Akses air minum layak dan sanitasi dasar merupakan bagian penitng dalam suatu tatanan kehidupan
yang sehat. Pada Tahun 2000, di New York, PBB menetapkan target Milennium Development Goals (MDGs)
sebagai tekad untuk menciptakan lingkungan “yang kondusif bagi pembangunan dan pengentasan
kemiskinan”. Dalam rangka mewujudkan hal ini, kemudian dirumuskan 8 (delapan) tujuan pembangunan
MDGs. Akses air minum layak dan sanitasi dasar terdapat pada tujuan ke tujuh yaitu memastikan kelestarian
Lingkungan Hidup, Dengan Target 7c Yaitu Menurunkan Hingga Separuhnya Proporsi Penduduk Tanpa
Akses Terhadap Sumber Air Minum Yang Aman dan Berkelanjutan Serta Fasilitasi Dasar Pada Akhir Tahun
2015.
Berdasarkan data Bandan Pusat Statistik, Indonesia secara nasional telah berhasil mewujudkan air
minum layak bagi 63,36% populasi dan akses sanitasi dasar kepada 61,04% populasi pada Tahun 2014.
Pencapaian ini merupakan titik balik untuk lebih meningkatkan target capaian yang lebih baik. Demi
mendorong akses sanitasi dasar bagi seluruh penduduk Indonesia. Pemerintah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019 mencanangkan gerakan 100% akses air
minum dan sanitasi pada akhir Tahun 2019, atau akses Universal Access (UA) Tahun 2019. Pemerintah
menargetkan dalam lima tahun ke depan terdapat peningkatan sebesar 40% dibidang sanitasi layak dan 30%
akses air minum aman.
Hal ini didukung pula dengan berbagai langkah yang telah dicanangkan untuk dilakukan demi
mendukung realisasi universal access 2019 seperti Perpres No. 185/2014, penambahan alokasi dana dari
APBD, upaya advokasi yang lebih baik, dan lainnya. Kegiatan ini akan difokuskan pada upaya untuk
memperluas pemahaman masyarakat dan seluruh pihak terkait serta memperkuat dukungan dan
meningkatkan aksi untuk mencapai target akses universal di akhir Tahun 2019.
Dengan pergeseran target capaian ini memberikan ruang bagi Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) sejak tahun 2015 untuk melakukan Up-Dating atau melakukan pemutakhiran
data akses air minum dan sanitasi dasar disemua kabupaten/kota peserta program. Penyusunan atau
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) pada progam PPSP 2018 merupakan bagian dari upaya
Roadmap Sanitasi Nasional menuju Universal Access dalam RPJMN Tahun 2015-2019. Universal Access
untuk layanan sanitasi pada program PPSP tahap dua ini ditekankan pada tiga kegiatan utama pembangunan
sanitasi yaitu ; A). MengUpdate, memantapkan dan menyesuaikan target perencanaan sanitasi, B),
Memastikan implementasi rencana, serta C), Pengembangan dan penerapan system insentif dan disinsentif
pembangunan saitasi.
Bab I - 1
Keberhasilan pelaksanaan program PPSP tahap satu (tahun 2010-2015) pada tahap perencanaan,
mendorong program PPSP tahap dua (tahun 2015-2019) untuk menjawab tantangan sekaligus menyiapkan
segala bentuk dan upaya yang dibutuhkan guna mendorong pergeseran fokus utama kegiatan dari
perencanaan menjadi implementasi pembangunan sanitasi sesuai dengan yang direncanakan. Adapun target
pembangunan sanitasi yang telah masuk dalam rancangan teknokratis RPJMN 2015-2019 yaitu 100% akses
layanan sanitasi pada akhir Tahun 2019, dengan rincian pencapaian 85% akses layanan sanitasi sesuai
Standar Pelayanan Minimum (SPM), dan 15% akses layanan sanitasi dasar. Detail pencapaian target dirinci
sebagai berikut :
A. Air Limbah Domestik
B. Pesampahan
Pedesaan Cubluk
Bab I - 2
Berkaitan dengan implementasi RPJMN 2015-2019 yang menetapkan target baru 100% akses sanitasi
layak (dalam hal ini Kabupaten Kepulauan Mentawai mendapat target dari pendistribusian target Provinsi
Sumatera Barat adalah 33% layak), maka Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam program PPSP di tahun
2018 ini melaksanakan pemutakhiran strategi sanitasi kabupaten, dimana nantinya juga akan disesuaikan
dengan RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2017-2022 serta penyesuaian terhadap dokumen
RTRW yang telah disusun sebelumnya pada Tahun 2015-2035.
Pemutakhiran strategi sanitasi kabupaten pada Tahun 2018 ini akan menggabungkan tiga dokumen
(Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi Kabupaten dan Memorandum Program Sanitasi) dalam satu dokumen.
Pemutakhiran SSK akan fokus kepada optimalisasi internalisasi SSK dalam proses perencanaan dan
penganggaran yang formal baik di kabupaten, provinsi, maupun pusat. Hal ini penting dilakukan, mengingat
salah satu tantangan yang harus dapat dijawab adalah terjadinya peningkatan realisasi kebutuhan sanitasi
dalam perencanaan dan penganggaran formal. Pengembangan layanan sanitasi kabupaten harus didasari
oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat
strategis. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dibutuhkan oleh
kabupaten mengingat bahwa wilayah kabupaten akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk
memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan sanitasi secara menyeluruh. Strategi Sanitasi
Kabupaten juga di butuhkan sebagai pengikat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan para pelaku
pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kabupatennya.
Setelah disepakati, strategi sanitasi kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual
action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan pengembangan layanan sanitasi
kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Kedudukan dokumen SSK dengan dokumen
perencanaan lainnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Bab I - 3
KEBIJANAN SPASIAL KEBIJANAN SEKTOR PROGRAM
RPI2JM
Dari diagram alur diatas dapat dilihat, dokumen SSK menjadi dokumen yang mengacu pada dokumen
perencanaan yang telah disusun seperti, dokumen RTW, Dokumen RPIJMD khususnya sektor sanitasi serta
bisa memberikan masukan/umpan balik dan melengkapi penyusunan RPJMD pada periode berikutnya.
Dokumen SSK diharapkan menjadi salah satu acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan lainnya
seperti Renstra, Renja SKPD dan RPIJM untuk sektor sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Penyusunan dokumen pemutakhiran SSK di Kabupaten Kepulauan Mentawai ini dilaksanakan oleh
Kelompok Kerja Pembangunan Sanitasi (dalam hal ini POKJA AMPL Kabupaten Kepulauan Mentawai) dari
beberapa institusi secara partisipatif dan terintegritas melalui diskusi, lokakarya, pembekalan, maupun
pelatihan-pelatihan. Penyusunan dokumen SSK ini dilakukan oleh tim pokja sendiri yang didampingi oleh City
Fasilitator (CF) serta didukung oleh Project Management Unit Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PMU-PPSP) Bappenas.
Metode dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara
bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap dan menyeluruh. Secara umum metode
dalam penyusunan SSK ini terdiri dari beberapa langkah yaitu ;
1. Pengkajian buku putih dan dokumen rujukan lainnya
Pengkajian Buku Putih Sanitasi (BPS) dan dokumen rujukan lainnya dimaksudkan untuk
mengingatkan kembali mengenai hal-hal yang dituliskan dalam buku putih maupun dokumen lainnya.
2. Penetapan Visi dan Misi Sanitasi
Setelah pengkajian buku putih dan dokumen lainnya dilaksanakan, maka dilakukan penetapan visi
dan misi sanitasi Kota, yang akan menjadi acuan penulisan SSK Pemutakhiran.
Bab I - 4
3. Perumusan Arah Pengembangan Strategi Sanitasi
Perumusan arah pengembangan strategi meliputi kebijakan dan arahan strategi, tujuan, sasaran dan
tahapan pembangunan sanitasi, tujuan, sasaran pengelolaan sanitasi.
A. Sumber Data
1. Pengumpulan data dan dokumen dari masing-masing SKPD yang terkait, baik langsung atau tidak
langsung seperti data statistik, laporan, tabel, foto dan peta.
2. Narasumber, baik dari instansi pemerintah yang terkait, pihak swasta, tokoh masyarakat dan
masyakat sipil.
3. Survey studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment =
EHRA) dengan menyebarkan kuisioner kepada masyarakat.
4. Studi Kajian Spesifik (Studi Keuangan dan Kelembagaan, Studi SSA (Supply Sanitation Assesment),
Studi media dan Komunikasi, Studi PMJK (Pemberdayaan Masyarakat Jender dan Kemiskinan) dan
Studi Sanitasi Sekolah).
Penyepakatan data yang akan digunakan untuk melengkapi dokumen ini diperoleh melalui diskusi
(Focus Group Discussion) yang dilakukan secara mendalam oleh pihak-pihak yang terlibat dalam urusan
sanitasi. Diskusi dilaksanakan untuk memberikan gambaran yang jelas terkait kebutuhan pembangunan
dan/atau pengembangan sanitasi di Kota Pariaman.
Melakukan review pada data-data hasil kajian dan program kegiatan yang telah direalisasikan dari
dokumen SSK sebelumnya (Dokumen Buku Putih Sanitasi/BPS, dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten dan
Dokumen Memorandum Program Sanitasi/MPS) periode Tahun 2013-2014, selanjutnya dilakukan
pemutakhiran data dan strategi untuk mencapai target Universal Access layanan layak sanitasi.
D. Analisa Data
Bab I - 5
E. Merumuskan strategi Sanitasi Kota
Merumuskan strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan
pembangunan sanitasi kota jangka menengah (5 Tahun) kedepan. Dengan alat analisis SWOT mengkaji
kekuatan, kelemahan, Peluang dan tantangan serta penentuan zona sanitasi.
Adapun kegiatan konsolidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi yang dilakukan meliputi :
1. Membangun kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang program, kegiatan dan indikasi
pendanaan sanitasi kepada stakeholder terkait di tingkat Kab./Kota, Provinsi dan Pusat.
2. Membangun kesepahaman dan dukungan terhadap program, kegiatan dan pendanaan
pembangunan sanitasi dari berbagi pemangku kepentingan baik pemerintah maupun nonpemerintah
di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat, kemudian mengalokasikan anggarannya untuk
pembangunan sanitasi di daerah.
Output dari kegiatan ini adalah :
a. Teridentifikasinya program, kegiatan dan besaran pendanaan yang diperlukan untuk mencapai
sasaran.
b. Terbangunnya komitmen program, kegiatan dan indikasi sumber pendanaan pembangunan
sanitasi di tingkat Kabupaten.
c. Dibahasnya daftar program, kegiatan dan indikasi sumber serta besaran pendanaan
pembangunan sanitasi di tingkat Provinsi dan Pusat.
d. Tersusunnya deskripsi program/kegiatan yang belum ada sumber pendanaan (funding gap).
e. Teridentifikasinya sumber pendanaan indikatif dari APBD, APBD Provinsi, APBN, maupun
sumber lainnya.
f. Teridentifikasi program, kegiatan dan indikasi besaran pendanaan yang belum ada sumber
pendanaan (funding gap).
Kegiatan pengembangan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai didasarkan pada peraturan dan
produk hokum yang meliputi :
Bab I - 6
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
Bab I - 7
Tentang Jakstranas Pengelolaan Sampah: 30%-70% (2025)
3. Perpres No. 185 Tahun 2014
Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
E. Peraturan Daerah
Bab I - 8
F. Dasar Hukum Dalam Advokasi
Sistematika penulisan pada pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai teridiri
dari 7 (tujuh) bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Metodologi Penyusunan
1.3. Dasar Hukum
1.4. Sistematika Penulisan
Bab I - 9
4.1. Air Limbah Domestik
4.2. Pengelolaan Persampahan
4.3. Drainase Perkotaan
Lampiran
Lampiran 1 : Hasil Kajian Aspek Non Teknis Dan Lembaran Area Berisiko Sanitasi
Lampiran 1.2 : Ringkasan eksekutif hasil studi EHRA dan Kajian Lainnya
Bab I - 10
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI
Penyajian profil sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini dilakukan melalui penyajian
tabel/tabulasi data, analisis, hasil tinjauan lapangan serta didukung oleh foto/gambar, hal ini digunakan untuk
mendukung dan memudahkan pemahaman dalam menyajikan kondisi eksisting pada saat pemutakhiran SSK
ini disusun. Profil sanitasi disajikan dalam 4 (empat) aspek gambaran pembangunan yaitu ; 1) Gambaran
Umum Wilayah, 2) Kemajuan Pelaksanaan SSK, 3) Profil Sanitasi, dan 4) Permasalahan dan Area Berisiko
Sanitasi. Profil sanitasi disusun secara series dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2018 atau tergantung
pada ketersediaan data yang ada. Sedangkan jenis data yang disajikan digunakan untuk mengukur capaian
sanitasi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan selama periode RPJMD mempedomani Permendagri
54/2010 serta indikator yang tersedia pada saran pokok RPJMN 2015-2019, selain itu juga berpedoman pada
RPJMD Provinsi dan Kabupaten, hal ini untuk menjaga keterkaitan antara dokumen dan fungsi data sebagai
tolok ukur capaian kinerja pembangunan daerah khususnya pembangunan sanitasi.
Dari pengukuran capaian pembangunan sanitasi ini nantinya akan dijadikan sumber informasi utama
dalam memfokuskan peningkatan pelayanan dan kinerja pembangunan sanitasi
Bab II - 1
Secara administratif wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, berdasarkan PERDA No 15 Tahun
2002 telah mengalami pemekaran, yang sebelumnya dari 4 (empat) kecamatan menjadi 10 (sepuluh)
kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah :
A. Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan terdiri dari :
1. Kecamatan Siberut Barat
2. Kecamatan Siberut Utara
3. Kecamatan Siberut Tengah
4. Kecamatan Siberut Selatan
5. Kecamatan Siberut Barat Daya
B. Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan teridiri dari :
1. Kecamatan Sipora Utara
2. Kecamatan Sipora Selatan
C. Pulau Pagai Utara meliputi 2 (dua) kecamatan teriri dari :
1. Kecamatan Pagai Utara
2. Kecamatan Sikakap
D. Pulau Pagai Selatan meliputi 1 (satu) Kecamatan teridiri dari :
1. Kecamatan Pagai Selatan
Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai secara keseluruhan adalah 62.588.80 Km2 atau 625.888 Ha
dan memiliki panjang garis pantai sepanjang 1.402,66 Km. Adapun nama kecamatan, luas wilayah dan luas
area terbangun serta jumlah desa pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat
dilihat pada Tabel 2.1. sedangkan mengenai peta administasi wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan
posisi wilayah kabupaten dalam Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Peta 2.1. dan Peta 2.2.
Adapun wilayah yang nantinya akan masuk dalam kajian strategi sanitasi kabupaten Program
Percepatan Sanitasi Permukiman meliputi seluruh wilayah administrasi (wilayah terbangun) Kabupaten
Kepulauan Mentawai.
Bab II - 2
Tabel 2.1.
Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan Serta Jumlah Desa
Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
NO Nama Kecamatan Kelurahan/Desa
(sesuai RTRW) (%) thd total (%) thd luas
(Ha) (Ha)
administrasi administrasi
Berdasarkan Tabel 2.1. terlihat bahwa Kecamatan Siberut Barat memiliki luas wilayah paling luas,
yaitu sekitar 112.469 Ha atau sekitar 17,97 % dari total luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Sementara itu kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Siberut Selatan dengan luas sekitar
25.524 Ha atau 4,08% dari total luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dilihat berdasarkan kawasan permukiman, luas kawasan terbangun yang ditempati untuk bermukim
dan berfasilitas (rumah, perkantoran, fasos/fasum) di Kabupaten Kepulauan Mentawai seluas 3.223 Ha
(0,52% dari luas wilayah), 91,21 Ha (14,57 % dari luas wilayah) merupakan lahan pertanian dan sisanya
531.456 Ha (84,91% dari luas wilayah) merupakan tutupan lahan hutan, semak dll. Berdasarkan identifikasi
luasan kawasan terbangun/ permukiman dominan berkembang di 4 (empat) yang meliputi Kecamatan
Kecamatan Sikakap, Kecamatan Sipora Selatan, Kecamatan Sipora Utara dan Kecamatan Siberut Utara,
yang memiliki rata-rata persentase kawasan permukiman/terbangun sebesar % 0,07 dari luas total luas
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sisanya 6 (enam) Kecamatan rata-rata memiliki kawasan terbangun
sebesar 0,04% dari luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Bab II - 3
Gambar 2.1.
Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha Terbangun)
Chart berdasarkan Tabel 2.1
Kolam 0.03
Semak 7.10
Hutan 75.91
Perkebunan 2.85
Tegalan 0.02
Sawah 0.12
Permukiman 0.52
Bab II - 4
Gambar 2.2.
Peta Orientasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 5
Gambar 2.3.
Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 6
Gambar 2.4.
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 7
Gambar 2.5.
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 8
Gambar 2.6.
Peta Rencana Pola Ruang Kepulauan Mentawai
Bab II - 9
Gambar 2.7.
Peta Rencana Strategis Kepulauan Mentawai
Bab II - 10
2.1.2. Kondisi Fisik Lingkungan
a. Gambaran Ketinggian
Berdasarkan hasil intepreasi terhadap peta topografi, ketinggian lahan di wilayah Kabupaten Kepulauan
Mentawai cukup bervariasi, mulai dari dataran rendah yang berawal dari jenis pasang surut (0-2 meter dpl)
sampai dengan ketinggian 50 meter hingga 270 meter dpl. Namun secara umum ketinggian lahan di wilayah
Kabupaten Kepulauan Mentawai ini didominasi ketinggian lahan antara 100-150 dpl.
b. Gambaran Kelerengan
Keadaan topografi Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan kelerengan terbagi atas:
Coastal land/Flat land, yaitu daerah yang bermula dari garis pantai dan menaik menjadi zona
kelerengan 0 – 3 % menuju daratan. Pada daerah sekitar pantai merupakan dataran rendah dan
rawa-rawa serta berlumpur, pada saat pasang daerah ini terendam air laut, seperti di Muara Siberut,
Muara Sikabaluan serta desa-desa lainnya di pinggir pantai.
Low land, yaitu daerah yang memiliki topografi yang berombak dengan kemiringan antara 3 – 8 %,
dan secara umum sudah bebas dari pengaruh pasang surut.
Middle land, merupakan daerah berbatasan dengan Low land menuju arah perbukitan dengan zona
kemiringan 8 – 25 %. Pada daerah ini sangat sesuai untuk pengembangan perkebunan atau
tanaman keras seperti nilam, coklat dan kelapa sawit.
Up land, bentuk berbukit-bukit hingga daerah catchment sungai-sungai baik yang bermuara ke
pantai barat maupun pantai timur pulau, dengan ketinggian antara 50 – 275 m diatas permukaan
laut dan dengan kelerengan > 25%. Sebagian besar kawasan ini merupakan kawasan lindung.
Tabel 2.2
Kelerengan Tanah Di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Kelas Lereng Luas (Ha) Prosentase (%)
1. 0%–8% 237.756 39,55
2. 8 % – 14 % 185.921 30,93
3. 15 % – 25 % 158.726 26,40
4. 25 % – 40 % 18.362 3,05
5. > 40 % 370 0,05
Kab. Kep. Mentawai 601.135 100
Sumber RTRW Kabupaten Kep Mentawai
c. Gambaran Geologi
Ditinjau dari segi litologis, Pulau Sipora dan Pulau Siberut mempunyai litologi batu lempungan dengan di
beberapa tempat ada sisipan batu intrusive. Dari umur geologi dapat diindikasikan sebagai wilayah yang
berumur resen dan masih muda. Untuk Pulau Siberut memiliki laju sedimentasi yang tinggi sehingga pulau ini
juga merupakan pulau sedimentasi, yang dipenuhi oleh lumpur, tanah liat bercampur kapur yang masih relatif
Bab II - 11
muda. Selain itu, juga terdapat batuan (schist) dan tanah kwarts dari masa pra-miocene, beberapa batu kapur
dari miocene, serta vulkanis yang tersebar menunjukkan asalnya dari keadaan vulkanis Sumatera dari masa
miocene. Namun sebagian besar susunan geologis menunjukkan asal dari masa pliocene, pleistocene dan
zaman baru. Struktur geologi Kepulauan Mentawai dibagi menjadi dua gugus kepulauan yaitu gugus geologi
Pulau Siberut dan gugus geologi Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan
d. Hidrologi
Kepulauan Mentawai memiliki 18 sungai yang tersebar di keempat pulau. Di Pulau Siberut misalnya
mengalir Sungai Saibi dan Sungai Sikabaluan, sementara di Pulau Pagai Selatan terdapat Sungai Makalo.
Seperti dikemukakan, sungai-sungai ini membawa padatan terlarut akibat erosi karena tanah yang non
resisten serta adanya kerusakan hutan di bagian hulu. Selain itu, sungai-sungai ini amat berperan penting
bagi pertumbuhan vegetasi rawa seperti Terminalia phellocarpa. Curah hujan yang tinggi menjamin
ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun. Lihat Tabel 2.3 dan Gambar 2.4
Tabel 2.3
Nama Sungai di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Nama Sungai Daerah Yang Dilalui Panjang (Km)
1 Sungai Talopulai Pagai Selatan 12
2 Sungai Makalo Pagai Selatan 5
3 Sungai Silabu Pagai Utara 8
4 Sungai Saumanganya Pagai Utara 10
5 Sungai Taikako Sikakap 15
6 Sungai Matobe Sikakap 16
7 Sungai Saureinuk Sipora Selatan 25
8 Sungai Pogari Sipora Utara 12
9 Sungai Berimanua Sipora Utara 10
10 Sungai Betumonga Sipora Utara 15
11 Sungai Sagulubbek Siberut Barat Daya 19
12 Sungai Taileleu Siberut Barat Daya 16
13 Sungai Saibi Siberut Tengah 12
14 Sungai Siberut Siberut Selatan 20
15 Sungai Sikabaluan Siberut Utara 38
16 Sungai Simalegi Siberut Barat 40
17 Sungai Simatalu Siberut Barat 25
18 Sungai Beresigep Siberut Barat 35
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2018
Bab II - 12
Gambar 2 .8.
Peta Kelas Lereng Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 13
Gambar 2.9.
Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 14
2.1.3. Kondisi Demografi
Tabel 2.3.
Status Desa Perkecamatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Status Nagari
No Kecamatan
Perkotaan Pedesaan Ibukota Kecamatan
1 Kecamatan Pagai Selatan Desa Bulasat Desa Sinaka Desa Bulasat
Desa Makalo
Desa Malakopa
2 Kecamatan Sikakap Desa Taikako Desa Matobe Desa Taikako
Desa Sikakap
3 Kecamatan Pagai Utara Desa Saumanganya Desa Silabu Desa Saumanganya
Desa Batumonga
4 Kecamatan Sipora Selatan Desa Sioban Desa Bosua Desa Sioban
Desa Nemnem Leleu
Desa Beriulou
Desa Mara
Desa Matobe
Desa Saureinu
5 Kecamatan Sipora Utara Desa Tua Pejat Desa Betumonga Desa Sido Makmur
Desa Sido Makmur Desa Goisooinan
Bab II - 15
Status Nagari
No Kecamatan
Perkotaan Pedesaan Ibukota Kecamatan
Desa Bukit Pamewa
Desa Sipora Jaya
6 Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara Siberut Desa Madobag Desa Muara Siberut
Desa Maileppet
Desa Muntei
Desa Matotonan
7 Kecamatan Siberut Barat Daya Desa Pasakiat Taileleu Desa Pasakiat Taileleu
Desa Katurei
Desa Sagulubbek
8 Kecamatan Siberut Tenga Desa Saibi Samukop Desa Saliguma Desa Saibi Samukop
Desa Cimpungan
9 Kecamatan Siberut Utara Desa Muara Sikabaluan Desa Sirilogui Desa Muara Sikabaluan
Desa Mongan Poula
Desa Sotboyak
Desa Bojakan
Desa Malancan
10 Kecamatan Siberut Barat Desa Simalegi Desa Simatalu Desa Simalegi
Desa Sigapokna
Sumber : Bappeda Kab. Kep Mentawai Tahun 2018
dari tabel diatas dari 43 desa yang ada di 10 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat 11 desa
dengan klasfifikasi kawasan perkotaan dan sisanya yaitu sebanyak 32 desa dengan klasifikasi kawasan
perdesaan. Disamping itu berdasarkan Keputusan Bupati Kepulauan Mentawai NO. 242 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat 10 Desa yang merupakan
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan kumuh adapun lokasi dan luas kawasan kumuh tersebut adalah
sebagai berikut :
Bab II - 16
Tabel 2.4.
Kawasan Kumuh Perkecamatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kawasan Perioritas
No Lokasi Kecamatan
(Ha) Klasifikasi Penanganan
Bab II - 17
Gambar 2.10.
Peta Sebaran Permukiman Kumuh dan Nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 18
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Wilayah Perkotaan Saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun
Imput dari Instrumen SSK
Jumlah Penduduk dan KK Kawasan Perkotaan
Tahun
No Nama Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK
1 Kecamatan Pagai Selatan 2.393 598 2.403 601 2.407 602 2.412 603 2.417 604 2.422 605
2 Kecamatan Sikakap 5.317 1.329 5.338 1.335 5.349 1.337 5.360 1.340 5.370 1.343 5.381 1.345
3 Kecamatan Pagai Utara 3.402 851 3.416 854 3.422 856 3.429 857 3.436 859 3.443 861
4 Kecamatan Sipora Selatan 2.169 542 2.178 544 2.182 546 2.186 547 2.191 548 2.195 549
5 Kecamatan Sipora Utara 5.870 1.468 5.894 1.473 5.905 1.476 5.917 1.479 5.929 1.482 5.941 1.485
6 Kecamatan Siberut Selatan 2.963 741 2.975 744 2.981 745 2.987 747 2.993 748 2.999 750
8 Kecamatan Siberut Tengah 3.082 771 3.094 774 3.101 775 3.107 777 3.113 778 3.119 780
9 Kecamatan Siberut Utara 2.604 651 2.614 654 2.620 655 2.625 656 2.630 658 2.635 659
10 Kecamatan Siberut Barat 2.085 521 2.093 523 2.098 524 2.102 525 2.106 526 2.110 528
PERKOTAAN : 29.885 7.471 30.005 7.501 30.065 7.516 30.125 7.531 30.185 7.546 30.245 7.561
Sumber : Instrumen Profil Sanitas (Data BPS 2018)
Bab II - 19
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Wilayah Pedesaan Saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun
Imput dari Instrumen SSK
Jumlah Penduduk dan KK Kawasan Pedesaan
Tahun
No Nama Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK
1 Kecamatan Pagai Selatan 7.284 1.821 7.313 1.828 7.328 1.832 7.342 1.836 7.357 1.839 7.372 1,843
2 Kecamatan Sikakap 4.829 1.207 4.848 1.212 4.858 1.215 4.868 1.217 4.877 1.219 4.887 1,222
3 Kecamatan Pagai Utara 2.395 599 2.405 601 2.409 602 2.414 604 2.419 605 2.424 606
4 Kecamatan Sipora Selatan 7.035 1.759 7.063 1.766 7.077 1.769 7.091 1.773 7.106 1.776 7.120 1,780
5 Kecamatan Sipora Utara 6.424 1.606 6.450 1.612 6.463 1.616 6.476 1.619 6.488 1.622 6.501 1,625
6 Kecamatan Siberut Selatan 6.917 1.729 6.945 1.736 6.959 1.740 6.973 1.743 6.986 1.747 7.000 1,750
7 Kecamatan Siberut Barat Daya 6.767 1.692 6.794 1.699 6.808 1.702 6.821 1.705 6.835 1.709 6.849 1,712
8 Kecamatan Siberut Tengah 3.746 937 3.761 940 3.769 942 3.776 944 3.784 946 3.791 948
9 Kecamatan Siberut Utara 6.441 1.610 6.467 1.617 6.480 1.620 6.493 1.623 6.506 1.626 6.519 1,630
10 Kecamatan Siberut Barat 5.258 1.315 5.279 1.320 5.290 1.322 5.300 1.325 5.311 1.328 5.321 1,330
PEDESAAN 57,096 14.274 57.325 14.331 57.439 14.360 57.554 14.389 57.669 14.417 57.785 14.446
Sumber : Instrumen Profil Sanitas (Data BPS 2018)
Adapun tingkat pertumbuha penduduk dan kepadatan penduduk saat ini serta proyeksi 5 Tahun mendatang dapat dilihat pada table berikut :
Bab II - 20
Tabel 2.6.
Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Saat ini Serta Proyeksi 5 Tahun
Imput dari Instrumen SSK
Kecamatan Sikakap 21
0 10 20 30 40 50 60
Bab II - 21
Gambar 2.11.
Peta Kepadatan Penduduk Berdasarkan Area Terbangun Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 22
Gambar 2.12.
Bab II - 23
2.1.3.2. Tingkat Kemiskinan
Pada lima tahun terakhir jumlah penduduk miskin mengalami pertambahan. dari data hasil rekapitulasi
yang disampaikan oleh Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai seperti yang dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel 2.8.
Jumlah Penduduk Miskin dalam Lima Tahun Terakhir
Jumlah Penduduk
No Tahun Jumlah Penduduk Persentase
Miskin
Adapun jumlah kepala keluarga miskin yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai
dengan Tahun 2018 dapat dilihat pada table 2.9.
Tabel 2.9.
Jumlah Keluarga Miskin
Dari tabel diatas dapat dilihat untuk kecamatan yang paling banyak terdapat keluarga miskin adalah di
Kecmaatan Sikakap yaitu sebanyak 1.926, diikuti dengan Kecamatan Pagai Utara yaitu sebesar 1.753 KK
dan Kecamatan Sipora Selatan yaitu sebayak 1.476 KK. Adapun kecamatan yang paling sedikit terdapat
keluarga miskin adalah Kecamatan Siberut Utara yaitu sebesar 317 KK.
Bab II - 24
2.1.4. Kondisi Daerah Rawan Bencana Alam
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mempumyai 43 desa 341 Dusun (33 Desa 162 Dusun
merupakan Wilayah Pesisir yang rentan terhadap bencana tsunami, berdasarkan SK Bupati Kepulauan
Mentawai Nomor 188.45 -320 Tahun 2010, daerah yang terkena Gempa/Tsunami akan direlokasi ke tempat
yang lebih aman. Masing –masing daerah tersebut adalah :
Km. 8 – 18 Taikoko di Pulau Pagai Utara
Km 37 di Pagai Selatan
Km. 4 – 9 di Sipora Selatan
Adapun kawasan rawan bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi :
1. Kawasan rawan gempa bumi terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai
Untuk antisipasi bencana gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah dengan
pengembangan ruaang-ruang terbuka atau lapangan terbuka sebagai ruang evakuasi bagi penduduk
bila terjadi bencana gempa bumi.
2. Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami terdapat di wilayah pesisir pantai bagian selatan dan
barat, di Kecamatan Siberut Barat, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kecamatan Siberut Selatan,
Kecamatan Sipora Utara, Kecmatan Sipora Selatan, Kecamatan Pagai Utara dan Kecamatan Selatan.
