pencairan dana (untuk Pencairan Tahap II dan III) jika terjadi penyimpangan pelaksanaan kegiatan ataupun dana di lapangan sampai dengan penyelesaian permasalahan oleh lembaga pengawasan fungsional (Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP); 8. Khusus untuk penyaluran dana kepada masyarakat, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di tingkat Kabupaten/kota mengajukan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP-LS) Pejabat Penandatangan SPM yang dilengkapi dengan: x x x x Dokumen Kontrak/SPK asli yang mencantumkan nomor rekening masyarakat; Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; Rencana penggunaan dana yang telah diverifikasi oleh Fasilitator Masyarakat; Laporan kemajuan fisik dan keuangan yang telah ditandatangani oleh Fasilitator Masyarakat;
b a b 4 |4K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n
x x x x Berita Acara Pembayaran; Kuitansi yang disetujui oleh PA/Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk; Ringkasan kontrak; Bukti pendukung, berupa Buku Laporan Harian Pelaksanaan Kegiatan, Buku Kas Tingkat Kelurahan, Fotocopy Buku Rekening Bank, dan Bukti pengeluaran (nota-nota pengeluaran) untuk pencairan tahap II dan III. Informasi yang terdapat dalam SPP-LS sekurang-kurangnya memuat: (a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan, (b) Nomor dan Tanggal Kontrak, (c) Jenis/lingkup pekerjaan, (d) Jadwal penyelesaian pekerjaan, (e) Nilai pembayaran yang diminta, (f) Identitas penerima pembayaran (Nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama Bank), serta (g) tanggal dan jatuh tempo pembayaran; PA/Kuasa PA melakukan pencatatan penerimaan SPP-LS dalam buku pengawasan penerimaan SPP-LS dan menyerahkan tanda terima SPPLS serta melakukan pemeriksanaan terhadap: x x x kelengkapan berkas SPP-LS; keabsahan dokumen pendukung SPP-LS; ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan anggaran; x x pencapaian tujuan/sasaran kegiatan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak; kebenaran atas hak tagih, yang menyangkut pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar (prestasi kerja yang harus dibayar sesuai dengan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak), jadwal waktu pembayaran (yang tercantum dalam DIPA dan spesifikasi teknis dalam kontrak); bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |5
9. PA/Kuasa PA menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) rangkap 3 (tiga) yang dilaksanakan oleh Pejabat Penanda Tangan SPM dengan lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN Pembayar, dan lembar ketiga sebagai pertinggal pada kantor satuan kerja yang bersangkutan; 10. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana atau SP2D yang ditujukan kepada kantor cabang Bank Indonesia/bank pemerintah yang telah ditunjuk. Penerbitan SP2D paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM secara lengkap. Apabila berkas SPM tidak memenuhi persyaratan, pengembalian SPM dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya SPM; 11. Bank Indonesia/Bank Pemerintah yang telah ditunjuk akan mendebet dana pinjaman luar negeri dari Rekening Khusus dan memasukkannya ke rekening penerima pembayaran. 4.3.2.2. Proses Pencairan Dana 1. 2. Pembayaran untuk pinjaman Loan ADB dibebankan pada Rekening Khusus di Bank Indonesia Jakarta; Dalam pelaksanaan pembayaran dengan Uang Persediaan, SP2DUP/TUP tidak dibebankan pada Rekening Khusus tetapi dibebankan pada Rekening Umum Kas Negara; 3. 4. Pertanggungjawaban atas Uang Persediaan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku; Pembebanan dan pembayaran dilakukan secara proporsional sesuai dengan kategori dan persentase pinjaman Loan ADB seperti tercantum pada Lampiran I Perdirjen; 5. Dana Loan ADB dicairkan melalui KPPN;
b a b 4 |6K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n
6. Pencairan dana dilaksanakan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN atas dasar Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum; 7. Dalam penerbitan SPM dicantumkan nomor pinjaman Loan ADB, nomor register, kode kategori, porsi pembiayaan sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan tentang petunjuk pelaksanaan dan pencairan dana Loan ADB Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM), nilai, nomor dan tanggal kontrak termasuk addendum, nomor dan tanggal BAP beserta Approval sepanjang dipersyaratkan; 8. Kontrak-kontrak untuk konsultan dalam valuta asing yang harus dibayar dalam valuta asing yang bersangkutan, tidak diperkenankan dirupiahkan (sesuai SE DJA No. SE-43/A/61/0392 tanggal 26 Maret 1992 tentang Pembayaran Mata Uang Asing/Valuta Asing atas beban Rekening Khusus jo SE DJA No. SE-32/A/63/0295 tanggal 27 Pebruari 1995 dan SE DJA No. SE-130/A/1989 tanggal 28 Oktober 1989). 9. Surat Perintah Membayar (SPM) untuk pelaksanaan pembayaran dalam valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI; 10. Pencairan dana untuk pembayaran Kegiatan SPBM dilakukan dengan tata cara Rekening Khusus, dimana KPPN menerima Surat Perintah Membayar (SPM) dari Kuasa Pengguna Anggaran SPBM dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kategori 1 (Civil Works) 1. Tahap pertama (sebesar 40% dari total block grant) dengan melampirkan :
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |7
x x x Kontrak Kerja dan fotokopi buku rekening bank milik BKM/LKM; Rencana penggunaan dana; Kuitansi tagihan tahap I.
2. Tahap kedua (sebesar 40% dari total block grant) apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan telah mencapai minimal 36%, dengan melampirkan: x x x Laporan kemajuan fisik; Rencana penggunaan dana tahap II; Kuitansi tagihan tahap II.
3. Tahap ketiga (sebesar 20% dari nilai kontrak) apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan telah mencapai minimal 72%, dengan melampirkan: x x x Laporan kemajuan fisik; Rencana penggunaan dana tahap III; Kuitansi tagihan tahap III.
b. Kategori 2 (Consulting Services) dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan mendasarkan pada SPP LS yang diajukan oleh rekanan yang disesuaikan dengan Kontrak. c. Kategori 3 (Study Audit and Survey) dibayarkan dengan menyesuaikan kebutuhan yang telah diajukan oleh Executing Agency kepada pihak lender. Pencairannya dapat dilakukan dengan mengacu pada ADB Loan Disbursement Handbook (2007). 4.3.2.3. Pengisian Kembali Dana Rekening Khusus
1. Satuan Kerja Tingkat Kabupaten/DPIU menyampaikan seluruh SP2D yang telah diterbitkan kepada Satker Kerja Tingkat Provinsi/PPIU.
b a b 4 |8K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n
2. Satuan Kerja Tingkat Provinsi/PPIU menyampaikan seluruh SP2D yang telah dikonsolidasikan kepada Satker Kerja Tingkat Pusat/PCMU. 3. Keterlambatan dalam penyampaian/pengiriman SP2D oleh Satker di Kabupaten akan menghambat pengisian kembali rekening khusus, yang akan mengakibatkan memperlambat proses pencairan selanjutnya. 4. Satuan Kerja Tingkat Pusat/PCMU menyiapkan dokumen aplikasi replenisment/reimbursement disampaikan a. kepada atau Withdrawal Jenderal Application untuk c.q. Direktorat Perbendaharaan
Direktorat PPHLN yang didasarkan pada: Fotokopi Rekening Koran Rekening Khusus Loan ADB untuk Program SPBM yang diterima dari Direktorat Jendral Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PPHLN); b. Fotokopi Anggaran. 5. Direktorat PPHLN memeriksa dan meneliti WA yang diterima dari Satuan Kerja Tingkat Pusat/PCMU. Apabila WA sudah diterima dari Satuan Kerja Tingkat Pusat/PCMU sudah lengkap dan benar, Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat PPHLN membuat cover letter WA dan menyampaikan secara lengkap WA tersebut kepada ADB; 6. Apabila Satuan Kerja Tingkat Pusat/PCMU/Kuasa Pengguna Anggaran tidak melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan aplikasi replenishment/reimbursement secara berkala, dan mengakibatkan pada ketidaktersediaan saldo dana Rekening Khusus di Bank Indonesia, maka Direktorat PPHLN dapat mempertimbangkan untuk meminta KPPN melakukan penghentian sementara penerbitan SP2D; SP2D dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |9
7. Pembayaran kembali atas Penghentian Pembayaran Sementara yang dimaksudkan di atas, dapat dilaksanakan setelah KPPN menerima pemberitahuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara; 8. Jika pengeluaran per SPM/SP2D lebih kecil dari USD 100.000, permintaan pengisian kembali dengan menggunakan form Statement of Expenditure (SOE) tanpa lampiran dokumen pendukung ke ADB; 9. Jika pengeluaran per SPM/SP2D lebih besar dari USD 100.000, permintaan pengisian kembali dengan menggunakan form Summary Sheet (SS) dengan lampiran dokumen pendukung ke ADB antara lain: invoice/kuitansi, SPM dan SP2D, BAP. 4.3.2.4. Pelaporan dan Pengiriman Dokumen
Secara ringkas tahapan Pencairan Dana Block Grant adalah sebagai berikut: 1. BKM/LKM menyusun dokumen pencairan dana (dilengkapi dengan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Community Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP) dan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)) Satker Kabupaten/Kota. 2. SatkerKabupaten/kota melakukan verifikasi terhadap usulan CSIAP dan RKM tersebut. 3. Jika dokumen tersebut sudah disetujui selanjutnya di dilakukan penandatanganan kontrak kerja antara PPK dengan BKM/LKM. 4. PPK mengirimkan SPP-LS ke Satker Kabupaten/Kota 5. Satker mengirimkan SPM ke KPPN 6. Selanjutnya KPPN akan menyalurkan dana block grant tahap I (40%) ke rekening BKM/LKM. 7. Pencairan dana block grant tahap 2 (40%) dilakukan setelah progres fisik mencapai 36% (dengan diverifikasi Satker) 8. Pencairan dana block grant tahap 3 (20%) dilakukan setelah progres fisik mencapai 72% (dengan diverifikasi Satker) dan mengirimkan kepada
K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n b a b 4 |11
Gambar 4.1 Mekanisme Pencairan Dana
ADB
Penambahan
PUSAT
PCMU
BANK INDONESIA
PPIU PROPINSI
DPIU
LMK dan LMP
KABUPATEN/KOTA
SPM-LS
SP2D
KPPN
MASYARAKAT
: Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) PCMU : Project Coordination and Monitoring Unit PPIU : Provincial Project Implementation Unit DPIU : District Project Implementation Unit KPPN : Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara LMK : Laporan Manajemen Keuangan LMP : Laporan Manajemen Proyek SPP-LS : Surat Perintah Pembayaran Langsung SPM-LS : Surat Perintah Membayar Langsung SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
b a b 4 |12K e t e n t u a n P e l a k s a n a a n
BAB 5
5.1. UMUM
KRITERIA TEKNIS
Prasarana sanitasi dalam Program SPBM dipilih oleh masyarakat sesuai dengan keinginan mereka dan kondisi lingkungan setempat berdasarkan asas keberlanjutan. Jenis sarana sanitasi terpilih ini akan menjadi dasar dalam penyusunan DED dan RAB yang dilaksanakan oleh KSM Sanitasi. Untuk membantu masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi, dilaksanakan presentasi, penjelasan, dan diskusi-diskusi atas pilihan-pilihan teknologi berdasarkan buku Pemilihan Teknologi Sanitasi (Informed Choice Catalogue-ICC) dalam rembug warga yang diselenggarakan oleh KSM. Sarana sanitasi dalam SPBM terbatas pada 2 pilihan: 1. MCK Umum 2. Instalasi Pengolahan Limbah Komunal (IPAL Komunal) 5.2. MCK UMUM MCK umum terdiri dari sejumlah pintu jamban, bisa dilengkapi kamar mandi, dan sarana pengolahan air limbah. MCK umum sesuai untuk permukiman yang kebanyakan tidak memiliki jamban. Secara garis besar MCK Umum terdiri dari dua komponen yaitu : 5.2.1. Bangunan Atas (MCK Umum) Bangunan MCK umum terdiri dari beberapa pintu jamban, dan kamar mandi, dengan kemampuan melayani 100kk.
