BAB 02
PROFIL SANITASI SAAT INI
2-1
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai
bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Selain itu, Kota
Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang
memiliki nilai strategis nasional.
2.1.2 Topografis
Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl). Titik
tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian 1.050 m dpl, dan titik terendah berada di
sebelah selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan
permukaan tanahnya relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian utara permukaannya
berbukit-bukit. Wilayahnya yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung
menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi;
Wilayah Kota Bandung tersebut dibagi menjadi beberapa wilayah administratif, yang
terdiri atas:
1) 30 Kecamatan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat,
2) 151 Kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah,
3) 1.578 Rukun Warga (RW) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RW (Data dari
Bagian Pemerintahan Umum), dan
4) 9.843 Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RT (Data
dari Bagian Pemerintahan Umum).
Secara lengkap, pembagian wilayah administratif Kota Bandung diuraikan dalam
Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2. 1
2-2
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Jumlah
No Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
Gempolsari, Cigondewah Kaler, Cigondewah Kidul,
1. Bandung Kulon 8 Cigondewah Rahayu, Caringin, Warungmuncang,
Cibuntu, Cijerah
Margasuka, Cirangrang, Margahayu Utara, Babakan
2. Babakan Ciparay 6
Ciparay, Babakan, Sukahaji
Kopo, Suka Asih, Babakan Asih, Babakan Tarogong,
3. Bojongloa Kaler 5
Jamika
Cibaduyut Kidul , Cibaduyut Wetan, Mekarwangi,
4. Bojongloa Kidul 6
Cibaduyut, Kebonlega, Situsaeur
Karasak, Pelindung Hewan, Nyengseret, Panjunan,
5. Astanaanyar 6
Cibadak, Karang Anyar
Ciseureuh, Pasirluyu, Ancol, Cigereleng, Ciateul,
6. Regol 7
Pungkur Balonggede
Cijagra, Turangga, Lingkar Selatan, Malabar,
7. Lengkong 7
Burangrang, Cikawao, Paledang
8. Bandung Kidul 4 Wates, Mengger, Batununggal, Kujangsari
9. Buah Batu 4 Cijawura, Margasari, Sekejati, Jati Sari
10. Rancasari 4 Darwati, Cipamokolan, Manjahlega, Mekar Jaya
Rancabolang, Rancanumpang, Cisaranten Kidul,
11. Gedebage 4
Cimincrang
12. Cibiru 4 Pasirbiru, Cipadung, Palasari, Cisurupan
Mekar Mulya, Cipadung Kidul, Cipadung Wetan,
13. Panyileukan 4
Cipadung Kulon
Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi, Cigending,
14. Ujung Berung 5
Pasirendah
Cisaranten Wetan, Babakan Penghulu, Pakemitan,
15. Cinambo 4
Sukamulya
Cisaranteun Kulon, Cisaranteun Binaharapan,
16. Arcamanik 4
Sukamiskin, Cisaranten Endah
Antapani Kidul, Antapani Tengah, Antapani Wetan,
17. Antapani 4
Antapani Kulon
Jatihandap, Karang Pamulang, Sindang Jaya, Pasir
18. Mandalajati 4
Impun
Kebonkangkung, Sukapura, Kebonjayanti, Babakansari,
19. Kiaracondong 6
Babakansurabaya, Cicaheum
Gumuruh, Binong, Kebongedang, Maleer, Cibangkong,
20. Batununggal 8
Samoja, Kacapiring, Kebonwaru
21. Sumur Bandung 4 Braga, Kebonpisang, Merdeka, Babakanciamis
Campaka, Maleber, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom,
22. Andir 6
Kebon jeruk
Arjuna, Pasirkaliki, Pamoyanan, Pajajaran,
23. Cicendo 6
Husensastranegara, Sukaraja
24. Bandung Wetan 3 Tamansari, Citarum, Cihapit
Sukamaju, Cicadas, Cikutra, Padasuka, Pasirlayung,
25. Cibeunying Kidul 6
Sukapada
26. Cibeunying Kaler 4 Cihaurgeulis, Sukaluyu, Neglasari, Cigadung
Cipaganti, Lebak Siliwangi, Lebak Gede, Sadang Serang,
27. Coblong 6
Sekeloa, Dago
2-3
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Jumlah
No Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
28. Sukajadi 5 Sukawarna, Sukagalih, Sukabungah, Cipedes, Pasteur
29. Sukasari 4 Sarijadi, Sukarasa, Gegerkalong, Isola
30. Cidadap 3 Hegarmanah, Ciumbuleuit, Ledeng
Jumlah 151
Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014
Adapun gambaran wilayah Kota Bandung dalam Peta Administratif dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Berdasarkan dari Peta Administratif Kota Bandung dapat diketahui kondisi terkini
penggunaan luas wilayah per kecamatan yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2
Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini
Luas Wilayah
Nama Jumlah (%) (%)
NO Kecamatan Kelurahan Administrasi terhadap Terbangun terhadap
total Luas total Luas
(Ha) Administratif (Ha) Administratif
1 Bandung Kulon 8 646 3,86 490,3 3,360
2 Babakan
6 745 4,45 653,5 4,478
Ciparay
3 Bojongloa
5 303 1,81 2,099
Kaler 306,3
4 Bojongloa
6 626 3,74 3,328
Kidul 485,6
5 Astanaanyar 6 289 1,73 285,5 1,957
6 Regol 7 430 2,57 418,2 2,866
7 Lengkong 7 590 3,53 866,5 5,938
8 Bandung Kidul 4 606 3,62 577,1 3,955
9 Buah Batu 4 793 4,74 656,9 4,502
10 Ranca Sari 4 733 4,38 589,6 4,041
11 Gedebage 4 958 5,73 503 3,447
12 Cibiru 4 632 3,78 545 3,735
13 Panyileukan 4 510 3,05 426,3 2,921
14 Ujungberung 5 640 3,83 499,2 3,421
15 Cinambo 4 368 2,20 278,6 1,909
16 Arcamanik 4 587 3,51 560 3,838
17 Antapani 4 379 2,27 399,1 2,735
18 Mandalajati 4 667 3,99 650,6 4,459
19 Kiaracondong 6 612 3,66 409 2,803
20 Batununggal 8 503 3,01 449,7 3,082
21 Sumur 4 340 2,03 340 2,330
2-4
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Luas Wilayah
Nama Jumlah (%) (%)
NO Kecamatan Kelurahan Administrasi terhadap Terbangun terhadap
total Luas total Luas
(Ha) Administratif (Ha) Administratif
Bandung
22 Andir 6 371 2,22 360,6 2,471
23 Cicendo 6 686 4,10 801,6 5,493
Bandung
3 339 2,03 2,317
24 Wetan 338,1
Cibeunying
6 525 3,14 3,488
25 Kidul 508,9
Cibeunying
4 450 2,69 2,893
26 Kaler 422,2
27 Coblong 6 735 4,39 703,5 4,821
28 Sukajadi 5 430 2,57 4,3 0,029
29 Sukasari 4 627 3,75 585,3 4,011
30 Cidadap 3 611 3,65 477,6 3,273
TOTAL 151 16731 100,00 14592,10 100,000
Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014
Merujuk pada Tabel 2.2 di atas maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Astanaanyar
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu hanya 2,89 Km 2 atau sekitar 1,73%
dari Kota Bandung. Sedangkan kecamatan dengan luas terbesar adalah Gedebage dengan 9,58
Km2 atau sekitar 5,73% dari Kota Bandung.
2-5
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Gambar 2.2 berikut mendeskripsikan proporsi luas administratif per kecamatan dalam
luas wilayah Kota Bandung. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah per
kecamatan di Kota Bandung relatif tidak jauh berbeda satu sama lain yang berarti pemerataan
pembagiaan pemerintahan telah cukup proporsional. Namun tingkat kependudukan dan
kondisi sosial ekonomi per kecamatan dapat dijadikan bahan analisis selanjutnya untuk
mengukur kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman.
Bandung Kulon
4% 4%
Babakan Ciparay
3% 3% 4% 4% 4% 4% 2% 2%
3% Bojongloa Kaler
3%
2% 4% Bojongloa Kidul
4% 4% Astanaanyar
2% Regol
5%
2% Lengkong
3% 4%
Bandung Kidul
4% 4% 6%
2% 4% 3% 4% Buah Batu
2% 4%
Rancasari
Gedebage
2-7
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
sebagian orang untuk mencari penghidupan di Kota Bandung. Selain akibat pertumbuhan
penduduk secara alami (fertilitas), adanya migrasi masuk yang lebih besar dari migrasi keluar
inilah yang menyebabkan jumlah penduduk Kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya.
Tabel 2.3 berikut mencantumkan Jumlah Penduduk serta Komposisi Penduduk di Kota
Bandung.