Untuk antisipasi adanya gelombang pasang dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi (1)
pengembangan hutan mangrove, keberadaan hutan mangrove juga dapat menjadi benteng hidup bagi
gempuran ombak pasang, termasuk mampu meminimalkan efek bencana tsunami. Berdasarkan hasil
penelitian ilmuwan dari Universitas Tohoku Jepang yang bekerja sama dengan ITB, pohon mangrove
dapat meredam energi gelombang tsunami secara signifikan; (2) pengembangan kawasan perkebunan
di pesisir, seperti penanaman pohon kelapa di pesisir, untuk meredam gelombang pasang dan tsunami
bila terjadi.
3. Kawasan rawan abrasi terdapa di Pantai Muara Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, Pantai Muara
Siberut Kecamatan Siberut Selatan, Pantai Mapadegat & Pantai Tuapejat Kecamatan Sipora Utara,
Pantai Sioban, Pantai Beriulou, Pantai Desa Bosua, Pantai Bandara Rokot Matobek Kecamatan Sipora
Selatan, Pantai Sikakap Kecamatan Sikakap.
Untuk kondisi kawasan rawan gempa, Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kategori VII. Gempa jenis
ini berpotensi menimbulkan kerusakan yang cukup parah bagi bangunan dan juga dapat memakan korban
jiwa yang cukup banyak. Berdasarkan data dari United State Geological Survey (USGS) dapat terlihat
kecenderungan gempa, lokasi dan kategori wilayah gempa, di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut :
Bab II - 25
Gambar 2.13
Lokasi Dan Kategori Gempa Serta Rawan Stunami Di Wilayah Mentawai Dan Sekitarnya
Selain itu, berdasarkan catatan Tahun 2007 dapat dilihat pula mengenai pola-pola gempa yang
pernah terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dimana seluruhnya adalah gempa dangkal
dengan kisaran kedalaman dominan di bawah 30 km yang seringkali menimbulkan banyak
kerusakan. Untuk lebih jelas pola-pola gempa bumi di wilayah ini dapat dilihat pada Gambar
berikut :
Gambar 2.14
Pola Gempa Bumi Di Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai
a.
b.
Bab II - 26
Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang tampak saat ini, serta cermatan analisis
terhadap data-data sekunder, diperoleh gambaran beberapa isu penting terkait yang mempengaruhi
perencanaan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai kedepannya. Isu-isu tersebut diantaranya adalah
Kepulauan mentawai merupakan kawasan rawan bencana tsunami, gempa bumi, dan longsor
Wilayah Kepulauan Mentawai merupakan wilayah yang termasuk daerah tertinggal dan terpencil,
dimana aksesibilitas untuk didalam dan diluar kabupaten sngat sulit untuk dijangkau
Wilayah Kepulauan Mentawai merupakan wilayah kepulauan terluar dari NKRI
Seluas 82% wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kawasan hutan
Pengembangan pariwisata dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan pesisir yang belum
dimanfaatkan secara optimal
Bab II - 27
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
Meningkatkan Minimnya – - - -
pengetahuan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat
masyarakat di akan sistem
Kabupaten pengolahan air
Kepulauan limbah
Mentawai akan domestik yang
pentingnya sesuai dengan
pengolahan ai strandar SPM
rlimbah
domestik
sesuai dengan
SPM
Bab II - 28
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
limbah domesti Mentawai SDM aparat
di Kabupaten dalam sektor pemda
Kepulauan ari limbah Kabupaten
Mentawai domestik dalam
pengolahan
dan pelayanan
sektor air
limbah
domestik
2.2.2. Persampahan
Informasi mengenai status implentasi SSK periode sebelumnya untuk sektor persampahan seperti
dijelaskan pada table berikut:
Tabel 2.11.
Keamjuan Pelaksanaan SSK Untuk Sub-sektor Persampahan
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
Bab II - 29
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
Manfaat
Serta Nilai
Ekonomis
Tersedianya - - - - -
fasilitas
pengurangan
sampah
dengan pola
3R dalam
pencapaian
pengurangan
sampah
sampai dengan
20% timbulan
sampah yang
ada di
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
Meningkatkan - - - - -
cakupan
pelayanan
yang dilakukan
oleh Pemda
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
persampah
sampai dengan
70%
Meningkatkan - - - - -
pengetahuan
dan kesadaran
masyarakat
tentang sistem
pengolahan
persampahan
yang aman
bagi
lingkungan
- - - - - -
Sumber : BPS & SSK Tahun 2014-2018
Bab II - 30
2.2.3. Drainase Perkotaan
Informasi mengenai status implentasi SSK periode sebelumnya untuk sektor drainase perkotaan
seperti dijelaskan pada table berikut:
Tabel 2.12.
Keamjuan Pelaksanaan SSK Untuk Sub-sektor Drainase Perkotaan
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
Mewujudkan Tersedianya - - - - Sedang
fungsi. dokumen disusunnya
kualitas dan master plan dokumen
kuantitas drainase di master plan
sarana dan Kabupaten drainase
prasarana Kepulauan Kabupaten
drainase Mentawai Kepulauan
yang Mentawai yang
terintegrasi didanni oleh
dan APBN
berwawasan
lingkungan
untuk
mengurangi
daerah
genangan air
secara
optimal dan
berkelanjutan
Tebangunnya - - - - -
sistem
drainase yang
terintegrasi
pada 10
kawasan
genangan
permukiman di
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
Tersediangya - - - - Sampai
Tusi lembaga dengan saat ini
yang bertugas yang bertindak
sebagai baik sebagai
operator dan operator
reulator dalam maupun
pengelolaan regulator untuk
sistem mengelola
drainase di sistem
Kabupaten drainase di
Kepuloauan Kabupaten
Mentawai Kepulauan
Mentawai
adalah dinas
PUPR
Tersedianya - - - - -
regulasi dalam
Bab II - 31
SSK Periode Tahun 2014 - 2018 Kemajuan SSk
Data Dasar
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018
(2014)
sistem
pengelolaan
drainase di
Kabupaten
Kepuluan
Mentawai
Meningkatkan Rata-rata - - - -
aolkasi persentawe
pendanaan pendanaan
dalam sistem untuk sektor
pengelolaan drainase
drainase lingkungan
permukiaman yang
di Kabupaten bersumber dari
Kepulauan APBD
Mentawai Kabupaten
sebesar …..%
- - - - - -
Sumber : BPS & SSK Tahun 2014-2018
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/ atau kegiatan permukiman. rumah
makan. perkantoran. perniagaan. apartemen. dan asrama. Berdasarkan karakteristiknya terdapat 2 (dua)
jenis air limbah domestik. yaitu jenis black water (limbah tinja) yang berasal dari jamban pribadi ataupun
umum dan umumnya ditampung dalam Sistem Pengolahan Lumpur Tinja (SPAL). sedangkan jenias air
limbah lainnya adalah jenis gray water yang berasal dari kegiatan mencuci. mandi. memasak dan lainnya.
yang umumnya dibuang langsung ke saluran terbuka di lingkungan rumah tangga. Walaupun air limbah jenis
grey water sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terurai. namun secara kuantitas
cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari berbagai literatur
menyebutkan bahwa antara 60%-70% air yang digunakan oleh masyarakat perkotaan. akan terbuang
sebagai air limbah. sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa adanya upaya
pengolahan terlebih dahulu.
Bab II - 32
2.3.1.1. Sistem dan Infrastruktur
System Pengolahan Air Limbah Domestik yang selanjutnya disingakat SPALD adalah serangkaian
kegiatan pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan ai
rlimbah domestik
Sistem pengolahan air limbah domestik yang memadai adalah satu kesatuan sistim fisik (teknis) dan
non fisik (non teknis) berupa unit pengolahan setempat (tangki septik/ MCK Komunal) dan/ atau berupa
sistem pengolahan terpusat (pengaliran air limbah dari sambungan rumah melalui jaringan perpipaan yang
kemudian diolah pada instalasi pengolahan air limbah baik skala kawasan mapun skala kota/ regional).
Sistem pengolahan air limbah dan infrastruktur air limbah dikategorikan dengan cara yaitu;
INSTALASI
PENGOLAHA
N LUMPUR
TINJA (IPLT)
Pembiayaan
TangkiSeptik: Rumahtangga
Penyedotan: RumahTangga
TrukTinja TrukTinja: Pemda
IPLT:
PemdadanPemerintahPusat
Bab II - 33
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Adalah instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur
tinja yang berasal dari sub-sistem pengolahan setempat.
Ilustrasi sistem dan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik (Praktek BABS. Akses Dasar.
Memiliki akses dan SPALD Layak/ Aman) di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
SPALD Terpusat yang dimaksud adalah jamban yang air limbah tinjanya sudah terintekgrasi
dengan sistem perpipaan dan diolah pada satu kawasan tertentu (jamban dengan SPALD layak)
Adapun alur pengeleloaan air limbah domestik dari hulu (sarana pengguna) sampai ke hilir
(Sub-sistem pengolahan akhir) berdasarkan Kepmen PU No.4 Tahun 2017 tersebut diatas yang
terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat digambarkan dengan Diagram Sistim Sanitasi
(DSS). Gambar 2.8 dan Tabel 2.11.
Gambar 2.15.
Diagaram Sistim Sanitasi (DSS) Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Dari alur sistim pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang tergambar
pada DSS diatas terlihat. masih terdapatnya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS), dimana adanya
masyarakat yang melakukan BAB pada ruang terbuka ataupun sarana jamban yang tidak dilengkapi dengan
sarana penampungan limbah kakus. Selain sudah adanya sistim pengelolaan air limbah domestik yang layak
atau dengan kategori aman secara sistem. namun sampai dengan saat ini pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai belum memiliki sarana dan prasarana Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).
Bab II - 34
Gambaran sistem pengelolaan air limbah domestik diatas dapat diartikan, untuk sistem yang ada di
Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : 1) masyarakat yang masih melakukan
BABS, 2) Jamban yang dikategorikan sebagai kepemilikan akses dasar dan 3). Jamban yang dikategorikan
sebagai kepemilikan akses layak. Untuk mengetahui detail persentase kepemilikan jamban dan sistim
pengolahan air limbah domestik yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai telah dilakukan studi
primer (studi EHRA) yang nantinya akan menjadi imputing pada tool instumen SSK. Adapun data yang
didapat dari survei studi EHRA sub-sektor air limbah domestik disajikan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.16.
Data Dimana Anggota Keluarga Yang Sudah Dewasa Melakukan BAB
H. Lainnya, 6.6
F. Ke selokan/parit/got 0.8
E. Ke kebun/pekarangan 7.6
D. Ke sungai/pantai/laut 22.1
C. Ke WC helikopter 1.2
Dari data studi ehra diatas dapat dilihat untuk anggota keluarga yang sudah dewasa melakukan BAB
sebagian besar yaitu sebesar 52,5% mempergunakan jamban pribadi yang ada pada rumahnya masing-
masing, 7,1% mempergunakan MCK/ WC Umum (59,68% akses jamban). Sedangkan sisanya yaitu sebesar
40,32% masih melakukan paraktek BAB pada tempat-tempat terbuka seperti ke sungai, wc helikopter, ke
kebun, ke selokan dan lain sebagainya. Rekapitulasi dari fariabel data diatas dapat di kelompokkan menjadi
kepemilikan akses jamban dan tidak memiliki akses jamban yang digambarkan pada gambar sebagai berikut:
Bab II - 35
Gambar 2.17.
Akses Jamban Keluarga Masyarakat Kabupaten Kepluan Mentawai
Tidak Memiliki
Akses Jamban;
40.32%
Kepemilikan
Akses Jamban
59.68%
Dari kepemilika akses jamban diatas, nantinya akan ditentukan besaran masyarakat yang melakukan
praktek BABS berdasarkan indikator yang ditetapkan pada Permen PUPR No. 4 Tahun 2017
(Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik). Adapun indikator untuk mengukur kondisi
BABS yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :
Gambar 2.17.
Jenis Kloset Yang Dipakai Di Rumah
Cemplung 0.8
Plengsengan 1.3
Dari 52,5% jamban pribadi yang ada yaitu sebesar 35,2% sudah mempergunakan kloset yang
dilengkapi dengan leher angsa, 2,6%nya telah memiliki kloset tetapi tidak dilengkapi dengan leher anggsa
dan sisanya sebesar 22,5 sarana jamban pribadi yang ada tidak dilengkapi dengan kloset.
Bab II - 36
Gambar 2.19.
Kemana Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja
Kolam/sawah 0.2
Sungai/danau/pantai 1.5
Untuk kepemilikan tempat penyaluran buangan akhir tinja (limbah kakus) sebesar 52% limbah kakus
yang dihasilkan sudah dialirkan pada wadah penampungan berupa tangki septik, melalui pipa sewer yang
terhubung ke sistem pengolahan komunal dan berupa cubluk/ lobang tanah. Untuk mengetahui apakah
wadah penampungan yang dimiliki sudah layak atau pun aman bagi kesehatan dan lingkungan, studi ehara
juga melakukan pengukuran dengan indikator sudah berapa lama bangunan penampungan limbah kakus
tersebut dibangun dan kapan terakhir kali
dilakukan pengurasan/ penyedotan.
Gambar 2.20.
Sudah Berapa Lama Tangki Septik ini Dibuat/ dibangun
Bab II - 37
Gambar 2.21.
Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan
Dari data primer yang di dapat dari studi EHRA diatas. mempergunakan alat analisis instrumen SSK.
diperoleh pengelolaan air limbah domestik berdasarkan klasifikasi wilayah perkotaan dan perdesaan di
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Adapun output dari instrumen SSK tersaji dalam tabel dan tergambar pada
gambar sebagai berikut:
Bab II - 38
Tabel 2.13.
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan
Akses Layak
KK KK KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK %
Total 2.1745 7.471 4232 19.5% 2.350 10.8% 448 2.1% 442.129 2.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Pagai Selatan 3.036 751 567 2.6% 4 0.0% 0 0.0% 27 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sikakap 3.369 1.766 300 1.4% 927 4.3% 0 0.0% 102 0.5% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Pagai Utara 1.838 1.048 581 2.7% 143 0.7% 92 0.4% 35 0.2% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sipora Selatan 3.002 708 384 1.8% 66 0.3% 66 0.3% 26 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sipora Utara 3.060 1.461 576 2.6% 745 3.4% 0 0.0% 147 0.7% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Selatan 2.885 865 478 2.2% 151 0.7% 43 0.2% 69 0.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Barat Daya 2.029 0 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Tengah 2.034 918 568 2.6% 135 0.6% 48 0.2% 19 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Utara 2.688 774 460 2.1% 0 0.0% 175 0.8% 16 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Barat 2.229 633 318 1.5% 179 0.8% 24 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Bab II - 39
Tabel 2.14.
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Untuk Klasifikasi Wilayah Perdesaan
Akses Layak
KK KK KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK %
Total 2.6170 17246 9.060 41.7% 3327 15.3% 923 4.2% 967.21 4.4% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Pagai Selatan 2.419 1.821 1.490 6.9% 269 1.2% 0 0.0% 62 0.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sikakap 2.537 1.207 626 2.9% 469 2.2% 49 0.2% 63 0.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Pagai Utara 1.449 599 360 1.7% 212 1.0% 0 0.0% 27 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sipora Selatan 2.301 1.759 1.095 5.0% 337 1.5% 126 0.6% 202 0.9% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Sipora Utara 3.074 1.606 573 2.6% 751 3.5% 243 1.1% 39 0.2% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Selatan 2.470 1.729 1.077 5.0% 396 1.8% 9 0.0% 246 1.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Barat Daya 1.692 1.692 1.153 5.3% 353 1.6% 0 0.0% 186 0.9% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Tengah 1.707 937 615 2.8% 249 1.1% 21 0.1% 53 0.2% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Utara 2.261 1.610 956 4.4% 190 0.9% 396 1.8% 68 0.3% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Kecamatan Siberut Barat 1.836 1.315 1.115 5.1% 101 0.5% 79 0.4% 23 0.1% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
Bab II - 40
Gambar 2.22.
Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Berbasis
Berbasis institusi,
masyarakat, 0.00%
0.00% SPALD - T SPALD - T
Skala Komunal, Perkotaan, 0.00% Kawasan
6.48% Tertentu,
Skala Individual, 0.00%
Akses Dasar 6.30%
(cubluk/tangki
septik individual
tidak layak),
15.30%
BABS, 71.92%
Bab II - 41
Akumulasi gambaran cakupan akses jamban dan kepemilikan SPALD di Kabupaten Kepulauan
Mentawai diatas disajikan pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 2.15.
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Keterangan Eksisting
PERKOTAAN
Akses Layak Perkotaan 4.10%
BABS Perkotaan (Tanpa akses) 30.26%
PERDESAAN
Akses Layak Perdesaan 8.68%
BABS Perdesaan 41.66%
Melihat data eksisting (Tabel 2.13 dan 2.14) yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai
melalui Pokja AMPL/ Sanitasi, dan membandingkan dengan target Universal Access yang didistribusikan oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (33% Akses Layak, 67% Akses Dasar dan 0% BABS), masih terdapat
gap sebesar 20,2% untuk pencapapaian penyediaan akses layak, dan sebesar 51,7% untuk pencapaian
penyediaan akses dasar, serta terdapat 71,92% prilaku BABS yang akan dihilangkan/ stop BABS pada akhir
Tahun 2019.
Dari alur sistem DSS dan output data instrumen SSK diatas. Profil kondisi eksisting air limbah
domestik juga dianalisis dalam bentuk Shit Flow Diagaram atau disingkat dengan SFD. SFD merupakan
diagaram yang menggambarkan alur pengelolaan air limbah kakus dari hulu ke hilir dengan
mempertimbangkan tingkat keamanan pengelolaan pada setiap sub sistem pengelolaan air limbah domestik
tersebut.
SFD merupakan tahapan dalam pemetaan kondisi sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai setelah
dilakukan pemetaan melalui DSS. Pemetaan DSS yang tergambar sebelumnya bersifat kualitatif. sedangkan
pemetaan dengan SFD bersifat kuantitatif yang bersumber dari pengumpulan data. Data yang digunakan
adalah berupa data primer hasil kajian EHRA dan data sekunder dari instansi terkait. Penambahan data
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih terperinci terkait kondisi pengelolaan air limbah
domestik di Kabupaten Kepulauan Mentawai nantinya. Penggunaan SFD ini nantinya diharapkan dapat
Bab II - 42
memberikan gambaran mengenai tingkat keamanan dari sistem pengelolaan air limbah domestik eksisting.
Lihat Tabel 2.16. (rincian persentase SFD) dan Gambar 2.15 (Flow Chart SFD)
Tabel 2.16.
Rekapitulasi Shit Flow Diagram Pengelolaan Air limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Gambar 2.23.
Flow Chart Shit Flow Diagaram (SFD) Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Keterangan :
Pengelolaan air limbah domestik secara aman dalam SFD ditunjukkan oleh panah dengan warna hijau sementara pengelolaan yang tidak aman
ditunjukkan oleh panah dengan warna merah. Persentase pengelolaan yang aman ditampilkan pada ujung kanan diagram. dimana seluruh persentase
pengelolaan air limbah domestik yang aman dari tiap sistem akan terakumulasi di bagian bawah diagram. dimana seluruh persentase pengelolaan air
limbah domestik yang tidak aman dari tiap sistem akan terakumulasi. Sumber data pengisian SFD ini bersumber dari hasil kajian EHRA dan data-data
sekunder lainnya digunakan untuk mengisi instrumen profil sanitasi
Dari diagram SFD diatas terlihat sistem pengelolaan air limbah domestik yang terdapat di Kabupaten
Kepulauan Mentawai 100% berdampak kepada kualitas muka air tanah, ini dikarenakan semua sistem
Bab II - 43
pengolahan air limbah domestik masyarakat rata-rata tidak mendapatkan layanan penyedotan dan
pengolahan lumpur tinja (sampai dengan saat ini belum terdapat infrastruktur IPLT di Kabupaten Kepulauan
Mentawai)
2.3.1.3. Kelembagaan dan Peraturan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Institusi yang berwenang dalam kagiatan pengelolaan dan pengendalian (baik operator maupun
regulator) limbah cair dalam penanganan permasalahan sanitasi khususnya air limbah domestik di Kabupaten
Kepulauan Mentawai. baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industry kecil maupun kegiatan rumah tangga
merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. yang dikelola oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumah Rakyat (PUPR). Bidang Cipta karya seksi Penyehatan Lingkungan dan Air
Bersih. dibawah pengawasan dari Badan Pengawasan Penyehatan Lingkungan Hidup Daerah (Bappedalda)
Provinsi Sumatera Barat.(update OPD Terbaru)
2.3.1.4. Peran Serta Swasta dan Masyarakat Dalam Pengelolaan Air lImbah Domestik
Peran serta antara pemerintah. swasta dan masyarakat yang diharapkan telah tertuang dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2017 tentang penyelenggaraan pengelolaan air limbah
domestik. dalam salah satu kebijakan menyebutkan bahwa. kelompok masyarakat adalah kumpulan orang
yang mmepunyai kepentingan yang sama. yang tinggal di daerah yurisdikasi yang sama (pasal 63). Sampai
saat ini peran serta masyarakat dalam pengelolaan ai rlimbah domestik masih bersifat individual dengan
membangun SPALD skala individual (tangki septik atau cubluk/ lobang) pada masing-masing rumah tangga.
Peran swasta yang diharapkan ikut berkontribusi dalam menyediakan akses layanan air limbah
domestik di Kabupaten Kepulauan Mentawai. dalam hal ini kegiatan yang didanai dengan dana CSR boleh
dikatakan belum ada.
2.3.2. Persampahan
Peningkatan laju pertumbuhan sampah khususnya pada wilayah dengan karakteristik perkotaan yang
tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai. berdampak pada
pencemaran lingkungan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan selalu mengandalkan pola
kumpul-angkut-buang. maka beban pencemaran akan selalu menumpuk di lokasi TPA (Tempat Pemrosesan
akhir) sampah.
Meningkatnya laju pertumbuhan dan konsumsi masyarakat secara umum berdampak pula pada
perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan terutama semakin banyaknya penggunaan
plastik. kertas. produk-produk kemasan dan komponen bahan yang mengandung Bahan Beracun Berbahaya
(B3).
Sebagaimana Misi Nasional dalam pengelolaan sampah yaitu mengurangi timbulan sampah sehingga
mampu mengurangi beban pengelolaan. maka selain besarnya timbulan sampah juga harus diketahui
karakteristik sampah. sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang ada dalam upaya pengurangan timbulan
Bab II - 44
sampah tersebut. Target antara yang mesti dapat dicapai oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam upaya
reduksi sampah adalah pemanfaatan dan penurunan timbulan sampah yang harus di buang ke TPA.
Berdasarkan hasil kajian dari dokumen master plan sampah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun
2016. karakteristik dan komposisi sampah di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari sampah organik dan
anorganik. Dimana untuk jenis sampah organik didominasi oleh sampah yang berasal dari sampah makanan.
kayu dan lainnya. Sedangkan untuk jenis sampah anorganik. jenis sampah yang ada berupa sampah plastik
dan kertas serta logam karet dan lainnya. Besaran karakteristik dan komposisi sampah rumah tangga di
Kabupaten Kepulauan Mentawai disajikan pada gambar beriktu:
Gambar 2. Komposisi Sampah Non Domestik
Gambar 2.24.
Komposisi Sampah Domestik Organik dan Non Organik (kg/hari)
12.092
7.107
12.092
Organik Anorganik
1.88 2.917
1.348 0.512 0.332 0.118
Tabel 2.15.
Rekapitulasi Timbulan Sampah Permukiman Kabupaten Kepulauan Mentawai
Timbulan
Sumber
L/org/hari kg/org/hari
High Income 2,50 0,349
Middle Income 2,00 0,208
Low Income 2,16 0,225
Rata-rata 2,22 0,261
Sumber : Masterplan Persampahan Kab. Mentawai 2016
Bab II - 45
Dari tabel diatas diketahui timbulan sampah kg/orang/hari untuk high income adalah 0,349 sedangan
untuk middle income dan low income menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda yaitu 0,208 dan 0,225. Nilai-
nilai tersebut bila dibandingkan dengan literatur menunjukkan nilai yang relatif di dalam rentang. Menurut
literatur (damanhuri,2008) timbulan dari high income berkisar antara 0,34 - 0,4 kg/orang/hari, sedangkan
middle income berksar pada 0,3 - 0,35 kg/orang/hari dan low income antara 0,25 - 0,3 kg/orang/hari. Nilai
yang tidak jauh berbeda dari literatur tersebut disebabkan jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai
belum termasuk kota besar sehingga jumlah timbulannya masih kecil.
Bab II - 46
Gambar 2.25.
Diagaram Sistim Sanitasi Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Dari diagram sistem sanitasi pengelolaan sampah rumah tangga diatas terlihat ada 4 (empat) sistem penanganan dalam pengelolaan sampah yaitu 1). Sampah yang tidak
tertangani. 2). Sampah yang tertangani skala rumah tangga. 3). Sampah yang tertangani ke pemrosesan akhir dan 4). Pengelolaan sampah dari sumber. Adapun data yang di
dapat dari hasil studi EHRA, yang nantinya akan menjadi imputing ke alat analisis Instrumen SSK adalah sebagai berikut :
Bab II - 47
Gambar 2.26.
Bagaimana Sampah Rumah Tangga Dikelola
Dikumpulkan dan
dibuang ke TPS
1.57%
Dari studi EHRA yang dilakukan dapat dilihat bagaimana masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai
mengelola sampah rumah tangganya masing-msing, dimana sebagian besar tibulan sampah rumah tangga
yang ada yaitu
a. sebesar 53,69% dikelola mandiri oleh masyarakat dengan cara (dibakar sebesar 50,1%, Dibuang ke
dalam lobang dan ditutup dengan tanah sebesar 0,2% serta dibuang ke dalam lubang tetapi tidak
ditutup dengan tanah sebesar 3,4%).
b. Sampah yang tidak dikelola baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah yaitu sebesar 44,68%,
dimana timbulan sampah tersebut langsung dibuang ke sungai/ saluran drainase/ ataupun ke laut
sebesar 20,1%. Dibuang saja sampai membusuk sebesar 5%, dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan
dan dibiarkan membusuk sebesar 19,2% dan lainnya/ tidak tahu yaitu sebesar 0,4%.
c. Sampah yang dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang yaitu sebesar : 0,06%
d. Sampah yang dikumpulkan dn dibuang ke TPS dan dilakukan pengangkutan sampai ke TPA yaitu
sebesar 1,57%
Adapun data yang didapat dari studi EHRA ini nantinya yang akan menjadi imputing ke dalam alat analisis
(instrumen SSK). Adapun output dari hasil analisis dalam sistem pengelolaan sampah rumah tangga yang
ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada tabel berikut :
Bab II - 48
Tabel 2.16.
Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai (Klasifikasi Wilayah Perkotaan)
Pengurangan Sampah
Kecamatan Jumlah
Pendudu Total
Sampah Tertangani Skala Sampah Tertangani ke
k Timbuna Sampah Tidak Tertangani
Rumah Tangga Sampah Tereduksi 3R Pemrosesan Akhir
Perkotaa n Total Pengurangan
n (TPS3R/TPST/Bank Sampah)
Pendu
Pendud
duk Penduduk Penduduk Penduduk
(m3/har uk
jiwa (m3/hari) % Terlaya (m3/hari) % (m3/hari) % Terlayani (m3/hari) % Terlayani (m3/hari) % Terlayani
i) Terlaya
ni (jiwa) (jiwa) (jiwa)
ni (jiwa)
(jiwa)
Total 29885 66.05 0.5 0.24 207 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 1.95 1.02 884.5 63.63 33.10 28,794
Kecamatan Pagai Selatan 2393 5.29 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 5.29 0.69 2393
Kecamatan Sikakap 5317 11.75 0 0.04 133 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 11.46 1.49 5184
Kecamatan Pagai Utara 3402 7.52 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 7.52 0.98 3402
Kecamatan Sipora Selatan 2169 4.79 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 4.79 0.62 2169
Kecamatan Sipora Utara 5870 12.97 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 1.95 0.25 884 11.02 1.43 4986
Kecamatan Siberut Selatan 2963 6.55 0 0.02 74 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 6.38 0.83 2889
Kecamatan Siberut Barat
0 0.00 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0
Daya
Kecamatan Siberut Tengah 3082 6.81 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 6.81 0.89 3082
Kecamatan Siberut Utara 2604 5.75 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 5.75 0.75 2604
Kecamatan Siberut Barat 2085 4.61 0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.0 0.00 0 0.00 0.00 0 4.61 0.60 2085
Bab II - 49
Tabel 2.17.
Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai (Klasifikasi Wilayah Perdesaan)
Pengurangan Sampah
Kecamatan
Jumlah
Total Sampah Tertangani Skala Sampah Tertangani ke
Penduduk Sampah Tidak Tertangani
Timbunan Rumah Tangga Sampah Tereduksi 3R Pemrosesan Akhir
Perkotaan Total Pengurangan
(TPS3R/TPST/Bank Sampah)
Total 57096 126 0.13 0.07 60 0.00 0.00 0 0.05 0.03 24 2.09 1.09% 945 123.96 64.49% 56091
Kecamatan Pagai Selatan 7284 16 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 16.10 2.09 7284
Kecamatan Sikakap 4829 11 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.09 0.01 43 10.58 1.38 4786
Kecamatan Pagai Utara 2395 5 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 5.29 0.69 2395
Kecamatan Sipora Selatan 7035 16 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.05 0.01 24 0 0.00 0 15.55 2.02 7035
Kecamatan Sipora Utara 6424 14 0 0.01 30 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 1.99 0.26 902 12.14 1.58 5492
Kecamatan Siberut Selatan 6917 15 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 15.29 1.99 6917
Kecamatan Siberut Barat Daya 6767 15 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 14.96 1.94 6767
Kecamatan Siberut Tengah 3746 8 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 8.28 1.08 3746
Kecamatan Siberut Utara 6441 14 0 0.01 30 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 14.17 1.84 6411
Kecamatan Siberut Barat 5258 12 0 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0 0.00 0 11.62 1.51 5258
Bab II - 50
Gambar 2.27.
Cakupan Layanan Eksisting Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Dari hasil analisis yang mempergunakan instrumen SSK, sampah tertangani baik untuk wilayah dengan
klasifikasi perkotaan dan perdesaan adalah sebesar 2,1% atau setara dengan 4,04 m3 sampah tertangani
sampai dengan ke pemrosesan akhir sampah (TPA sementara SP-2 Sido Makmur) dan 97,59% timbulan
sampah tidak dilakukan penanganan, adapun target penanganan sampah untuk wilayah dengan klasifikasi
perkotaan menurut target Universal Access yaitu sebesar 70% timbulan sampah yang ada harus di tangani ke
pemrosesan akhir dan sisanya 30% dilakukan pengurangan dari sumber. Adapun gambaran cakupan layanan
persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada peta sebagai berikut :
Bab II - 51
Gambar 2.28.
Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab II - 52
Infrastruktur Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kabupaten Pelauan Mentawai
Infrastruktur dalam hal ini adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam
menangani pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Adapun kondisi sarana dan
prasarana serta cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai
dengan saat ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.18.
Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kondisi
Kapa Ritasi/
No Jenis Prasarana/ Sarana Satuan Jml Rusak Rusak Keterangan
sitas hari Baik
Ringan Berat
1 Pewadahan
A. Individual
- Bak Biasa Unit 6 1 m3 1 4 2
B. Komunal
- Kontainer Unit
- Transfer Depo Unit
2 Pengumpulan
- Gerobak Sampah Unit Berfungsi
- Motor Sampah Unit 14 1 m3 2 6 1 7
Bab II - 53
Kondisi
Kapa Ritasi/
No Jenis Prasarana/ Sarana Satuan Jml Rusak Rusak Keterangan
sitas hari Baik
Ringan Berat
Pagar TPA Paket
7 Alat berat
Buldozer Unit
Excavator/ Cackhoe Unit
Truck Tanah Unit
8 IPL
Hasil Pemeriksaan Lab (BOD dan
COD)
Efluen di Inlet
Efluen di Outlet mg/l
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Kep Mentawai Tahun 2018
Kerangka regulasi pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Mentawai dari sejak kabupaten ini
berdiri hingga kini belum disusun oleh Pemerintah Daerah setempat. Belum adannya peraturan yang secara
khusus mengatur mengenai persampahan. baik peraturan di tingkat daerah terkait teknis pengelolaan.
retribusi pelayanan persampahan. maupun mengenai badan/ instansi yang diberi kewenangan
menyelenggarakan pengelolaan persampahan. Disisi lain kelengkapan dari Readiness Criteria kelengkapan
untuk dokumen rencana induk (master plan persampahan) sudah tersusun pada tahun 2016 dan juga sudah
memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SKK).
Sejalan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan Dan
Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
mengamanatkan bahwa :
a. Arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga dan
b. Strategi. program. dan target pengurangan dan penanganan sampah tumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga
Pengelolaan dan penyelenggaraan sistem persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini baru
sampai pada tahap pengumpulan sampah yang dikelola oleh 3 (tiga) institusi melalui kebijakan yang tidak
tertulis yang disepakati oleh instansi terkait yaitu:
1. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mengumpulkan sampah mulai dari Km. 0 (desa Tuapejat) hingga
Jati Desa Tuapejat Kecamatan sipora Utara untuk langsung di buang ke TPA (SP2)
2. Dinas Pekerjaan Umum. yang mengumpulkan sampah mulai dari KM. 0 (Desa Tuapejat Kecamatan
Sipora Utara) hingga Km. 4 (Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara) untuk langsung dibuang ke TPA
(SP2)
Bab II - 54
3. Kecamatan Sipora Utara. yang melakukan pengumpulan sampah mulai dari Km. 4 (desa Tuapejat
Kecamatan Sipora Utara) hingga Km. 9 Desa Bukit Pamewa Kecamatan Sipora Utara untuk langsung
dibuang ke TPA.
Sampah bersumber dari kegiatan masyarakat. baik sebagai individu maupun komunal. baik domestik
maupun swasta (privat). termasuk semua kegiatan di sekolah hingga perguruan tinggi. Sistem pengelolaan
sampah di Kabupaten Kepulauan Mentawai belum melibatkan masyarakat secara kelembagaan tetapi
sebagian masyarakat sudah berupaya melaksanakan daur ulang sampah plastik. Faktanya. lebih banyak
masyarakat belum melaksanakan kegiatan 3R dan pengomposan. Begitu juga swasta. dalam hal ini adalah
perusahaan yang banyak menimbulkan sampah.
Berdasarkan data dan informasi dari Dianas Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa sampai
dengan Tahun 2018 ini belum ada kegiatan khusus yang berhubungan dengan sektor drainase lingkungan.
Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya tau
lebih bersifat sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya sejalan
dengan pembangunan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan lingkungan.
Berdasarkan data dan informasi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa sampai dengan
Tahun 2018 ini pembangunan saluran drainase yang berhubungan dengan sektor drainase lingkungan.
Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya atau
lebih bersifat sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya sejalan
dengan pembangunan jalan nasional, jalan provinsi ataupun jalan kabupaten
Di Kabupaten Kepulauan Mentawai saluran drainase pada umumnya menyatu dengan sistem
pembuangan air limbah rumah tangga dengan keadaannya berupa saluran terbuka dan bersifat alami dengan
kondisi yang tidak terkelola dengan baik. Permasalahan yang timbul untuk sistem drainase alami ini bisa jadi
genangan akibat penyumbatan saluran oleh sampah-sampah yang bertumpukan di dalam saluran drainase
tersebut.
Dalam strategi sanitasi kabupaten sub-sektor drainase perkotaan. membatasi antara pengertian banjir
dan genangan lokal. Dalam hal ini pengertian banjir adalah apabila ketinggian genangan air yang terjadi pada
suatu kawasan permukiman melebihi 30 cm (masuk ke dalam rumah penduduk). luasan besar. surutnya lama
(lebih dari 2 jam) dan tingkat kerusakan/ kerugian masyarakat yang besar. terganggunya aktifitas ekonomi
masyarakat. Faktor penyebab terjadinya banjir pada umumnya antara lain adalah kapasitas badan air
penerima kurang. tidak adanya saluran-saluran drainase primer. sekunder. terseier dan lainnya.
Bab II - 55
Genangan lokal adalah genangan air yang terjadi pada suatu kawasan permukiman akibat hujan jam-
jaman. ketinggian genangan relatif rendah (tidak merusak perumahan penduduk). air tidak sampai masuk
rumah. dan surutnya cepat (kurang dari 2 jam). Faktor penyebab terjadinya genangan lokal pada umumnya
antara lain adalah tersumbatnya saluran alami oleh sampah dan sedimen dan berfungsinya saluran-saluran
terbuka tersebut sebagai badan penerima dari limbah cair rumah tangga. Adapun secara sistem saluran-
saluran alami tersebut juga tidak terintegrasi ke saluran-saluran yang lebih besar/ badan air penampung.
Adapun wilayah yang terdampak genangan dapat dilihat pada Tabel 2.19 dan Gambar 2.21
Bab II - 56
Tabel 2.19.
Lokasi Genangan Di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Wilayah Genangan Infrastruktur*
No. Kecamatan/ Desa Luas Tinggi Lama Frekuensi
Penyebab*** Jenis Ket.**
(Ha) (cm) (jam) (kali/Th)
1 Desa Tuapejat, Kec. Sipora Utara 1.17 0,3 3–5 2 kali/Th Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
2 Desa Muara Siberut, Kec. Siberut Selatan 1.34 0,2 - 0,5 2–5 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
3 Dea Sikakap. Kec. Sikakap 0.94 0,2 - 0,3 1–3 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
4 Desa Pasakiat Taileleu, Kec. Siberut Barat Daya 0.55 0,25 - 0,3 2–5 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
5 Desa Sikabaluan, Kec. Siberut Utara 2.01 0,3 - 0,5 1-3 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
6 Desa Sioban, Kec. Sipora Selatan 0.98 0,3 - 0,5 1–4 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
7 Desa Saibi Samukop, Kec. Siberut Tengah 0.89 0,3 - 0,5 1–3 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
8 Desa Saumangaya, Kec. Pagai Utara 0.93 0,2 - 0,5 1–4 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
9 Desa Malakopa, Kec. Siberut Selatan 0.33 0,3 - 0,5 1–5 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
10 Desa Bataet, Kec. Siberut Barat 0.57 0,3 - 0,5 1-5 2 kali/Th Pengaruh Pasang & Hujan Alami Belum terintegrasi dengan baik
9.70
Sumber : Dinas Permukan Tahun 2018
Ket :
*) Inftrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Inftrastruktur yang dimaksud adalah yang terdapat dalam kawasan genangan.
**) dapat berupa informasi terkait panjang saluran. kapasitas pompa. luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan
***) merupakan indikasi dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase
Selaras dengan hasil studi EHRA yang dilakukan, desa-desa yang terdampak genangan pada data sekunder (data dinas PKP Kab. Kepulauan Mentawai), berdasarkan persesi masyarakat yang dilakukan wawancara mengalami dampah genangan baik yang disebakan
oleh pengaruh pasang air laut maupun terjadi genangan saat hujan. Untuk lebih jelasnya wilayah yang terdampah genangan berdasarkan studi EHRA dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.29.
Persentase Rumah yang Ditempati Sekarang atau Lingkungan Sekitar Rumah Pernah Terjadi Banjir
120
100
80
60
40
20
0
Muara
Saumanganya Sido Makmur Muara Siberut Pasakiat
Taikako (I+K) Sikakap (K) Matobe Mara Sioban (I+K) Tua Pejat (K) Muntei Sikabaluan Mongan Poula Malancan Sigapokna
(I+K) (I+K) (I+K) Taileleu (I+K)
(I+K)
Tidak pernah 75 90 95 92.5 97.5 82.5 87.5 80 75 52.5 100 70 7.5 37.5 87.5
Sekali dalam setahun 12.5 0 5 0 2.5 0 0 12.5 0 47.5 0 0 65 15 2.5
Beberapa kali dalam 12.5 7.5 0 0 0 17.5 12.5 7.5 25 0 0 10 27.5 47.5 10
Sekali atau beberapa dalam sebulan 0 2.5 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0
Bab II - 57
Gambar 2.30.
Bab II - 58
2.3.3.2. Sistem Jaringan Drainase Perkotaan
Secara umum sistem ddrainase yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai berupa banungan alami
yang tidak terintegrasi dengan baik. Menurut data yang tercatat. terdapat saluran drainase sepanjang ± 500
m yang semuany amerupakan saluran sekunder. Adapun saluran tersebut berlokasi di Desa Tuapejat Km.7
depan Kantor Bappeda Kab. Kep Mentawai mengarah ke madobag. Detail data kondisi sarana dan prasarana
drainase perkotaan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut:
Tabel 2.20.
Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bentuk Wilayah Genangan Frekuensi
No Jenis Prasarana/ Sarana Satuan Penampang Tidak Pemeliharaan
B**) H***) Berfungsi
Saluran *) Berfungsi (kali/Tahun)
1 Saluran Primer A m Alami
Saluran Sekunder A1 m Segi Empat 0,6 1 √ - 1
Saluran Sekunder A2 m Segi Empat 0,6 1 √ - 1
Bangunan Pelengkap
Rumah Pompa m - - - - - -
Pintu Air m - - - - - -
Kolam Retensi m - - - - - -
Trash Rack/ Saringan sampah m - - - - - -
2 Saluran Primer B
Saluran Sekunder B1 m - - - - - -
Banunan Pelengkap
Rumah Pompa m - - - - - -
Pintu Air m - - - - - -
Kolam Retensi m - - - - - -
Trash Rack/ Saringan sampah m - - - - - -
Sumber : Dinas Permukiman Kab. Kep. Mentawai Tahun 2018
Keterangan :
*) Bentuk penampang saluran : Segi empat atau trapesium
**) B : Lebar dasar saluran
***) H : Tinggi saluran
2.3.3.3. Kelembagaan
Kelembagaan pelayanan sistem drainase kabupaten dilaksanakan oleh Dinas Permukiman dan Tata
Ruang Kabupaten Kepulauan mentawai. Adapun
Lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan drainase lingkungan adalah Dinas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kepulauan Mentawai, akan tetapi sejauh ini belum ada
kegiatan khusus yang berkaitan dengan drainase lingkungan. Pembangunan drainase yang dilakukan melalui
ke Cipta Karya-an yang lain seperti pembangunan jalan lingkungan, jalan kabupaten dan pasar-pasar.
Sedangkan untuk peraturan legal tentang drainase, untuk tingkat kabupaten belum ada sampai dengan
Bab II - 59
sekarang ini baik itu berupa peraturan daerah maupun peraturan bupati sehingga kegiatan sektor drainase
masih belum bisa untuk diprioritaskan.
Persanserta swasta dan masyarakat dalam hal pembangunan sistem drainase pada kawasan
permukiman yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai lebih bersifat individual, dengan cara
memanfaatkan saluran drainase alami yang ada. Adapun saluran alami yang ada tersebut rata-rata belum
terintekrasi dengan baik sehingga disaat terjadinya genangan (akibat pasang atau curah hujan yang tinggi),
memberikan dampak negatif oleh masyarakat itu sendiri.
Tabel 2.20.
Permasalahan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Permasalahan Air Limbah Domestik
A. Aspek Teknis : Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana dan prasarana (sarana
pengguna, pengangkutan/ pengumpulan - pengolahan lumpur tinja/ pengelolaan terpusat, lingkungan)
serta ketersediaan dokumen perencanaan teknis
1. Askses
71,92%% atau setara dengan 15.639 KK melakukan praktek BABS (anggota keluarga yang
melakukan BAB ditempat terbuka ditambah jamban keluarga yang tidak dilengkapi dengan
bangunan penampung limbah kakus)
Bab II - 60
No Permasalahan Air Limbah Domestik
dilakukan peningkatan.
4. Dokumen Perencanaan
Kesiapan Readiner Criteria khususnya dokumen teknis pembangunan IPLT belum masuk dalam
usulan prioritas kegiatan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
B. Aspek Non Teknis : Permasalahan terkait pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-
undangan, peranserta masyarakat dan dunia usaha/ swasta, komunikasi
1. Pendanaan :
Keterbatasan PAD yang dimiliki oleh Kab. Kepulauan Mentawai dalam pendanaan sektor air
limbah domestik
Alokasi dana desa belum menjadi alternatif dalam pembiayaan program kesanitasian di Kabupaten
Kepuauan Mentawai
Alternatif pendanaan dari non pemerintah belum dimanfaatkan dengan maksimal
2. Kelembagaan :
Keberadaan POKJA AMPL/ Sanitasi belum bisa memaksimalkan pengimplementasian program
dalam percepatan pembangunan sanitasi permukiman di Kabupaten Kepulan Mentawai
Tupoksi pelayanan dan pengelolaan sanitasi (sub-sektor air limbah domestik) belum didukung
dengan ketersediaan SDM yang maksimal.
4. Peranserta masyarakat
Masih rendahnya kesadaran dan tingkat pemahaman masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Mentawai akan dampak negatif dari limbah kakus yang tidak dikelola dengan baik
5. Komunikasi :
Masih sangat terbatasnya media baik elektronik maupun cetak dalam upaya penyebarluasan
informasi sanitasi khususnya sub-sektor air limbah domestik
Bab II - 61
2.4.1.2. Area Berisiko Sub-sektor Air Limbah Domestik
Area berisiko sub-sektor air limbah domestik diperoleh dari hasil instrumen SSK yang menggabungkan
data sekunder dan data primer. Data sekunder terkait air limbah domestik dari BABS, total akses sistem layak
(SPALD-S & SPALD-T), sedangkan data primer yaitu Indeks Risiko Sanitasi (IRS) EHRA serta skor yang
diberikan oleh Pokja/ OPD. Instrumen ini menghasilkan peta area berisiko sanitasi dengan empat klasifikasi
yaitu sangat tinggi sebanyak 3 Desa, Risiko tinggi sebanyak 6 Desa, Risiko sedang sebanyak 6 Desa, dan
wilayah kurang berisiko sebanyak 28 Desa. Adapun desa yang telah dibangunkan MCK/ MCK Kombinasi
belum bisa menjadikan kawasan/ desa tersebut terbebas dari tingkat risiko, untuk lebih jelasnya tingkat risiko
pada masing-masing desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.21.
Area Berisko Sub-sektor Air Limbah Domestik
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko *)
Kecamatan Desa
1 Risiko 4 Pagai Selatan Desa Bulasat (I+K)
Pagai Utara Saumanganya (I+K)
Siberut Barat Simatalu
2 Risiko 3 Pagai Selatan Desa Sinaka
Desa Makalo
Sikakap Desa Taikako (I+K)
Desa Sikakap (K)
Pagai Utara Desa Silabu
Sipora Selatan Desa Sioban (I+K)
Sipora Utara Desa Sido Makmur (I+K)
Desa Tua Pejat (K)
Siberut Selatan Desa Muara Siberut (I+K)
Siberut Barat Daya Desa Pasakiat Taileleu (I+K)
Siberut Tengah Desa Saliguma
Desa Saibi Samukop (I+K)
Siberut Barat Desa Simalegi (I+K)
3 Risiko 2 Siberut Selatan Desa Muntei
Siberut Barat Daya Desa Sagulubbek
Siberut Utara Desa Muara Sikabaluan (I+K)
Siberut Selatan Desa Muntei
4 Risiko 1 Pagai Selatan Desa Malakopa
Sikakap Desa Matobe
Pagai Utara Desa Batumonga
Sipora Selatan Desa Bosua
Desa Nemnem Leleu
Bab II - 62
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko *)
Kecamatan Desa
Desa Beriulou
Desa Mara
Desa Saureinu
Desa Matobe
Sipora Utara Desa Betumonga
Desa Goisooinan
Desa Bukit Pamewa
Desa Sipora Jaya
Siberut Selatan Desa Madobag
Desa Maileppet
Desa Matotonan
Siberut Barat Daya Desa Katurei
Desa Cimpungan
Siberut Utara Desa Sirilogui
Siberut Utara Desa Mongan Poula
Desa Sotboyak
Desa Bojakan
Desa Malancan
Siberut Barat Desa Sigapokna
Sumber : Instrumen SSK Tahun 2018
Pada prinsipnya kalau dilihat dari masih tingginya masyarakat yang melakukan praktek buang air
besar sembarangan (BABS) dan masih rendahnya akses layak yang dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Mentawai, semua wilayah Desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai rata-rata memiliki risiko
sanitasi terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan permukiman. Dikarenakan keterbatasan dari sisi
penanganan (penanganan jangaka menengah N+5) dan anggaran yang dimiliki Kabupaten, maka perlu
adanya perioritas peanganan pada masing-masing desa yang berisiko tersebut.
Dari tabel area berisiko sub-sektor air limbah domestik diatas dapat dilihat terdapat 3 (tiga) desa
berisiko sangat tinggi dengan skor 3 (tiga) dimana desa tersebut yang membutuhkan penanganan sub-sektor
air limbah domestik prioritas utama. 13 (tiga belas) desa dengan nilai skor 3 (tiga) menjadi prioritas
penanganan kedua, 3 (tiga) Desa dengan nilai skor 2 (dua) dan 24 (dua puluha empat) desa mendapat
penanganan sektor air limbah domestik setelah penanganan desa prioritas utama dan ke-dua.
Bab II - 63
Gambar 2.31.
Peta Area Berisko Sub-sektor Air Limbah Domestik
Bab II - 64
2.4.2. Persampahan
2.4.2.1. Permasalahan Sub-Sektor Persampahan
Tabel 2.21.
Permasalahan Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Permasalahan Sub-sektor Persampahan
A. Aspek Teknis :
Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana dan prasarana (sumber timbulan –
pemilahan, pewadahan dan 3R – pengumpulan – pengangkutan – pemorosesan akhir - lingkungan)
serta ketersediaan dokumen perencanaan teknis
3. Pengumpulan :
Pengumpulan yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten baru dilakukan di sebagian wilayah Ibukota
Kabupaten yaitu Desa Tuapejat (KM 0 sampai dengan KM 9 jalan utama Ibukota Kabupaten).
4. Pengangkutan :
Sampai dengan saat ini pengumpulan sampah yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai
dilakukan dengan menggunakan 6 unit becak motor sampah dan 1 Unit Armroll Truk sampah dan
hanya beroperasi di Ibukota Kabupaten.
Belum semua desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai terintegrasi dengan sarana jalan
yang memadai.
5. Pemoresan Akhir :
Dari 10 kecamatan yang tersebar pada 4 pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai, baru
terdapat satu TPA (TPA sementara) yang berada di desa Sido Makmur SP.2 Kecamatan Sipora
Utara (dioperasikan dengan sistem open dumping dengan daya tampung 6 m3/hari)
Status lahan TPA Sido Makmur masih berstatus pinjaman dari masyarakat (belum memiliki
legalisasi pemakaian lahan)
Bab II - 65
B. Aspek Non Teknis :
Permasalahan terkait pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan, peranserta
masyarakat dan dunia usaha/ swasta, komunikasi
1. Pendanaan :
Kecenderungan dalam pendanaan sektor persampahan lima tahun terakhir masih sangat terbatas,
yaitu sebesar 0,45% dari jumlah keseluruhan belanja daerah maupun belanja langsung
- Diperlukan inovasi dalam mengupayakan melibatkan peranserta kelompok masyarakat maupun
swasta
Belum adanya mekanisme buku dan legal dalam retribusi pelayanan persampahan
2. Kelembagaan :
Belum adanya kerangka kelembagaan yang jelas dan definitif. Pengelolaan saat ini yang
dilaksanakan oleh tiga institusi (Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kawasan Perumahan dan
Kawasan Permukiman, dan Kecamatan Sipora Utara) bersifat darurat dan sementara
Secara keorganisasian kegiatan penyelenggaraan layanan persampahan belum dilakukan
pemisahan fungsi secara nyata antara operator dan regulator.
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Mentawai belum melibatkan masyarakat
secara kelembagaan
5. Komunikasi :
Masih terbatasnya media informasi elektronik maupun cetak dalam upaya penyebarluasan
Bab II - 66
informasi sanitasi khususnya tetang pengelolaan persampahan yang baik
Bab II - 67
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko *)
Kecamatan Desa
Desa Matobe
Sipora Utara Desa Goisooinan
Desa Bukit Pamewa
Desa Sipora Jaya
Siberut Selatan Desa Maileppet
Desa Matotonan
Siberut Barat Daya Desa Katurei
Siberut Tengah Desa Sirilogui
Siberut Utara Desa Mongan Poula
Desa Sotboyak
Desa Bojakan
Desa Malancan
Sumber : Instrumen SSK Tahun 2018
Pada prinsipnya kalau dilihat dari masih tingginya persentase sampah yang terkelola dengan baik dan
aman oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, semua wilayah Desa di Kabupaten Kepulauan
Mentawai rata-rata memiliki risiko sanitasi terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan permukiman.
Dikarenakan keterbatasan dari sisi penanganan (penanganan jangaka menengah N+5) dan anggaran yang
dimiliki Kabupaten, maka perlu adanya perioritas peanganan pada masing-masing desa yang berisiko
tersebut.
Dari tabel area berisiko sub-sektor air limbah domestik diatas dapat dilihat terdapat 1 (satu) desa
berisiko sangat tinggi dengan skor 3 (tiga) dimana desa tersebut yang membutuhkan penanganan sub-sektor
persampahan prioritas utama. 16 (enam belas) desa dengan nilai skor 3 (tiga) menjadi prioritas penanganan
kedua, 10 (sepuluh) Desa dengan nilai skor 2 (dua) dan 16 (enam belas) desa mendapat penanganan sektor
air limbah domestik setelah penanganan desa prioritas utama dan ke-dua.
Bab II - 68
Gambar 2.32.
Peta Area Berisko Sub-sektor Persampahan
Bab II - 69
2.4.3. Drainase Perkotaan
2.4.3.1. Permasalahan Sub-Sektor Drainase Perkotaan
Tabel 2.21.
Permasalahan Drainase Perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Permasalahan Sub-sektor Draniase Perkotaan
A. Aspek Teknis :
Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana prasarana, serta ketersediaan dokumen
perencanaan teknis
2. Prasarana Drainase
Prasarana drainase yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar masih bersifat
bangunan alami.
Umumnya masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan pembuangan limbah
baik limbah industri rumah tangga maupun limbah domestik.
1. Pendanaan
Alokasi dana APBD untuk sektor drainase masih sangat terbatas
2. Kelembagaan
Belum ada lembaga yang secara khusus menangani drainase lingkungan (regulator dan operator)
Masih rendahnya perhatian semua pihak baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat terhadap
drainase lingkungan
Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase (apakah fungsi saluran drainase untuk sistem
pengaliran air hujan atau untuk penampungan limbah rumah tangga
Bab II - 70
2.4.3.2. Area Berisiko Sub-sektor Drainase Perkotaan
Tabel 2.23.
Area Berisko Sub-sektor Drainase
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko *)
Kecamatan Kelurahan/Desa
1 Risiko 4 Pagai Selatan Bulasat (I+K)
2 Risiko 3 Sikakap Desa Sikakap (K)
Pagai Utara Desa Saumanganya (I+K)
Sipora Utara Desa Tua Pejat (K)
Siberut Utara Desa Muara Sikabaluan (I+K)
3 Risiko 2 Sikakap Desa Taikako (I+K)
Sipora Selatan Desa Sioban (I+K)
Siberut Selatan Desa Muara Siberut (I+K)
Desa Muntei
Siberut Barat Daya Desa Pasakiat Taileleu (I+K)
Siberut Tengah Desa Saibi Samukop (I+K)
Desa Cimpungan
Siberut Utara Desa Mongan Poula
Siberut Barat Desa Simatalu
Desa Simalegi (I+K)
Desa Sigapokna
4 Risiko 1 Pagai Selatan Desa Sinaka
Desa Makalo
Desa Malakopa
Sikakap Desa Matobe
Pagai Utara Desa Silabu
Desa Batumonga
Sipora Selatan Desa Bosua
Desa Nemnem Leleu
Desa Beriulou
Desa Mara
Desa Saureinu
Desa Matobe
Sipora Utara Desa Betumonga
Desa Goisooinan
Desa Bukit Pamewa
Bab II - 71
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko *)
Kecamatan Kelurahan/Desa
Dari tabel area berisiko sub-sektor air limbah domestik diatas dapat dilihat terdapat 1 (satu) desa
berisiko sangat tinggi dengan skor 4 (empat) dimana desa tersebut yang membutuhkan penanganan sub-
sektor air limbah domestik prioritas utama. 4 (empat) desa dengan nilai skor 3 (tiga) menjadi prioritas
penanganan kedua, 11 (sebelas) Desa dengan nilai skor 2 (dua) dan 27 (dua puluha tujuh) desa mendapat
penanganan sektor air limbah domestik setelah penanganan desa prioritas utama dan ke-dua.
Bab II - 72
Gambar 2.33.
Peta Area Berisko Sub-sektor Drainase
Bab II - 73
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
Visi sanitasi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan sanitasi yang ingin dicapai
dalam 5 (lima) tahun mendatang. Visi sanitasi dirumuskan untuk menjawab permasalahan pembangunan
sanitasi dan/ atau isu strategis yang akan diselesaikan dalam jangka waktu menengah, serta selaras pula
dengan visi dan arah pembangunan jangka menengah/ panjang daerah. Dengan mempertimbangkan arah
pembangunan jangka menengah/ panjang daerah, kondisi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang
dihadapi serta isu-isu strategis, maka strategi sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam pembangunan
sanitasi jangka menengah Tahun 2018-2022 menetapkan visi dan misi yang ingin dicapai dalam jangka
menengah lima tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Tabel Visi Misi Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten
Mentawai yang 1. Mewujudkan Sumber Daya Terwujudnya Kabupaten Misi Air Limbah Domestik:
Mandiri, Maju dan Manusia yang Sehat, Kepulauan Mentawai yang Meningkatkan kuantitas dan
Sejahtera Cerdas dan Produktif Bersih dan Sehat Melalui kualitas sarana dan prasarana
2. Mewujudkan inftrastruktur Pembangunan dan pengelolaan air limbah rumah
yang merata, berkualitas Peningkatan Layanan Sanitasi tangga yang berwawasan
dan berwawasan yang Ramah Lingkungan pada lingkungan
lingkungan Tahun 2019
3. Mewujudkan kemandirian VIsi Persampahan
ekonomi masyarakat yang Mewujudkan pengelolaan
berdaya saing berbasis sampah Kab. Kep. Mentawai
maritim yang ramah lingkungan dengan
4. Mewujudkan tata kelola dukungan infrastrukutur yang
pemerintah yang terintegritas, berkelanjutan dan
profesional, bersih, berkearifan lokal
akuntabel dan melayani Misi Persampahan
5. Mewujudkan kehidupan 1. Meningkatkan pelayanan
masyarakat yang pengelolaan sampah yang
partisipatif, harmonis dan didukung infrastruktur yang
seimbang berbasis sosial terintegrasi melalui
dan budaya prasarana dan sarana yang
ramah lingkungan dan
berkelanjutan
2. Menyusun kerangka regulasi
pengelolaan persampahan
yang komprehensif, solutif,
Bab III - 1
Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten
dan berkeadilan
3. Mengembangkan
kelembagaan dan
pembiayaan pengelolaan
sampah Kab. Kep Mentawai
yang efektif dan efisien
4. Mengembangkan perilaku
hidup bersih dan sehat di
lingkungan kehidupan
masyarakat
5. Melakukan Pengelolaan
sampah Secara
Komprehensif dan Terpadu
untuk Meminimalisir
Timbulan, Mengurangi
Dampak Negatif dan
Memberikan Manfaat Serta
Nilai Ekonomi Sampah
Bab III - 2
Tahapan jangka menengah dihitung 5 tahun dari tahun penyusunan dokumen (n+5) tahapan
jangka menengah dirumuskan berdasarkan kebijakan sanitasi di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten serta hasil analisis zonasi pada instrument SSK.
3. Tahapan Jangka Panjang
Tahapan jangka panjang dihitung 10 tahun dari tahun penyusunan dan mengacu pada kebijakan
sanitasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten serta visi misi sanitasi kabupaten
Penentuan pengembangan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan berdasarkan hasil
analisis instrument SSK dalam penentuan target tahapan pengembangan sanitasi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai mengacu kepada target yang sudah ditetapkan oleh nasional dan telah didistribusikan terhadap
kabupaten Kepulauan Mentawai melalui target Provinsi Sumatera Barat
Di dalam target RPJMN, Pemerintah Republik Indonesia menargetkan peningkatan akses penduduk
terhadap sanitasi menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar tahun 2019.
Pada sektor air limbah , target 85% akses alayak terbagi menjadi 85% target pengelolaan ai rlimbah
domestik sistim setempat dengan sasaran adalah penduduk kawasan perkotaan serta perdesaan, dan target
15% lainnya merupakan target pengelolaan air limbah domestik sistim terpusat dengan sasaran adalah
penduduk di kawasan wilayah dengan kalsifikasi perkotaan. Sedangkan 15% akses dasar hanya
diperuntukkan bagi penduduk yang berada di kawasan dengan klasifikasi wilayah perdesaan.
Target nasional tersebut diatas selanjutnya diturunkan ke tingkat provinsi berdasarkan kondisi
eksisting dan kapasitas provinsi. Target akses universal dijbarkan kembali menjadi target Provinsi Sumatera
Barat dan selanjutnya dijabarkan ke tingkat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Adapun target yang ditetapkan
dan disepakati oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan turunan target yang
didistribusikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Tabel Turunan Pencapaian Target Akses Universal Air Limbah Domestik
Baseline 2014
Target 2019 (adjusted final)
(Proyeksi dari 2010-2013)
No Provinsi
Akses Akses Tidak Ada Akses Akses
TOTAL
Layak Dasar Akses Layak Dasar
1 Nasional (RPIJMN) 2015-2019 85% 15% 100%
3 Prov. Sumatera Barat (RPIJMD) 46.8% 2.5% 50.8% 57% 43% 100%
Disektor persampahan, mengacu pada Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Persampahan Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, arah dan
kebijakan pengelolaan persampahan terdiri dari atas pengurangan dan penanganan.
Bab III - 3
Target pengurangan samapah raumah tangga dan sampah sejenis sampah raumah tangga melalui
Jakstranas dicanangkan sebesar 30% dan penanganan sebesar 70% dari angka tibulan sampah sebelum
adanya kebijakan strategi nasional pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis samapah rumah
tangga di tahun 2025
Bab III - 4
Berdasarkan cakupan pelayanan SPALD-T terdiri atas :
1. Skala perkotaan ; untuk lingkup perkotaan dan/ atau regional dengan minimalnya pelayanan
20.000 (dua puluh ribu) jiwa layanan.