K r i t e r i a T e k n i s b a b 5 |1
5.2.2. Bangunan Bawah (Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL) Bangunan bawah dari MCK adalah IPAL yang dengan fungsi untuk memproses limbah pengguna MCK umum. Bangunan IPAL yang umum dipakai dalam MCK umum adalah tangki septik atau baffled reactor. Komponen ini biasanya dijadikan instalasi pengolahan limbah terpadu, dengan mengkombinasikannya dengan bio digeseter, untuk sumber energi biogas yang bisa dipakai oleh masyarakat sekitarnya. Untuk sistem Pengolahan Limbah pada SPBM akan dijelaskan pada Sub bab 5.4.
Gambar 5.1 MCK Umum Kelebihan: Sistem sarana dasar sanitasi terpusat Nyaman untuk permukiman padat Memungkinkan untuk peningkatan sistem Memerlukan pengawasan konstruksi Pengoperasian dan perawatan oleh kelompok masyarakat dan penyedia jasa swasta yang mampu.
Kekurangan
b a b 5 |2K r i t e r i a T e k n i s
5.3. INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH KOMUNAL (IPAL KOMUNAL) Instalasi Pengolahan Limbah Komunal dalam SPBM terdiri dari dua komponen yaitu : Komponen perpipaan Komponen Pengolahan Limbah
5.3.1. Komponen Perpipaan : Saluran Pembuangan Komunal Saluran pembuangan limbah masyarakat untuk program SPBM berupa Saluran Pembuangan Limbah Bersama/Komunal. Saluran ini mengalirkan limbah rumah tangga dari tiap rumah ke instalasi pengolahan limbah masyarakat setempat, atau ke sistem pembuangan limbah kota. Saluran ini menggunakan sistem pemipaan PVC. Pipa biasanya diletakkan di halaman depan, gang, atau halaman belakang. Sistem saluran ini membutuhkan bak kontrol tiap 20m, dan pada titik-titik pertemuan saluran.
K r i t e r i a T e k n i s b a b 5 |3
Gambar 5.3 Saluran Pembuangan KomunalPipa PVC dan Bak Kontrol Kelebihan Lebih hemat daripada sistem pembuangan limbah konvensional Masyarakat dapat berperan dalam proses perencanaan dan konstruksi Nyaman untuk pengguna, air limbah dijauhkan dari area permukiman Memerlukan proses perencanaan matang Perawatan yang tidak rutin akan menyebabkan kegagalan sistem secara total
Kekurangan
5.3.2. Komponen Pengolahan Limbah Bangunan pengolahan limbah berfungsi untuk menampung limbah komunal yang dialirkan oeh sistem perpipaan. Untuk sistem komunal, pengolahan limbah yang umum dipakai adalah baffled reactor. Komponen ini biasanya dijadikan instalasi pengolahan limbah terpadu, dengan mengkombinasikannya dengan bio digester, untuk sumber energi biogas yang bisa dipakai oleh masyarakat Untuk sistem Pengolahan Limbah pada SPBM akan dijelaskan pada Sub bab 5.4.
b a b 5 |4K r i t e r i a T e k n i s
5.4. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH 5.4.1. Bio Digester Bio digester adalah sistem pengolahan limbah yang menghasilkan biogas sebagai energi alternatif untuk memasak dan penerangan. Air hasil pengolahan belum efisien tapi sudah tidak berbau dan tidak terlalu berbahaya. Bio Digester sesuai untuk limbah WC dan industri tahu/tempe, RPH dan ternak. Kelebihan: Efektif sebagai pengolahan awal Biaya konstruksi dan perawatan rendah Kebutuhan lahan sedikit Air hasil olahan tidak berbau Menghasilkan gas Pengolahan lanjutan masih diperlukan Diperlukan tenaga ahli untuk desain, dan mengawasi pembangunan
Kekurangan:
5.4.2. Baffled Reactor (Tangki Septic Bersusun) Baffled Reactor terdiri dari 2 (dua) macam yaitu 1. Baffled Reactor bersusun biasa Terdiri dari beberapa bak. Bak pertama untuk menguraikan materi yang mudah terurai, bak berikutnya untuk menguraikan materi yang lebih sulit, demikian seterusnya.
Gambar 5.6 Baffled Reactor Kelebihan: Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah Biaya pembangunan kecil Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah Efisiensi pengolahan limbah tinggi Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan Diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi
Kekurangan:
b a b 5 |6K r i t e r i a T e k n i s
2. Anaerobic Filtered Baffled Reactor (Tangki Septik Bersusun dengan penyaring) Komponen ini sama seperti Tanki Septik Bersusun namun pengolahan limbahnya dibantu oleh organisme anaerobik dengan filter (batu vulkanik/gunung berapi)
Gambar 5.7 Anaerob Filter Reactor Kelebihan: Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah Efisiensi pengolahan limbah tinggi Biaya konstruksi bisa menjadi besar jika bahan filter tidak ada di sekitar Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan Diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi.
Kekurangan:
K r i t e r i a T e k n i s b a b 5 |7
5.5. SISTEM PEMBUANGAN 5.5.1. Pembuangan ke Sungai Air limbah dapat dibuang ke sungai jika air tersebut telah memenuhi beberapa syarat yang ditetapkan diantaranya pengolahan air limbah yang efisien sehingga air limbah yang dibuang tidak mencemari badan sungai.
Gambar 5.8 Pembuangan ke Sungai Kelebihan: Pilihan pembuangan paling murah Dapat diterapkan oleh masyarakat Tidak memerlukan pengoperasian dan perawatan Konsumsi dan penggunaan air sungai mentah di bagian muara tidak dianjurkan Kemungkinan kelebihan beban pada sungai sangat memungkinkan. Hal ini tergantung pada cara pengolahan dan derasnya aliran sungai.
Kekurangan:
b a b 5 |8K r i t e r i a T e k n i s
5 5.5.2. Pengu urasan Deng gan Truk Tin nja Jika lumpur ti idak diolah se etempat, mak ka harus dike eluarkan dan dibuang den ngan b bantuan jasa penguras. p Tru uk penguras s sebaiknya ter rletak tidak lebih dari 50 m meter (untuk meny yesuaikan pa anjang selan ng penguras s = 50m). Truk penguras d dihubungkan k ke bak pengo olah dengan pipa dan pom mpa sedot. Ha arus diperhat tikan b bahwa pengur rasan hanya mengambil m lu umpur hitam m saja.
Gamba ar 5.9 Pengur rasan dengan n Truk Tinja K Kelebihan: Pilihan pembuangan be erbiaya murah h Masyaraka at tidak perlu melakukan p pengoperasian n dan perawa atan Pembuang gan lumpur ya ang efisien di i pemukiman kota Perlu jasa penguras Truk peng guras mungkin n belum terse edia Ada kemu ungkinan pem mbuangan akh hir lumpur sec cara tidak seh hat.
K Kekurangan:
K r i t e r i a T e k n i s b a b 5 |9
b a b 5 |10K r i t e r i a T e k n i s
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
BAB 6
TAHAPAN PELAKSANAAN
6.1.
UMUM Pelaksanaan Program SPBM dilaksanakan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang saling terkait. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan di tingkat kelurahan adalah: 1. Tahap Persiapan Masyarakat a. Sosialisasi awal untuk menjelaskan tujuan, prinsip,pendekatan dan mekanisme program; b. Pelaksanaan Rembug Warga Kelurahan 1, untuk membentuk Pokjasan Kelurahan; Penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat untuk menerima dan melaksanakan program sesuai dengan ketentuan/pedoman; serta penyusunan jadwal pelaksanaan tahapan kegiatan. 2. Tahap Perencanaan Kegiatan a. Review PJM Pronangkis b. Pemetaan Sanitasi Tingkat Kelurahan c. Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Community Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP) d. Rembug Kelurahan 2 (Seleksi lingkungan dan Penetapan CSIAP) e. Pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi di RT/RW terpilih f. Pembentukan KSM Sanitasi di tingkat lokasi
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
g. Penyusunan RKM oleh KSM Sanitasi (pemilihan teknologi dan jenis sarana, penyusunan DED, RAB dan Jadwal Pelaksanaan) didampingi oleh fasilitator dan BKM h. Penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan (O&P) i. j. 3. Verifikasi RKM Penyusunan dokumen pencairan dana
Tahap Pelaksanaan Konstruksi a. Penandatanganan kontrak kerja b. Pelaksanaan Kegiatan Fisik c. Pengawasan Kegiatan d. Pelaporan Kegiatan e. Rembug Pelaksanaan Mingguan
4.
Tahap Paska Konstruksi a. Rembug Warga Paska Konstruksi b. Serah Terima Sarana Sanitasi c. Operasi dan Pemeliharaan
b a b 6 |2T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
Sosialisasimengenaitujuan,prinsip,pendekatandan mekanismeprogramdandilanjutkansecaramenerusselama pelaksanaantahapankegiatan PenandatangananSuratPernyataanKesiapanMasyarakat dilakukanantaraBKM,pemerintahankelurahandiketahui olehperwakilanmasyarakatdandisaksikanolehperwakilan pemerintahdaerah/Satker PembentukanPokjaSanitasi(Pokjasan)kelurahandan selanjutnyabersamasamadenganBKMmenyusun CommunitySanitationImprovementActionPlan/CSIAP) PemetaansanitasidilakukanditingkatRT/RWdengan menggunakanmetodaEHRA/MPAPHAST,hasildari PemetaanSanitasimenjadiinputpenyusunanCSIAPdan RKM Seleksilokasipembangunansanitasidilakukansecara demokratisdenganmelibatkanseluruhmasyarakat denganmelihatprioritaspenangananwilayahrawan sanitaasitingkatRT/RW LokasiyangterpilihselanjutnyamelaksanakanPemetaan KebutuhanSanitasiuntukmenentukantitik pembangunanInfrastruktur,membentukKSMSanitasi danKSMtersebutbertugasmenyusunRencanaKerja Masyarakat(RKM)yangdilengkapidenganpilihan teknologi,RAB,DEDdanjadwalpelaksanaankegiatan. Tahap Persiapan
RembugKelurahan1, PembentukanPokjasan
PemetaanSanitasi
Tahap Perencanaan
PelaksanaanKonstruksi
BKM/LKMmengirimkandokumenpencairandanayang dilengkapidenganCSIAPdanRKM,sertabuktidanaO&P, kepadaSatker/PPK Jikadokumendisetujuiselanjutnyadilakukan penandatanganankontrak(SP3)antaraSatkerdanBKM/LKM Pencairandanadilakukandalam3tahap(40%,40%dan20%) SelanjutnyaBKM/LKMmenyalurkandanatersebutkeKSM Sanitasi KSM Sanitasi melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan ke BKMmenyerahkaninfrastrukturterbangun kepadaSatkerdanselanjutnyaSatker menyerahkansaranatersebutkepemerintahan kelurahan/masyarakat KSMSanitasibertanggungjawabdalam pelaksanaankegiatanO&P TahapOperasidan Pemeliharaan Tahap Pelaksanaan
x x x x
PaskaKonstruksi(Operasi danPemeliharaan)
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
6.2. TAHAPAN PENYIAPAN WARGA 6.2.1. Sosialisasi Awal Tingkat Kelurahan Sosialisasi adalah upaya memperkenalkan atau menyebarluaskan informasi mengenai Program SPBM kepada masyarakat sebagai penerima program dan pelaksana kegiatan, serta kepada para pelaku dan institusi atau lembaga masyarakat kelurahan. Sosialisasi harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan rembug/rapat atau pertemuan-pertemuan, baik pertemuan kelompok, keagamaan, arisan, maupun pertemuan-pertemuan lain yang ada di kelurahan, serta melalui penempelan poster-poster di lokasi kelurahan terpilih. Kegiatan ini juga menjadi sarana perkenalan FM dengan masyarakat serta melakukan kesempatan bagi FM untuk melakukan orientasi lapangan. Kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan dipersiapkan dan dilaksanakan oleh Lurah, BKM, dan FM. Tujuan Sosialisasi Melalui kegiatan sosialisasi yang intensif diharapkan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanakan tahapan program, sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan tidak hanya ditetapkan oleh aparat pemerintah kelurahan masyarakat. Pada kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan ini sekaligus penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat dilaksanakan juga sebagai bentuk atau tokoh-tokoh masyarakat, namun melibatkan representasi pendukung program di tingkat
komitmen masyarakat untuk melaksanakan tahapan program sesuai dengan ketentuan/pedoman dan prinsi -prinsip pelaksanaan yang ditetapkan.
b a b 6 |4T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
Narasumber dalam kegiatan sosialisasi tingkat kelurahan adalah FM, pihak Kecamatan, dan DPIU. Peserta Sosialisasi Kelurahan 1. Masyarakat umum 2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta anggota masyarakat secara luas. 3. Pemerintahan Kecamatan. Format-format untuk pelaksanaan sosialisasi dapat dilihat pada Lampiran Pedoman Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Format 1.1 - 1.4 Setelah sosialisasi dilaksanakan, BKM dengan dibantu Lurah dan FM mempersiapkan Rembug Tingkat Kelurahan I dengan menyebarkan undangan kepada para Aparat Kelurahan, pengurus RT/RW setempat, Tokoh Masyarakat, Aparat Kecamatan, dan DPIU. 6.2.2. Rembug Kelurahan I Rembug Kelurahan I adalah gong permulaan kegiatan di tingkat kelurahan. Rembug Kelurahan I dipersiapkan dan dilaksanakan oleh BKM dengan didampingi oleh Lurah dan FM. Narasumber dalam kegiatan ini adalah FM, pihak Kecamatan, dan DPIU. Kelurahan, para ketua RT/RW setempat, Pemerintah
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
Tujuan Rembug Kelurahan I: Rembug Kelurahan bertujuan untuk menegaskan penjelasan prinsip-prinsip dan mekanisme penyelenggaraan Program SPBM, serta untuk menyamakan persepsi/pandangan dalam pelaksanaan Program. Materi yang akan disampaikan pada Rembug Kelurahan I adalah: 1. Penjelasan mengenai prinsip, pendekatan dan mekanisme program; 2. Penjelasan mengenai Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat 3. Penjelasan mengenai tugas dan fungsi Pokjasan kelurahan Peserta Rembug Kelurahan I: 1. Masyarakat umum 2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta anggota masyarakat secara luas. 3. Pemerintahan Kelurahan, Para Pengurus RT/RW setempat, Pemerintah Kecamatan. Persiapan pelaksanaan Rembug Kelurahan I: 1. BKM dibantu FM memfasilitasi kesepakatan antara Aparat Kelurahan dan Pengurus RT/RW mengenai waktu dan tempat Rembug Kelurahan 2. BKM dibantu FM menyebarkan undangan kepada Para Pengurus RT/RW, dengan menuliskan dalam undangan, bahwa pengurus disarankan mengajak perwakilan masyarakat, dengan mengutamakan kaum perempuan dan kelompok masyarakat miskin (Format 1.5 Lampiran) 3. BKM dibantu FM mengundang Aparat Desa terkait, Aparat Pemerintah Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat 4. BKM dibantu FM mengundang DPIU, Satker Kota dan Konsultan untuk bertindak sebagai nara sumber dan sebagai wakil Pemerintah dalam penandatanganan Kesepakatan Pakta Integritas 5. BKM dibantu FM membantu Aparat kelurahan dalam menyiapkan tempat pertemuan, peralatan dan materi yang diperlukan;
b a b 6 |6T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
6. FM menyiapkan Daftar Hadir, membuat Notulensi serta pendokumentasian kegiatan Sosialisasi dan Penandatangan Pakta Integritas (Format 1.6-1.8 Lampiran).
BOX6.1 CEKLISPERSIAPAN REMBUGKELURAHANI ; Menyiapkan undangan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan pertemuan. Isi undangan menyebutkan waktu, tempat dan tujuan pertemuansecarajelas. ; Undanganditandatanganiolehpihakpenyelenggara. ; Konfirmasi Pemberitahuan Kehadiran Peserta (minimal 2 hari sebelum pelaksanaan). ; Tempatdanperalatantelahtersediadancukupmemadai. ; Konsumsisesuaiperkiraanjumlahpeserta ; Materi dan Bahan yang akan dibagikan telah tersedia sesuai perkiraan jumlahpeserta. ; Adakan pertemuan dengan penyelenggara dan penyaji lainnya untuk membicarakanrincianpelaksanaanpertemuandanperanmasingmasing. ; DaftarHadirdanalatpendokumentasian(kameraatauvideo) ; JadwalAcara
Proses Pelaksanaan Rembug Kelurahan I: 1. Perkenalan antara Nara Sumber dengan peserta undangan 2. FM mengedarkan daftar hadir kepada para peserta 3. Nara sumber memaparkan tentang Gambaran Umum, prinsip-prinsip serta mekanisme pelaksanaan Program SPBM, terutama sistem seleksi kampung dan proses RPA yang dilaksanakan di tingkat RT/RW 4. Diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya 5. Penjelasan mengenai pentingnya Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat 6. Pembentukan Pokjasan kelurahan 7. Penyepakatan jadwal pelaksanaan kegiatan berikutnya 8. FM membuat notulensi rapat dan pendokumentasian.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |7
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
BOX 6.2 CEKLIS INFORMASIDAN MATERI DALAMREMBUG KELURAHAN ; LatarBelakang,TujuandanSasaranProgramSPBM ; PrinsipPrinsipProgram. ; ; ; ; SumberdanAlokasiDana. MekanismePencairanDana. ParaPelakuProgramdantugastugasnya TahapanPelaksanaanKegiatan 1. TahapPenyiapanmasyarakat 2 . Tahap Perencanaan, ditekankan pada sistem seleksi lingkungan danpenjelasanmengenaiSurveyPemetaanSanitasi 3 . TahapPelaksanaanFisik 4 . TahapPascaPelaksanaanFisik
Catatan Untuk desa/kelurahan yang pernah mendapatkan bantuan pemberdayaan, dan pernah melaksanakan rembugrembug penyiapan masyarakat, maka proses rembug penyiapan dilakukan dengan menekankan pada: a. Memperluas jangkauan penyebarluasan informasi pada kelompok lainnya. b. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan progra-program sebelumnya terutama pada tingkat partisipasi masyarakatnya.
b a b 6 |8T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
6.3. TAHAP PERENCANAAN Tahap perencanaan merupakan lanjutan dari tahapan persiapan. Kegiatankegiatan dalam tahapan ini akan dilakukan di seluruh kelurahan dan di RT atau RW setempat. 6.3.1. Review PJM Pronangkis Pada awal pelaksanaan, di tingkat kelurahan diadakan review PJM Pronangkis yang telah disusun oleh BKM pada saat pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP). Review ini bertujuan untuk memeriksa apakah hal-hal yang berkaitan dengan penanganan permasalahan sanitasi telah dicantumkan di dalam PJM Pronangkis. Selanjutnya melalui pendampingan fasilitator SPBM, dilakukan revisi PJM Pronangkis untuk menajamkan rencana kegiatan penanganan permasalahan sanitasi yang akan dilaksanakan masyarakat. 6.3.2. Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi Kelurahan Pemetaan Sanitasi Kelurahan dilakukan untuk melakukan pengumpulan data dan informasi mengenai sampai kondisi dengan pelayanan sanitasi kelurahan, kondisi kependudukan, permasalahan sanitasi yang dihadapi sebagai bahan untuk menyusun CSIAP Pronangkis Masyarakat. dan Rencana Format Kerja dan Contoh
petunjuk yang digunakan dalam proses ini dapat dilihat dalam Format 2.1-2.4 Lampiran.
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
Data dan Informasi yang akan digali melalui Pemetaan Sanitasi Kelurahan ini adalah: 1. Kondisi wilayah, dilakukan dengan membuat peta sederhana kawasan desa, yang berisi: tata letak tapak, status tanah dan status penguasaan, Peta Jaringan Sanitasi serta Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi yang ada, serta Permasalahan Sanitasi yang ada 2. Kondisi demografi, dilakukan dengan: pengumpulan data dan pemutakhiran data kependudukan; pengumpulan data sosial masyakarat seperti tingkat pendidikan, strata ekonomi, dan sebagainya; pengumpulan data permasalahan kependudukan yang mencakup permasalahan sosial seperti konflik antar penduduk; Pemetaan Sanitasi Kelurahan dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi BKM dengan KD dan FM serta relawan masyarakat dari masing-masing RT/RW.
BOX6.3 L a n g k a h p e la k s a n a a n P e m e t a a n S a n i t a s i K e l u r a h a n a d a l a h : 1. FM menjelaskan tentang arti penting Pemetaan Sanitasi, dimana melalui hal tersebutdapatdiperolehkondisisanitasisertapermasalahanyangdihadapi; 2. Menjelaskanformatperangkatyangakandigunakanuntukmemperolehdatadata yang mencakup pemetaan penduduk miskin, pemetaan batas tapak dan pemetaaninfrastruktursanitasi; 3. Melakukan Pemetaan Batas Tapak (lihat Format 3.19 lampiran 3). Pemetaan dibuat untuk melihat keadaan umum kampung dan lingkungannya yang menyangkutsaranaprasarana,keadaanfisiklingkungan,luasdantataletaklahan lahan termasuk peruntukkannya, penyebaran daerah permukiman, aliran air, lembagalembagayangadadidesa,sekolah,posyandu,puskesmas. 4. Melakukan Pemetaan Infrastruktur Sanitasi (lihat Format 3.20 lampiran 3). Pemetaan infrastruktur dibuat untuk melihat kondisi infrastruktur sanitasi kelurahan serta akses pelayanan masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi. Pada pemetaan infrastruktur sanitasi perlu dipetakan permasalahan masyarakat dalam mengakses pelayanan infrastruktur, seperti penduduk/daerah yang mengalami kekurangan air bersih. Hasil pemetaan infrastruktur diharapkan dapat menggambarkan kondisi dan permasalahan sanitasi yang dihadapi oleh masyarakatsecaramenyeluruh.
bersama
b a b 6 |10T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
6.3.3. Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) Dari hasil Pemetaan Sanitasi Kelurahan, kemudian Pokja dan Sanitasi, KD dan didampingi oleh FM melakukan identifikasi permasalahan sanitasi permasalahan, pemetaan Hasil kondisi dicermati kelurahan. identifikasi
kemudian
bersama oleh Pokja Sanitasi dan KD yang didampingi FM untuk merumuskan kondisi sanitasi Kelurahan kelurahan, atau serta menyusun Sanitation Rencana Perbaikan Sanitasi di tingkat Community Implementation Action Plan (CSIAP). Penyusunan Rencana Perbaikan Sanitasi dilakukan dengan: 1. Penyusunan daftar identifikasi masalah, yang dilakukan dengan mengkompilasi data dan permasalahan sanitasi yang kemudian disintesakan. 2. Penentuan daerah-daerah bermasalah, penentuan daerah bermasalah diidentifikasi dari hasil kompilasi data dan permasalahan sanitasi yang disusun yang kemudian dinilai skala prioritasnya dengan menggunakan Metoda Metaplan. Dengan menggunakan metaplan, penentuan daerah penerima manfaat program dapat dilakukan secara optimal; Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/CSIAP ini disusun secara partisipatif oleh Pokjasan Kelurahan dan BKM dengan didukung oleh perwakilan masyarakat, tokoh masyarakat dan dilakukan konsultasi kepada pemerintah setempat, masyarakat dan Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota. Hal yang perlu ditekankan pada tahap ini adalah bahwa usulan kegiatan yang muncul harus sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten/kota yang telah disusun oleh pemerintah
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
kabupaten/kota, dalam hal ini maka masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator harus berkoordinasi dengan tim Pokja Sanitasi/AMPL tingkat kabupaten/kota. CSIAP merupakan perencanaan partisipatif jangka menengah, dengan jangka waktu 3 tahun, mengenai rencana investasi pembangunan sarana sanitasi komunal, upaya peningkatan kualitas hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat tingkat kelurahan dari hasil pemetaan sanitasi serta usulan kegiatan pembangunan skala kecil yang diusulkan oleh kelompok masyarakat. Hasil pemetaan sanitasi menjadi input penting dalam penyusunan perencanaan ini. Tata cara penyusunan CSIAP akan dijelaskan lebih lanjut di dalam lampiran pedoman pelaksanaan. Hasil dari perumusan masalah kemudian dijadikan bahan dalam Rembug Kelurahan II. 6.3.4. Rembug Kelurahan II Setelah pemetaan sanitasi dan penyusunan CSIAP, maka tahapan berikutnya adalah melakukan Rembug Kelurahan II. Kegiatan ini disiapkan oleh BKM dengan dukungan Kader Masyarakat dan FM. Rembug Kelurahan II dilaksanakan dalam bentuk diskusi terbuka untuk merumuskan prioritas titik lokasi penanganan permasalahan sanitasi. Tujuan Rembug Kelurahan II: 1. Merumuskan prioritas permasalahan yang terdapat di kelurahan; 2. Menentukan titik lokasi penanganan permasalahan; 3. Menentukan jenis infrastruktur yang akan dibangun; 4. Menyusun rencana kegiatan pelaksanaan pembangunan. Jenis infrastruktur yang akan dibangun harus disesuaikan dengan kriteria teknis program SPBM.