2. Skala permukiman ; untuk lingkup permukiman denganlayanan 50 (lima puluh) jiwa sampai 20.000
jiwa
3. Skala Kawasan Tertentu ; untuk kawasan komersial dan kawasan rumah susun.
Dari kriteria sistem pengolahan air limbah yang dijelaskan diatas, menggunakan alat analisis
Instrumen SSK dengan imputing data primer (studi EHRA Tahun 2017) dan data sekunder, didapat output
cakupan kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan target cakupan
layanan sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Cakupan Target Cakupan Layanan
No. Sistem layanan (%)
eksisting Jangka Jangka Jangka
(%) pendek menengah panjang
Wilayah Perkotaan
A Tanpa Akses
1 Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 19.46 15.57 0.00 0.00
2 Cubluk/ Tangki septik individual- tidak layak 10.80 8.64 0.00 0.00
B Akses Layak
B.I SPALD Setempat
1 Skala Individual 2.06 5.65 20.00 55.00
2 Skala Komunal 2.03 2.33 3.50 15.00
B.II SPALD Terpusat
1 SPALD-T Permukiman
a. Berbasis Masyarakat 0.00 0.65 3.24 5.00
b. Berbasis Institusi 0.00 0.00 0.00 0.00
2 SPALD-T Perkotaan 0.00 0.00 0.00 0.00
3 SPALD-T Kawasan Tertentu 0.00 0.00 0.00 0.00
Wilayah Perdesaan
A Tanpa Akses
1 Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 41.66 33.33 0.00 0.00
B Akses Dasar
1 Cubluk / Tangki Septik individual tidak layak 15.30 25.10 64.31 15.00
C Akses Layak
C.I SPALD Setempat
1 Skala Individual 4.23 4.29 4.50 5.00
2 Skala Komunal 4.45 4.45 4.45 5.00
C.II SPALD Terpusat
1 SPALD-T Permukiman
a. Berbasis Masyarakat 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Berbasis Institusi 0.00 0.00 0.00 0.00
2 SPALD-T Perkotaan 0.00 0.00 0.00 0.00
Bab III - 5
Cakupan Target Cakupan Layanan
No. Sistem layanan (%)
eksisting Jangka Jangka Jangka
(%) pendek menengah panjang
3 SPALD-T Kawasan Tertentu 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kep Mentawai (Instrumen SSK)
Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Terhadap Zona Perioritas dan Sistem
Pengembangan Air Limbah
Dalam strategi sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik (baik on-site maupun off-site) secara umum.
Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut yaitu : kepadatan penduduk, klasifikasi
wilayah (perkotaan dan persedaan), karakteristik tata guna lahan/ Centre of Bussiness Development (CBD)
komersial atau rumah tangga, serta risiko kesehatan lingkungan (Lampiran 1.2. Instrumen SSK).
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem
pengelolaan air limbah domestik untuk perencanaan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi,
dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam
merencanakan pengembangan jangka menengah atau jangka panjang pengelolaan air limbah domestik.
Zona 1, merupakan area dengan tingkat risiko yang tinggi (skor 3-4) dimana harus ditangani dalam
jangka pendek/ menengah dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat
penduduk pada wilayah terbangunnya, maka pemilihan sistemnya adalah sistem setempat baik dengan
skala individual (SPALD_Setempat) skala rumah tangga
Zona 2, merupakan area dengan tingkat risiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka
pendek/ menengah dengan pemilihan sistem setempat/ akses dasar skala rumah tangga. Tahapan
penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemberdayaan. Zona ini
mencakup beberapa desa, wilayah ini kepadatan penduduknya dihitung berdasarkan luas wilayah
terbangun, sehingga penentuan sistemnya adalah on site, dan melihat dari potensi wilayah atau dihitung
berdasarkan wilayah pengembangan maka penentuan sistemnya berbasis rumah tangga, dalam tabel
diberi warna hijau. Adapun prioritas penentuan zona sistem tersebut dapat dilihat tabel beirkut :
Bab III - 6
Tabel 3.4.
Penentuan Zona dan Sistem Sanitasi Sub-sektor Air Limbah Domestik
Prioritas berdasarkan
Tingkat Area Beresiko; Kode
Tipikal sistem yang Disarankan Desa
merah=tinggi (skor 3-4); Sistem
hijau=rendah (skor 1-2)
4 SPALD_Setempat Bulasat 2
3 SPALD_Setempat Sinaka 2
3 SPALD_Setempat Makalo 2
1 SPALD_Setempat Malakopa 2
3 SPALD_Setempat Taikako 2
3 SPALD_Setempat Sikakap 2
1 Akses_Dasar Matobe 1
4 SPALD_Setempat Saumanganya 2
1 SPALD_Setempat Silabu 2
1 SPALD_Setempat Batumonga 2
1 SPALD_Setempat Bosua 2
1 Akses_Dasar Nemnem Leleu 1
1 Akses_Dasar Beriulou 1
1 Akses_Dasar Mara 1
3 SPALD_Setempat Sioban 2
1 Akses_Dasar Saureinu 1
1 Akses_Dasar Matobe 1
1 SPALD_Setempat Betumonga 2
1 SPALD_Setempat Goisooinan 2
1 SPALD_Setempat Bukit Pamewa 2
1 SPALD_Setempat Sipora Jaya 2
1 SPALD_Setempat Sido Makmur 2
3 SPALD_Setempat Tua Pejat (K) 2
1 SPALD_Setempat Madobag 2
2 SPALD_Setempat Muara Siberut 2
1 SPALD_Setempat Maileppet 2
2 SPALD_Setempat Muntei 2
1 SPALD_Setempat Matotonan 2
2 SPALD_Setempat Pasakiat Taileleu 2
1 SPALD_Setempat Katurei 2
2 SPALD_Setempat Sagulubbek 2
3 SPALD_Setempat Saliguma 2
3 SPALD_Terpusat Saibi Samukop 3
1 SPALD_Setempat Cimpungan 2
1 Akses_Dasar Sirilogui 1
2 SPALD_Setempat Desa Muara Sikabaluan 2
1 Akses_Dasar Mongan Poula 1
1 Akses_Dasar Sotboyak 1
1 Akses_Dasar Bojakan 1
1 Akses_Dasar Malancan 1
4 SPALD_Setempat Simatalu 2
3 SPALD_Setempat Simalegi 2
1 SPALD_Setempat Sigapokna 2
Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kep Mentawai (Instrumen SSK)
Bab III - 7
Gambar 3.1.
Peta Zonasi Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab III - 8
3.2.1.1. Tahapan Pengembangan Persampahan Rumah Tangga Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahapan pengembangan persampahan di Kabupaten Kepulauan diisikan ke dalam Tabel 3.4 Tahapan
Pengembangan Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dibagi menjadi wilayah perkotaan dan
perdesaan. Tabel tersebut menunjukkan persentase eksisting serta target jangka pendek, menengah dan
panjang dari sistim penanganan persampahan eksisting dan yang direncanakan. Berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017, tentang Kebijakan dan Strategi Noasional Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, system pengelolaan persampahan
terbagi atas upaya pengurangan dan penanganan.
Tahapan pengembangan persampahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan cakupan
layanan eksisting adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4.
Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Wilayah Perkotaan
1 Sampah Tidak Tertangani 33.10 28.14 0.00 0.00
2 Sampah Tertangani Skala Rumah Tangga 0.24 0.20 0.00 0.00
3 Sampah Tertangani ke Pemrosesan Akhir 1.02 0.86 0.00 0.00
4 Pengurangan Sampah 0.00 5.30 35.36 30.00
Wilayah Perdesaan
1 Sampah Tidak Tertangani 64.49 54.81 0.00 0.00
2 Sampah Tertangani Skala Rumah Tangga 0.07 9.19 60.87 60.00
3 Sampah Tertangani ke Pemrosesan Akhir 1.09 1.49 3.77 10.00
4 Pengurangan Sampah 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 100.00 100.00 100.00 100
Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kep Mentawai (Instrumen SSK)
Bab III - 9
Penetapan zona prioritas pelayanan persampahan ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
Kepadatan dan penyebaran penduduk
Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
Timbulan dan karakteristik sampah
Budaya sikap dan perilaku masyarakat
Jarak dari sumber sampah ketempat pembuangan akhir sampah
Rencana tata ruang dan pengembangan kota
Sarana pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan
Biaya yang tersedia dan kesediaan membayar retribusi
Peraturan daerah setempat
Pada jangka mendesak, daerah pelayanan yang diprioritaskan adalah Kecamatan Siberut Selatan,
Kecamatan Sipora Utara dan Kecamatan Sikakap yang merupakan wilayah perkotaan dan saat ini
sudah termasuk dalam area pelayanan
Wilayah yang termasuk kedalam area perkotaan di tiap kecamatan berdasarkan RTRW Kabupaten
Kepulauan Mentawai Tahun 2015-2035 dapat dilihat pada bab-2 Tabel 2.3
3. Pembagian Zona Pelayanan
Berdasarkan point diatas, pemilihan pembagian zona pelayanan pada daerah pelayanan ini dibagi
berdasrkan wilayah administrasi dan cakupan layanannya. Sehingga zona pelayanan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dibagi menjadi 4 zona pelayanan. Kondisi administrasi menjadi opsi penentuan
zona pelayanan karena dapat mempermudah dalam penanganan permasalahan persampahan yang
ada pada 4 pulau yang berbeda. Berikut adalah pembagian zona tersebut :
1) Zona 1 : Pulau Sipora
a. Sub Zona 1A : Kecamatan Sipora Utara
: Desa Tuapejat, Desa Sidomakmur, Desa Sipora Jaya, Desa Bukit
Pamewa, Desa Goisooinan, dan Desa Betumonga
b. Sub Zona 1B : Kecamatan Sipora Selatan
: Desa Matobe, Desa saureinu, Desa Sioban, Desa Mara, Desa
Nemnemleleu, Desa Bosua Dan Desa Beriulou
2) Zona 2 : Pulau Siberut
a. Sub Zona 2A : Kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Tengah
: Desa Maileppet, Desa Muntei, Desa Muara Siberut, Desa
Madobag, Desa Matotonan, Desa Saliguma, Desa Saibi
Samukop dan Desa Cimpungan.
b. Zob Zona 2B : Kecamatan Siberut Utara dan Siberut Barat
: Desa Simatalu, Desa Simalegi, Desa Sigapokna, Desa Sirilogui,
Bab III - 10
Desa Bojakan, Desa Sotboyak, Desa Mongan Poula, Desa
Muara Sikabaluan, dan Desa Malancan.
c. Sub Zona 2C : Kecamatan Siberut Barat Daya
: Desa Pasakiat Taileleu, Desa Katurei dan Desa Sagullubeg.
3) Zona 3 : Kecamatan Pagai Utara dan Sikakap
: Desa Saumanganya, Desa Silabu, Desa Betumonga, Desa
Matobe, Desa Sikakap dan Desa Taikako
4) Zona 4 : Kecamatan Sikakap dan Pagai Selatan
: Desa Taikako, Desa Malakopa, Desa Makalo, Desa Bulasat
dan Desa Sinaka
rencana pengembangan pelayanan akan dibagi menjadi beberapa jangka waktu, yaitu jangka pendek,
menengah dan panjang seperti yang diuraikan sebelumnya. Setiap kecamatan dilakukan pembagian
kawasan pelayanan untuk dilayani TPS 3R, karena pembangunannya perlu mempertimbangkan ketersediaan
lahan. Adapun gambaran pembagian zona tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut :
Bab III - 11
Gambar 3.3.
Peta Zonasi Sampah Rumah Tangga Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab III - 12
Gambar 3.4.
Peta Zonasi Persampahan Pulau Sipora
Bab III - 13
Gambar 3.5.
Peta Zonasi Persampahan Pulau Siberut
Bab III - 14
Gambar 3.6.
Peta Zonasi Persampahan Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan
Bab III - 15
3.2.1.3. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Kepuluan Mentawai
Penanganan drainase difokuskan pada wilayah permukiman yang rawan genangan, yaitu wilayah
desa dengan skor risiko sanitasi tinggi (angka 3) dan risiko sangat tinggi (angka 4). Mengacu pada target
akses universal, pada tahun 2019 (tahapan jangka pendek) ditargetkan terwujudnya penentasan genangan
(lebih dari 30 cm selama 2 jam). Dengan demikian, penanganan drainase perkotaan dilaksanakan hanya
dalam 1 (satu) pentahapan yaitu tahap pengembangan jangka pendek (n+2). Sasaran pengurangan
genangan di wilayah permukiman perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.4.
Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Target
Luas Pengurangan Genangan (%)
Genangan
No Lokasi Genangan
(Ha) Jangka Jangka Jangka
Pendek Menengah Panjang
Bab III - 16
Gambar 3.7.
Peta Zonasi Drainase Perkotaan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Bab III - 17
3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi
Penyajian tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk 5 tahun
ke depan, mengacu pada kebijakan yang telah ada sebelumnya (Nasional, Provinsi dan Daerah), serta hasil
dari analisis tahapan pengembangan sanitasi. Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi Kabupaten
Kepulauan Mentawai dirumuskan untuk masing-masing sub sektor yaitu:
Tabel 3.5.
Tujuan dan Sasaran Pengembangan/ Pembangunan Air Limbah Domestik
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tujuan Sasaran Data dasar
Tercapainya target Universal Access Menurunkan angka BABS dari Akses anggota kepala keluarga
di sektor air limbah domestik, sesuai 71,92% (masyarakat yang tidak terhadap sarana buang air besar dan
dengan distribusi target yang sudah memiliki akses jamban ditambah prasarana kepemilikan SPALD di
ditetapkan oleh Provinsi Sumatera cubluk/ tangki septik individual tidak Kabupaten Kepulauan Mentawai per
Barat. layak di wilayah dengan klasifikasi kepala keluarga, berdasarkan data
. perkotaan) menjadi 0% di akhir EHRA yang dianalisis menggunakan
Tahun 2019. Instrumen SSK adalah :
Meningkatkan sampai dengan 67% Klasifikasi Wilayah Perkotaan
dari 15,30% Akses dasar yang 30,3% atau setara dengan 6.581
terdapat di Kabupaten Kepulauan KK masih melakukan praktek
mentawai di akhir Tahun 2019. BABS (Tidak memiliki akses
meningkatkan sampai dengan 33% jamban ditambah cubluk/tangki
dari 12,78% akses layak yang septik tidak layak dan jamban
terdapat di Kabupaten Kepulauan yang tidak memiliki SPALD)
Mentawai di Tahun 2019. Akses jamban dan kepemilikan
SPALD layak pada kalsifikasi
wilayah perkotaan adalah
sebesar 4,1%, atau setara
dengan 891 KK
Klasifikasi Wilayah Perdesaan
41,7% atau setara dengan 9.056
KK masih melakukan praktek
BABS (Tidak memiliki akses
jamban ditambah jamban yang
tidak memiliki SPALD).
Sedangkan untuk jamban dengan
SPALD tidak Layak (tangki septik
dengan bidang resapan dan
Cubluk) dikategorikan sebagai
Akses Dasar yaitu sebesar
15,3% atau setara dengan 3.327
KK (Cubluk/ tangki septik
individual tidak layak)
Akses jamban dan kepemilikan
SPALD layak pada kalsifikasi
Bab III - 18
Tujuan Sasaran Data dasar
wilayah pedesaan adalah sebesar
8,7%, atau setara dengan 1.888
KK
3.2.2.2. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan
Tabel 3.6.
Tujuan dan Sasaran Pengembangan/ Pembangunan Persampahan
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tujuan Sasaran Data dasar
Tercapainya target Universal Access Mengurangi timbulan sampah dari Klasifikasi Wilayah Perkotaan
di sektor persampahan. sumbernya sebesar 30% dan - 0,24% atau setara dengan 0,5
Berdasarkan Peraturan Presiden Meningkatkan sistem pelayanan m3/hari timbulan sampah
Republik Indonesia Nomor 97 Tahun sampah sampai ke TPA (sistem tertangani skala rumah tangga
2017, tentang Kebijakan dan Strategi sanitary landfill) untuk wilayah dengan - 1,02% atau setara dengan 1,95
Noasional Pengelolaan Sampah klasifikasi perkotaan sebesar 70% m3/hari timbulan sampah rumah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis pada akhir tahun 2019. tangga yang ada terproses/
Sampah Rumah Tangga, system terangkut ke tempat pemrosesan
pengelolaan persampahan terbagi akhir (TPA sementara SP.2)
atas upaya pengurangan dan - 33,10% atau setara dengan
penanganan 63,63 m3/hari timbulan sampah
tidak tertangani (dibuang
disembarang tempat ataupun
dengan cara dibakar)
Klasifikasi Wilayah Perdesaan
- 0,07% atau setara dengan 0,13
m3/hari timbulan sampah
tertangani skala rumah tangga
- Terjadinya pengurangan sampah
dari sumber sebesar 0,03% atau
setara dengan 0,1 m3/hari
- 1,09% atau setara dengan 2,09
m3/hari sampah tertangani ke
pemrosesan akhir
- 64,49% atau setara dengan
123,96 m3/hari timbulan sampah
tidak tertangani (dibuang
disembarang tempat ataupun
dengan cara dibakar
Bab III - 19
3.2.2.3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase
Tabel 3.7.
Tujuan dan Sasaran Pembangunan Draianse Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tujuan Sasaran Data dasar
Tercapainya target Universal Access Mengurangi sampai dengan 0% ….% wilayah permukiman yang ada
dalam penanganan genangan di wilayah permukiman yang terdampak di Kabupaten Kepulauan Mentawai
permukiman. genangan, sebagai upaya untuk terdapat genangan yang memberi
mengurangi dampak negatif yang dampak negatif terhadap
diakibatkan pada akhir tahun 2022 masyarakat.
Pemerataan pembangunan sarana Belum adanya pemetaan sistem
drainase untuk wilayah permukiman drainase yang terintegrasi dalam
yang ada di Kabupaten Kepulauan upaya penanganan genangan pada
Mentawai wilayah pemukiman yang ada di
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Meningkatkan kesadaran masyarakat Belum maksimalnya pengetahuan
dalam pengelolaan sistem drainase masyarakat akan sistem drainase
yang terintegrasi ke badan air yang terintegrasi ke badan air
penerima penerima
Untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah dalam rencana peningkatan akses setiap
tahun, selama 5 tahun kedepan, khususnya untuk mencapai target akses universal. Target pemerintah
Kabupaten Kepulauan Mentawai dijelaskan pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8.
Skenario Pencapaian Sasaran Pemangunan Sanitasi Sampai Dengan Tahun 2023
Tahun (%)
Komponen
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Air Limbah Domestik
Persampahan
Drainase Perkotaan
Bab III - 20
Gambar 3.3.
Grafik Pencapaian Sasaran Air Limbah Domestik (n+1 – n+5)
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2019 2020 2021 2022 2023
BABS 71.92% 64.73% 43.15% 14.38% 7.19% 0.00%
Akses Dasar 15.30% 20.47% 35.98% 56.66% 61.83% 67.00%
Akses Layak 12.78% 14.80% 20.87% 28.96% 30.98% 33.00%
Gambar 3.4.
Grafik Pencapaian Sasaran Persampahan (n+1 – n+5)
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2019 2020 2021 2022 2023
Sampah Tidak Tertangani 97.59% 87.83% 58.55% 19.52% 9.76% 0.00%
Sampah Tertangani Skala Rumah
0.79% 2.23% 4.16% 4.64% 5.13%
Tangga 0.31%
Sampah Tertangani ke Pemrosesan
7.21% 22.53% 42.96% 48.06% 53.17%
Akhir 2.10%
Pengurangan Sampah 0.00% 4.17% 16.68% 33.36% 37.53% 41.70%
Gambar 3.5.
Grafik Pencapaian Sasaran Drainase
9.00
8.00 7.76
7.00
6.00
5.00 4.85
4.00
3.00 2.91
2.00
1.00 0.97
0.00 0.00
2019 2020 2021 2022 2023
Bab III - 21
3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah
Pembiayaan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai yanb berasal dari APBD Kabupaten, APBD
Provinsi, APBN maupun anggaran lain untuk pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi. Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Mentawai telah mendukung pembangunan sanitasi dengan telah menyediakan alokasi
anggaran untuk sanitasi. Tidak konsistennya pembiayaan bidang sanitasi dapat diakibatkan oleh belum
maksimalnya realisasi dan program yang telah disusun dalam strategi sanitasi kabupaten meskipun
permasalahan sanitasi dan program yang telah ada dalam dokumen tersebut. Berikut adalah alokasi
anggaran untuk sektor air limbah, persampahan, drainase pada tahun 2013-2017. Anggaran tersebut sudah
termasuk dana DAK yang diterima Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dana DAK selama beberapa tahun
diberikan di sektor sanitasi serta perumahan dan permukiman. Rata-rata setiap tahunnya Kabupaten
Kepulauan Mentawai selalu mendapatkan alokasi DAK.
Total belanja sanitasi yang terdiri dari air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase
perkotaan serta perilalku hidub bersih dan sehat dalam kurun waktu 2013-2014 sebesar Rp. 4.269.063,40
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,41%, adapun tingkat perkembangan dari alokasi belanja untuk
sanitasi dari tahun 2013 dampai dengan Tahun 2018 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.5.
Grafik Alokasi Pendanaan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
7E+09
6,321,063,421
5,913,234,828
6E+09
5E+09
3,967,670,845
4E+09
3E+09
3,221,703,745
2E+09
1,921,642,458
1E+09
0
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Jabaran APBD Kab. Kep Mentawai Tahun 2013-2018
Untuk lebih lengkapnya perhitungan kemampuan pendanaan sanitasi untuk lima tahun ke depan.
Bagian ini menjadi dasar dalam penetapan skenario pembangunan sanitasi yang hasilnya akan menjadi
bagian dari bab 4 dan bab 5. Secara spesifik, informasi pertumbuhan pendanaan dalam infestasi sektor
sanitasi dituangkan dalam bentuk tabel sebagai beriku:
Bab III - 22
Tabel 3.9.
Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Untuk Sanitasi
Tahun
No Uraian Rata-rata Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 1,675,170,895 1,039,081,245 1,908,347,750 1,754,815,000 994,239,800 -0.15%
2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) 1,546,532,850 2,928,589,600 4,004,887,078 4,566,248,421 927,402,658 1.01%
Belanja APBD Murni Untuk Sanitasi (1+2+3) 3,221,703,745 3,967,670,845 5,913,234,828 6,321,063,421 1,921,642,458 0.41%
% APBD Murni Terhadap Belanja Langsung 0.9% 0.7% 0.9% 1.0% 0.3% 0.96%
Sumber : Jabaran APBD Kab. Kep Mentawai Tahun 2013-2018
Tabel 3.10.
Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai ke depan
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)
No Uraian Total Pendanaan
2019 2020 2021 2022 2023
1 Perkiraan Belanja Langsung 562,529,902,032 562,563,037,508 562,596,174,936 562,629,314,317 562,662,455,649 2,812,980,884,442
2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 1,921,720,548 1,921,798,640 1,921,876,736 1,921,954,835 1,922,032,937 9,609,383,696
3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 8,437,948,530 8,438,445,563 8,438,942,624 8,439,439,715 8,439,936,835 42,194,713,267
Sumber : Jabaran APBD Kab. Kep Mentawai Tahun 2013-2018
Bab III - 23
Dengan menggunakan data dari APBD Tahun 2013-2017 maka dapat diperkirakan belanja murni sanitasi dari tahun 2019-2023. Untuk perkiraan belanja langsung selama kurun
waktu lima tahun dengan total pendanaan sebesar Rp. 2.812.980.884.442, sedangkan perkiraan APBD murni untuk sanitasi dengan total pendanaan sebesar Rp. 42.194.713.267.
perkiraan komitmen pendanaan sanitasi diperlukan untuk mengikat SKPD terkait agar dapat menjadikan sanitasi sebagai urusan bersama sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan sanitasi dan mencapai target universal akses pada tahun 2019
Tabel 3.11.
Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Untuk Operasional/ Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi
Tahun
No SKPD Rata-rata Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Dinas PUPR 2,548,161,935 3,357,903,560 4,405,375,786 4,926,619,775 0 0.25%
3 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 176,594,275 48,942,520 360,350,705 602,909,725 677,064,850 1.39%
6 Pendanaan Investasi Sanitasi Total (1.a+2.a+3.a+...) 3,221,703,745 3,967,670,845 5,913,234,828 6,321,063,421 1,921,642,458 0.41%
Bab III - 24
Tahun
No SKPD Rata-rata Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017
9 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (9/11) 0.95% 0.75% 1.04% 1.13% 0.38% 1.06%
10 Proporsi Investasi Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (9/10) 0.91 0.91 0.91 0.91 0.91 1.14
11 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (10/9) 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.11
Sumber : Jabaran APBD Kab. Kep Mentawai Tahun 2013-2018
Dengan menggunakan data dari APBD Tahun 2013-2017 diperoleh data perhitungan pendanaan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk operasional pemeliharaan dan
investasi sanitasi. Namun dalam tabel diatas tidak dikelompokkan berdasarkan sektor air limbah, sampah rumah tangga dan drainase perkotaan, karena tidak adanya informasi
pendanaan secara terperinci. Namun dapat ditampilkan besarnya belanja sanitasi pada masing-masing OPD baik berupa invesatasi maupun operasional/ pemeliharaan (OM).
Belanja sanitasi total dari semua OPD terkait sektor sanitasi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,14%. Perbandingan jumlah
pendanaan sanitasi toal dengan pendanaan OM dengan rasio 30 : 70.
Tabel 3.12.
Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Mendanai Program/ Kegiatan SSK
Tahun
No Uraian Total pendanaan
2019 2020 2021 2022 2023
1 Perkiraan Kebutuhan Operasi/Pemeliharaa 99,371,213 99,318,799 99,266,737 99,266,737 99,266,737 496,490,224
2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 1,921,720,548 1,921,798,640 1,921,876,736 1,921,954,835 1,922,032,937 9,609,383,696
3 Perkiraan Komitmen Pendanaan SSK (APBD Murni) 2-1 1,822,349,334 1,822,479,841 1,822,609,999 1,822,688,098 1,822,766,200 9,112,893,472
4 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) 3-1 1,722,978,121 1,723,161,042 1,723,343,262 1,723,421,361 1,723,499,463 8,616,403,248
Sumber : Jabaran APBD Kab. Kep Mentawai Tahun 2013-2018
Bab III - 25
BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
Pemerintah Kabupaten kepulauan Mentawai melakukan upaya untuk mencapai Visi, Misi, tujuan dan sasaran
serta target kinerja dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan sanitasi tahun 2017-2022 disusun berdasarkan visi dan
misi yang telah ditetapkan dan dengan memperhatikan permasalahan serta isu-isu strategis terkait dengan
pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah berdasarkan RPJMD Kabupaten Kepulauan
Mentawai tahun 2017-2022 khususnya terkait dengan sanitasi adalah sebagai berikut:
Bab IV - 1
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
kawasan RTH yang ramah terhadap hijau terpadu
permukiman anak, lansia, dan
2. Penanaman dan pemeliharaan
masyarakat berkebutuhan
pohon pelindung disepanjang
khusus
jalan utama
3. Pembangunan fasilitas umum
dan sosial
Berdaarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah ini perumusan strategi pengembangan
sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT, analisis ini
merupakan instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan
dan kesempatan eksternal serta ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan
cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Pada analisis ini akan dianalisa kondisi internal maupun
eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan
program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Stength) dan kelemahan
(Weakness). Analisis eksternal mencakup faktor peluang (Oppotunity) dan tantangan (threaths).
Pembahasan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai menjadi penting
karena akan menjadi acuan penetapan sasaran, arah, tujuan, pentahapan pencapaian pembangunan dan
pengembangan sanitasi lima tahun kedepan serta aspek pendukung layanan sanitasi lainnya. Strategi setiap
sub-sektor pengembangan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :
Bab IV - 2
berbais kelembagaan/ institusi (formal) untuk berbagai skala pengelolaan. Strategi dalam peningkatan kinerja
institusi, antara lain :
Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah domestik ditingkat
masyarakat
Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah domestik
Meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar lembaga
Mendorong peningkatan kemauan politik, para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang
lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah domestik
Adapun pelaksanaan strategi tersebut diatas dilaksanakan dengan rencana tindak sebagai berikut :
Memberikan pendampingan pembentukan kelompok swadaya masyrakat dalam pengelolaan air limbah
domestik
Memberikan pelatihan penyelenggaraan pembangunan prasarana jamban dan sistem pengolahan air
limbah domestik yang memenuhi standar.
Mendorong terbentuknya unit yang memonev infrastruktur air limbah domestik terbangun, antara lain
berupa unit pelaksana teknis/ Badan Usaha Milik Daerah/ Badalan layanan Umum ataupun dinas.
Melaksanakan bantuan teknis penguatan kelembagaan pengelolaan air limba domestik
Melaksanakan peningkatan kapasitas personil (SDM Pemda) dalam penyelenggaraan pengelolaan air
limbah domestik
Memfasilitasi koordinasi antar lembaga dan antar daerah dalam kerjasama dalam penyelenggaraan
pengelolaan air limbah domestik
Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka
harus didukung oleh peraturan yang bersifat mengikuti dan mempunyai sanksi-sanksi hukum dan
merekomendasikan pada pemerintah daearah agar diatur dalam peraturan daerah. Kebijakan dan strategi
nasional pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik adalah :
Menyusun prangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah
permukiman.
Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah
domestik
Menerapkan peraturan perundangan.
Strategi tersebut dilaksanakan dengan cara tindak sebagai berikut :
Menyiapkan undang-undang dan peraturan pendukungnya dalam pengelolaan air limbah domestik
Mereview dan melengkapi NSPM dalam sistem pengelolaan air limbah domestik
Bab IV - 3
Melaksanakan bantuan teknis penyusunan peraturan daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan air
limbah domestik
Mendorong dan melaksanakan bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk menyusun rencana
inuk prasarana dan sarana air limbah domestik
Mensosialisasikan peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik
Mengembangkan sistem informasi tentang penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik
Memberikan insentif dan disinsentif kepada pemerintah daerah dan dunia usaha/ swasta yang
menyelenggarakan pengelolaan air limah domestik
Mempersyaratkan pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik yang sesuai dengan NSPM di
kawasan baru bagi penyelenggara pembangunan kawasan pemukiman baru.
Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yang berbeda, sehingga akan
sangat terkati dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat mempengaruhi dan
berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan.
Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan oleh pemerintah
sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks penanganan air limbah domestik,
tidak layak untuk di terapkan secara kawasan. Jika seseorang di kenakan pungutan atas jasa melebihi dari
nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat menolak.
Kondisi sosial juga akan membedakan tingkat pencemaran yang dihasilkan. Dibandingkan dengan
negara maju, umumnya tingkat BOD per kapita per hari di Indonesia tidak terlalu tinggi karena masih sekitar
antara 30 gram sampai dengan 40 gram. Jumlah ini akan berpengaruh terhadap beban organik pada suatu
pengolahan limbah.
Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi
kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat
skala komunal (SPALD-S Individual)
Maka untuk terjadinya kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan
mengeluarkan insentif sebagai stimulan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air
limbah domestik ini maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup bersih dan sehat. Secara umum proses perubahan
masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan kesadaran (Awareness)
- Meningkatkan minat (Interest)
- Tumbuhnya kebutuhan (Demand)
Bab IV - 4
Pelaksanaan kampanye publik tersebut, harus direncanakan secara berkesinambungan agar proses
perubahan masyarakat tersebut dapat berlangsung hingga terwujudnya partisipasi masyarakat secara
luas dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan air limbah domestik yang efektif dan efisien.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik.
3. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan air
limbah domestik.
4. Sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak membuang limbah kakus di sembarang tempat (Open
Defecation Free)
Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan pengumpulan, penyaluran,
pengolahan, maupun pembuangan akhir, jasa konsultasi, kontraktor, maupun pengadaan barang khususnya
kendaraan, dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam pelayanan umum. Selain itu, swasta
dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu masalah pembiayaan, operasional dan pemeliharaan
melalui program “community development” yang umumnya menjadi fokus utama untuk perusahaan berskala
besar. Strategi dalam peningkatan peran masyarakat dan duania usaha/ swasta antara lain :
a. Merobah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air
limbah domestk
b. Mendorong partisipasi dunia usaha/ swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan
air limbah domestik
Strategi tersebut dilaksanakan dengan rencana tindak sebagai berikut :
a. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye mengenai pentingnya pengelolaan air limbah domestik
b. Memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana
air limbah domestik
c. Menyelenggarakan kegiatan percontohan pembangunan prasarana dan sarana pengolahan air limbah
domestik
d. Menyelenggarakan sosialisasi kepada dunia usaha dan swasta mengenai potensi investasi di bidang
pengelolaan air limbah permukiman
e. Mengembangkan pola investasi untuk menyelenggarakan pengelolaan sistem air limbah domestik
f. Memberikan kemudahan dan insentif kepada dunia usaha yang berpartisipasi di dalam pengelolaan air
limbah domestik seperti pemberian ijin usaha dan keringanan pajak.
Selain dari pada itu kesetaraan gender telah diatur melalui instruksi Presiden no 9 Tahun 2000, tentang
pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional.
a. Pemerintah daerah harus mempunyai komitmen dalam pembangunan dan operasi pemeliharaan sarana
pengelolaan air limbah domestik
b. Pemerintah daerah harus membuat rencana aksi gender, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Konsultasi Publik
Bab IV - 5
Tujuan konsultasi publik untuk memberikan informasi awal tentang program kepada kelompok
perempuan an laki-laki, diharapkan memperoleh masukan dari mereka masing-masing.
Diharapkan kehadiran kelompok perempuan dapat mencapai 50% atau minimal 40% dari jumlah
peserta yang diundang
2. Sosialisasi dan penyadaran publik
- Manfaat program pengelolaan air limbah domestik
- Kewajiban untuk mengolah air limbah domestik
- Kewajiban untuk memelihara dan mengoperasikan sarana pengolahan air limbah
- Pola hidup bersih dan sehat
- Pembiayaan yang dibutuhkan pelaksanaan supaya sosialisasi dan penyadaran bublic tepat
sasaran maka kehadiran dan masukan dari kaum perempuan sangat diharapkan
Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam melakukan pelayanan sistem
persampahan adalah kondisi topografi yang menyebabkan aksesbilitas pengumpulan dan pengangkutan
menjadi terbatas. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan sistem pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi timbulan sampah serta mengaktifkan tempat pengelohan sampah terpadu. Dengan demikian
tingkat ketergantungan masyarakat kepada pemerintah untuk penanganan sampah menjadi lebih kecil.
Rencana pengembangan sistem persampahan untuk Kabupaten Mentawai adalah sebagai berikut :
Bab IV - 6
1. Sistem persampahan yang terdiri dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), berupa tempat
penampungan sebelum sampah diangkut ke tempat daur ulang atau pengolahan, tempat pengolahan
Sampah Terpadu (TPS 3R) dan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA)
2. Konttainer atau TPS dengan lokasi setiap unit lingkungan permukiman dengan klasifikasi perkotaan
3. Tempat pengolahan sampah 3R berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendaur ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Ditetapkan ada di
setiap pusat lingkungan atau desa
4. Tempat Pemrosesan Akhhir (TPA) berupa tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke
media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, direncanakan TPA ini ada di setiap
kecamatan
5. Metode pengolahan sampah di TPA menggunakan metode Controlled Landfill pada tahap 5 tahun
pertama dan dilanjutkan dengan metode sanitary landfill
Pelayanan persampahan saat ini dilaksanakan 3 lembaga yang berbeda, akibatnya sulit dilakukan
pengawasan yang objektif sehingga kualitas pelayanan menjadi tidak terjamin. Sementara itu kuantitas dan
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang memada. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil
yang telah dilakukan tidak ditindaklanjuti secara memadai. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah
menempati tugas di luar sektor persampahan, sehingga perlu kebijakan tentang peningkatan kapasitas
kelembagaan yang ada.
Beberapa strategi pengembangan kelembagaan adalah :
1. Penetapan institusi yang bertanggunjaawab terhdap pengelolaan persampahan.
2. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola, status lembaga pengelola persampahan
ini adalah ditingkatkan dengan secara bertahap dari sebelumnya berbentuk Kantor kemudian diubah
menjadi Badan dimana didalamnya dapat dibentuk UPT untuk tiap wilayah pelayanan. Lebih lanjut
dalam jangka menengah sesuai kebutuhan bentuk lembaga dapat ditingkatkan kembali menjadi
setingkat Dinas;
3. Memisahkan fungsi regulator dan operator, pemisahan fungsi ini dilakukan dengan cara membentuk
UPT sebagai operator dengan tugas pengelolaan persampahan yang lebih spesifik sementara seksi
kebersihan dapat menjalankan fungsi sebagai regulator/pengawas. Pembentukan UPT ini hanya dapat
dilakukan dengan terlebih dulu meningkatkan lembaga pengelola dari setingkat Kantor menjadi Badan;
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dengan memanfaatkan program pelatihan yang
disediakan oleh Pemerintah Pusat;
5. Rekrutmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian
persampahan/manajemen;
Bab IV - 7
6. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk
meningkatkan dukungan bagi penyelenggaraan layanan pengelolaan sampah. Hal ini dapat ditempuh
dengan terlebih dulu menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam hal urusan pengelolaan
sampah;
7. Pengembangan penerapan mekanisme insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sampah antara
lain khususnya pada penerapan prinsip 3R oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukan apabila sudah ada
landasan hukum berupa perda pengelolaan sampah;
8. Merencanakan kelembagaan yang bertanggung jawab dengan penerapan sistem pengelolaan
sampah 3R. Kelembagaan yang dimaksud adalah memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan
sampah 3R dan memiliki tugas untuk mengelola sampah yang sudah terpilah secara terpadu;
9. Mengupayakan iklim yang kondusif bagi kemitraan Pemerintah – Swasta dan penyelenggaraan
CSR dan kemitraan dengan masyarakat (misalnya berupa pengembangan Bank Sampah);
10. Fasilitasi dan ujicoba kemitraan dengan skala terbatas.
Sektor persampahan masih belum dapat menarik minat pihak swasta seperti beberapa kasus yang
ada di lapangan. Keraguan pihak swasta untuk bermitra dengan pemerintah. Keraguan pihak swasta untuk
bermitra dengan pemerintah kota/kabupaten dalam pengelolaan sampah karena tidak adanya iklim yang
kondusif serta cenderung menimbulkan biaya tinggi serta merugikan investasi swasta yang telah ditanamkan.
Sedangkan untuk sektor masyarakat, sudah sejak lama masyarakat (individu maupun kelompok)
sebenarnya telah mampu melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah baik untuk skala individual
maupun skala lingkungan terutama di lingkungan pemukimannya. Di beberapa kawasan telah dilakukan
pengelolaan sampah terpadu dengan 3R tetapi tidak berjalan dengan dinamis. Sehingga dengan adanya 3R
potensi ini perlu dikembangkan secara sistematis dengan pendekatan berbasis mayarakat (community based)
dan peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan sampah.
Strategi pengembangan peran masyarakat,swasta, perguruan tinggi antara lain:
1. Sosialisasi peningkatan peran serta masyarakat terhadap pengelolaan sampah, terutama 3R di
kawasan permukiman, sehingga masyarakat mengerti cara mengolah sampah dengan benar; adapun
pengembangan dan penerapan pelaksanaan target adalah sebagai berikut :
Bab IV - 8
Target Tahap Pelaksanaan Tahap Pemantapan Tahap Pematangan
level individu
Kondisi yang diperlukan Perangkat aturan mengenai sampah yang ada di “re-fresh”
Kondisi reward dan punishment yang jelas.
Penyediaan prasarana dan sarana persampahan
2. Edukasi. Meningkatkan pemahan tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak
usia sekolah. Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa terbukti
tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari sumber. Untuk itu diperlukan strategi
peningkatan yang lebih sistematik, yaitu melalui mekanisme pendidikan masalah
kebersihan/persampahan sejak dini di sekolah;
3. Melakukan pilot project dan pendampingan pengelolaan persampahan berbasis masyarakat serta
replikasi pengelolaan persampahan berbasis masyarakat yang telah dianggap sukses;
4. Penerapan insentif dan disinsentif untuk program 3R. Pemerintah perlu menyusun berbagai
pedoman dan panduan bagi masyarakat agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan 3R
persampahan sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan
pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa yang secara efektif
akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan
akan mencakup penyusunan pedoman/panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya
melalui media massa;
5. Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Masyarakat terbukti mampu melaksanakan
berbagai program secara efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama
bila keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui pemberdayaan masyarakat setempat, yang
selanjutnya dapat direplikasi di tempat lainnya;
6. Mengembangan kerjasama penyediaan infrastruktur dan pembiayaan pengelolaan sampah dengan
sektor swasta;
7. Melakukan kerjasama pengembangan teknologi tepat guna dengan perguruan tinggi setempat.
Bab IV - 9
4.2.4. Strategi Pengembangan Pengembangan Peraturan
Kondisi kebersihan di berbagai kota di Indonesia masih jauh dibawah rata-rata kebersihan di negara
lain. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pendidikan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan
sehat sejak dini serta tidak dilakukannya penerapan sanksi hukum (pidana) dari Perda yang ada secara
efektif. Bahkan mungkin masyarakat belum sepenuhnya mengetahui adanya ketentuan dalam penanganan
sampah termasuk adanya sanksi hukum yang berlaku. Selain itu, belum optimalnya pelaksanaan peraturan
persampahan menjadi salah satu permasalahan dalam penanganan persampahan. Untuk itu diperlukan
kebijakan terkait peraturan persampahan dengan peningkatan kapasitas peraturan dan perundangan.
1. Mengembangkan kelengkapan produk hukum berupa peraturan daerah mengenai pengelolaan
sampah sebagai landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan yang lebih
komprehensif. Dalam melengkapi produk hukum ini terlebih dahulu dilakukan kajian mengenai
kelembagaan pengelola layanan persampahan yang ada, apakah masih sesuai ataukah perlu dirubah/
dilelengkapi struktur
2. Membuat peraturan terkait penarikan retribusi sampah untuk sumber domestik dan non
domestik. Dalam hal ini perlu ditetapkan besaran tarif yang dikenakan serta lembaga yang berhak
untuk melakukan pemungutan;
3. Peningkatan efektivitas penegakan hukum di bidang kebersihan secara konsisten. Dalam hal ini
diperlukan penyusunan pedoman yang lebih teknis mengenai tatacara penerapan sangsi hukum yang
sudah dicantumkan di dalam perda pengelolaan sampah yang akan dibuat;
4. Sosialisasi produk hukum kepada para stakeholders, terutama masyarakat.
Pada saat ini pengelolaan persampahan masih belum memadai baik dari pihak kepala daerah maupun
instansi yang terkait. Rendahnya biaya prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang
alakadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat serta tidak
adanya dana penarikan retribusi, sehingga biaya pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD. Dengan
adanya masalah tersebut maka adapun strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan peningkatan
keuangan.
Rencana pengembangan difokuskan pada upaya memperoleh kecukupan anggaran dan peningkatan
penerimaan retribusi pelayanan persampahan melalui:
Menyamakan persepsi para pengambil keputusan untuk memperoleh dukungan bagi upaya mencapai
lingkungan yang sehat melalui tersedianya kecukupan anggaran pengelolaan persampahan;
Mengidentifikasi dan mengupayakan keterlibatan lembaga donor, swasta maupun masyarakat yang
lebih luas dalam penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah;
Menyusun strategi penerimaan retribusi pelayanan persampahan yang efektif.
Bab IV - 10
Strategi pengembangan keuangan yang perlu dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan dalam
rangka peningkatan pelayanan pengelolaan sampah adalah :
1. Mengupayakan penyamaan persepsi para pengambil keputusan terkait penyediaan anggaran
untuk peningkatan sarana dan prasarana serta kegiatan operasi dan pemeliharaan dengan
penyiapan APBD yang memadai untuk pengelolaan persampahan. Disamping itu dilakukan pula
langkah pengajuan anggaran investasi pengadaan sarana dan prasarana kepada Pemerintah Pusat
dengan memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan. Secara umum langkah ini ditempuh dalam
mengupayakan peningkatan anggaran pengelolaan sampah dengan menggugah kesadaran para
pemangku kepentingan terkait tentang pentingnya penanganan persampahan bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat;
2. Mengintensifkan langkah penagihan iuran retribusi kebersihan seiring dengan upaya peningkatan
pelayanan pengangkutan sampah melalui saluran yang ada;
3. Mengupayakan sumber pendanaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
peningkatan pelayanan misalnya dengan mengupayakan kerjasama dengan pihak swasta (KPS), dana
hibah dari donor dan CSR (Corporate Social Responsibility);
4. Mengoptimalkan penggunaan anggaran yang tersedia untuk melayani konsumen yang berpotensi
membayar retribusi kebersihan;
5. Mengupayakan pendapatan dari hasil pemrosesan sampah.
Bab IV - 11
5. Mempertahankan dan mengoptimalkan program stimulus penyediaan sarana dan prasarana drinase
yang bersifat memberdayakan masyarakat sekitar
Strategi Tingkat Organisasi
1. Memperkuat kapasitas aparatur, organisasi regulator dan operator layanan sanitasi untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan sanitasi khususnya sub-sektor drainase lingkungan
2. Mempertahankan dan meningkatkan efektivitas peran kelompok kerja (POKJA) Sanitasi dalam
pengawalan proses implementasi
3. Mengoptimalkan pengorganisasian kelompok kerja masyarakat pengelola sanitasi guna meningkatkan
efektivitas kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi di tingkat masyarakat.
Bab IV - 12
BAB V KERANGKA KERJA LOGIS
Kerangka kerja logis atau KKL merupakan alur pikir penentuan kebijakan untuk menangani
permasalahan pembangunan sanitasi permukiman. KKL dapat digunakan sebagai alat untuk menunjukkan
hubungan logis secara berurutan serangkaian langkah dalam menentukan kebijakan pembangunan sanitasi
permukiman di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Selain itu, KKL juga dapat digunakan sebagai alat untuk
memeriksa konsistensi output antara Bab pada dokumen SSK.
Untuk dapat mengsi setiap kolom dalam KKL, perlu memperhatikan proses dan output proses, serta
penuangan output proses dalam setiap bab-nya. Kolom permasalahan mendesak terkait dengan Proses 2
terkait permasalahan sanitasi dan area berisiko serta proses 3 yang outputnya tertuang dalam “lampiran2 :
Hasil Analisis SWOT” terkait hasil analisis SWOT pada elemen Kelemahan dan Ancaman yang mempunyai
Nilai dan Rating Kombinasi 3 dan 4. Kolom isu strategis terkait dengan Proses 3 yang outputnya tertuang
dalam yang mempunyai Nila dan Rating 3 dan 4. Kolom tujuan dan kolom sasaran terkait dalam proses 3
yang outputnya tertuang di Bab 3 terkait subbab 3.2.2 tentang “Tujuan dan Sasaran Pembuangan Sanitasi”.
Kolom strategi terkait dengan Proses 3 yang outputnya tertuang dalam sebagai rumusan strategi pada
“Lampiran 2 : Hasil Analisis SWOT”.
Matrik Kerangka Kerja Logis menjelaskan alur dan keterkaitan atas program dan kegiatan (teknis dan
non-teknis) yang diusulkan dengan strategi, tujuan dan sasaran, serta permasalahan yang dihadapi. Alur pikir
kebijakan pembangunan sanitasi untuk tiga sub-sektornya (Air Limbah Domestik, Persampahan dan Drainase
) di Kabupaten kepulauan Mentawai dijelaskan pada Tabel 5.1, 5.2, dan 5.3.
Bab V - 1
6.1. Matriks KKL Pengelolaan Air Limbah Domestik
Tabel 5.1.
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
A. SISTEM/ TEKNIS
71,92% atau setara dengan 15.639 KK Masih terdapatnya masyarakat Tercapainya target Universal Menurunnya angka BABS Meningkatkan kondisi sanitasi Sanitasi Total Penyiapan masyarakat
melakukan praktek BABS (anggota di Kabupaten Kepulauan Access sanitasi 100% Tahun dari 71,92% menjadi 0% total melalui pemberdayaan/ Berbasis Masyarakat dengan pendekatan
keluarga yang melakukan BAB Mentawai yang melakukan 2019 (Stop BABS) pada akhir Tahun 2019 pemicuan masyrarakat agar (STBM) Sanitasi Total Berbasis
ditempat terbuka ditambah jamban praktek BABS terjadi perubahan perilaku Masyarakat (STBM)
keluarga yang tidak dilengkapi dengan higienis dan sanitasi pada
bangunan penampung limbah kakus) masyarakat secara
berkelanjutan
Kepemilikan akses dasar di Kabupaten Persepsi dari sebagian Tercapainya SPM sesuai Meningkatnya kepemilikan Meningkatkan kuantitas Pembangunan Pembangunan Penyiapan masyarakat
Kepulauan Mentawai sebesar 15,3%. masyarakat bahwa sarana dengan target Universal akses dasar dari 15.3% sarana dan prasarana infrastruktur Sanitasi infrastruktur sistem dengan pendekatan
Jika di bandingkan dengan 67% target pengelolaan limbah kakaus Access Tahun 2019 yang menjadi 67% pada akhir pengelolaan air limbah pengelolaan air Sanitasi Total Berbasis
yang tetapkan oleh Pemerintah belum menjadi kebutuhan didistribusikan oleh Provinsi Tahun 2019 domestik yang bewawasan limbah domestik Masyarakat (STBM)
Provinsi Sumatera Barat, masih yang mendesak. Sumatera Barat yaitu 67% lingkungan (SPALD-Setempat)
terdapat 51.7% masyarakat di Akses Dasar di Kabupaten
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang Kepulauan Mentawai
akan menjadi target peningkatan
akses jamban keluarga
Kepemilikan akses jamban dengan Terjadinya risiko penyebaran Tercapainya SPM sesuai Meningkatnya kepemilikan Meningkatkan kualitas sarana Pembangunan Pembangunan
kategori layak baru mencapai 12,78%, penyakit dan pencemaran dengan target pada Tahun SPALD yang layak dari 12,78 dan prasarana pengelolaan infrastruktur Sanitasi infrastruktur sistem
dan jika di bandingkan dengan 33% lingkungan akibat limbah 2019 sebesar 33% penduduk % menjadi 33% pada akhir air limbah domestik yang pengelolaan air
target yang harus dicapai oleh kakus yang tidak terkelola terlayani dengan sistem air Tahun 2019 bewawasan lingkungan limbah domestik
Pemerintah Kabupaten Kepulauan dengan baik limbah yang layak. (SPALD-Setempat)
Mentawai, masih terdapat 20,2% (Distribusi target UA dari inivual/ Komunal
jamban keluarga yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat)
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang
perlu dilakukan peningkatan.
Belum tersedianya infrastruktur IPLT Limbah kakus yang dihasilkan Menyediakan sistem Tersedianya layanan Membangun IPLT di tahun Pembangunan Pembangunan IPLT
dan moda layanan sedot limbah kakus oleh setiap rumah tangga yang pengelolaan air limbah pengolahan air limbah 2019 / 2020 Infrastruktur pada tahun 2019
di Kabupaten Kepulauan Mentawai ada pengelolaannya baru setempat untuk melayani domestik pada akhir tahun Pengolahan Limbah dan pengadaan
sebatas penampungan daerah Perkotaan 2019 Kakus moda layanan
individual/ komunal Kabupaten Kepulauan penyedotan limbah
Mentawai pada tahun 2019 kakus
B. ASPEK PENDANAAN
Terbatasnya pendanaan APBD untuk Adanya sumber pendanaan Tercapainya penyediaan Meningkatkan alokasi Mengapungkan sanitasi Penyiapan Konsultasi publik dalam
percepatan pembangunan sanitasi di pemerintah dan non pendanaan bidang sanitasi anggaran baik dari sebagai salah satu issu perencanaan penyusunan
Kabupaten Kepulauan Mentawai pemerintah yang bisa khususnya air limbah pemerintah maupun non prioritas dalam pembangunan pengelolaan sanitasi perencanaan yang
dimanfaatkan sebagai sumber domestik yang lebih pemerintah ( pihak peduli/ Kabupaten Kepulauan di setiap OPD sebagai bersifat Buttom Up
pendanaan air limbah proporsional dan swasta dan masyarakat Mentawai jangka mengengah implementasi strategi
domestik di Kabupaten berkelanjutan untuk untuk sektor air limbah sektor air limbah
Kepulauan Mentawai mencapai target Universal domestik) domestik
Bab V - 2
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Access
Peraturan berkaitan pengelolaan air Adanya dokumen Penguatan kebijakan dan Penguatan dan Pembuatan data base
limbah domestik belum tersedia perencanaan jangka implementasi strategi melalui pengembangan pencapaian target air
menengah (RPJMD), dan sistem pendukung penyediaan kebijakan dan sistem limbah domestik serta
dokumen RTRW yang sduah layanan sanitasi yang layanan dan arahan yang sesuai
memuat kebijakan terintegrasi pengolahan air dengan road map
pemerintah Kabupaten limbah domestik yang sanitasi (berkelanjutan)
Kepulauan Mentawai dalam terintegrasi
pembangunan sanitasi.
(pemerintah Kabupaten telah
berupaya untuk memulai
memisahkan fungsi regulator
dan operator untuk
pengelolaan sanitasi, yang
ditujukan untuk
mengoptimalkan layanan
sanitasi bagi masyarakat
Kabupaten Kepulauan
Mentawai)
Bab V - 3
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Belum optimalnya koordinasi antar Kebijakan penerapan hukum Tercapainya SPM sesuai Mewujudkan kelembagaan Mengintegrasikan antara Penguatan Penyusunan sistem
instansi terkait dalam penetapan dan perangkat peraturan dengan target pada Tahun yang dapat berperan aktif sistem perencanaan, kelembagaan Pokja berbagis komputer yang
kebijakan bidang air limbah domestik perundangan yang diperlukan 2019 sebesar 33% penduduk dalam mencapai target implementasi, monitoring AMPL/Sanitasi dalam terintegrasi untuk
dalam pengelolaan system air Kabupaten Kepulauan kebijakan nasional/ daerah dan evaluasi dalam pengawalan proses penyediaan layanan
limbah rumah tangga belum Mentawai terlayani sistem dalam perencanaan sanitasi pembangunan/ pengelolaan implementasi SSK sanitasi yang Up to Date
kuat dan memadai air limbah domestik yang yang tercantum dalam sanitasi secara terintegrasi
layak dokumen SSK
Pemerintah Kabupaten belum Pembangunan sanitasi sampai Mengembangkan dan Rumah sehat bagi Pembangunan seribu
memiliki desain pola kerjasama yang saat ini belum menjadi hal mengoptimalkan program masyarakat jamban (SPALD-S
spesifik akan dijalankan dengan yang prioritas sehingga bantuan bagi masyarakat berpenghasilan individual)
kabupaten lain dan pihak ke tiga pengelolaan sanitasi baik fisik berpenghasilan rendah untuk rendah
dalam pengelolaan layanan sanitasi di maupun non fisik juga belum memperoleh akses sanitasi
Kabupaten Kepulauan Mentawai optimal
Adanya peraturan IMB belum Mengembangkan kerjasama Peduli Sanitasi Penyusunan kebijakan
diterapkan secara baik oleh permerintah dengan melalui CSR (adanya investasi bagi
masyarakat ataupun pengelola masyarakat dan swasta dalam regulasi yang pembangunan fasilitas
permukiman, khususnya mengenai pembangunan dan mengatur CSR untuk air limbah domestik
pengelolaan air limbah domestik pengelolaan sanitasi sektor air limbah
domestik)
D. ASPEK KOMUNIKASI
Belum optimalnya perluasan jaringan, Kabupaten Kepulauan Mewujudkan pola Meningkatnya pola Pengembangan media Sosialisasi mendia Talkshow media
aliansi dan kemitraan dari berbagai Mentawai oleh berbagai komunikasi yang terintegrasi komunikasi yang efektif dan promosi kesehatan dan untuk PHBS kepada
Membuat penawaran
kelompok sasaran (media massa, program, proyek, donor, dengan pesan sanitasi yang terintegrasi pada sektor teknologi komunikasi, masyarakat
kerjasama
sekolah, universitas, jaringan institusi bahwa pokja efektif dan akurat dalam sanitasi sehingga dapat informasi dan edukasi
keagamaan, posyandu) bagi merupakan payung mendukung percepatan memberikan pemahaman Membangun
percepatan pembangunan sanitasi perencanaan dan koordinasi pembangunan sanitasi kepada masyarakat tentang kesepahaman dan
skala kabupaten pembangunan sanitasi pentingnya pengelolaan air membuat perjanjian
limbah domestik yang baik kerja
Belum terbangunnya sistem informasi Ketrampilan personil yang Penguatan pusat Membuat fasilitas
sanitasi kabupaten untuk pemangku belum optimal dalam menjaga informasi terkait komunikasi berbasis
kepentingan (stakeholders) seperti kualitas pengemasan isu sanitasi media elektronik/ web
pertemuan berkala bagi lembaga- dalam materi-materi dan
Talkshow, acara lomba-
lembaga dan stakeholder penting yang perangkat komunikasi kreatif
lomba, iklan, space
berpotensi sebagai pemicu dan focal
khusus di media dengan
point dalam mendukung percepatan
topik sanitasi
pemngunan sanitasi
Bab V - 4
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Persepsi dari sebagian besar Terwujudnya peran serta Meningkatkan kesadaran Meningkatkan peran serta Upaya Kesehatan Kampanye PHBS pada
masyarakat akan pentingnya masyarakat bahwa sarana aktif masyarakat berbasis masyarakat untuk masyarakat dalam Masyarakat lingkungan masyarakat,
pengelolaan air limbah domestik dan sanitasi air limbah domestik desa dan KSM dalam berperilaku bersih dan penyelenggaraan sekolah dan tempat
Peningkatan kapasitas
berperilaku hidup bersih dan sehat belum menjadi kebutuhan pembangunan dan sehat dalam rangka pengembangan sistem usaha rumah tangga
masyarakat dalam
yang mendesak, sehingga pengelolaan inftrastruktur pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah
perspektif gender dan Pelatihan,
banyak masyarakat di air limbah domestik domestik sehingga memiliki domestik melalui Kelompok
pemahaman pendampingan intensif
Kabupaten Kepulauan akses yang layak dan Swadaya Masyarakat (KSM)
pengelolaan air tentang pengelolaan air
Mentawai mengalirkan limbah memenuhi kaedah
limbah domestik yang limbah domestik
kakus mereka ke tempat- kesehatan dan lingkungan
pro keluarga miskin
tempat terbuka seperti pada akir tahun 2019
saluran drainase/ sungai
ataupun langsung ke laut
Penguatan kelembagaan
posyandu, PKK,
Organisasi wanita dan
lembaga adat dalam
mengelola air limbah
domestik
Bab V - 5
6.2. Matriks KKL Pengelolaan Persampahan
Tabel 5.2.
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
A. SISTEM/ TEKNIS
Sebagian besar timbulan sampah 50,1% pengelolaan sampah Tercapainya target Menurunnya pola Memicu kepedulian dan Sanitasi Total Pembangunan Pemicuan masyarakat
rumah tangga yang ada di Kabupaten yang dilakukan oleh Universal Access sebesar pengelolaan sampah oleh pemahaman masyarakat Berbasis Masyarakat infrastruktur dengan pendekatan
Kepulauan Mentawai di kelola secara masyarakat di Kabupaten 30% sampah yang ada masyarakat dengan cara di akan pentingnya mengelola (STBM) pengolahan Sanitasi Total Berbasis
mandiri oleh masyarakat yaitu Kepulauan Mentawai terproses secara 3R dari bakar dan beralih ke pola sampah yang aman bagi sampah/ TPS3R Masyarakat (STBM)
sebesar 53,69%, dimana 50,1%nya di dilakukan dengan cara sumber pengelolaan sampah dengan kesehatan dan lingkungan berbasis
kelola dengan cara dibakar, sisanya dibakar sistem 3R masyarakat atau
3,6% di kelola dengan cara di buang institusi
ke dalam lubang tanah
Dari studi EHRA Tahun 2018, sampah Rendahnya minat dan Tercapainya target Meningkatnya pola Meningkatkan kesadaran Pelatihan dan Pembangunan Pemicuan dan pelatihan
yang tereduksi secara 3R adalah kepedulian masyarakat dalam Universal Access sebesar pengelolaan sampah oleh masyarakat dalam sistem fasilitasi jaringan infrastruktur kepada masyarakat,
sebesar 0,06% yang dilakukan oleh mengelola/ memproses 30% sampah yang ada masyarakat dengan sistem pengelolaan samapah yang kerjasama pengolahan berkaitan dengan opsi
kolektor informal yang melakukan sampah dengan pola 3R terproses secara 3R dari 3R sebesar 30% pada akhir tepat dan memenuhi pengelolaan sampah sampah/ TPS3R tekonologi pengelolaan
daur ulang sumber tahun 2020 kaedah kesehatan dengan pola TPS3R berbasis sampah dengan pola 3R
masyarakat atau
institusi
Dari 10 Kecamatan yang tersebar Sampah yang diproses sampai Tercapainya target Meningkatkan penyediaan Membangun atau Pembangunan dan Pembangunan TPA
pada 4 pulau besar di Kabupaten ke TPA Sementara SP.2 Universal Access sebesar sarana dan prasarana menyediakan infrastruktur pengadaan untuk Wilayah
Kepulauan Mentawai. Baru di Sidomakmur baru mencakup 70% timbulan sampah yang layanan persampahan di layanan persampahan di infrastruktur layanan layanan
Kecamatan Sipora Utara dan desa Tuapejat dan Desa ada terlayani sampai daerah pelayanan wilayah layanan persampahan Kecamatan Sipora
Kecamatan Sikakap yang Sidomakmur. Total layanan dengan ke pemrosesan persampahan persampahan Utara Kabupaten
masyarakatnya melakukan persampahan yang ada di akhir sampah pada akhir Kepulauan
pengumpulan sampah dan dibuang ke Kabupaten Kepulauan Tahun 2020 Mentawai
TPS. Mentawai baru sebesar 2,10%
atau setara dengan 4,04 m3
sampah.