b a b 6 |12T a h a p a n P e l a k s a n a a n
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
1. Penjelasan kembali prinsip-prinsip Program SPBM; 2. Pemaparan kondisi dan permasalahan sanitasi kelurahan diperoleh dari hasil
pemetaan sanitasi dan telah disusun di dalam CSIAP;
3. Verifikasi CSIAP oleh seluruh peserta; 4. Paparan FM mengenai Alternatif Solusi Permasalahan, dalam kerangka masa
sekarang dan masa yang akan datang;
6. Kemudian
dilakukan
Permasalahan;
8. Penentuan titik lokasi dan jenis infrastruktur yang akan dibangun; 9. Pembuatan Berita Acara Rembug Kelurahan II yang dilakukan oleh BKM dan
dibantu oleh Kader dan FM (Format 2.6 Lampiran ). Peserta Rembug Kelurahan II
1. 2.
Masyarakat umum; Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta anggota masyarakat secara luas. Pemerintahan Kelurahan, Para Pengurus RT/RW setempat, Pemerintah Kecamatan, Pokjasan.
3.
PedomanPelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
6.3.5. Rembug Tingkat RT/RW I (Penyiapan Pemetaan RPA) Tahapan perencanaan di tingkat lokasi program lokasi titik pembangunan sarana sanitasi Rembug RT/RW I. Tujuan kegiatan ini adalah untuk sosialisasi program di titik lokasi, dan persiapan pelaksanaan Pemetaan Sanitasi dengan RPA. Rembug warga tingkat RW dilaksanakan dalam bentuk diskusi terbuka yang diharapkan mampu menentukan waktu, tempat, dan partisipan dalam pelaksanaan RPA. Dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW, sangat disarankan untuk mengundang FM atau perwakilan BKM sebagai narasumber dalam pertemuan. Tujuan Rembug RT/RW I 1. Menyebarluaskan informasi program sampai ke tingkat RT/RW serta menyampaikan hasil Rembug Kelurahan kepada masyarakat. 2. Merencanakan jadwal dan pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan metode RPA Proses yang dilakukan dalam Rembug Tingkat RT/RW I adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Penjelasan kembali prinsip-prinsip Program Sanitasi Perkotaandi tingkat RT/RW. Paparan narasumber mengenai sistem seleksi lingkungan/kampung dalam program, dan pelaksanaan pemetaan sanitasi . Peserta musyawarah kemudian menentukan waktu dan pelaksanaan pemetaan sanitasi dengan metode RPA. yang telah ditentukan Kelurahan II pada , sebelumnya
b a b 6 |14T a h a p a n P e l a k s a n a a n
6.3.6. Pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA Setelah masyarakat menentukan jadwal dan waktu pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA pada Rembug RT/RW I, kemudian BKM/Pokjasan dibantu FM dan Kader Masyarakat melaksanakan Pemetaan Sanitasi dengan metode RPA. RPA merupakan metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama masyarakat. Alasan penggunaan metode ini adalah : 1. Memposisikan masyarakat sebagai subyek 2. Memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya 3. Sebagai media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah (grass root level). RPA dilakukan setelah kegiatan Rembug Warga tingkat RT/RW I. RPA akan dilakukan hanya jika ada permintaan dari masyarakat setelah mereka memahami konsep Program SPBM dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW. Hal ini sesuai dengan pendekatan Demand Responsive Approach (DRA), yaitu permintaan menjadi salah satu indikator kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi yang mereka hadapi. Tujuan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi: Secara umum, tujuan pemetaan sanitasi adalah teridentifikasinya masalah sanitasi dan keinginan masyarakat untuk memecahkannya atas dasar kemampuan sendiri yang dilakukan secara partisipatif, sistematis, dan cepat. Tujuan akhirnya adalah terseleksinya masyarakat yang paling siap untuk implementasi program SPBM.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |15
Untuk menilai kesiapan masyarakat, diukur 5 (lima) variabel, yaitu : 1. Pengalaman membangun infrastruktur kampung 2. Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi 3. Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi 4. Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sarana 5. Prioritas perbaikan sanitasi. Kegiatan Pemetaan Sanitasi dilaksanakan oleh KSM dengan didukung oleh kader masyarakat, perwakilan warga masyarakat. Penjelasan secara rinci mengenai metode RPA disajikan di dalam pedoman RPA, CSIAP dan RKM, serta format-format yang dibutuhkan dalam pelaksanaan RPA dan Penyusunan RKM dapat dilihat pada Format 3.6-3.10 Lampiran Dari hasil RPA, KSM dapat menentukan titik yang paling tepat di RT/RW terpilih yang membutuhkan sarana sanitasi. Setelah itu KSM melanjutkannya dengan penyusunan RKM Untuk lebih jelasnya proses RPA dapat dilihat pada Annek 1 Buku Petunjuk Survey. 6.3.7. Rembug RT/RW II (Penetapan Titik Lokasi Infrastruktur dan Pembentukan KSM) Setelah titik pelaksaaan Pemetaan RPA, dilaksanakan Rembug RT/RW II untuk mempresentasikan hasil Pemetaan RPA, serta memilih Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). KSM beranggotakan warga setempat, terutama yang akan memanfaatkan sarana sanitasi yang akan dibangun. Tujuan Rembug RT/RW II 1. Memaparkan hasil Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA kepada masyarakat, serta menentukan titik lokasi pembangunan 2. Membentuk KSM 3. Merencanakan jadwal dan pelaksanaan Penyusunan RKM
b a b 6 |16T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Proses yang dilakukan dalam Rembug Tingkat RT/RW II adalah sebagai berikut: 1. Paparan kembali oleh narasumber mengenai sistem seleksi lingkungan/kampung dalam program, dan pelaksanaan pemetaan sanitasi. 2. Pemaparan hasil Pemetaan Sanitasi kepada masyarakat . 3. Peserta Musyawarah kemudian memilih anggota KSM. 4. Peserta musyawarah kemudian menentukan waktu dan pelaksanaan penyusunan RKM. KSM akan bertanggung jawab selama proses pelaksanaan program, mulai dari perencanaan (penyusunan RKM dan DED-RAB), pelaksanaan konstruksi, sampai penyelenggaraan sistem operasi dan pemeliharaan setelah konstruksi selesai. Selain itu KSM juga berperan dalam kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, setelah FM tidak bertugas di lokasi. Sehingga dalam membentuk maupun menyusun organisasinya disesuaikan dengan kepentingan kegiatan-kegiatan tersebut. Bentuk dan susunan pengurus sesuai dengan kehendak musyawarah masyarakat, dan ditetapkan melalui surat keputusan kelurahan yang diketahui oleh kecamatan setempat. Namun, apabila dibutuhkan, pembentukan/kepengurusan KSM dan AD/ART KSM dapat dilegalkan melalui notaris setempat. Contoh Bentuk Kelompok: Kelompok Pengelola terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Kontribusi, Seksi Operasi dan Pemeliharaan, Seksi Kampanye Kesehatan. Dengan tugas sebagai berikut: 1. Ketua: Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan. Memimpin pelaksanaan tugas panitia dan kegiatan rapat-rapat.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |17
2. Sekretaris: Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha serta dokumentasi; Melaksanakan surat-menyurat; Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan/membayar sesuai dengan RAB yang telah ditetapkan; Melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan pembukuan realisasi serta laporan pertanggungjawaban keuangan yang dikelola mingguan dan bulanan. 4. Seksi Tenaga Kerja Melakukan inventarisasi tenaga kerja; Melakukan rekrutmen tenaga kerja; Mengatur tenaga kerja di lapangan; Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan; Pengawasan kepada pekerja dan bekerjasama dengan mandor. Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang dan menyetorkan pada bendahara 6. Seksi Logistik: Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama pembangunan; Membuat laporan tentang keadaan material; Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi. Mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang telah dibangun; Bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis.
3. Bendahara:
5. Seksi Kontribusi:
b a b 6 |18T a h a p a n P e l a k s a n a a n
8. Seksi Kampanye Kesehatan: Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat; Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat; Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan lingkungan
Catatan : Untuk sebagai catatan, bahwa mekanisme kerja KSM tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang disepakati oleh pengurus KSM dan selu-ruh calon pengguna/penerima manfaat. Sementara, status pembentukan KSM disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah yang diketahui oleh Camat setempat. Untuk daerah tertentu, pembentu-kan KSM ini perlu legalitas notaris untuk kepentingan pembukaan reken-ing masyarakat. 6.3.8. Penyusunan RKM Rencana resmi sebagai kegiatan perencanaan dasar untuk dari masyarakat perbaikan pencairan berbagai (RKM) merupakan bukti dokumen sanitasi oleh masyarakat, sekaligus dana/material
stakeholder yang telah memberikan komitmen. RKM Sanitasi Perkotaan hanya akan dilakukan oleh masyarakat yang lingkungannya terseleksi sebagai titik lokasi pembangunan sarana sanitasi. Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan yang dilakukan, baik manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis diserahkan kepada tenaga ahli, namun tetap melibatkan masyarakat.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |19
Dokumen RKM ini berisi mengenai Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi, Detailed Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), Mekanisme dan Jadwal Pencairan Kontribusi, Konstruksi dan Supervisi, Capacity Building, Pengoperasian dan Perawatan (O&P), Struktur organisasi KSM SPBM,serta Penjaminan Sistem. Dalam penyusunan RKM ini, FM berkewajiban untuk memberikan bimbingan baik teknis dan manajemen kepada KSM Sanitasi. a. Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi ini berisikan 1. Latar Belakang yang mendasari Kegiatan, didasarkan pada Hasil Survey; 2. Tujuan dan Sasaran yang hendak dicapai dengan Pelaksanaan Pembangunan Sarana Sanitasi.; 3. Manfaat Pekerjaan terhadap warga dan Lingkungan Hidup Desa; 4. Pelaksanaan Pekerjaan, baik yang berhubungan dengan Dana, Waktu, Pelaksana dan Pelaku-pelaku lain yang mungkin terlibat; 5. Kebutuhan Lahan untuk kegiatan yang diusulkan, serta mekanisme pelaksanaannya; 6. Mekanisme Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pengawasan; 7. Profil Lokasi Sasaran yang menunjukkan Kondisi Awal dan Data Prasarana Sanitasi setempat; Untuk komponen-komponen piihan sanitasi telah dibahas pada bab sebelumnya. Untuk jenis konstruksi yang tidak ada atau lebih rumit harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Satker PLP Kota setempat. b. Usulan Rencana Operasi dan Pemeliharaan Operasi dan Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar Prasarana dan Sarana tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.
b a b 6 |20T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Pelibatan masyarakat dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan dilakukan dengan dibentuknya KSM Tujuan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur Terbangun adalah: Tersedianya Infrastruktur yang tetap Berfungsi dengan Kualitas dan Umur Pelayanan yang sesuai dengan Rencana. Biaya Pemeliharaan. baik. Pemeliharaan yang Tepat Waktu dan Tepat Sasaran, dapat Menghemat Tersedianya Organisasi Pengelola yang Aktif dan berfungsi dengan Pada Tahap Persiapan Usulan RKM, Rencana Operasi dan Pemeliharaan Baru disusun sebagai Rencana Awal, mengingat Sedangkan Finalisasi Rencana Operasi dan Pemeliharaan dibahas dan ditetapkan melalui Rembug Warga Tingkat RT/RW III sebelum pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi c. Usulan Rencana Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan Pada dasarnya Sumber Pendanaan Operasi dan Pemeliharaan adalah Warga Pemanfaat Infrastruktur dengan berlandaskan gotong royong dan kesadaran bahwa Pemeliharaan, Perbaikan dan Pengembangan Infrastruktur adalah Tugas bersama seluruh Warga Pemanfaat, bukan milik Pemerintah atau Aparat. Namun, Pembiayaan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan selain bersumber dari iuran warga diharapkan didukung oleh APBD. Pada Tahap Penyusunan RKM, Aspek Pembiayaan Baru disusun pada Tahap Identifikasi dari Rencana Pembiayaan. Sedangkan secara mendetail terhadap Aspek Operasi dan Pemeliharaan didiskusikan dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW III. Contoh Penyusunan Usulan dapat dilihat di (Format 4.1-4.4 Lampiran).
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |21
6.3.9. Penyusunan DED dan RAB Setelah RKM, langkah selanjutnya adalah Penyusunan Rencana Teknis dan RAB yang dilaksanakan oleh BKM, KM dengan dibimbing oleh FM. Hasil dari Kegiatan ini harus dikonsultasikan dengan Satker PLP dan TAMK. Pada Tahap ini dilaksanakan: 1. Penyusunan Rencana Teknis; Hasil Penyusunan Rencana Teknis diwujudkan dalam Dokumen Rencana Teknis dan Gambar Desain Teknis (Format 4.8 Lampiran). Penyusunan Rencana Teknis harus mengacu kepada Petunjuk Teknis Sanitasi. 2. Penyusunan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); Hasil Penyusunan RAB berupa Perhitungan Volume Pekerjaan, (berdasarkan Rencana Teknis yang telah disusun), harga dari berbagai macam bahan/ material, alat dan tenaga yang dibutuhkan pada suatu konstruksi (Format 4.9 Lampiran). Tujuan Kegiatan Penghitungan Rencana Anggaran Biaya adalah untuk Memprediksi Biaya Pelaksanaan. Melalui Penghitungan RAB dapat diketahui Taksiran Biaya setiap item/sub kegiatan. Perlu dicatat bahwa taksiran biaya yang dibuat bukanlah biaya sebenarnya. Biaya sebenarnya akan diperoleh pada saat pelaksanaan. Dalam penyusunan RAB, BKM dan KM dibimbing olehFM dan TAMK. 6.3.10. Pengajuan Dokumen Rencana Pembangunan Usulan RKM yang telah difinalisasi dan rencana DED serta RAB tersebut dikonsolidasikan dalam satu buku, dijilid dengan judul : Dokumen Rencana Pengajuan. Dalam dokumen rencana pembangunan, Semua hasil dari Penyusunan RKM, dikonsolidasikan 1. Profil lokasi 2. Ketersediaan Lahan
b a b 6 |22T a h a p a n P e l a k s a n a a n
3. Penentuan Calon Pengguna 4. Pemilihan Teknologi Sanitasi 5. DED dan RAB 6. Mekanisme Pencairan Dana 7. Rencana Pengelolaan Keuangan Sanitasi Perkotaan(Rekening, Administrasi pembukuan BLM, Mekanisme pembelanjaan, Laporan keuangan) 8. Rencana Kerja Masyarakat Rencana Konstruksi Rencana Kontribusi Masyarakat Rencana Pelatihan
Rencana Operasi dan Pemeliharaan. Usulan Dokumen Rencana Pembangunan ini diserahkan kepada DPIU disertai dengan Surat Pengantar Usulan Desa (Format 4.1 Lampiran). Verifikasi Dokumen Rencana Pembangunan Verifikasi Dokumen Rencana Pembangunan dilakukan oleh DPIU. Usulan dokumen harus selaras dengan Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah, Kriteria Teknis yang ada dan Prioritas Pembangunan Daerah, dengan demikian tidak terjadi Pendanaan Pembangunan yang tumpang-tindih. Pada Verifikasi ini, dapat dilakukan kunjungan lapangan oleh DPIU untuk mengetahui Situasi dan Kondisi Lapangan (Format 4.5 Lampiran ). Verifikasi dan asistensi Dokumen disarankan agar tidak lebih dari 7 hari dihitung sejak masuknya dokumen ke DPIU Finalisasi Dokumen Rencana Pembangunan Finalisasi DPIU. Finalisasi Usulan RKM/CSIAP dilakukan untuk Perbaikan dan Pembenahan Usulan RKM berdasarkan hasil verifikasi oleh DPIU, terutama apabila ditemukan hal-hal yang belum sempurna. dilakukan oleh KSM dan Kader Masyarakat dengan Pendampingan dari FM dan
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |23
Setelah dilakukan Finalisasi maka Dokumen Rencana Pembangunan dapat digunakan untuk pada tahap selanjutnya yaitu Pelaksanaan Fisik. 6.4. TAHAP PELAKSANAAN FISIK Tahap pelaksanaan fisik dimulai dengan melaksanakan Rembug Warga Tingkat RT/RW III, Penandatanganan Kontrak Kerja, dan Pelaksanaan Fisik Infrastruktur. Dalam pelaksanaan fisik dilakukan supervisi yang terdiri atas pemantauan kegiatan dan pelaporan. Setelah pelaksanaan fisik infrastruktur selesai dilakukan penyelesaian kegiatan (finalisasi) dan serah terima hasil infrastruktur. Dalam melaksanakan kegiatan KSM difasilitasi oleh FM. 6.4.1. Rembug Warga Tingkat RT/RW III Rembug Warga tingkat RT/RW III (Rencana Pelaksanaan bertujuan Pembangunan untuk Infrastruktur rencana menetapkan
Pemaparan Rencana Pelaksanaan Pembangunan Pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi disepakati secara swakelola (tidak menggunakan pihak ke-3/kontraktor), kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian atau peralatan tertentu. Sehingga, pelaksanaan pembangunan dioptimalkan untuk memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat setempat dengan melakukan efisiensi penggunaan alat berat. Rencana pelaksanaan pembangunan sarana sannitasi yang disepakati mencakup besaran upah, jumlah pekerja, calon pekerja, mekanisme pembayaran upah/material dan rencana pengajuan pencairan secara mendetail.
b a b 6 |24T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Finalisasi Rencana Operasi dan Pemeliharaan Rencana Operasi dan Pemeliharaan yang disepakati meliputi rencana penyediaan dana yang harus masuk rekening pada saat pencairan dana BLM, rencana pengumpulan dana/iuran pemeliharaan termasuk besarannya dan mekanisme penyelenggaraan pemeliharaan infrastruktur. Rencana Operasi dan Pemeliharaan ini disepakati dan akan dilaksanakan oleh KSM. KSM mulai bekerja sejak tahap pelaksanaan pembangunan, sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan. Proses Pelaksanaan Rembug Warga RT/RW III 1. KSM dibantu oleh Kader Masyarakat dan FM menyiapkan materi yang akan disampaikan di dalam Rembug RT/RW III antara lain mengenai: a. b. c. 2. 3. Mekanisme dan rencana pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi; Finalisasi rencana Operasi dan Pemeliharaan serta rencana pendanaannya; Pembentukan Tim Pengadaan Barang/Jasa; KSM dibantu oleh KM dan FM dan perwakilan BKM melaksanakan Rembug Warga; Perwakilan BKM sebagai pimpinan musyawarah menjelaskan kembali prinsipprinsip penting program terutama tentang perlunya keterbukaan dalam pengelolaan kegiatan dan adanya hak masyarakat untuk melakukan pemantauan; 4. 5. Ketua KSM memaparkan rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik; Peserta musyawarah menyepakati rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan, yang sebelumnya telah di cek dan (jika diperlukan) dirubah sesuai kondisi terkini, 6. kemudian memberikan wewenang kepada KSM untuk melaksanakannya; Identifikasi tenaga terampil dan pendaftaran calon pekerja untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan sendiri. Calon pekerja harus digolongkan menurut jenis kelamin. Orang yang tergolong kurang mampu harus mendapatkan prioritas. Pendaftaran tenaga kerja dapat diteruskan selama pelaksanaan bila terdapat calon tenaga kerja baru;
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |25
7. 8. Ketua KSM memaparkan rencana Operasi dan Pemeliharaan kepada warga; Peserta musyawarah menyepakati rencana Operasi dan Pemeliharaan serta rencana pendanaannya dan juga menyepakati pelaksanaan pemeliharaan infrastruktur terbangun; 9. Peserta menyepakati dana yang harus disiapkan sebesar 25% dari kebutuhan operasi dan pemeliharaan, sebagai syarat pencairan BLM tahap pertama; 10. Peserta menyepakati berita acara realisasi sumbangan/swadaya masyarakat (non-finansial) dan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur di desa; 11. Ketua KSM menjelaskan kembali dan menyimpulkan pokok-pokok hasil diskusi Rembug Warga Tingkat RT/RW III; Penandatanganan Kontrak Kerja Setelah Rembug RT/RW dengan berupa III, pelaksanaan ditindaklanjuti kontrak kerja. Kontrak Kerja Surat (SP3) Perjanjian antara BKM Pelaksanaan Pekerjaan penandatanganan
dengan PPK PLP, Satker PLP. Dalam kontrak kerja, dinyatakan bahwa pembayaran dilakukan dimuka dan selanjutnya mempertimbangkan kemajuan pekerjaan di lapangan yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai dengan Mekanisme Pencairan Dana untuk Pembangunan Swakelola dalam Perpres 54 tahun 2010. Tahap pertama sebesar 40% bisa dicairkan setelah RKM disetujui. Selanjutnya 30% berikutnya dibayarkan pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 30%, dan sisanya sebesar 60% dibayarkan pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 72%.
b a b 6 |26T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Satker PLP dapat melakukan penangguhan pencairan dana untuk Pencairan Tahap II dan III jika terjadi penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan dana di lapangan sampai dengan penyelesaian permasalahan oleh lembaga pengawasan fungsional (Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP). Contoh Surat Kontrak Kerja/Perjanjian dapat dilihat pada Format 7.1 lampiran. 6.4.2. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Pelaksanaan Perdesaan Pembangunan mulai dilakukan Infrastruktur segera setelah
Penandatanganan Kontrak. Proses pembangunan ini dilaksanakan oleh KSM dengan bimbngan FM, serta dengan pengawasan BKM. Proses Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur meliputi beberapa kegiatan yang terkait di dalamnya, seperti Perencanaan Pekerjaan, Penyiapan Lokasi, Pengadaan Material dan Barang, Pelaksanaan Konstruksi, Sewa Alat, dan Jumlah Tenaga Kerja, Jadwal Waktu Pelaksanaan serta Pengendalian Pengeluaran Dana oleh Pelaksana. (Contoh Rencana Jadwal Pelaksanaan dilihat pada Format 6.1 Lampiran). Perencanaan Pekerjaan Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan konstruksi, diperlukan perencanaan pekerjaan meliputi perencanaan untuk tenaga kerja yang diperlukan, pengadaan material konstruksi, dan pengusahaan peralatan yang diperlukan. Urutan umum tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dan memerlukan perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran Lapangan; 2. Pembersihan lahan,
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |27
3. Penyiapan lokasi, sebagai tindak lanjut dari land clearing, dengan pelaksanaan pemasangan patok benchmark; 4. Pengadaan dan pengelolaan material, yang terkait dengan mekanisme penyimpanan barang dan pengelolaan bahan dan alat; 5. Kegiatan finishing seperti tindakan perlindungan dari erosi, pembersihan akhir, dsb Sebelum membuat rencana kerja, berbagai informasi yang spesifik perlu dikumpulkan, untuk membuat suatu rencana kerja yang realistis. Tanpa rencana yang baik dan realistis, sulit untuk membuat estimasi berapa besar material, peralatan, dan tenaga kerja yang diperlukan dan tersedia. Dan tanpa adanya rencana kerja akan menghasilkan tenaga kerja yang tidak teratur dan tidak optimal, sehingga tidak akan mencapai hasil yang diharapkan (baik dalam kualitas dan kuantitas). Informasi yang diperlukan untuk dapat menyusun rencana kerja adalah sebagai berikut:
1. Tanggal awal dan tanggal penyelesaian; 2. Volume dan lokasi berbagai jenis pekerjaan yang dilaksanakan; 3. Kebutuhan masukan untuk tenaga kerja, material konstruksi, perkakas; 4. Ketersediaan tenaga kerja, peralatan, perkakas, dan material konstruksi 5. Informasi tentang awal dan akhir musim hujan secara umum.