Pengadaan moda
layanan persampahan
di Kecamatan Sipora
Utara
Terdapat 44,68% tibulan sampah Sampah yang tidak terkelola Terkelolanya semua Meningkatkan kesadaran Meningkatkan kesadaran Sanitasi Total Pembangunan Pemicuan masyarakat
rumah tangga yang ada di Kabupaten dan tidak terlayani timbulan sampah rumah masyarakat akan masyarakat dalam Berbasis Masyarakat infrastruktur dengan pendekatan
Kepulauan Mentawai tidak berdampak kepada kesehatan tangga yang ada oleh pentingnya mengelola mengelola sampah yang (STBM) pengolahan Sanitasi Total Berbasis
mendapatkan pengelolaan baik oleh dan keindahan lingkungan masyarakat ataupun sampah yang baik bagi baik bagi kesehatan dan sampah/ TPS3R Masyarakat (STBM)
masyarakat ataupun pemerintah, atau pemerintah kesehatan dan lingkungan lingkungan berbasis
dibuang pada tempat-tempat masyarakat atau
terbuka, sungai, laut dan dibiarkan institusi
membusuk.
B. ASPEK PENDANAAN
Bab V - 6
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Penadaan untuk sektor sanitasi di Rata-rata alokasi APBD Tercapainya pendanaan Meningkatkan alokasi Mengoptimalkan kebijakan Penguatan dan Konsultasi publik dalam
Kabupaten Kepulauan Mentawai Kabupaten untuk sektor bidang santiasi khususnya anggaran baik dari sanitas dan implementasi pengembangan penyusunan dan
masih sangat terbatas sanitasi sebesar 0,45% dari pada sektor persampahan pemerintah maupun pihak strategi sanitasi kabupaten kebijakan dan sistem pengimplementasian
belanja langsung pemerintah yang proporsional dan peduli/ swasta dan melalui sistem pendukung layanan sanitasi yang program-program
Kabupaten Kepulauan berkelanjutan untuk masyrakat untuk sektor penyediaan layanan sanitasi terintegrasi terkait sektor
Mentawai mencapai target Universal persampahan yang terintegrasi persampahan yang
Penggalian berbagai
Access Tahun 2019 bersifat buttom up
sumber pendanaan
(APBD provinsi, APBD Penyiapan pendanaan
Kabupaten, bantuan untuk program sektor
negara donor dan persampahan pada OPD
CSR, serta partisipasi terkait
masyarakat
Belum tersedianya peraturan yang Dampak negatif dari Kebijakan penerapan Mewujudkan tatanan
komprehensif mengenai pengelolaan pengelolaan sampah yang hukum dan perangkat kebijakan penerapan
dan layanan sampah di Kabupaten tidak dikelola dengan baik peraturan perundangan hukum dan perangkat
Kepulauan Mentawai menjadi hal yang biasa agar dapat menertibkan peraturan perundangan
pelanggaran dalam yang efektif dan terpadu
pengelolaan persampahan dalam pengelolaan dan
yang berdampak negatif pelayanan persampahanan
bagi lingkungan/ yang berkelanjutan dan
Kesehatan berwawasan lingkungan
Antara tegulator dan operator masih Sistem pengelolaan dan Meningkatkan peran dan Mewujudkan kelembagaan Mengoptimalkan kebijakan Penguatan dan Pembuatan database
tumpang tindih antara fungsi pelayanan persampah di fungsi kelembagaan sektor sanitasi yang dapat sektor persampahan dan pengembangan serta arah sesuai
kebijakan dan pelaksanaan dalam Kabupaten Kepulauan persampahan serta berperean aktif dalam implementasi strategi kebijakan serta dengan road map
pengelolaan dan pelayanan Mentawai dilakukan oleh meningkatkan kapasitas mencapai target kebijakan sanitasi melalui sistem sistem layanan penyusunan SOP sistem
persampahan di Kabupaten Kepulauan Dinas Perumahan dan Sumber daya manusia di nasional serta pendukung penyediaan sektor persampahan pengelolaan dan
Mentawai Kawasan Permukiman dan Kabupaten Kepulauan pengimplementasian layanan dan pengelolaan yang terintegrasi pelayanan persampahan
Dinas Lingkungan Hidup Mentawai dalam pelayanan program sektor persampahan yang Kabupaten Kepulauan
Pengluatan
Kabupaten Kepulauan dan pengelolaan persampahan yang terintegrasi Mentawai
kelembagaan Pokja
Mentawai (belum terpisahnya persampahan tercantum dalam strategi
Mengintegrasikan antara AMPL/ sanitasi Penyusunan sistem
antara operator dan regulator sanitasi Kabupaten
sistem perencanaan, dalam mengawal berbasis komputer yang
dalam pengelolaan dan Kepulauan Mentawai
implementasi, monitoring proses implementasi terintegrasi untuk
pelayanan persampahan)
dan evaluasi dalam strategi sanitasi penyediaan layanan dan
pembangunan dan kabupaten yang pengelolaan sektor
pengelolaan sektor terintegrasi persampahan yang up
persampahan to date
Program kerjasama
Mengembangkan kerjasama dengan berbagai Penyusunan kebijakan
perintah daerah dengan pihak peduli, melalui investasi bagi
masyarakat, swasta dan CSR dan adanya pembangunan sarana
pemerintah daerah lainnya regulasi terkait yang dan prasarana
dalam pelayanan dan menatur CSR untuk persampahan
pengelolaan persapahan sektor persampahan
yang terpadu
D. ASPEK KOMUNIKASI
Bab V - 7
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Belum terbangunnya sistem imformasi Mewujudkan pola Meningkatkan pola Meingkatkan sinergi antara Program sosialisasi Membuat website dan
sanitasi khsususnya sektor komunikasi yang komunikasi yang efektif dan pihak-pihak pelaku media untuk PHBS ke penyediaan fasilitas
persampahanan Kabupaten Kepulauan terintegrasi dengan pesan terintegrasi pada sektor pembangunan sanitasi masyarakat komunikasi
Mentawai untuk pemangku sanitasi yang efektif dan sanitasi sehingga dapat (pemerintah dan non
kepentingan (stakeholders) seperti akurat dalam mendukung memberikan pemahaman pemerintah) untuk
pertemuan berkala bagi lembaga- percepatan pembangunan kepada masyarakat tentang mengembangkan kampanye
lembaga dan stakeholder penting sanitasi dan mencapai pentingnya pengelolaan dan promosi pengelolaan
yang berpotensi sebagai pemicu dan target universal access sampah rumah tangga yang persampahan
focal point dalam mendukung baik
percepatan pembangunan sanitasi
Berbagai saluran dan sumber dana Memaksimalkan beragam Penguatan pusat Talkshow, acara
untuk kegiatan komunikasi selama ini media untuk meningkatkan informasi terkait perlombahaan, iklan,
masih berjalan secara sektoral dan pemahaman masyarakat sanitasi space khusus di media
belum terintegrasi dalam pesan mengenai pengelolaan dan dengan topik
sanitasi yang efektif dan akurat pengolahan sampah yang pengelolaan
sesuai dengan program persampahan yang baik
Tingkat pemahaman dan kesadaran Memicu kepedulian dan Sanitasi Total Pembangunan Pemicuan masyarakat
masyarakat akan pentingnya pemahaman masyarakat Berbasis Masyarakat infrastruktur dengan pendekatan
mengelola sampah rumah tangga, akan pentingnya mengelola (STBM) pengolahan Sanitasi Total Berbasis
yang berdampak terhadap rendahnya sampah yang aman bagi sampah/ TPS3R Masyarakat (STBM)
tingkat partisipasi masyarakat di kesehatan dan lingkungan berbasis
Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk masyarakat atau
mengelola sampah rumah yang aman institusi
bagi lingkungan dan kesehatan
Belum adanya partisipasi masyarakat, Meningkatkan kesadaran Pelatihan dan Pembangunan Pemicuan dan pelatihan
swasta dan perguruan tinggi yang masyarakat dalam sistem fasilitasi jaringan infrastruktur kepada masyarakat,
terprogram dengan baik dan pengelolaan samapah yang kerjasama pengolahan berkaitan dengan opsi
sistematis tepat dan memenuhi pengelolaan sampah sampah/ TPS3R tekonologi pengelolaan
kaedah kesehatan dengan pola TPS3R berbasis sampah dengan pola 3R
masyarakat atau
institusi
Bab V - 8
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
Sebagian besar timbulan sampah Rendahnya tingkat kesadaran Tercapainya target Menurunnya pola Meningkatkan peran aktif Kampanye PHBS Kampanye PHBS
rumah tangga yang ada di Kabupaten masyarakat dalam pola pelayanan pada jang pengelolaan sampah oleh seluruh masyarakat dalam
Lomba desa bersih Lomba desa sadar
Kepulauan Mentawai di kelola secara pengurangan sampah yang pendek, menengah dan masyarakat dengan cara di pengelolaan sampah dengan
dan sehat lingkungan
mandiri oleh masyarakat yaitu baik dan benar terutama panjang dengan pelibatan bakar dan beralih ke pola pola 3R
sebesar 53,69%, dimana 50,1%nya di dengan pola 3R masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah dengan
kelola dengan cara dibakar, sisanya pengolahan sampah rumah sistem 3R sampai dengan
3,6% di kelola dengan cara di buang tangga 30%nya di akhir Tahun 2023
ke dalam lubang tanah
Dari studi EHRA Tahun 2018, sampah Rendahnya minat dan Meningkatkan pemahaman Pemberdayaan Sosialisasi pembentukan
yang tereduksi secara 3R adalah kepedulian masyarakat dalam masyarakat tentang pola 3R masyarakat bank sampah di selurh
sebesar 0,06% yang dilakukan oleh mengelola/ memproses desa
kolektor informal yang melakukan sampah dengan pola 3R
daur ulang
Peran swasata/ masyarakat yang Sudah ada beberapa pelaku Mewujudkan komunikasi Meningkatkan pengelolaan Mengembangkan pola peran Program regulasi Pendataan pelaku
peduli dalam pengelolaan sampah yang terlibat dalam upaya yang terintegrasi dengan sampah melalui bank serta dan kerjasama swasta investasi di tingkat swasta potensial dalam
secara mandiri belum di akomodir pengolahan sampah dan pesan sanitasi yang efektif sampah oleh sektor swasta, dan pelaku bisnis dalam Kabupaten pengelolaan
maksimal oleh pemda Kabupaten pengusaha daur ulang dan akurat dalam pihak peduli dan pengelolaan dan pelayanan persampahan
sampah. Hal ini merupakan mendukung percepatan masyarakat di semua desa persampahan
peluang yang bisa pembangunan sanitasi di hingga tahun 2023
dikembangkan lebih lanjut Kabupaten Kepulauan
baik dalam bentuk kemitraan Mentawai
antara pemerintah dan
swasta maupun yang dikelola
oleh swasata
Bab V - 9
6.3. Matriks KKL Pengelolaan Drainase
Tabel 5.3.
INDIKASI KEGIATAN
PERMASALAHAN MENDESAK ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
TEKNIS NON TEKNIS
A. SISTEM/ TEKNIS
- Terdapat 9 (sembilan) kawasan desa - Genangan yang terjadi - Tercapainya SPM - Menghilangkan luasan - Pengembangan - Pemetaan dan - Pemetaan dan
yang terdampak genangan yang memberikan dampak menurunkan luasan daerah genangan yang terjadi di 9 infrastruktur drainase yang pembangunan pembangunan
mempengaruhi aktifitas ekonomi terhadap aktifitas ekonomi genangan sampai dengan kawasan Desa, sebagai terintegrasi ke badan air infrastruktur infrastruktur
masyarakat di Kabupaten Kepulauan dan kesehatan pada 50% penduduk yang upaya dalam mengurangi penerima drainase drainase di 9
Mentawai, dengan total luas masyarakat terdampak terlayani system jaringan dampak negatif terhadap kawasan desa
genangan yang terjadi adalah sebesar drainase yang terintegrasi aktifitas warga dan terdampak
9,38 Ha. pengurangan sumber- genangan
sumber penyebaran
penyakit
- Belum tersedianya regulasi - Dampak negatif dari - Menyediakan peraturan - Tersedianya peraturan - Mendorong tersusunnya - Pengembangan - Penyusunan perda/
pembangunan sistem drainase yang penggunaan saluran drainase perundangan tentang perundangan tentang sistem peraturan perundangan perangkat hukum/ perbub tentang
terintegrasi yang tidak sesuai dengan sistem pembangunan pembangunan drainase tentang sistem perda pengelolaan pengelolaan drainase
fungsinya menjadi hal yang drainase kawan kawasan permukiman pada pembangunan drainase drainase permukiman
lumrah terjadi di kawasan permukiman akhit Tahun 2019 permukiman permukiman
permukiman
- Kurangnya tingkat kesadaran - Sebagian besar saluran - Berfungsinya saluran - Meningkatkan kesadaran - Sosialisasi dan advokasi - Sanitasi Total - - Pemicuan kepada
masyarakat akan fungsi sistem draiase drainase alami yang terdapat drainase dengan baik yang masyarakat akan fungsi kepada masyarakat untuk Berbasis Masyarakat masyarakat untuk dapat
yang baik di permukiman warga sesuai dengan fungsinya saluran drainase di kawasan tidak membuang sampah (STBM) berperilaku Hidup
dimanfaatkan sebagai tempat permukiman pada saluran drainase Bersih dan Sehat
pembuangan limbah rumah
tangga (limbah cair dan
padat)
Bab V - 10
BAB VI PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI
Program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi disajikan dalam bentuk daftar program dan
kegiatan pengelolaan sanitasi yang akan menjadi prioritas pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai periode Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2023. Program dan kegiatan ini disusun sesuai dengan
strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing sektor sanitasi (Air Limbah Domestik,
Persampahan Rumah Tangga dan Drainase Permukiman) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
tujuan pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Kebutuhan pendanaan dihitung, disusun berdasarkan hasil evaluasi dan prediksi dari kebutuhan
pembangunan tahunan (mempergunakan instrumen SSK). Program dan kegiatan yang dihasilkan diurai
dalam porsi pendanaan yang bersumber dari pendanaan pemerintah ataupun sumber pendanaan non
pemerintah yakni : APBD/APBDES Kabupaten Kepulauan Mentawai, APBD Provinsi Sumatera Barat, APBN,
DAK, Swasta/CSR serta dari potensi sumber dari Masyarakat.
Untuk mendapatkan gambaran rinci dan lengkap terkait daftar program, kegiatan, indikasi biaya dan
sumber pendanaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Memahami strategi yang telah disusun sebelumnya (SWOT Analisi)
b) Merumuskan Program Pembangunan Sanitasi
Berdasarkan permasalahan medesak yang dihadapi, ditetapkan urutan prioritas serta hasil dari indek
risiko sanitasi (kajian primer/ EHRA)
Menyusun program pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan rumusan
strategi dengan menggunakan instrumen SSK sebagai dasar menentukan jenis program/ kegiatan
fisik yang disarankan
Selanjutnya, menetapkan urutan prioritas program yang dilakukan berdasarkan indikasi masyrakat
yang terkena dampak dari pelaksanaan program (penerima manfaat/ Beneficiary)
c) Menetapkan program/ kegiatan prioritas
Prioritas program dilakukan karena keterbatasan kemampuan pendanaan dari pemerintah dan
keterbatasan waktu pelaksanaan (5 Tahun) untuk pengembangan sanitasi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai
Mendiskusikan dan menyepakati bobot untuk masing masing kriteria
Memasukkan kegiatan utama yang diambil dari hasil KKL, untuk kegiatan infrastruktur setiap sub-
sektor sanitasi dan kegiatan non fisik dimana akan menunjang infrastruktur yang berkelanjutan dan
terarah
Mendiskusikan dan sepakati nilai skor untuk masing-masing kegiatan terhadap kriteria pembobotan
Menghitung score total untuk masing-masing program
Mengurutkan program/ kegiatan yang mempunyai skor tertinggi sampai yang terendah
Bab VI - 1
Memasukkan dan mengurutkan program sesuai prioritas dan dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan
pendukungnya
Melakukan prioritas untuk setiap komponen (air limbah domestik, persampahan rumah tangga dan
drinase permukiman)
Melakukan pembahasan hasil prioritas program/ kegiatan di tingkat pokja dan pengambil kebijan
d) Merumuskan rangkaian tahapan sub-kegiatan untuk masing-masing program/ kegiatan pengembangan
sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Merumuskan rangkaian sub-kegiatan untuk program yang disusun dengan memperhatikan tahapan
SIDLACOM untuk setiap rangkaian sub-kegiatan (khususnya untuk kegiatan pengembangan
infrastruktur)
Menetapkan prioritas sub-sub kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan tahapan SIDLACOM.
Tahapan awal mendapat prioritas lebih tinggi untuk dilakukan dibandingkan tahapan selanjutnya
Memeriksa ulang status usulan sub-kegiatan yang telah disusun, apakah sudah dilakukan atau
belum di tahun-tahun sebelumnya
Memperbaharui daftar rangkaian kegiatan
Mensinkronisasikan daftar kegiatan yang telah disusun dengan daftar kegiatan tahun (n+1) yang
sudah direncanakan
e) Memeriksa alur logis untuk melihat hubungan antara permasalahan sanitasi dan penanganan yang akan
dilakukan dengan mengacu pada instrum Kerangka Kerja Logis (KKL) Sanitasi
f) Mendiskusikan dan merumuskan jadwal pelaksanaan, indikasi kebutuhan biaya, dan indikasi sumber
pendanaan dan/ atau pembiayaan untuk masing-masing kegiatan/ sub-kegiatan
g) Periksa kebutuhan pendanaan tersebut dengan kemampuan keuangan daerah serta kebijakan yang
diambil dalam pendanaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai
h) Internalisasi hasil penyusunan program, kegiatan dan indikasi pendaan
i) Eksternalisasi hasil penyusunan program dan kegiatan dengan pemangku kepentingan atas inisiatif
kabupaten.
Adapun hasil dari perhitungan yang dilakukan dengan mempergunakan instrumen SSK terdapat
beberapa kegiatan infrastruktur yang harus di bangun untuk pencapaian target akses universal sanitasi, untuk
lebih jelasnya jenis dan jumlah kegiatan sanitasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Bab VI - 2
Tabel 6.1
Kebutuhan Infrastruktur Pembangunan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Indikasi Indikasi
No Sub Kegiatan Satuan Unit Biaya (Rp.
Kegiatan Juta)
A AIR LIMBAH DOMESTIK
Dari tabel 6.1. dapat dilihat untuk percepatan pembangunan sanitasi dalam upaya pencapaian target
universal akses, terdapat beberapa infrastruktur yang harus diupayakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Untuk sub-sektor air limbah domestik upaya yang dilakukan dengan cara
pembangunan cubluk sebanyak 1.558 unit yang bertujuan untuk peningkatan akses bagi masyarakat yang
belum memiliki sarana penampungan limbah kakus. Pembangunan tangki septik individual sebanyak 10.624
unit, Pembangunan Tangki septik komunal sebanyak 313 unit, pembangunan IPALD skala permukiman
berbasis masyarakat sebanyak 15 unit dan pembangunan infrastruktur Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) sebanyak 2 unit serta pengadaan moda penyedotan tinja (truk tinja) sebanyak 2 unit. Untuk sub-sektor
persampahan diperlukan penanganan skala rumah tangga untuk 53.475 KK. Pengadaan motor sampah
sebanyak 47 unit, pemangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah sebanyak 9 unit,
pembangunan Tempat Pengolahan Sampah dengan pola 3R sebanyak 44 unit, dan pembangunan Tempat
Pengolahan Akir (TPA) sampah sebanyak 1 (satu) unit serta pengadaan truk sampah sebanyak 4 (empat)
unit. Sedangkan untuk masyarakat yang masih melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
yaitu sebesar dan prilaku masyarakat yang mengelola sampah yang belum sesuai dengan standar
pengolahan sampah akan di tanggulangi dengan penyiapan masyarakat dengan pendekatan pola Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan harapan dapat merobah perilaku masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta aman bagi lingkungan.
Bab VI - 3
6.1. Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi
Ringkasan pada sub bab ini berisikan singkatan mengenai kebutuhan investasi pengembangan saniasi
(sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase) lima tahun ke depan baik berdasarkan sumber
penganggaran dari pemerintah ataupun non pemerintah. Rekapitulasi indikasi kebutuhan biaya
pengembangan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai lima tahun kedeapan disajikan pada tabel 6.1.
Tabel 6.2.
Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
MONITORING, EVALUASI,
A 85 85 85 85 85 425
KOORDINASI DAN PELAPORAN
Dari tabel indikasi kebutuhan biaya sanitasi diatas dapat dilihat funding gap antara kebutuhan sanitasi
yang direncanakan dengan perkiraan komitmen pendanaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Fungding gap antara jumlah kebutuhan pendanaan sanitasi terhadap perkiraan APBD murni untuk sanitasi
lima tahun kedepan terdapat selisih sebesar Rp. 172.976.000.000,-. Dan Funding Gap antara jumlah
kebutuhan sanitasi dan perkiraan komitmen pendanaan sanitasi oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan
Mentawai adalah sejumlah Rp. 140.391.000.000,-
Bab VI - 4
Tabel 6.3.
Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran
Tahun Anggaran
Total
No Sumber Anggaran
Anggaran
2019 2020 2021 2022 2023
A Pemerintah
1 APBD Kabupaten 3,997 35,027 38,118 53,221 52,222 182,586
2 APBD Provinsi 0 0 0 0 0 0
3 APBN 1,000 92,400 72,600 116,688 125,238 290,875
4 DAK 5,100 13,100 15,250 14,750 14,150 23,050
Jumlah A 10,097 140,527 125,968 184,659 191,610 496,511
B Non-Pemerintah
1 CSR/Swasta 0 680 680 330 240 1,930
2 Masyarakat 1,000 1,810 2,575 2,370 2,635 2,890
Jumlah B 1,000 2,490 3,255 2,700 2,875 4,820
Total A + B 11,097 143,017 129,223 187,359 194,485 501,331
Sumber : Hasil Pembahasan Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kepualauan Mentawai Tahun 2018
Berdasarkan tabel 6.3. diatas, total indikasi kebutuhan biaya pembangunan sanitasi Kabupaten
Kepulauan Mentawai selama 5 (lima) tahun mendatang sebesar Rp. 501.331.000.000,- dengan masing-
masing sumber pendanaan pendanaan yaitu sumber pendanaan pemerintah sebesar Rp. 496.511.000.000,-
dan sumber pendanaan non-pemerintah sebesar Rp. 4.820.000.000,-
Rekapitulasi program kegiatan sanitasi yang di danai dari pendanaan pemerintah (APBD Kabupaten,
APBD Provinsi, DAK dan APBN) lima Tahun kedepan adalah sebagai berikut :
Tabel 6.4.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
Bab VI - 5
Dari tabel 6.4 diatas, perkiraan pendanaan sanitasi dengan sumber pendanaan APBD Kabupaten
Kepulauan Mentawai sebesar Rp. 182.586.000.000,- dengan masing-masing sub-sektor yaitu air limbah
domestik sebesar 105.550.000.000,- sub-sektor persampahan sebesar Rp. 24.408.000.000,- sub-sektor
drainase permukiman sebesar Rp. 47.669.000.000,- dan perkiraan pendanaan untuk sub-sektor PHBS terkait
sanitasi yaitu sebesar 4.284.000.000,-
Tabel 6.5.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi Sumatera Barat
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
A AIR LIMBAH 0 0 0 0 0 0
B PERSAMPAHAN 0 0 0 0 0 0
C DRAINASE PERKOTAAN 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0
Sumber : Hasil Pembahasan Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kepualauan Mentawai Tahun 2018
Terkait rencana pengganggaran untuk sumber pendanaan dari APBD Provinsi Sumatera Barat belum
bisa diindikasikan dikarenakan aturan pendanaan yang berkaitan dengan Undang-undang No.23 Tahun 2014.
Tabel 6.6.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan APBN
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
Dari tabel 6.6 diatas, perkiraan pendanaan sanitasi dengan sumber pendanaan APBN sebesar Rp.
290.875.000.000,- dengan masing-masing sub-sektor yaitu air limbah domestik sebesar 11.050.000.000,-
sub-sektor persampahan sebesar Rp. 34.350.000.000,- sub-sektor drainase permukiman sebesar Rp.
139.475.000.000,-
Bab VI - 6
Tabel 6.7.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan DAK
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
B PERSAMPAHAN 0 0 0 0 0 0
C DRAINASE PERKOTAAN 0 0 0 0 0 0
Dari tabel 6.7 diatas, perkiraan pendanaan sanitasi dengan sumber pendanaan APBD Kabupaten
Kepulauan Mentawai sebesar Rp. 165.226.000.000,- dengan masing-masing sub-sektor yaitu air limbah
domestik sebesar 88.440.000.000,- sub-sektor persampahan sebesar Rp. 24.408.000.000,- sub-sektor
drainase permukiman sebesar Rp. 47.669.000.000,- dan perkiraan pendanaan untuk sub-sektor PHBS terkait
sanitasi yaitu sebesar 4.284.000.000,-
Rekapitulasi rencana program kegiatan sanitasi yang didanai dari non pemerintah (kontribusi swasta
dan BUMN/D, serta kontribusi Masyarakat) untuk lima tahun kedepan. Secara spesifik dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6.8.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/ CSR
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
A AIR LIMBAH 0 0 0 0 0 0
C DRAINASE PERKOTAAN 0 0 0 0 0 0
Bab VI - 7
Dari tabel 6.8 diatas, potensi perkiraan pendanaan sanitasi dengan sumber pendanaan non-pemerintah
(partisipasi swasta/ CSR) sebesar Rp. 1.930.000.000,- untuk sektor penangan persampahan rumah tangga.
Tabel 6.9.
Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
Dari tabel 6.8 diatas, potensi perkiraan pendanaan sanitasi dengan sumber pendanaan non-pemerintah
(partisipasi masyarakat) sebesar Rp. 2.890.000.000,- dimana untuk sektor air limbah domestik sebesar Rp.
140.000.000,- dan sektor persampahan rumah tangga sebesar Rp. 2.750.000.000,-.
Antisipasi Funding Gap adalah penjelasan mengenai kemungkinan terjadinya funding gap bila jumlah
anggaran yang dibutuhkan jauh lebih besar dari pada yang tersedia. Secara spesifik dapat dilihat pada tabel
6.10.
Tabel 6.10.
Rekapitulasi Funding Gap Pendanaan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
INDIKASI BIAYA (Juta Rp.)
A AIR LIMBAH 0 0 0 0 0 0
B PERSAMPAHAN 0 0 0 0 0 0
C DRAINASE PERKOTAAN 0 0 0 0 0 0
D PHBS Terkait Sanitasi 0 0 0 0 0 0
Daftar Tunggu (Funding Gap) 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Pendanaan Sanitasi 3,723 14,319 18,714 42,405 38,501 117,662
Gap (%)
Sumber : Hasil Pembahasan Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kepualauan Mentawai Tahun 2018
Bab VI - 8
BAB VII MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK
Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah kita dalam
mengamati terus-menerus trend dan masalah, dan bila perlu melakukan penyesuaian dalam rencana
implementasi atau proses pengelolaan secara tepat waktu. Evaluasi tidak hanya dapat mengidentifikasi hasil-
hasil program, tetapi juga dapat menyediakan infrormasi mengenai kapan, mengapa, dan bagaimana
implementasi program bergeser dari rencana semula dan kemudian menyajikan rekomendasi untuk
mengatasi maslah itu. Monitoring dan evaluasi dapat dipakai untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah.
Monitoring dan evaluasi juga penting dalam upaya untuk temuan, inovasi, hasil dan praktik baik, untuk
disebarluaskan serta dimanfaatkan pihak dan daerah lain dan juga sebagai dasar untuk mengukur
keberhasilan.
Hasil monitoring adalah simpulan-simpulan tentang ketepatan hasil dan waktu perencanaan sehingga
wujud akhir dari hasil monitoring adalah berupa rekomendasi. Rekomendasi pada umumnya berkaitan
dengan 3 (tiga) hal yaitu pembenahan metode, percepatan proses dan perubahan pelaksanaan.
Rekomendasi pembenahan metode pelaksanaan dilakukan jika dalam proses ternyata pelaksanaannya tidak
sesuai dengan rencana
Hasil evaluasi adalah simpulan-simpulan tentang tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan.
Evaluasi efektivitas dilakukan untuk melihat ketepatan hasil melalui pembandingan hasil dengan terget
rencana. Sedangkan evaluasi efisiensi dilakukan untuk melihat tingkat kehematan pemanfaatan sumber daya
melalui pembandingan realisasi pemanfaatan sumber daya dengan rencana pemanfaatan sumber daya.
Bab VII - 1
program dan aktivitas serta memberi sinyal akan kebijakan penataan ulang personil dan sumber daya yang
dimiliki. Disamping itu, evaluasi dapat dimanfaatkan untuk menilai dan meningkatkan kualitas serta kebijakan
program.
Tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai telah ditetapkan oleh pemerintah
kabupaten dan dinyatakan dalam sebuah dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Dalam dokumen ini
mencantumkan target-target pembangunan sanitasi masing-masing sub-sektor (air limbah domestik, sampah
rumah tangga, dan drainase) serta target aspek perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi, kebijakan dan
daftar panjang program dan kegiatan telah disiapkan dalam dokumen ini guna mendukung tercapainya tujuan
pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dalam pelaksanaannya nanti, diperlukan sebuah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelasanaan SSK, untuk melihat ketepatan penggunaan sumber daya baik keuangan maupun manusia.
Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan SSK juga diperlukan untuk mengetahui hambatan/
permasalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kualitas proses di
kemudian hari. Pemantauan dan evaluasi SSK akan dilakukan untuk menilai capaian-capaian sektor sanitasi.
Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk :
Mengidentifikasi capaian dan kelemahan
Memverifikasi tingkat efektifitas dan effisiensi proses pelaksanaan kegiatan
Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan pencapaian
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai konsep, desain, pelaksanaan, dan manfaat kegiatan dan
program pembangunan sanitasi. Hasil pemantauan dan evaluasi sangat penting sebagai umpan balik bagi
pengambil keputusan berkaitan dengan;
Kemajuan relatif capaian strategi pembangunan sanitasi dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan
pembangunan dalam kerangka kebijakan dan strategi yang disepakati
Bentuk usaha peningkatan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam usaha pencapaian visi pembangunan
sanitasi.
Bab VII - 2
7.2. Capaian Strategis Strategi Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Sub Kegiatan
Indikasi Indikasi
Output Outcome Output Outcome
Investasi Investasi
(Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa) (Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa)
A AIR LIMBAH
Dari tabel diatas dapat dilihat berbagai cara dan upaya dalam pencapaian target akses universsal telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk
sub-sektor air limbah domestik, salah satu upayanya terhitung dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 telah tersedianya MCK dan IPAL Kombinasi sebanyak 55 (lima puluh lima)
unit dengan indikasi nilai investasi sebesar Rp. 19.250.000.000,- (Sembilan Belas Miliyar Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).