Manajemen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang termotivasi dengan baik penting artinya untuk keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Peran pengawas penting artinya dalam memotivasi tenaga kerja. Ia dapat membantu memotivasi para pekerja dalam berbagai cara: 1. Menciptakan rasa pencapaian dan menunjukkan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja;
b a b 6 |28T a h a p a n P e l a k s a n a a n
2. Mendelegasikan tanggung jawab kepada pekerja serta member petunjuk dan pelatihan kepada pekerja sehingga mereka dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. 3. Mengatur dan mengelola pekerjaan dengan cara yang efektif dan efisien, dan mengkomunikasikan serta berperilaku benar di depan pekerja; 4. Memastikan adanya kondisi kerja yang baik dan pantas di lapangan. Pengaturan Tenaga Kerja Pengaturan tenaga kerja di lapangan penting sekali bila kegiatan konstruksi dilaksanakan dengan menerapkan metode kerja Pembangunan Berbasis Masyarakat (Community Driven Development). Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur tenaga kerja di tapak pekerjaan: 1. Mobilisasi Pekerja. Rencana kerja harus disiapkan jauh sebelumnya agar penduduk setempat dapat mempersiapkan diri apabila tenaga kerja mereka diperlukan. Kemudian tenaga kerja yang tersedia harus dipastikan agar jumlahnya tercukupi untuk pekerjaan yang direncanakan dalam hari atau minggu tertentu. Mobilisasi tenaga kerja diusahakan di sekitar tapak pekerjaan; 2. Menetapkan Kelompok Pekerja. Kelompok tenaga kerja dapat disusun untuk melaksanakan pekerjaan. Tergantung pada jenis dan volume pekerjaan, satu kelompok terdiri dari 10-25 pekerja. Tiap kelompok harus ada ketua kelompok; 3. Pengaturan Jarak Antar Kelompok Pekerja. Kelompok-kelompok pekerja sebaiknya tidak bekerja berdekatan satu dengan lainnya. Bila mereka bekerja terlalu terpisah, ini akan menyulitkan pengawasan. Jarak antara lokasi kerja berbagai kelompok pekerja sebaiknya diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan;
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |29
4. Menugaskan kegiatan-kegiatan bagi kelompok pekerja. Agar dapat menggunakan pengalaman dan ketrampilan yang diperoleh secara optimal, sebaiknya satu kelompok ditugaskan untuk bekerja terus dalam bidang dan kegiatan yang sama selama masa konstruksi. 5. Penyeimbangan kelompok. Beban agar kerja dibagi rata antara berbagai kelompok, dan memberikan kesembangan yang baik dalam pembagian tugas antara pekerja dalam kelompok tertentu. 6. Menetapkan tugas-tugas harian. Tujuannya untuk memungkinkan agar ratarata pekerja menyelesaikan kerja sehari dalam sekitar 75% dari jam kerja normal. Metode ini hanya digunakan pada tahap awal, untuk selanjutnya ditentukan melalui percobaan di tempat kerja. Penyiapan Lokasi Dalam pelaksanaan Program SPBM dimungkinkan adanya proses pengadaan lahan, yang dilakukan melalui mekanisme hibah lahan (voluntary donation), dengan merujuk pada ADB Policy on Involuntary Resettlement (1998) and Operation Manual (2006). Prinsip dasar yang dianut: 1. Akusisi tanah/lahan atau aset sedapat mungkin diminimalisasi; 2. setiap penduduk yang terkena pembebasan/pengadaan lahan harus secara layak memperoleh kompensasi dan rehabilitasi; 3. setiap penduduk diajak berkonsultasi dalam mempersiapkan rencana pemindahan lahan (resettlement plan/rps) dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan; 4. untuk kasus dimana dampak pembebasan lahan mengakibatkan lebih dari 10% aset ataupun lahan yang dimiliki, maka proyek (RIS-PNPM Mandiri) akan memberikan kompensasi yang memadai melalui rehabilitasi kepada penduduk terkena dampak pembebasan lahan dengan demikian penduduk tersebut dapat memperoleh kembali aset yang sama baik dari standar kehidupan yang layak, maupun pendapatan;
b a b 6 |30T a h a p a n P e l a k s a n a a n
5. apabila masyarakat telah memutuskan untuk memberikan kontribusi lahan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan, beberapa persyaratan safeguard yang harus dipenuhi adalah: Konsultasi yang memadai dengan para pemilik lahan: x Kepastian bahwa hibah tanah/lahan tidak mempengaruhi standar hidup dari penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan; x Hibah tanah/lahan dikonfirmasikan sebelumnya secara lisan dan tertulis, serta tercatat dan diverifikasi oleh pihak independen (LSM maupun organisasi lain yang berbadan hukum); x Sudah dipersiapkan sistem tindak lanjut keluhan masyarakat; x Mekanisme safeguard terkait dengan pengadaan lahan dibahas melalui proses pengambilan keputusan sesuai dengan pedoman pelaksanaan diikuti oleh fasilitator dan konsultan serta menyebarluaskannya kepada masyarakat; x Penilaian khusus berkaitan perlindungan masyarakat yang berpotensi menjadi miskin akibat adanya proses pengadaan lahan akan dilakukan sejalan dengan penyiapan Subproject Resettlement Plan (RPs), terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. Secara khusus masyarakat yang beresiko menjadi miskin tersebut akan diberikan pendampingan khusus dalam upaya mempertahankan kondisi sosial ekonomi mereka; x Harus dipersiapkan mekanisme dengar pendapat (hearing) dan penyelesaian pengaduan selama persiapan RPs; x Detail dari RPs harus disampaikan (disclosed) kepada penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan dan kelompok masyarakat melalui musyawarah desa dan dicantumkan dalam format isian ringkasan RPs, ataupun selebaran yang mudah dimengerti oleh seluruh kelompok masyarakat, serta diletakkan pada papan pengumuman;
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |31
x Pelaporan dan pemantauan yang memadai menganai sistem pengelolaan pemukiman kembali. Persyaratan dan Kriteria Secara umum penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan dari pelaksanaan proyek dapat memperoleh x Tidak terjadi penurunan standar hidup; x Hak, dan kepemilikan atas lahan tidak berubah; x Usaha masyarakat tidak mengalami kendala, baik dengan atau tanpa resettlement. Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan secara khusus dilindungi oleh ADB Social Safeguard Policy. Persyaratan kerangka resettlement dalam RIS-PNPM-Mandiri adalah: x Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan tidak diperbolehkan dari penduduk miskin; x Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan yang dikategorikan miskin tidak terkena dampak negatif (langsung ataupun tidak langsung) dari adanya proyek. Sedangkan kebutuhan lahan proyek yang dilakukan dengan hibah ataupun melalui kesepakatan masyarakat harus dilaporkan dan dicatat secara mendetail termasuk kondisi sosial ekonomi dan dampak proyek bagi penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan; x Setiap kegiatan pengadaan lahan/pemindahan kembali harus sesuai dengan kebijakan ADB, dan harus dicatat serta dilaporkan; x Seluruh informasi yang dibutuhkan harus dicantumkan dalam format pemukiman kembali yang dintegrasikan dalam RKM; x Setiap usulan kegiatan yang memerlukan adanya resettlement plan harus direview oleh komite khusus bagi ADB dan Pemerintah Indonesia sebelum proyek/kegiatan dilaksanakan. manfaat/dampak antara lain:
b a b 6 |32T a h a p a n P e l a k s a n a a n
x Prosedur pemukiman kembali, setelah masyarakat menentukan kegiatan melalui musyawarah desa, dengan prosedur: Identifikasi pengadaan lahan dan dampak sosial ekonomi yang diakibatkannya; Mengadakan konsultasi stakeholder dalam upaya meminimalisasikan dampak dan mengidentiikasi penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan serta preferensi mereka; Pengadaan sensus dari penduduk yang terkena dampak dari pembebasan lahan dan inventaris serta pengumpulan data dan
Pengumpulan data sosial ekonomi dari penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan, serta memastikan bahwa tidak terjadi penurunan standar hidup dari penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan; Melaksanakan survey biaya pengantian (ganti rugi) dari aset yang diinformasikan kepada penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan; Menyediakan informasi proyek/kegiatan dan rencana pemukiman kembali dalam format sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh stakeholder; Setiap hibah lahan, harus dilakukan konfirmasi secara tertulis kepada penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan yang legal; Menyiapkan resettlement plan dengan informasi yang dibutuhkan dan jadual pelaksanaannya prosedur penanganan pengaduan, serta monitoring dan evaluasi; dan diverifikasi oleh pihak independen seperti LSM ataupun institusi
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |33
Menyampaikan resettlement plan kepada komite safeguard untuk disetujui sebelum pelaksanaan dan pekerjaan sipil. Tanggung Jawab Pelaksanaan Seluruh organisasi pelaksana Program SPBM bertanggung jawab penuh, dan implementasinya akan didukung oleh tenaga ahli safeguard di tingkat kabupaten yang akan mendukung FM yang akan mempersiapkan kegiatan dan pelaksanaan pelaporan. Komite Independen akan melakukan review, dan pembiayaan untuk penugasan kegiatan ini akan didanai dari pendanaan proyek. Secara rinci, mekanisme LARF secara rinci akan di jabarkan dalam BOX 6.4 di halaman berikut:
b a b 6 |34T a h a p a n P e l a k s a n a a n
1. Dalamperencanaanpembangunandesaakandisepakatiadaatautidakadanyakebutuhanlahan. 2. Apabila ada kubutuhan lahan, ditawarkan kepada masyarakat apakah lahan tersebut akan dihibahkanatautidak(nonhibah). a. LahanHibah Apabilalahanyangdiperlukantersebutmendapatkanhibahdaripemilik,makalangkah selanjutnya: Memeriksastatustanahtersebutsecarahukum Mengidentifikasiataumenetapkanluasnyalahan Melakukandiskusidanwawancaradenganpemilik Pengisianformulir/lembarhibah b. LahanNonHibah Apabila lahan yang diperlukan tersebut adalah pengguna lahan tetapi bukan sebagai pemilik lahan (pengelola atau penggarap) perlu dilakukan Ressetlement Framework (RF), maka langkahselanjutnyaadalah: Identifikasipenggunalahan Identifikasiataupenetepanluaslahan Diskusidanwawancara Pada pelaksanaan Program SPBM apabila ditemukan bahwa pengadaan lahan harus menempuh sistem pengadaan non hibah, sedapat mungkin dilakukan penggantian usulan RKM. Hal ini mempertimbangkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka Program SPBM merupakan kegiatan yang sifatnya merupakan prasarana dasar dengan skala komunitas. 3. Apabila penetapan lolasi atau lahan yang diperlukan lebih kecil atau sama dengan 10% dari luas lahanyangadaakandilanjutkandenganLandAcquisition(LA),denganlangkahsebagaiberikut: Melakukanpenetapanlokasidanluaslahan Melakukanpengukuran Menyusunpelaporan 4. Apabila penetapan lokasi atau lahan hibah yang diperlukan lebih besar dari 10% luas lahan yang ada maka akan dilanjutkan dengan Ressetlement Framework (RF). Langkah selanjutnya adalahmelakukan: Identifikasi adanya penurunan tingkat kehidupan masyarakat (hilangnya penghasilan, pekerjaandsb) MelakukanmusyawarahkhususAP.