B. PERSAMPAHAN
Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Kepulauan Mentawai +
1 1. 625 1 700 1
DED
Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Berbasis
2. 3,000 5 1,000
Institusi
3. Pengadaan Becak Sampah 900 20 3,200
Bab VII - 3
Rencana Berdasarkan SSK Sebelumnya Realisasi Berdasarkan SSK Sebelumnya
No Sub Kegiatan
Indikasi Indikasi
Output Outcome Output Outcome
Investasi Investasi
(Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa) (Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa)
Dari tabel diatas untuk sub-sektor persampahan realisasi yang telah terealisasi dari strategi yang dibuat berupa penyusunan master plan persampahan Kabupaten kepulauan
Mentawai pada Tahun 2016 dengan nilai infestasi sebesar Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah) dengan sumber dana dari APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk moda
layanan persampahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Khususnya di Ibukota Kabupaten yaitu Desa Tua Pejat telah dilayanan oleh 1 (satu) unit truk tinja dari penadaan barang
pada Tahun 2017 bersumber dari dana DAK sanitasi.
C. DRAINASE
5. Pembangunan drainase kawasan Sipora Utara 50 Ha 8,250 50.25 4,557 2,063 12.562 1,139
Bab VII - 4
Rencana Berdasarkan SSK Sebelumnya Realisasi Berdasarkan SSK Sebelumnya
No Sub Kegiatan
Indikasi Indikasi
Output Outcome Output Outcome
Investasi Investasi
(Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa) (Rp. Juta) (Unit/Keg) (jiwa)
Untuk sub-sektor drainase permukiman terlihat dari tabel diatas, disusunnya dokumen master plan persampahan dengan nilai investasi sebesar Rp. 700.000.00,- yang
mempergunakan sumber dana dari APBN dan pembangunan drainase permukiman di Kawasan Sipora Utara dengan nilai infestasi sebesar Rp. 2.063.000.000,- (dua miliyar enam
puluh tiga juta rupiah). Berupa pembangunan saluran primer/ sekunder/ tersier sepanjang 12.562 m’
Detail pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut diatas dapat dilihat pada tabel infrastruktur dan akses sanitasi Kabupaten kepulauan Mentawai point 7.3.
Bab VII - 5
7.3. Infrastruktur dan Akses Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Rencana dari Dokumen SSK Sebelumnya Realisasi dari Dokumen SSK Sebelumnya
(n s/d n+5) (n s/d n+5)
No Infrastruktur
Output (unit) Outcome (jiwa) Output (unit) Outcome (jiwa)
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
1. SPALD S Skala Individual 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 4,606 4,606 4,606 4606 4,606
2. SPALD S Skala Komunal 2 52 53 53 53 80 2,080 2,120 2120 2,120 8 15 14 16 12 800 1,500 1,400 1600 1,200
5. IPLT 1 6,741
Jumlah 1,154 1,204 1,205 1,205 1,206 4,686 6,686 6,726 6726 13,467 8 15 14 16 12 800 1,500 1,400 1600 1,200
B. PERSAMPAHAN
7. Gerobak Sampah - - - - - - - - - -
10. TPS3R - - - - - - - - - -
11. TPST 2 3
Bab VII - 6
7.4. Tabel Pelaporan dan Jadwal Monitoring Implementasi SSK
Dari tabel pelaporan dan jadwal monitoring implementasi SSK diatas dapat dilihat , imput capaian strategis imput capaian strategis yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Mentawai dijadwalkan terimput ke dalam sistem pelaporan pada periode bulan januari sampai dengan bulan Februari. Dilajutkan dengan imput menu Investasi pada bulan
Maret sampai dengan Bulan Mei, mengimput menu akses pada periode bulan Juni sampai dengan Bulan Juli, imput menu infrastruktur pada bulan agustus sampai dengan bulan
September serta imput progres dalam pencapaian implementasi strategi sanitasi kabupaten pada periode bulan Oktober sampai dengan Bulan Deseber setiap tahunnya. Adapun
dalam upaya peningkatan kapasitas sumber daya apratur pada periode bulan maret sampai dengan bulan April akan dilakukan pelatihan sistem SIM Sanitasi (Nawasis.info)
Bab VII - 7
Lampiran 1. Ringkasan Eksekutif Studi Ehra
Di Kabupaten Kepulauan Mentawai responden yang digunakan dalam studi EHRA ini
adalah berjumlah 1.720 (seribu tujuh ratus dua puluh) responden yang telah dilakukan random
sampling dan terdistribusi dalam 341 Dusun dalam nagari yang terdapat di wilayah administrasi
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kondisi sampah rumah tangga yang terangkut ke TPA - baik
secara langsung maupun tidak langsung adalah sebesar 1,6% dari total timbulan sampah yang
ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sebagian besar tibulan sampah rumah tangga yang ada
yaitu sebesar 53,7%% dikelola secara mendiri oleh masyarakat dengan cara dibuang ke dalam
lobang dan ditutup kembali atau tidak serta sebagian besarnya dikelola dengan cara dibakar.
Adapun sampah yang terkelola secara 3R yaitu sebesar 0,1% dan sisanya 44,7% timbulan
sampah rumah tangga tidak memiliki akses atau tidak terkelola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut :
Lampiran I.1. - 1
Bagaimana sampah rumah tangga dikelola?
Tidak dikelola
44.68%
Dikumpulkan oleh
kolektor informal
yang mendaur
ulang
Dikelola mandiri 0.06%
53.69%
Dikumpulkan dan
dibuang ke TPS
1.57%
Pada sub-sektor air limbah domestik, dilihat dari kepemilikan jamban rumah tangga,
sebagian besar rumah tangga yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah memiliki
jamban yaitu sebesar 59,68%, sisanya 40,32% belum memiliki jamban, dimana tergambar dari
gambaran kebiasaan anggota keluarga (orang dewasa) melakukan Buang Air Besar (BAB),
52,5% melakukan BAB pada jamban pribadi (rumah tangga) masing-masing, 7,1%
memanfaatkan fasilitas MCK/WC umum sisanya 86,4% melakukan BAB pada tempat-tempat
terbuka. Jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
AKSES JAMBAN
Tidak Memiliki
Akses Jamban;
40.32%
Kepemilikan
Akses Jamban
59.68%
Lampiran I.1. - 2
Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin
buang air besar?.
H. Lainnya, 6.6
F. Ke selokan/parit/got 0.8
E. Ke kebun/pekarangan 7.6
D. Ke sungai/pantai/laut 22.1
C. Ke WC helikopter 1.2
Kepemilikan kloset yang dilengkapi dengan leher angsa dari sarana jamban yang
dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai 35,2% klosed yang ada sudah
dilengkapi dengan leher angsa sebagai media pemutus hubungan antara bangunan bawah
jamban dengan ruang atas, 1,3% mempergunakan sarana plengsengan, 0,8% dengan cemplung
dan sisanya 22,5% sarana jamban yang ada belum dilengkapi dengan kloset. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut:
Cemplung 0.8
Plengsengan 1.3
Lampiran I.1. - 3
penampungan (lobang tanah) dan sisanya 48,1% belum memiliki SPAL. Jelasnya dapat
digambarkan dalam cahart sebagai berikut:
Kolam/sawah 0.2
Sungai/danau/pantai 1.5
Lampiran I.1. - 4
(MINUM) 2.0
(MASAK) 1.2
(CUCI PIRING&GELAS) 0.8
KEMASAN
(GOSOK GIGI) 0.8
(MINUM) 10.2
(MASAK) 4.2
(CUCI PIRING&GELAS) 0.6
(GOSOK GIGI) 0.1
DARI PDAM
C. AIR LEDENG
(GOSOK GIGI) 9.1
(MINUM) 6.5
(MASAK) 6.4
(CUCI PIRING&GELAS) 6.3
(GOSOK GIGI) 5.1
D. AIR HIDRAN
UMUM - PDAM
(GOSOK GIGI) 6.3
(MINUM) 3.6
(MASAK) 3.7
(CUCI PIRING&GELAS) 3.3
UMUM -
E. AIR KRAN (GOSOK GIGI) 0.8
(MINUM) 15.7
(MASAK) 16.5
(CUCI PIRING&GELAS) 19.6
GALI
URAIAN BOBOT
3. PERSAMPAHAN 100%
5. PHBS 100%
Lampiran I.1. - 6
Tabel Indek Risiko Sanitasi Persub-Sektor Sanitasi
AIR LIMBAH
GENANGAN PERSAMPA SUMBER
Kecamatan/ Desa PHBS DOMESTIC
AIR HAN AIR
K
Lampiran I.1. - 7
AIR LIMBAH
GENANGAN PERSAMPA SUMBER
Kecamatan/ Desa PHBS DOMESTIC
AIR HAN AIR
K
Nilai indek risiko sanitasi inilah yang nantinya akan menjadi inputing data pada isntrumen SSK untuk analisis
lebih lanjut menjadi angka cakupan sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Lampiran I.1. - 8
Lampiran 1.2.1. Ringkasan Eksekutif Kajian Kelembagaan dan Kebijakan
1) Kepala Badan
2) Bagian Kesekreatariatan terdiri dari :
a. Subag Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Program; dan
c. Sub Bagian Keuangan.
3) Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia Masyarakat Sosial Budaya dan Pemerintahan
terdiri dari :
a. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia dan Masyarakat;
b. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Sosial dan Budaya; dan
c. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi.
4) Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Alam terdiri dari :
a. Subag Pengembangan Dunia Usaha, Industri dan Pariwisata
Lampiran I.2.1 - 1
b. Subag Pertanian, Perkebunan, dan Agribisnis Pariwisata
5) Bidang Perencanaan Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
a. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Pekerjaan Umum Penataan Ruang Pertanahan
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman;
b. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Perhubungan Komunikasi dan Informatika; dan
c. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Desa dan Transmigrasi
6) Bidang Bidang Analisis Data Pembangunan, Perencanaan Program, Pengendalian, Evaluasi,
Pelaporan Penelitian
a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;
b. Sub Bidang Analisis Ekonomi Makro Kewilayahan dan Konektivitas; dan
c. Sub Bidang Data Monitoring Evaluasi dan Pelaporan.
Tugas dan fungsi serta struktur organisasi Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel
1.1. dan Gambar 1.1.
Tabel 1.1
Tugas dan Fungsi Organisasi Bappeda Kabupaetn kepulauan Mentawai
Lampiran I.2.1 - 2
No Bidang Tugas Fungsi
Pembangunan pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi manusia dan masyarakat, perencanaan
Manusia dan pelaporan di bidang perencanaan pembangunan sosial dan budaya dan di
Masyarakat pembangunan manusia, masyarakat, bidang perencanaan pembangunan
Sosial Budaya sosial, budaya dan pemerintahan. pemerintahan dan reformasi birokrasi;
dan b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di
Pemerintahan bidang perencanaan pembangunan
manusia dan masyarakat, perencanaan
pembangunan sosial dan budaya dan di
bidang perencanaan pembangunan
pemerintahan dan reformasi birokrasi;
c. penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di
bidang perencanaan pembangunan
manusia dan masyarakat, perencanaan
pembangunan sosial dan budaya dan di
bidang perencanaan pembangunan
pemerintahan dan reformasi birokrasi;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
atasan sesuai tugas dan fungsinya.
Lampiran I.2.1 - 3
No Bidang Tugas Fungsi
perencanaan pembangunan desa dan
transmigrasi;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di
bidang perencanaan pembangunan
pekerjaan umum, penataan ruang,
pertanahan, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman, di bidang
perencanaan pembangunan perhubungan,
komunikasi dan informatika dan di bidang
perencanaan pembangunan desa dan
transmigrasi;
c. penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di
bidang perencanaan pembangunan
pekerjaan umum, penataan ruang,
pertanahan, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman, di bidang
perencanaan pembangunan perhubungan,
komunikasi dan informatika dan di bidang
perencanaan pembangunan desa dan
transmigrasi;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
atasan sesuai tugas dan fungsinya.
Lampiran I.2.1 - 4
B. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kepulauan Mentawai
Dinas Perumwaskim merupakan urusan pemerintahan yang menajdi kewenangan daerah di Bidang
Perumahan, Kawasan permukiman dan Pengadaan tanah.
Dinas Perumawakim memiliki tugas : membantu Bupati melaksanakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah di bidang perumahan, kawasan permukiman, dan pengadaan tanah serta
Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah.
Dengan fungsi :
Bagan struktur organisasi Dinas Permukiman dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kepualauan Mentawai
dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Lampiran I.2.1 - 5
C. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Dinas LH mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah di bidang lingkungan hidup dan kebersihan serta Tugas Pembantuan yang
diberikan kepada Daerah
Dengan fungsi
a. perumusan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;
d. pelaksanaan administrasi di bidang lingkungan hidup dan kebersihan; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya
Untuk mendukung dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, semua tugas tersebut telah terbagi
dalam bidang dan seksi serta unit pelaksana teknis. Susunan oganisasi Satuan Kerja Perangkat
daerah (SKPD) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten kepulauan Mentawai terdiri dari
:
1) Kepala
2) Bagian Kesekreatariatan terdiri dari :
a. Subag Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan dan Program
3) Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidu
a. Seksi Perizinan dan Kajian Dampak Lingkungan
b. Seksi Pengendalian, Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan; dan
c. Seksi Peningkatan Kapasitas Masyarakat Hukum Adat
4) Bidang Kebersihan
a. Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya;
b. Seksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; dan
c. Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup.
Struktur organisasi Dinas Perumwaskim dan Dinas lingkungan Hidup dan Kebersihan dapat dilihat
pada Gambar 1.3.
Lampiran I.2.1 - 6
Gambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai
SEKRETARIS DAERAH
STAF AHLI BUPATI STAF AHLI BIDANG STAF AHLI BUPATI BIDANG STAF AHLI BUPATI BIDANG EKONOMI
STAF AHLI BUPATI BIDANG
BIDANG HUKUM DAN PEMERINTAHAN KEMASYARAKATAN DAN SDM DAN KEUANGAN
PEMBANGUNAN
POLITIK
ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN ASISTEN ADMINISTRASI
KASUBAG. PEMBINAAN KASUBAG. KESEJAHTERAAN KASUBAG. PEMBINAAN KAPASITAS KASUBAG. INFORMASI DAN KASUBAG. SARANA DAN KASUBAG. PERATURAN KASUBAG. ADMINISTRASI DAN
KASUBAG. PROGRAM KASUBAG. AGROBISNIS KASUBAG. KELEMBAGAAN
PERANGKAT DAERAH MASYARAKAT PEMERINTAHAN DESA PEMBERITAAN PRASARANA PEREKONOMIAN PERUNDANG-UNDANGAN RUMAH TANGGA
KASUBAG. ADMINISTRASI
KASUBAG. KASUBAG. LEMBAGA EKONOMI DAN KASUBAG. PENGENDALIAN SUMBER
KASUBAG. KEAGAMAAN PEMERINTAHAN DAN PENGEMBANGAN KASUBAG. MEDIA PENERANGAN KASUBAG. PENGENDALIAN KASUBAG. KETATALAKSANAAN KASUBAG. BANTUAN HUKUM KASUBAG. PROTOKOLER
OTONOMI DAERAH DUNIA USAHA DAYA ALAM
DESA
KASUBAG. PEMBINAAN DAN KASUBAG. PEMBINAAN HUBUNGAN KASUBAG. EVALUASI DAN KASUBAG. PENATAAN LINGKUNGAN
KASUBAG. PERTANAHAN KASUBAG. PRODUKSI DAERAH KASUBAG. KEPEGAWAIAN KASUBAG. DOKUMENTASI HUKUM KASUBAG. KEUANGAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PELAPORAN HIDUP
Lampiran I.2.1 - 7
Bagan Struktur Organisasi OPD Yang Memiliki Keterkaitan Tupoksi Langsung atau Tidak Langsung dengan Pemangunan Sanitasi
Lampiran I.2.1 - 8
Gambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai
Lampiran I.2.1 - 9
Gambar 1.2. Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakya (PUPR) Kabupaten Kepulauan Mentawai
Lampiran I.2.1 - 10
Gambar 1.3. Bagan Struktur Organisasi DInas LH dan Kebersihan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Lampiran I.2.1 - 11
Tabel Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan Sanitasi
Pemangku Kepentingan
Tabel di atas nggambarkan daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan drainase sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan hasil studi/kajian kelembagaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, fungsi-fungsi pembangunan dan pengelolaan air
limbah domestik lebih banyak dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bidang Kebersihan dan Pertamanan dan Badan
Lingkungan Hidup bidang persampahan.
Fungsi-fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan juga masih didominasi oleh Pemerintah kabupaten melalui Dinas PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup. Pihak
swasta juga telah berperan dalam menjalankan fungsi pengadaan sarana pewadahan di sumber sampah, sarana pengumpulan dari sumber TPS serta menyediakan sarana
komposting. Sementara untuk fungsi pengelolaan pihak swasta dan masyarakat telah berperan dalam mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS, mengelola sampah di TPS,
melakukan pemilahan sampah. Masyarakat juga telah melakukan penarikan retribusi sampah.
Seluruh fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan drainase masih dilaksanakan oleh Pemerintah Kota melakui Dinas PU Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Lampiran I.2.1 - 12
Tabel Daftar Peraturan Sanitasi Kabupaten Kepulauan Mentawai
Pembagian kerja - - -
Kerjasama pemerintah
Kota dengan swasta atau - - -
pihak lain
Sumber : Bapppeda Kab. Kepulauan Mentawai Tahun 2018
Lampiran I.2.1 - 13
Lampiran 1.2.4. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media
Khalayak
No Komponen Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Pesan Kunci Pembelajaran
Sasaran
Kader
Lingk
DLH, Tim Meningkatkan pengetahuan Ibu-ibu
Sosialisasi pengelolaan sampah Bersih gaya Arti 3R, Tujuan dan
2. Persampahan Penggerak PKK/ masyarakat dalam pengelolaan PKK
berbasis masyarakat hidupku manfaat 3R, aplikasi 3R
Sanitaraian sampah
Komplek
Perumaha
n
Kepulauan
Meningkatkan pengetahuan
Penyuluhan kebersihan Kader Mentawai menuju
DLH serta kepedulian masyarakat Bina cinta lingkungan
lingkungan lingkungan Kota Hijau dan
dalam pengelolaan sampah
Bersih
Kebersihan sungai/selokan
Sosialisasi kebersihan Bersih menjadi hak Kebersihan sungai
DLH menjadi tanggung jawab Umum
selokan/sungai kita bersama tanggung jawab bersama
bersama
Lampiran I.1.3. - 1
Tabel Media Komunikasi dan Kerjasama Terkait Sanitasi
No Komponen Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas
BAB tidak di
Air Limbah Peranserta masyarakat ikut menjaga
1. Minang TV Umum APBD sungai/pantai/tempat Efektif
Domestik kebersihan lingkungan
terbuka
Poster Masyarakat Umum APBD BAB di tempat yang aman Awas KLB Diare Kurang Efektif
Tabel pertama menunjukkan kegiatan komunikasi terkait komponen sanitasi. Di setiap komponen sudah ada kegiatan komunikasi yang pada ummumnya bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat. Untuk komponenen air limbah domestik, kegiatan komunikasi yang dilakukan baru berupa pemicuan CLTS. Sedangkan untuk dua komponen lainnya sudah cukup beragam. Kedeapan,
diharapkan adanya keberagaman kegiatan komunikasi di setiap komponen.
Tabel kedua menunjukkan media komunikasi dan kerjasama terkait komponen sanitasi. Di setiap komponen sudah ada media komunikasi tersendiri. Semua media komunikasi ini didanai oleh
APBD. Ke depan, diharapkan adanya pendanaan dari swasta (dalam bentuk CSR) dan/atau pendanaan dari masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan swasta dan masyarakat dalam kegiatan
komunikasi terkait sanitasi perlu ditingkatkan. Kerja sama dengan media lokal perlu ditingkatkan.
Kegiatan komunikasi dan kerjasama dengan media perlu dilakukan secara terus menerus sehingga dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku sebagai bagian dari pembangunan sanitasi.
Lampiran I.1.3. - 2
Lampiran 1.2.5. Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Serta Masyarakat
Air Limbah
1. On Stie individual : STBM Dinas Kesehatan - Pribadi Baik
Domestik
Berdasarkan tabel daftar program/ kegiatan dan pengelolaan sanitasi oleh Masyarakat dapat disampaikan bahwa masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai,
masyarakatnya sudah terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik, persampahan, dan drainase. Berdasarkan hasil kajian peran serta masyarakat apabila
masyarakat dilibatkan secara aktif sejak perencanaan sampai pengelolaan dengan menggunakan pendekatan Sanitasi Total Bersis Masyarakat (STBM) maka sarana dan prasarana
sanitasi akan dapat dipelihara dan memberikan manfaat secara berkesinambungan. Sehingga pembangunan sanitasi selanjutnya perlu melakukan sinergi antar dinas terkait untuk
bersama-sama menggunakan pendekatan STBM dalam pembangunan sanitasi.
Lampiran I.1.2.4 - 1
Lampiran 1.2.5. Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Swasta Dalam Penyediaan Layanan Sanitasi
Tahun Mulai
Nama Provider/Mitra Jenis/Kontribusi Terhadap
No Komponen Sanitasi Operasi/berko Volume Potensi Kerjasama
Potensial Sanitasi
ntribusi
Sampai dengan saat ini belum ada pihak swasta yang secara konsisten ikut berperan dalam penyedia layanan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, baik untuk sektor air
limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan. Indentifikasi lebih lanjut mengenai potensi kerjasama sangat diperlukan sehingga pihak swasta dapat lebih berperan dalam
pembangunan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai. (Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi)
Lampiran I.2.5 - 1
Lampiran 1.2.6 : Kajian Sanitasi Sekolah Kabupaten Kepulaun Mentawai
Data sarana dan prasana PHBS di sekolah diperoleh dari hasil kunjungan langsung dari anggota pokja ke beberapa sekolah ( 20 Tingkat SD ) yang ada di Kabupaten Kepulauan
Mentawai, yang hasilmya cukup memprihatinkan. Yang mana perbandingan jumlah toilet dengan guru sebesar 10,14% sedangkan perbandingan toilet dengan siswa sebesar 0,7%.
Berdasarkan data tabel 3.1 terlihat jumlah jamban untuk murid tidak mencukupi sesuai dengan standar. Ketersediaan sarana air bersih di seluruh sekolah yang disurvey berasal dari sumur
gali dengan kondisi selalu tersedia sebanyak 61%, kadang tersedia 30 %. Ketersediaan sarana cuci tangan di sekolah yang di survey hanya ada di 6 sekolah atau 46% saja namun demikian
tidak ada persediaann sabunnya. Kebiasaan membersihkan jamban di seluruh lokasi survey dilakukan oleh pesuruh sekolah.
Kondisi sarana sanitasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk penyuluhan – penyuluhan kesehatan dinkes kabupaten langsung turun ke sekolah-sekolah yang persentasenya
berkisar 53,8%, sementara penyuluhan yang langsung masuk ke pelajaran sekolah masuk ke Penjas persentasenya mencapai 77%, tankiseptick dikosongkan sebagian besar tidak
melaksanakan. untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut
Rekapitulasi Jumlah sarana air bersih dan sanitasi tingkat Sekolah Dasar/MI
Fas
Fas. Cuci Saluran
Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih *) Toilet Guru**) Toilet Siswa***) Pengolahan
No Status Sekolah Dasar Jml tangan Drainase
sampah
SPT/P L dan
L P L P PDAM SGL T L/P L/P T L/P T Y T Y T Y T
L P
3 MI 1 135 65 7 3 - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - -
Lampiran I.1.2.6 - 1
Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI)
1 Toilet Guru - 35 65
2 Toilet Siswa - 52 48
6 Saluran Drainase - 10 90
2 Toilet Siswa - 60 40
6 Saluran Drainase - 30 70
Lampiran I.1.2.6 - 2
Lampiran 1.4 : Lembar Kerja Analisa Area Berisiko Menggunakan Instrumen SSK
25%
Fungsi Urban - Urban/rural
Lampiran I.1.4 - 1
Tabel Hasil Penentuan Area Berisiko Sanitasi
Skor Risiko
Kecamatan EXPOSURE IMPACT Skor Risiko Sanitasi Sanitasi
(Penyesuaian)
Angka Kemiskinan
Kelurahan/Desa
SKOR IMPACT
Persampahan
Persampahan
Persampahan
Air Limbah
Air Limbah
Air Limbah
Drainase
Drainase
Drainase
Populasi
rural)
Pagai Selatan
Bulasat 4.0 3.0 3.0 2.0 1 4.0 2 4.00 4.0 3.0 4.0 4.0 3.0 4.0
Sinaka 3.0 3.0 1.0 2.0 1 4.0 1 3.00 3.0 3.0 1.0 3.0 3.0 1.0
Makalo 4.0 3.0 1.0 2.0 1 4.0 1 3.00 3.0 3.0 1.0 3.0 3.0 1.0
Malakopa 4.0 3.0 1.0 2.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Sikakap
Taikako 3.0 3.0 2.0 2.0 1 4.0 1 3.00 3.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.0
Sikakap 3.0 3.0 2.0 4.0 1 3.0 2 4.00 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0
Matobe 2.0 3.0 1.0 1.0 1 4.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Pagai Utara
Saumanganya 4.0 3.0 2.0 3.0 1 4.0 2 4.00 4.0 3.0 3.0 4.0 3.0 3.0
Silabu 2.0 3.0 1.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 3.0 3.0 1.0
Batumonga 2.0 3.0 1.0 1.0 2 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Lampiran I.1.4 - 2
Sipora Selatan
Bosua 2.0 3.0 1.0 1.0 1 4.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Nemnem Leleu 1.0 3.0 1.0 1.0 1 4.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Beriulou 3.0 3.0 1.0 1.0 1 2.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Mara 1.0 3.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Sioban 3.0 3.0 2.0 2.0 1 3.0 2 3.00 3.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.0
Saureinu 2.0 3.0 1.0 1.0 1 4.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Matobe 2.0 3.0 1.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Sipora Utara
Betumonga 2.0 3.0 1.0 1.0 1 3.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Goisooinan 2.0 3.0 2.0 1.0 1 2.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Bukit Pamewa 4.0 2.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Sipora Jaya 2.0 1.0 1.0 2.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Sido Makmur 1.0 3.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 3.0 3.0 1.0
Tua Pejat (K) 3.0 4.0 2.0 4.0 3 1.0 2 4.00 3.0 4.0 3.0 3.0 4.0 3.0
Siberut Selatan
Madobag 2.0 3.0 1.0 2.0 1 3.0 1 2.00 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
Muara Siberut 3.0 3.0 2.0 2.0 1 1.0 2 2.00 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0
Maileppet 1.0 3.0 1.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Muntei 4.0 3.0 3.0 1.0 1 3.0 1 2.00 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
Matotonan 1.0 3.0 1.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Siberut Tengah
Saliguma 3.0 3.0 1.0 2.0 2 3.0 1 3.00 3.0 3.0 1.0 3.0 3.0 1.0
Saibi Samukop 3.0 3.0 1.0 2.0 4 1.0 2 4.00 3.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.0
Lampiran I.1.4 - 3
Cimpungan 2.0 3.0 2.0 1.0 3 1.0 1 2.00 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
Siberut Utara
Sirilogui 1.0 3.0 1.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Muara Sikabaluan 2.0 3.0 3.0 2.0 3 1.0 2 3.00 2.0 3.0 3.0 2.0 3.0 3.0
Mongan Poula 1.0 3.0 4.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0
Sotboyak 2.0 3.0 2.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Bojakan 4.0 3.0 1.0 1.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Malancan 2.0 3.0 3.0 2.0 1 1.0 1 1.00 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Siberut Barat
Simatalu 4.0 3.0 1.0 2.0 3 4.0 1 4.00 4.0 3.0 2.0 4.0 3.0 2.0
Simalegi (I+K) 3.0 3.0 1.0 2.0 2 4.0 2 4.00 3.0 3.0 2.0 3.0 3.0 2.0
Sigapokna 2.0 3.0 2.0 2.0 3 1.0 1 2.00 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0
Lampiran I.1.4 - 4
Lampiran 2 : Hasil Analisis SWOT
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Komitmen Pemda Kab. Kep Mentawai dalam pencapaian target UA yang teruang
dalam RPIJMD 3 0.5 2 1.0
1.2 Adanya Pokja AMPL/Sanitasi yang secara khusus memiliki tupoksi dalam
penanganan dan pengembangan sektor air bersih dan sanitasi 3 0.5 2 1.0
Jumlah 6 2.0
2 Aspek Keuangan
2.1 Adanya dana bantuan pusat dan dana hibah terkait pengembangan air
3 0.5 2 1.0
limbah domestik untuk daerah
2.2 Tersedianya dana desa yang bisa dipergunakan untuk pembangunan
3 0.5 3 1.5
sarana dan prasarana air limbah
Jumlah 6 2.5
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Sudah terbangunnya MCK umum di beberapa kawasan permukiman
dalam upaya peningkatan akses jamban masyarakat Kabupaten 2 0.2 2 0.3
Kepulauan Mentawai
3.2 Hasil studi EHRA …..% masyarakat Kab. Kep Mentawai sudah terakses ke
4 0.3 3 0.9
sarana jamban
3.3 Hasil studi EHRA …..% jamban yang terdapat Kab. Kep. Mentawai sudah
4 0.3 3 0.9
memiliki SPAL layak
3.4 Dilihat dari tipikal wilayah yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai,
memungkinkan untuk dilakukan pengembangan sistim opsi teknologi 3 0.2 2 0.5
pengolahan air limbah domestik skala koomunal
Jumlah 13 2.6
4 Aspek Komunikasi
4.1 Adanya sanitarian/kader di setiap puskesmas dengan tupoksi yang jelas
3 0.5 3 1.5
terkait penyebarluasan infomasi PHBS
4.2 Terdapat (tidak terdapat) media milik pemda yang mendukung promosi
3 0.5 2 1.0
PHBS terkait air limbah domestik
Jumlah 6 2.5
5 SDM
5.1 Tersedianya pendampingan tenaga ahli program pusat dalam percepatan
3 1.0 3 3.0
pembangunan sanitasi di Kabupaten
Jumlah 3 3.0
JUMLAH NILAI KEKUATAN
12.6
Lampiran I.2. - 1
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Kedudukan fungsi Operator dan Regulator dalam penanganan air limbah
4 0.6 4 2.3
domestik di Kab. Kep Mentawai masih ditangani oleh satu OPD
1.2 Lemahnya koordinasi antar OPD terkait dalam perencanaan dan
3 0.4 3 1.3
pengembangan sektor air limbah domestik di Kab. Kep Mentawai
Jumlah 7 3.6
2 Aspek Keuangan
2.1 Rata-rata serapan anggaran APBD untuk sektor air limbah masih rendah
4 0.6 2 1.1
yaitu sebesar …..% per tahunnya
2.2 Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi terkait
3 0.4 2 0.9
pelayanan air limbah domestik
Jumlah 7 2.0
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Belum tersedianya IPLT dan moda layanan limbah kakus di Kab. Kep
4 0.4 4 1.6
Mentawai
3.2
Tipologi kabupaten yang terdiri dari bayak pulau dan keterbatasan
sarana dan prasarana transportasi, serta minimnya material alam yang
tersedia untuk pembangunan, menjadi penghambat dalam percepatan 3 0.3 2 0.6
pembangunan sarana dan prasarana air limbah yang sesuai dengan
standar yang berlaku
3.3 Hasil Studi EHRA …. % sarana jamban yang dimiliki masyarakat di Kab.
Kep Mentawai belum memiliki SPAL yang aman bagi kesehatan dan 3 0.3 1 0.3
lingkungan
Jumlah 10 2.5
4 Aspek Komunikasi
4.1 Keterbatasan sarana dan prasarana mendia infomasi yang ada menjadi
kendala dalam penyebar luasan infomasi PHBS di Kabupaten Kepualan 4 1.0 3 3.0
Mentawai
Jumlah 4 3
5 SDM
5.1 Secara kulitas dan kuantitas SDM sektor air limbah domestik yang
3 1.0 2 2.0
dimiliki pemda masih terbatas
Jumlah 3 2.0
JUMLAH NILAI KELEMAHAN 13.1
SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN -0.5
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Adanya lembaga swasta yang berpotensi terlibat dalam penyediaan
3 0.5 3 1.5
layanan air limbah domestik
1.2 Terdapatnya kader disetiap desa sebagai perpanjangan tangan dari
Dinas Kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan 3 0.5 2 1.0
lingkungan
1.3 Kebijakan Nasional dalam pencapaian target UA Tahun 2019
Jumlah 6 2.5
2 Aspek Keuangan
Lampiran I.2. - 2
2.1 Adanya kontribusi masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan aset
4 0.4 2 0.7
sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS)
2.2 Jumlah penduduk yang relatif bertampah membuka peluang dalam
3 0.3 2 0.5
penerimaan retribusi
2.3 Terdapatnya lembaga/negara donor terkait dalam percepatan
4 0.4 3 1.1
pembangunan sektor air limbah domestik yang potensial
Jumlah 11 2.4
3 Aspek Komunikasi
3.1 Tersedianya media cetak maupun elektronik dalam penyebarluasan
4 1.0 3 3.0
informasi terkait PHBS
Jumlah 4 3.0
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Tersedianya lahan untuk pembangunan IPLT 4 1.0 4 4.0
4.2 Tersedianya basis data fasilitas sanitasi di Kabupaten Kep. Mentawai
4 1.0 4 4.0
melalui EHRA (dokumen SSK)
Jumlah 4 12.0
5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender
5.1 Adanya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang melakukan
3 1.0 2 2.0
pengelolaan sarana air limbah terbangun
Jumlah 3 2.0
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Mentawai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat yang
secara tidak langsung dituntut untuk dapat mengelola air limbahnya 3 1.0 2 2.0
untuk Kenyamanan turis lokal maupun manca negara yang berkunjung
Jumlah 3 2.0
JUMLAH NILAI PELUANG
23.9
ANCAMAN (THREATS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1
1.2
1.3
Jumlah 0 0.0
2 Aspek Keuangan
2.1 Tingginya biaya yang diperlukan oleh masyarakat untuk membangun
sarana pengolahan air limbah yang sesuai dengan standar 3 1.0 3 3.0
pembangunan air limbah yang layak/ aman bagi lingkungan
Jumlah 3 3.0
3 Aspek Komunikasi
3.1
Dilihat dari tipikal wilayah kabupaten yang terdiri dari banyak pulau, tidak
semua wilayah mendapatkan akses media elektronik maupun cetak
3 1.0 2 2.0
dengan baik untuk menyebar luaskan informasi akan pengelolaan air
limbah domestik yang baik
Jumlah 3 2.0
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Hasil Kajian EHRA ….% masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawati
masih melakukan praktek BABS (belum memiliki sarana jamban dan 4 0.3 4 1.1
penyaluran limbah tinja dari jamban yang langsung ke tempat terbuka)
4.2 Air limbah Gray Water dibuang langsung ke saluran drainase 4 0.3 3 0.8
Lampiran I.2. - 3
4.3 Industri rumah tangga ada yang belum memiliki IPAL 3 0.2 2 0.4
4.4 Keterbatasan material alam dan transportasi dalam mewujudkan opsi
teknologi pembangunan sarana dan prasarana air limbah domestik di 4 0.3 3 0.8
Kabupaten Kepualauan Mentawai
Jumlah 15 3.1
5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender
5.1 Kesadaran dan kepedulian masyarakat yang rendah terhadap dampak
4 1.0 3 3.0
negatif dari air limbah domestik yang tidak dikelola dengan baik
Jumlah 4 3.0
6 Aspek Sosial Budaya
6.1
Dipengaruhi tingkat kemiskinan masyarakat yang ada di Kabupaten
Kepulauan Mentawai, secara tidak langsung mempengaruhi minat
4 1.0 2 2.0
masyarakat untuk membangun sistim jamban yang layak pada tiap
rumah tangga mereka
Jumlah 4 2.0
7 Demografi dan LH
7.1 Jumlah penduduk yang relatif terus meningkat tiap tahunnya, yang
berdampak akan ketersediaan sarana dan prasarana air limbah yang 3 1.0 2 2.0
aman bagi lingkungan
Jumlah 3 2.0
JUMLAH NILAI ANCAMAN 15.1
SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 8.8
Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kepulauan Mentawai Tahun 2018
W-O O S-O
Pemeliharaan Agresif Pertumbuhan Stabil
(-0,5-8,8)
Internal Lemah (-)
W S
W-T T S-T
Lampiran I.2. - 4
Tabel Hasil Analisis SWOT Sub-Sektor Persampahan
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 RPIJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai fokus ke pencapaian target UA
2019 sektor persampahan 3 0.3 3 0.8
1.4 Meski masih sangat umum arah pengelolaan sampah sudah diatur di dalam
dokumen RTRW Kabupaten 2 0.2 2 0.4
Jumlah 11 2.3
2 Aspek Keuangan
2.1 Adanya dukungan pendanaan APBN dan APBD Provinsi untuk pembangunan
sistim layanan persampahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai 3 0.4 2 0.8
2.2 Pengelolaan layanan persampahan yang sudah berjalan didukung oleh APBD
dalam jumlah terbatas 3 0.4 2 0.8
2.3 Tersedianya dana desa yang bisa dipergunakan untuk layanan pengelolaan
persampahan 2 0.3 2 0.5
Jumlah 8 2.0
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Sudah adanya dokumen induk master plan persampahan 4 0.6 4 2.3
3.2 Meski masih sangat terbatas (khusu pada ibukota kabupaten) baik dari sisi
kualitas dan kuantitas maupun luasan cakupan pelayanan pola operasional
pengelolaan sampah sudah meliputi pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir serta penanganan dengan pola 3R 3 0.4 3 1.3
Jumlah 7 3.6
4 Aspek Komunikasi
4.1 Adanya sanitarian/kader di setiap puskesmas dengan tupoksi yang jelas
terkait penyebarluasan infomasi PHBS 3 0.6 3 1.8
4.2 Terdapat (tidak terdapat) media milik pemda yang mendukung promosi
lingkungan bersih dan sehat di Kabupaten Kepulauan Mentawai 2 0.4 2 0.8
Jumlah 5 2.6
5 SDM
5.1 Tersedianya pendampingan tenaga ahli program pusat dalam percepatan
pembangunan sanitasi di Kabupaten 3 1.0 3 3.0
Jumlah 3 3.0
JUMLAH NILAI KEKUATAN 13.4
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Belum adanya kerangka regulasi yang menunjuk secara definitif lembaga
yang diberi kewenangan dalam pelayanan dan pengelolaan persampahan 2 0.1 3 0.3
Lampiran I.2. - 5
1.2 Belum terdapatnya suatu struktur organisasi yang mencerminkan pola kerja
yang jelas sesuai dengan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian dalam pelayanan dan pengelolaan persampahan 2 0.1 2 0.2
1.3 Adanya lembaga pemerintah desa tapi belum terlimbat aktif dalam pelayanan
dan pengelolaan samapah 2 0.1 2 0.2
1.4 Belum tertariknya swasta dalam penyediaan layanan persampahan 2 0.1 2 0.2
1.5 Belum maksimalnya KSM terbentuk dalam pengelolaan sarpras terbangun
2 0.1 2 0.2
1.6 Update data terkait sarana dan prasarana sektor persampahan belum menjadi
satu kesatuan dalam sistim pencapaian ataupun perencanaan pembangunan 3 0.2 3 0.5
kedepannya
1.7 Belum adanya tenaga ahli yang khusus dalam mengelola sistem pengelolaan
dan pelayanan persampahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai 3 0.2 3 0.5
1.8 Peran KSM terbentuk dalam pengelolaan sampah dengan pola 3R belum
maksimal 2 0.1 3 0.3
Jumlah 18 2.6
2 Aspek Keuangan
2.1
Keterbatasan dana APBD dalam mendanai sektor persampahan di Kabupaten 2 0.3 3 1.0
Kepulauan Mentawai
2.2
Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi terkait pelayanan 2 0.3 2 0.7
persampah
2.3 2 0.3 2 0.7
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat
Jumlah 6 2.3
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Ketersediaan sarana prasarana pada wilayah yang dilayanai sistim
pengelolaan persampahan masih terbatas, baik dari segi teknis maupun 4 0.3 4 1.3
operasional
3.2 Sebagian besar wilayah klasifikasi perkotaan tersebar pada empat pulau
besar di Kabupaten Kepulauan Mentawai belum tersedia sarana prasarana 4 0.3 2 0.7
layanan persampahan
3.4 Meski pernah dilakukan upaya pengelolaan sampah melalui pola 3R, namun
saat ini sistem 3R tidak berjalan sebagaimana harapan 2 0.2 2 0.3
Jumlah 12 2.7
4 Aspek Komunikasi
4.1 Keterbatasan sarana dan prasarana mendia infomasi yang ada menjadi
kendala dalam penyebar luasan infomasi PHBS di Kabupaten Kepualan 3 1.0 3 3.0
Mentawai
Jumlah 3 3.0
5 SDM
5.1 Secara kulitas dan kuantitas SDM sektor persampahan yang dimiliki pemda
masih terbatas 2 1.0 2 2.0
Jumlah 2 2.0
JUMLAH NILAI KELEMAHAN 12.6
SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 0.9
Lampiran I.2. - 6
No. Faktor Eksternal Nilai Bobot Rating Skor
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Terbukanya kemungkinan kerjasama pengelolaan kebersihan dengan pihak
swasta 2 0.4 3 1.2
1.2 Terdapatnya kader disetiap desa sebagai perpanjangan tangan dari Dinas
Kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan 3 0.6 2 1.2
Jumlah 5 2.4
2 Aspek Keuangan
2.1 Jumlah penduduk yang relatif bertampah membuka peluang dalam
penerimaan retribusi 2 1.0 2 2.0
Jumlah 2 2.0
3 Aspek Komunikasi
3.1 Tersedianya media cetak maupun elektronik dalam penyebarluasan informasi
terkait PHBS 3 1.0 2 2.0
Jumlah 3 2.0
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Hasil studi EHRA ….% timbulan sampah yang ada sudah terlayanai oleh
sistem layanan persampahan yang disediakan oleh Pemda 4 0.5 3 1.5
4.2 Hasil studi EHRA baru sebesar ….% masyarakat Kabupaten Kepulauan
Mentawai telah melakukan pengelolaan sampah dengan pola 3R 4 0.5 3 1.5
Jumlah 8 3.0
5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender
5.1 Adanya kelompok swadaya masyarakat yang melakukan pengolahan sampah
dengan pola 3R (orang asing) 3 1.0 2 2.0
Jumlah 3 2.0
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Mentawai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat yang secara
tidak langsung dituntut untuk dapat mengelola timbulan sampah untuk
kenyamanan turis lokal maupun manca negara yang berkunjung 2 1.0 2 2.0
Jumlah 2 2.0
7 Demografi dan LH
7.1 Daya dukung lingkungan di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih cukup
besar bagi masyarakat yang belum mendapat pelayanan sampah dari pemda
untuk mengelola sendiri samapah rumah tangga masyarakat 2 1.0 2 2.0
Jumlah 2 2.0
JUMLAH NILAI PELUANG 15.4
Lampiran I.2. - 7
1 Aspek Kelembagaan
1.1
1.2
Jumlah 0 0.0
2 Aspek Keuangan
2.1
2.2
Jumlah 0 0.0
3 Aspek Komunikasi
3.1 Dilihat dari tipikal wilayah kabupaten yang terdiri dari bayak pulau, tidak
semua wilayah mendapatkan akses media elektronik maupun cetak dengan
baik untuk menyebar luaskan informasi akan pengelolaan sampah rumah 3 1.0 2 2.0
tangga yang baik
Jumlah 3 2.0
4 Aspek Teknis Operasional
4.1 Hasil kajian EHRA …..% masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai
mengelola sampah rumah tangga secara mandiri dengan cara dibakar,…..% 4 0.3 4 1.1
dibuang ke lobang… Dll…..
4.2 Hasil kajian EHRA …..% masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak
mengelola sampahnya (dibuang ke….. ) 4 0.3 4 1.1
4.3 Adanya spot penimbunan sampah liar yang cenderung semakin luas dan tidak
terkendali 3 0.2 3 0.6
Jumlah 14 3.6
5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender
5.1 Kesadaran dan kepedulian masyarakat yang rendah terhadap dampak negatif
dari samapah yang tidak dikelola dengan baik 4 1.0 4 4.0
Jumlah 4 4.0
6 Aspek Sosial Budaya
6.1 Kebersihan dan keindahan Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagai salah
satu tujuan wisat domestik mapuan mancanegara 3 0.5 2 1.0
Jumlah 6 2.0
7 Demografi dan LH
7.1 Makin besarnya potensi timbulan sampah seiring dengan pertambahan
penduduk dan pola kebiasaan kehidupan masyarakat 2 1.0 2 2.0
Jumlah 2 2.0
JUMLAH NILAI ANCAMAN 13.6
SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 1.8
Sumber : Hasil Analisis Pokja AMPL/ Sanitasi Kab. Kepulauan Mentawai Tahun 2018
Lampiran I.2. - 8
Lingkungan Mendukung (+)
W-O O S-O
Pemeliharaan Agresif Pertumbuhan Stabil
(0,9-1,8)
Internal Lemah (-)
W S
W-T T S-T
Lampiran I.2. - 9
Tabel Hasil Analisis SWOT Sub-Sektor Drainase
KEKUATAN (STRENGHTS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 RPIJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai fokus ke pencapaian target UA 2019
sektor air limbah domestik 3.0 0.3 4.0 1.3
2.2 Alokasi APBD Kabupaten subsektor drainase yang terus meningkat setiap tahun
3 0.4 2.0 0.8
2.3 Tersedianya dana desa yang bisa dipergunakan untuk pembangunan sarana
dan prasarana air limbah 2 0.3 2.0 0.5
4.2 Terdapat (tidak terdapat) media milik pemda yang mendukung promosi
lingkungan bersih dan sehat di Kabupaten Kepulauan Mentawai 2.0 0.4 2.0 0.8
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Belum adanya regulasi yang mengatur secara detail tentang sistim drainase
yang terintegrasi sampai dengan ke badan air penemima 4.0 0.6 2.0 1.1
1.2 Belum terdapatnya suatu struktur organisasi yang mencerminkan pola kerja
yang jelas sesuai dengan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
dalam sistim pembangunan drainase yang terintegrasi 3.0 0.4 2.0 0.9
Lampiran I.2. - 10
Jumlah 2.0 2.0
3 Aspek Teknis Operasional
3.1 Belum adanya masterplan drainase yang secara khusus menata sistem
drainase yang terintegrasi ke badan air penerima (Sedang disusunnya dokumen 4.0 0.5 3.0 1.5
master plan drainase 2018)
3.2 Sistim drinase yang ada di lingkungan permukiman sebagian besar berupa
saluran sederhana 2.0 0.3 3.0 0.8
3.3 Tipologi kabupaten yang terdiri dari bayak pulau dan keterbatasan sarana
transportasi serta minimnya material alam yang tersedia untuk pembangunan,
menjadi penghambat dalam percepatan pembangunan sarana dan prasarana air
limbah yang sesuai dengan standar yang berlaku 2.0 0.3 2.0 0.5
PELUANG (OPPORTUNITIES)
1 Aspek Kelembagaan
1.1 Terdapatnya kader disetiap desa sebagai perpanjangan tangan dari Dinas
Kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan 2.0 1.0 2.0 2.0
Lampiran I.2. - 11
5.1 Budaya gotong-royong yang masih kental di lingkungan masyarakat Kabupaten
Kepulauan Mentawai 2.0 1.0 2.0 2.0
ANCAMAN (THREATS)
1 Aspek Kelembagaan
1.1
1.2
4.2 Sebagian besar drainase lingkungan yang ada juga berfungsi sebagai tempat
pembuangan sampah dan tempat penyaluran air limbah rumah tangga 3.0 0.3 4.0 1.1
4.4 Keterbatasan material alam dan transportasi dalam mewujudkan opsi teknologi
pembangunan sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Kepulauan 2.0 0.2 2.0 0.4
Mentawai
Lampiran I.2. - 12
Jumlah 4.0 3.0
6 Aspek Sosial Budaya
6.1
6.2
W-O O S-O
Pemeliharaan Agresif Pertumbuhan Stabil
(1,25-6,9)
Internal Lemah (-)
W S
W-T T S-T
Lampiran I.2. - 13
LAMPIRAN : 3.A.
HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI JANGKA MENENGAH
SUMBER PENDANAAN APBD KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBD Kab Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. AIR LIMBAH
1 ■ PERENCANAAN UMUM
1.a. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Air Limbah (SPAL) Skala Kabupaten Kabupaten - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 700 0 0 0 700
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1.b. Penyusunan Data Base Kesiapan Lahan Pada Wilayah Berisiko Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Untuk Pengembangan Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik Kabupaten - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 100 0 0 0 100
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1.c. Monitoring dan Evaluasi Capaian Akses Air Limbah Domestik Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Kabupaten Kepulauan Mentawai Kabupaten - - - Paket 1 1 1 1 1 5 100 100 100 100 100 500
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1 Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan IPAL & Jaringan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Perpaan - - - - Paket 0 20 20 10 8 58 0 400 400 200 160 1,160
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
6. Peningkatan/ optimalisasi infrastruktur (MCK++ & IPALD T) Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Unit 0 20 20 10 8 58 0 5,000 5,000 2,500 2,000 14,500
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
7. Supervisi Peningkatan/ optimalisasi infrastruktur (MCK++ & Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
IPALD T) - - - - Paket 0 20 20 10 8 58 0 500 500 250 200 1,450
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1. Pemicuan (termasuk TFL; Pembentukan KSM; Pelatihan Dinas Kesehatan/ Dinas Dinas Kesehatan/ Dinas
-
Manajerial, Administrasi & Keuangan; Penyusunan aturan lokal; - - - - Paket 0 100 93 50 70 313 0 5,000 4,650 2,500 3,500 15,650 Perumahan dan Kawasan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Permukiman
2. Promosi/Kampanye/Edukasi Higiene
Pembebasan Lahan/Tanah (Lokasi dan sanitasi Tangki Septik
Pembangunan Dinas Perumahan dan
-
Skala Komunal) - - - - M2 0 900 900 360 360 2,520 0 225 225 90 90 630 Pemda
Kawasan Permukiman
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBD Kab Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
3. Perencanaan Teknis (DED) Tangki Septik Skala Komunal Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 100 93 50 70 313 0 5,000 4,650 2,500 3,500 15,650
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
6. Supervisi Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 100 93 50 70 313 0 3,500 3,255 1,750 2,450 10,955
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
7. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Tangki Septik Skala Septik Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Komunal (Sanimas) - - - - Paket 0 100 193 243 313 849 0 500 965 1,215 1,565 4,245
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
3. Sosialisasi Rencana Pembangunan IPLT (Masyarakat Terdampak Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
pembangunan IPLT) - - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 25 0 0 0 25
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
4. Pembebasan Lahan IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - m1 0 0 500 0 0 500 0 0 125 0 0 125
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
5. Perencanaan Detail ( DED ) Pembangunan IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 300 0 0 300
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
6. Pembentukan Kelembagaan Pengelolaan IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 200 0 0 200
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
7. Pelatihan Teknis Pengelola IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 150 0 0 150
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9. Supervisi Pembangunan IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 1 0 1 0 0 0 500 0 500
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
10. Pembangunan Sarana Penunjang IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1,000 1,000
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
11. Supervisi Pembangunan Sarana Penunjang IPLT Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 100 100
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
12. Pengadaan Truk Tinja
- - - - - Unit 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 20 20 Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
13. Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 2 2
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
4.d. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelolaan dan Pelayanan Air Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Limbah Domestik - - - - Paket 0 1 1 1 1 4 0 80 80 80 80 320
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBD Kab Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
5 ■ PEMASARAN SANITASI
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Air Limbah 1,435 29,308 30,090 20,933 23,785 105,550
B. PERSAMPAHAN
1 ■ PERENCANAAN UMUM
1.a. Review Rencana Induk Sistem Pengolahan dan Pelayanan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Persampahan Skala Kabupaten Kabupaten - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 700 0 0 0 700
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1.b. Penyusunan Data Base Kesiapan Lahan Pada Wilayah Berisiko Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Untuk Pengembangan Sistem Persampahan Skala Kabupaten Kabupaten - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 100 0 0 0 100
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
1.c. Evaluasi dan Monitoring Capaian Akses Persampahan
-
Kabupaten Kepulauan Mentawai Kabupaten - - - Paket 1 1 1 1 1 5 100 100 100 100 100 500 Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
3.d.1. Pembangunan Bak Sampah/ Pengadaan Kontainer (TPS) Dana Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
APBD Kab - - - - Unit 0 15 20 24 10 69 0 375 500 600 250 1,725
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
3.d..2 Pembangunan Bak Sampah/ Pengadaan Kontainer (TPS) Dana Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
CSR - - - - Unit 0 10 25 15 15 65 0 250 625 375 375 1,625
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBD Kab Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
1. Penyusunan Studi Kelayakan TPA Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 1 0 0 0 0 1 200 0 0 0 0 200
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
2. Penyusunan Studi Lingkungan
- - - - - Paket 1 0 0 0 0 1 150 0 0 0 0 150 Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
3. Sosialisasi "Rencana" Pembangunan TPA Kepada Masyarakat Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Sekitarnya - - - - Paket 1 0 0 0 0 1 15 0 0 0 0 15
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
4. Pembebasan Lahan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - M1 1,000 0 0 0 0 1,000 250 0 0 0 0 250
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
5. Perencanaan Teknis (DED) TPA Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 1 0 0 0 0 1 600 0 0 0 0 600
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
6. Sosialisasi Pembangunan TPA Kepada Masyarakat Sekitarnya Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 1 0 0 0 0 1 15 0 0 0 0 15
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
8. Supervisi Pembangunan TPA Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 200 0 0 0 200
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.1. Pembangunan Kantor TPA Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 800 0 0 800
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.2. Pembangunan Gerbang TPA Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 200 0 0 200
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.3. Pembangunan Garage Alat Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 150 0 0 150
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.4. Pembangunan Timbangan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 1,000 0 0 1,000
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.5. Pembangunan Pagar Pembatas Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 450 0 0 450
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9.6. Penghijauan
- - - - - Paket 0 0 1 0 0 1 0 0 100 0 0 100 Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Persampahan 1,840 3,963 6,318 7,975 4,313 24,408
C. DRAINASE PERKOTAAN
1 ■ PEMBANGUNAN DRAINASE SKALA KAWASAN
- - - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
6. Pembebasan Lahan Drainase Sekunder Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 6 6 0 11
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
7. Pembangunan Drainase Skunder Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- Pasakiat Taileleu - - - M1 0 0 0 376 376 752 0 0 0 939 939 1,879
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
8. Supervisi Pembangunan Drainase Skunder Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 1 1 2 0 0 0 100 100 200
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
9. Pembangunan Drainase Tersier Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- Pasakiat Taileleu - - - M1 0 0 0 172 172 344 0 0 0 258 258 517
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
10. Supervisi Pembangunan Drainase Tersier Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 1 1 2 0 0 0 75 75 150
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
11. Pemeliharaan tahunan drainase Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 20 20
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
11. Pemeliharaan tahunan drainase Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 20 20
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
2.d. Pembentukan Kelompok Masyarakat pengelola Sistim Drainase Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Lingkungan Mandiri - - - - Paket 0 1 0 0 0 1 0 50 0 0 0 50
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Drainase 500 635 589 23,192 23,003 47,919
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBD Kab Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
2.e. Jambore Sanitasi Sekolah Tingkat SD dan SMP Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 1 1 1 1 1 5 2 2 2 2 2 10
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
2.f. Pembangunan sarana cuci tangan pakai sabun ( CTPS ) di
-
Sekolah Dasar - - - - Paket 0 1 1 1 1 4 0 25 25 25 25 100 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
2.g. Pembangunan bank sampah sekolah (Sekolah Dasar) Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 1 1 1 1 4 0 10 10 10 10 40
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
3. Pemicuan
- - - - - Jiwa 0 1,558 1,558 1,558 1,558 6,232 0 117 117 117 117 467 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
5. Pembentukan KSM
- - - - - Paket 0 1 1 1 1 4 0 15 15 15 15 60 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan PHBS 137 1,037 1,037 1,037 1,037 4,284
( ……………………………………... )
( ……………………………….. )
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
( ……………………………….. )
4) Kepala Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai
( ……………………………….. )
5) Kepala DPPKA Kabupaten Kepulauan Mentawai
( ……………………………….. )
LAMPIRAN : 3.C.
HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI JANGKA MENENGAH
SUMBER PENDANAAN APBN
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBN Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. AIR LIMBAH
▪ Pembangunan IPAL Kombinasi MCK dan Jaringan Perpipaan
-
(APBN/ IDB/ DAK) - - - - Unit 2 3 4 3 3 15 1,000 1,500 2,000 1,500 1,500 0 - -
4. Pembangunan IPAL Kombinasi MCK dan Jaringan Perpipaan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
(APBN) - - - - Unit 0 1 2 1 1 5 0 500 1,000 500 500 2,500
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
4. Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal (DAK) Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 50 50 20 20 140 0 17,500 17,500 7,000 7,000 49,000
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
5. Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal (APBD) Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 50 43 30 50 173 0 17,500 15,050 10,500 17,500 60,550
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Air Limbah 1,000 72,000 68,100 42,000 51,000 117,050
B. PERSAMPAHAN
4.a.1. Pembangunan TPS 3R - Berbasis Masyarakat (Melayani
-
minimum 200 KK, Kapasitas Pengolahan Min. 3 M3/hari dan - - - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Persampahan 0 20,400 4,500 4,950 4,500 34,350
C. DRAINASE PERKOTAAN
1.a. Pembangunan drainase kawasan Sipora Utara 1,17 Ha
- - - - 1.17 Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
Ketua,
( …………………………………... ) ( ……………………………………... )
LAMPIRAN : 3.D.
HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI JANGKA MENENGAH
SUMBER PENDANAAN DAK
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai APBN Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. AIR LIMBAH
▪ Pembangunan IPAL Kombinasi MCK dan Jaringan Perpipaan
-
(APBN/ IDB/ DAK) - - - - Unit 2 3 4 3 3 15 1,000 1,500 2,000 1,500 1,500 0 - -
6. Pembangunan IPAL Kombinasi MCK dan Jaringan Perpipaan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
(DAK) - - - - Unit 2 2 2 2 2 10 1,100 1,100 1,100 1,100 1,100 5,500
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
▪ Pembangunan Tangki Septik Skala Individual Perdesaan/
-
Perkotaan - - - - Paket 10 45 53 53 51 212 1,500 6,750 7,950 7,950 7,650 0 - -
3. Pembangunan Tangki Septik Skala Individual Perkotaan Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
-
Minimal 50 KK (DAK) - - - - Paket 10 25 28 28 26 117 1,500 3,750 4,200 4,200 3,900 17,550
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Air Limbah 5,100 13,100 15,250 14,750 14,150 23,050
Ketua,
( …………………………... ) ( ……………………………………... )
LAMPIRAN : 3.E.
HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI JANGKA MENENGAH
SUMBER PENDANAAN PERUSAHAAN PENYELENGGARA CSR
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai Swasta/CSR Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
B. PERSAMPAHAN
3.a. Pengadaan Motor Sampah
- - - 22,193.88 - - 0 8 8 8 5 29 0 0 0 0 0 0 - -
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Persampahan 0 680 680 330 240 1,930
2) Nama Wakil Perusahaan / CSR .......... 2). Ttd 5) Nama Wakil Lembaga .......... 5). Ttd Ketua,
3) Nama Wakil Perusahaan / CSR .......... 3). Ttd 6) ...................................... 6). Ttd
( ……………………………………... )
LAMPIRAN : 3.F.
HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI JANGKA MENENGAH
SUMBER PENDANAAN DARI PARTISIPASI MASYARAKAT/SWASTA
ESTIMASI OUTCOME Kebutuhan Penanganan/vol. yang dibiayai Masyarakat Sumber Pembiayaan (juta rupiah)
Nama Masya-rakat/KSM
VOLUME Masyarakat SKPD/Badan Pengelola
NO KEGIATAN / SUB KEGIATAN DETAIL Lokasi Kumuh Penanggungjawab
Jml. Penduduk Luas Wilayah Pasca Konstruksi
LOKASI SAT Total Vol Total Biaya Pelaksanaan
terlayani (Jiwa) terlayani (Ha)
2019 2020 2021 2022 2023 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. AIR LIMBAH
▪ Pembangunan IPAL Kombinasi MCK dan Jaringan Perpipaan
-
(APBN/ IDB/ DAK)
- - - - Unit 2 3 4 3 3 15 1,000 1,500 2,000 1,500 1,500 0 - -
8. Operasional dan Pemeliharaan IPAL Kombinasi MCK Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Paket 0 2 5 9 12 28 0 10 25 45 60 140
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Air Limbah 1,000 1,510 2,025 1,545 1,560 140
B. PERSAMPAHAN
4.a.1. Pembangunan TPS 3R - Berbasis Masyarakat (Melayani
-
minimum 200 KK, Kapasitas Pengolahan Min. 3 M3/hari dan
- - - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
4. dikelola
OperasiKSM
dan Pemeliharaan TPS 3R Dinas Perumahan dan Dinas Perumahan dan
- - - - - Unit 0 12 22 33 43 110 0 300 550 825 1,075 2,750
Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sektor Persampahan 0 300 550 825 1,075 2,750
2) Nama Wakil Masyarakat .......... 2). Ttd 5) Wakil Masyarakat .......... 5). Ttd Ketua,
3) Nama Wakil Masyarakat .......... 3). Ttd 6) Wakil Masyarakat .......... 6). Ttd
Lampiran 5 : Daftar Perusahaan Penyelenggara CSR yang potensial
Nama Perusahaan Alamat, No. Telp, e-mail dan Contact person yang
No.
Penyelenggara CSR dapat dapat dihubungi
3. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
4. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
5. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
6. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
7. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
8. Nama :
Alamat Kantor :
No. Telepon :
E-mail :
Sampai dengan saat ini peran swasta yang berperan dalam pengelolaan sanitasi di
Kabupaten Kepulauan Mentawai baru perusahaan milik daerah (BUMD) yaitu Bank Nagari dan Bank
Rakyat Indonesia.
Lampiran I.5. - 1
L.7, Rencana Kerja Tahunan
NO Kegiatan Monev Tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-
1 Rapat Koordinasi Reguler Pokja Kab. Kepulauan Mentawai
3 Up-dating Tahunan
Internalisasi hasil Up-dating Program dan Kegaitan Pokja Kab. Kepulauan Mentawai
6 Pemasaran Program dan Kegiatan (Funding Gap) Pokja Kab. Kepulauan Mentawai
Promosi/Sosialisasi