BOX6.4M E K A N I S M E L A R F
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |35
Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan material yang akan digunakan dalam pembangunan fisik harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan volume yang telah disepakati dan disetujui dalam RKM dan RAB. Jika terjadi ketidaksesuaian volume yang diakibatkan oleh kondisi lapangan maka harus dilakukan revisi/perhitungan kembali terhadap RAB tersebut dengan meminta persetujuan kepada DPIU/PPK Tingkat Kabupaten. Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, penggunaan alat berat
diupayakan seminimal mungkin dengan mempertimbangkan biaya. Jika konstruksi yang dibangun membutuhkan alat berat maka harus diperhitungkan tingkat efesiensi dalam penggunaannya sehingga program ini benar-benar dapat memberikan pendapatan secara optimal kepada masyarakat. Mekanisme Pengadaan barang dan Jasa mengacu pada Perpres 54 tahun 2010. Dalam Perpress disebutkan bahwa pengadaan dengan penunjukan langsung bisa dilakukan untuk pengadaan barang dengan nilai maksimum 200 juta rupiah. Untuk Program SPBM, peraturan tersebut diaplikasikan dengen dirinci sebagai berikut, 1. Pengadaan barang yang bernilai kurang dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) dapat dibeli langsung kepada penyedia barang dan bukti perikatnya cukup berupa kuitansi pembayaran dengan materai secukupnya. 2. Untuk pengadaan barang yang bernilai diatas Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 15.000.000 (lima belas juta rupiah) dapat dilakukan dengan penunjukan langsung kepada 1 (satu) penyedia barang melalui penawaran tertulis dari penyedia barang yang bersangkutan, dan bukti perikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai secukupnya. 3. Untuk pengadaan barang yang bernilai di atas Rp 15.000.000 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000 (lima puluh juta) dilakukan oleh panitia pengadaan yang berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari BKM dengan cara meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3
b a b 6 |36T a h a p a n P e l a k s a n a a n
(tiga) penyedia barang yang berbeda serta memilih penawaran dengan harga terendah, dan bukti perikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai secukupnya. 4. Dan untuk pengadaan barang yang bernilai diatas Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dilakukan oleh panitia pengadaan yang berjumlah 3 atau 5 orang yang berasal dari BKM dengan cara meminta dan membandingkan sekurangkurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia dengan harga terendah, dan bukti perikatannya berupa Surat Perjanjian dengan materai secukupnya. Dokumen yang harus disiapkan dalam pembentukan dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilihat dalam lampiran. Pada tahap ini, Fasilitator bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada panitia dan KSM agar pelaksanaan pengadaan material/sewa alat dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan fisik agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. Dilakukan dengan pengumpulan informasi yang terkait pekerjaan fisik, seperti pengecekan kualitas material, pemantauan pelaksanaan konstruksi melalui pengukuran progress harian dan mingguan, pemantauan pemanfaatan dana, pemantauan jumlah pekerja yang berpartisipasi. Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama pekerjaan konstruksi, misalnya kejadian alam seperti cuaca, ataupun bencana alam. Pengawasan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh KPP dan dibantu oleh FM, KD, PPIU dan DPIU (PPIU dan DPIU melakukan pengawasan dalam tinjauan langsung yang dilakukan secara berkala). Dalam tahap ini merupakan tahapan yang penting, untuk itu diharapkan masyarakat secara luas mampu melaksanakan fungsi kontrol untuk: (a)Pengendalian Mutu; (b)Pengendalian Kuantitas/Volume Pekerjaan; (c)Pengendalian Waktu; dan (d)Pengendalian Biaya.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |37
a. Pengendalian Mutu Hal-hal yang terkait dengan pengendalian mutu adalah: Penyimpanan Bahan/Material Bahan-bahan harus disimpan sedemikian rupa untuk menjamin perlindungan kualitas. Dan bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah diperiksa oleh pengawas. Metode Pengangkutan Material/Campuran Pengangkutan material harus diatur agar tidak terjadi gangguan di antara pelaksanaan berbagai pekerjaan. Bila perlu pengawas dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk melindungi setiap jalan dan infrastruktur yang ada di sekitar lokasi. Pengujian/Pemeriksaan Material Material yang akan digunakan harus diinspeksi oleh pengawas. Bila perlu pengawas dapat melaksanakan pemeriksaan ulang material bahan-bahan yang telah tersimpan sebelumnya. b. Pengendalian Kuantitas/Volume Pengawasan Kuantitas, dilakukan untuk mengecek bahan-bahan/campuran yang ditempatkan, dipindahkan, atau yang terpasang. Pengawas akan memeriksa pembiayaan. Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas dan peryaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dilakukan agar kuantitas pekerjaan benar-benar terukur dengan baik sesuai dengan pembiayaan dan disetujui oleh DPIU c. Pengendalian Waktu Di dalam pelaksanaan konstruksi, hubungan antara tenaga kerja, alat berat, dan jumlah jam per hari dengan waktu pelaksanaan penyelesaian sangat erat. bahan-bahan/campuran berdasarkan atas batas toleransi
b a b 6 |38T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Jadual Pelaksanaan Jadual pelaksanaan yang dibuat BKM dicek oleh DPIU dan TAMK sebelum pekerjaan dimulai terhadap: Kelayakan rencana target terhadap kondisi cuaca; Metode konstruksi yang sistematis dan benar; Pengendalian waktu oleh pengawas berdasarkan jadwal pelaksanaan tersebut Dari jadual pelaksanaan tersebut dijabarkan kedalam target harian, kemudian di cek terhadap pencapaian target hariannya. Bila target harian tidak terpenuhi maka selisih volume harus di perogramkan/dikejar untuk hari berikutnya Bila dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan konstruksi dapat diselesaikan sesuai jadual. Alat Berat Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi, maka: Kapasitas alat/kombinasi alat harus dihitung lebih dahulu Bila perlu ditambahkan jumlah alat atau menambah jam kerja alat
Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan target waktu. Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau lembur
d. Pengendalian Biaya Yang perlu di perhatikan dalam pengendalian biaya adalah pengukuran hasil pekerjaan yang dilakukan dengan akurat dan benar sehingga kuantitas biaya sesuai dengan gambar rencana
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |39
Pemakaian Jasa Kontraktor Pelaksanaan pekerjaan yang dianggap oleh masyarakat tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri karena memerlukan keahlian dan peralatan khusus, setelah dievaluasi secara bersama-sama dengan pihak FM, maka KSM diperbolehkan untuk melaksanakan beberapa komponen pekerjaan dengan disubkontrakkan melalui pihak ketiga. Dalam pelaksanaannya KSM akan melakukan pengawasan terhadap kinerja subkontraktor dengan dibantu oleh FM. Dalam melakukan pengawasan, KSM juga akan melakukan pertemuan-pertemuan secara berkala dalam rangka memantau kemajuan pekerjaan yang telah dicapai oleh subkontraktor/pemasok serta permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan. Disamping pelaksanaan pekerjaan sendiri oleh masyarakat, KSM juga dapat secara langsung melakukan teguran-teguran di lapangan baik lisan maupun tertulis kepada subkontraktor terhadap kualitas pekerjaan maupun kemampuan tukang yang tidak memadai. Setiap kontrak yang selesai dilaksanakan oleh subkontraktor akan diperiksa oleh KSM terlebih dahulu dan dibantu oleh FM , kemudian akan dievaluasi oleh Tim penerima barang/jasa yang dibentuk oleh BKM. Panitia Penerima bertugas melakukan evaluasi atau pengecekan pekerjaan (Cek List Pekerjaan) yang dikerjakan oleh pihak kedua atau pihak ketiga (Subkontraktor/Pemasok) sesuai dengan spesifikasi teknis atau Kerangka Acuan Kerja dalam kontrak.
b a b 6 |40T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Pelaporan Kegiatan Bagian lain dari Pengawasan Pelaksanaan adalah Pencatatan dan Pendokumentasian Hasil dan Proses di lapangan. Catatan dan Dokumentasi ini disusun dalam Bentuk Laporan, yang harus dibuat secara sederhana dan seringkas mungkin dan dilakukan secara berkala. Hal-hal yang harus dimuat dalam laporan: 1. Laporan Harian (Progress, Pemasukan dan Penggunaan Material dan Cuaca). 2. Buku Kas, yang mencatat Semua Penerimaan dan Pengeluaran Dana. 3. Pengisian Buku Bimbingan (Instruksi). 4. Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan. 5. Jumlah dan Asal Pekerja dan Penggunaan Material. 6. Kesesuian Waktu Pelaksanaan. 7. Foto yang menggambarkan Kondisi Lapangan (0%; 30%; 60%; 100%). Secara Terperinci, Format Pelaporan Pengawasan Pelaksanaan (Supervisi) Konstruksi dapat dilihat pada Format 8.1-8.8 Lampiran. Selain itu, BKM selaku Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan wajib Melaporkan Kemajuan Pelaksanaan kepada masyarakat yang disampaikan melalui Forum Rembug Warga Mingguan dan Papan-papan Informasi di lokasi sasaran secara periodik setiap dua minggu. Rembug Warga Pelaksanaan a. Definisi Pelaksanaan Rembug Warga Pelaksanaan dilakukan untuk melaporkan dan membahas mengenai Laporan Pelaksanaan Kegiatan, Kendala-kendala Pelaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik kedepan serta agenda lainnya yang sekiranya diperlukan.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |41
Rembug warga dilakukan secara rutin 1 (satu) minggu sekali dan hasilnya disebarluaskan melalui kegiatan penempelan informasi kegiatan. Dalam pelaksanaanya, BKM serta KM memaparkan laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan, laporan penggunaan material, fisik kendala-kendala Selain itu, pelaksanaan KSM dapat kegiatan dan rencana pelaksanaan kegiatan kedepan. melaporkan perkembangan pengumpulan
dana operasi dan pemeliharaan. Pelaksanaan musyawarah desa/rembug warga ini diharapkan dapat menjadi wadah pemecahan permasalahan serta wadah interaksi masyarakat sebagai pemilik kegiatan selain sebagai salah satu bentuk transparansi pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan. b. Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam Rembug Warga Pelaksanaan 1) Mempersiapkan Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang disampaikan oleh BKM: Pelaksanaan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Fisik; Keuangan; Laporan Penggunaan Material Kendala-kendala Pelaksanaan Kegiatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik Kedepan.
2) Menyimpulkan pokok-pokok untuk Rembug Warga Tingkat RT/RW IV. Keterbukaan Informasi a. Maksud Dalam Rangka mewujudkan Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Program SPBM, KSM dan BKM berkewajiban menyampaikan Informasi dalam bentuk Penempelan Papan Informasi dan Pemasangan Papan Proyek.
b a b 6 |42T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Penempelan informasi ini dilakukan oleh BKM yang meliputi informasi tentang RKM, dan hasilhasil rembug warga, laporan kemajuan Penempelan pengumuman pelaksanaan kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi informasi melalui lainnya. papan
ditempatkan di lokasi strategis, misalnya di kantor desa/dusun, masjid, gereja, balai pertemuan dll, dengan bentuk dan ukuran yang mudah dibaca oleh masyarakat. Penempelan informasi dilakukan secara rutin 1 (satu) minggu sekali. Papan proyek memuat informasi tentang nama pelaksanaan kegiatan, jenis dan volume infrastruktur yang dibangun, pagu dana untuk setiap jenis kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Papan proyek ditempatkan di lokasi kegiatan yang mudah terlihat oleh masyarakat. b. Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam Keterbukaan Informasi Menyiapkan Papan Informasi dan Pemasangan Papan Proyek oleh BKM yang meliputi: 1. 3. Informasi tentang Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM). Laporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dan Keuangan. Pelaksanaan Fisik selesai BKM diwajibkan pula untuk 2. Hasil Musyawarah Desa dan Rembug Warga. Setelah
membuat/mencantumkan Logo PU, ditempatkan di lokasi yang mudah dilihat dan dapat disesuaikan dengan Kondisi Lapangan.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |43
6.5. TAHAP OPERASI DAN PEMELIHARAAN OLEH MASYARAKAT Secara Garis Besar Tahap Operasi dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat di Tingkat Desa adalah sebagai berikut: 1. Rembug Warga Tingkat RT/RW IV. 2. Serah Terima Infrastruktur. 3. Operasi dan Pemeliharaan. 6.5.1. Rembug Warga Tingkat RT/RW IV Rembug Warga Tingkat RT/RW IV bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana bantuan oleh BKM kepada warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan setelah pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis. Rembug Warga ini merupakan penilaian akhir SPBM yang akan menjadi dasar dalam pemeriksaan Bawasda. Forum ini dipimpin Satker oleh PLP Lurah Kota, dengan DPIU, mengundang Inspektorat Jenderal/BPKP/
Pemerintah Kecamatan, KSM, KM, LSM, Tokoh masyarakat desa, dan warga lokasi kegiatan dengan perwakilan Pengurus RT/RW. Dalam Rembug ini, BKMmenjelaskan secara rinci dan transparan laporan pertanggung-jawaba. Materi adalah Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai dengan foto-foto pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini disampaikan kepada pemerintah desa dan kabupaten. Laporan pertanggung jawaban terdiri dari 2, jenis tergantung penyelesaiannya: 1. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan pertanggungjawaban BKM terdiri dari Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB).
b a b 6 |44T a h a p a n P e l a k s a n a a n
2. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai 100%) maka laporan pertanggungjawaban BKM harus terdiri dari Laporan Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K). Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan kegiatan (LP2K) Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) adalah laporan yang ditandatangani oleh Ketua BKM dan diketahui KM dan FM untuk menyatakan bahwa seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan (kondisi 100%) serta siap diperiksa oleh Satker PLP Kota. Kondisi 100% dapat dicapai setelah dilakukan Testing and Commisioning. Testing and Commisioning dilakukan bersama-sama Satker PLP Kota, FM, Pemerintah Desa dan KPP. Pada saat LP2K ditandatangani, seluruh administrasi baik pertanggung-jawaban dana maupun jenis administrasi lainnya harus sudah dilengkapi dan dituntaskan, termasuk realisasi kegiatan dan biaya (RKB). Lembar LP2K yang sudah ditandatangani diserahkan pada FM dengan tembusan kepada Satker Kabupaten untuk mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan di lapangan. Format LP2K dapat dilihat pada Format 10.1 Lampiran. Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) KSM bersama KM harus membuat rincian realisasi kegiatan dan biaya berikut rekapitulasinya dan disetujui Satker Kabupaten. Hal ini sebagai bentuk penjelasan tentang apa saja yang telah dilaksanakan di lapangan serta penggunaan dana bantuan BLM. Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat sesuai dengan kondisi pada saat LP2K dibuat pelaksanaan di lapangan. Hal-hal yang harus dicatat meliputi hargaharga satuan, volume, jumlah HOK terserap, besar dan distribusi dana dari setiap kegiatan di luar infrastruktur seluruhnya. Catatan harus berdasar kepada kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan catatan pelaporan harian.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |45
Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau merangkum seluruh catatan penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama pelaksanaan. Gambar-gambar yang dilampirkan dalam dokumen penyelesaian adalah denah atau lay out, peta situasi, detail konstruksi dan lain-lain yang juga bagian dari RKB. Jika terjadi perubahan pada infrastruktur terbangun, dilakukan perubahan pada gambar dan harus dituangkan dalam berita acara revisi. Format RKB dapat dilihat dalam Format 10.2 Lampiran Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini berisikan kesanggupan BKM untuk menyelesaikan kegiatan sampai dengan waktu yang direncanakan, dengan sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen dari Satker PLP Kota, Lurah dan DPIU. Format SP2K dapat dilihat pada Format 10.3 Lampiran. Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan adanya kekurangan dalam pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi maka Satker PLP Kota/DPIU dapat memberikan kesempatan waktu kepada BKM untuk menyelesaikan kegiatan konstruksi dan atau melakukan perbaikan. Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) Apabila sampai batas waktu akhir tahun anggaran, ternyata kegiatan pembangunan infrastruktur belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka Ketua BKM dan FM dengan sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen dari Satker Kabupaten, dan Kepala Desa membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K. BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai pada saat itu. Lampiran yang harus dibuat jika muncul BASPK, yaitu realisasi kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar infrastruktur terbangun hingga saat itu. Jika pada saat BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN
b a b 6 |46T a h a p a n P e l a k s a n a a n
maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan harus dikembalikan ke kas negara. Format BASPK seperti pada Format 10.4 Lampiran. Pembuatan Dokumen Penyelesaian Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang laporan pertanggung-jawaban BKM selaku pelaksana program termasuk rincian realisasi penggunaan biaya oleh KSM dan lampiran pendukung lainnya. Dokumen dalam lampiran pendukung adalah gambar-gambar infrastruktur terbangun, laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan serta laporan kemajuan fisik. Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh BKM bersama FM dan KM untuk disampaikan kepada Satker Kabupaten selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu sejak tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai batas waktu tersebut dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan, maka Ketua BKM, FM dan Satker Kabupaten harus membuat Berita Acara Keterlambatan dan Kesanggupan penyelesaiannya untuk disampaikan kepada DPIU. 6.5.2. Serah Terima Infrastruktur Serah Terima Hasil Pekerjaan dilakukan setelah dan Pembangunan Operasionalisasi
Infrastruktur di Lapangan selesai dilaksanakan Infrastruktur yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan bermanfaat. Serah Terima Pekerjaan dari BKM kepada KPA (Satker PLP Kota) dengan sepengetahuan Pemerintah Daerah (Dalam hal ini adalah Pemerintahan Kota dan Pemerintahan Kelurahan). Selanjutnya Pengelolaan Infrastruktur
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |47
Terbangun diserahkan oleh KPA kepada KPP untuk dimanfaatkan, dikelola dan dilestarikan oleh masyarakat. Urut-urutan adalah sebagai berikut : 1. BKM menyerahkan sarana kepada KPA 2. KPA mencatatkan infrastruktur kepada KPPN 3. KPA menyerahkannya kepada sarana sanitasi kepada KSM untuk dikelola secara swadaya, otomatis merubah status aset jadi milik warga. 6.5.3. Operasi dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat Tahap Paska Pelaksanaan Fisik merupakan upaya oleh masyarakat untuk Menggunakan dan Memelihara Infrastruktur Fisik yang sudah diselesaikan secara Optimal dan Berkesinambungan, dengan bimbingan dari Pemerintah setempat. Kegiatan Pemeliharaan pada Program SPBM sangat tergantung pada Kemauan dan Kemampuan Masyarakat dalam
Melaksanakan, Menggunakan, dan Memelihara Infrastruktur yang ada. Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut: 1. Prasarana dan sarana terbangun tetap berfungsi sesuai dengan kualitas dan umur pelayanan sesuai rencana; 2. Menjamin pemeliharaan yang tepat waktu dan tepat sasaran, serta penghematan biaya pemeliharaan; 3. Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok masyarakat/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan dan mengoptimalkan aset yang ada sebagai sumber daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat dengan penciptaan eluang pelatihan teknis maupun non teknis.
b a b 6 |48T a h a p a n P e l a k s a n a a n
Pelestarian Pelestarian kegiatan merupakan tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola dan merupakan tanggungjawab masyarakat. Namun demikian dalam melakukan tahapan pelestarian dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip Program SPBM. Hasil yang diharapkan dari upaya pelestarian kegiatan adalah: 1. Penerapan prinsip-prinsip Program SPBM dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif di masyarakat; 2. Jaminan berfungsinya prasarana/sarana sanitasi terbangun secara berkelanjutan, sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan produktifitas masyarakat; 3. Tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber pendanaan untuk pemanfaatan dan pemeliharaan prasaran/sarana terbangun; 4. Meningkatnya fungsi kelembagaan masyarakat di kelurahan dalam pengelolaan hasil kegiatan; 5. Tumbuhnya rasa memiliki terhadap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Prosedur KSM harus mengembangkan prosedur, yang akan diikuti dalam pelaksanaannya. Selain prosedur pelaksanaan, KSM juga perlu untuk, untuk merumuskan peraturan, yang akan menetapkan hak dan kewajiban anggota dan pengelola, pemilihan pengurus dan mekanisme pemilihan, mengadakan pertemuan reguler, dan sebagainya. KSM berkewajiban membuat prosedur-prosedur tersebut secara rinci, transparan dan menyeluruh, dan didiskusikan kepada masyarakat.
T a h a p a n P e l a k s a n a a n b a b 6 |49
BOX 6.5 Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan O&P x Organisasi : oleh KSM x Pendanaan : 1. Sebagian dana sudah dikumpulkan sejak awal 2. Dana dari pemanfaatan infrastruktur Mekanisme pendanaan disepakati dalam musyawarah x Pengoperasian 1. Pelatihan operasi prasarana oleh FM kepada tenaga pelaksana; 2. Mekanisme kebutuhan bahan untuk operasi dan tenaga pelaksana; 3. Penghitungan kebutuhan bahan untuk operasi (kasus untuk prasarana air minum dan sanitasi; x Pemeliharaan 1. Pelatihan pemeliharaan rutin dan berkala oleh FM; 2. Perawatan rutin; 3. Perawatan berkala;
b a b 6 |50T a h a p a n P e l a k s a n a a n
BAB 7
7.1. UMUM
PENGENDALIAN
Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan Program SPBM sesuai dengan prinsip, pendekatan dan mekanisme yang telah ditetapkan. Pengendalian program bertujuan untuk: 1. Menjamin setiap proses pelaksanaan sesuai dengan aturan, prinsip dan kebijakan; 2. Menjamin bahwa perencanaan dirumuskan melalui proses dan mekanisme yang benar; 3. Menjamin jenis dan lokasi kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan; 4. Mengendalikan pemanfaatan dana agar sesuai dengan perencanaan dan dikelola secara transparan; 5. Menjamin agar kualitas setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan; 6. Menjamin agar setiap pelaku dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing; 7. Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengendalian Program SPBM dilakukan melalui pengawasan/pemantauan, pelaporan serta evaluasi, dengan strategi sebagai berikut: 1. Pengawasan/pemantauan secara ketat dan obyektif pada setiap proses tahapan kegiatan di setiap level pelaku;
P e n g e n d a l i a n b a b 7 |1
2. Pelaporan di semua tingkatan pelaku dilaksanakan secara disiplin, akurat dan tepat waktu; 3. Pelaksanaan evaluasi secara regular didukung dengan pemberian sanksi untuk penegakan aturan; 7.2. PEMANTAUAN Sesuai dengan prinsip transparansi dalam program ini, pemantauan akan terdiri dari: 1. Pemantauan Internal, dilakukan oleh seluruh unit pelaksana program pelaku di dalam sistem (Aparat Pemerintah/Struktural, Konsultan/Fungsional, serta masyarakat kelurahan sasaran); 2. Pemantauan Eksternal, dilakukan oleh pelaku di luar unit pelaksana kegiatan (LSM, Perguruan Tinggi, Ormas, Media Massa, dll). Dalam pengendalian program, pengawasan dilakukan melalui pemantauan (monitoring) secara berjenjang oleh pelaku-pelaku Program SPBM. 7.3. PELAPORAN Pelaporan adalah konsolidasi dari rencana kegiatan dan tindak lanjut pemantauan yang telah dilakukan. Laporan ditulis secara sederhana, ringkas, dan dilakukan secara berkala. Selain memuat data hasil dan proses pelaksanaan di lapangan, laporan juga memuat foto/dokumentasi kegiatan, permasalahan, hambatan, dan rekomendasi penyelesaian permasalahan.
b a b 7 |2P e n g e n d a l i a n
PUSAT
PCMU
Laporan Bulanan Tingkat Propinsi Laporan Rapat Kordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Propinsi (Bulanan)
Satker Pusat
Laporan Bulanan Tingkat Propinsi Copy SP2D dan Dokumen Pendukung Kabupaten dan Propinsi
(LMP&LMK)
(LMP&LMK)
PROPINSI
PPIU
Laporan Manajemen Keuangan dan Proyek (LMP&LMK)
Satker
(LMP&LMK)
Laporan Progress
KABUPATEN
DPIU
Laporan Pelaksanaan Kegiatan (bulanan) Laporan Pelaksanaan Kegiatan (bulanan) Laporan Progress Tingkat
Satker
(LMP&LMK)