Tabel 2.3
Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2012-2014
Peningkatan/
Penurunan
Uraian 2012 2013 2014*
Periode 2012-
2014 (%)
Tidak/belum pernah
sekolah/tidak/belum tamat SD 191.141 224.078
(orang)
SD/MI/sederajat (orang) 482.763 501.285
2-8
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Dengan luas wilayah sekitar 167,31 Km2, maka kepadatan penduduk Kota Bandung
pada tahun 2013 adalah 14.847 jiwa/Km2 dan tahun 2014 adalah 14.983 jiwa/Km2. Seluruh
jumlah penduduk tersebut tersebar di kecamatan yang ada.
Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Babakan ciparay, yaitu
mencapai jumlah 147.096 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah
Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk 25.231 jiwa dengan kepadatan 6.856 Jiwa/Km 2.
Dari kecamatan yang ada, sekitar 50% penduduk tinggal di 10 kecamatan saja, yaitu Bandung
Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying
Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4%.
Distribusi persentase jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 2.4 berikut.
2-9
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun
2-10
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-11
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-12
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan Tabel 2.4 jumlah penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk
5 (lima) tahun kedepan maka dapat dianalisis bahwa kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Bandung Kulon, Kiaracondong, Bojongloa kidul, Batununggal. Sedangkan wilayah
Bandung Timur khususnya Gedebage, Arcamanik, Rancasari relatif jumlah penduduknya masih
lebih sedikit dibandingkan Bandung Tengah dan Kulon sehingga telah sesuai pengembangan
pembangunan dan pemerintahan ke depannya menurut RTRW Kota Bandung 2011-2031 akan
diarahkan ke wilayah Bandung Timur. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan kesiapan
operasional teknis infrastruktur permukiman yang memadai.
Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Kota Bandung pada tahun 2013 adalah
689.406 jiwa atau sebesar 27,75 % dari jumlah penduduk Kota Bandung. Menelaah lebih jauh
jumlah dan pemetaan rumah tangga miskin di Kota Bandung maka dapat diperoleh informasi
dari Gambar 2.3 bahwa sebaran rumah tangga miskin berada di mana saja. Informasi ini sangat
berguna untuk mengetahui potensi tingkat resiko sanitasi yang cukup tinggi yang dapat berada
di lokasi rumah tangga miskin yang berjumlah besar. Hal ini berdasarkan dari pemikiran bahwa
kemiskinan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas dan akses terhadap
infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman yang minim sehingga perlu diprioritaskan
untuk ditangani.
2-13
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Dari Gambar 2.3 di atas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah rumah tangga
miskin yang sangat tinggi yaitu kisaran 1000-9150 KK berada di Kecamatan Bandung Kulon,
Bojongloa Loa Kaler, Babakan Ciparay, Kiaracondong dan Batununggal. Kecamatan dengan
persentase penduduk miskin tertinggi (perbandingan penduduk miskin dengan jumlah
penduduk) berada di Kecamatan Bojongloa Kaler dengan persentase 45,43% kemudian
Kecamatan Batununggal dengan persentase 40,24%. Kecamatan dengan persentase penduduk
miskin terendah adalah Kecamatan Rancasari dengan persentase 9,67% dan Kecamatan
Bandung Wetan.
2-14
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Pemetaan mata pencahariaan di Kota Bandung berdasarkan gender dapat dilihat pada
Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kota
Bandung Tahun 2013
Laki-laki Perempuan
No Lapangan Usaha Utama Jumlah
(jiwa) (jiwa)
1 Pertanian 16.497 4.781 21.278
2 Industri 143.054 74.122 217.176
3 Perdagangan 195.197 137.637 332.835
4 Jasa 166.732 103.136 269.868
5 Lainnya 191.116 46.72 237.836
TOTAL 712.596 366.397 1.078.993
Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014
Mengacu dari data pada Tabel 2.5 di atas maka dapat diketahui bahwa Kota Bandung
sebagai Kota Jasa dan Pariwisata memiliki sektor pedagangan dan jasa tertinggi sebagai sumber
ekonomi dan sosial sehingga hal ini perlu didukung dengan kualitas dan kesiapan teknologi
pengelolaan lingkungan hidup yang menunjang agar pergerakan ekonomi tersebut semakin
positif dan berkembang sebagai entitas Kota Bandung sebagai Kota Metropolitan.
2-15
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-16
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-17
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Artinya berdasarkan rencana pengembangan struktur ruang RTRW Kota Bandung 2011-
2031 maka pembangunan infrastruktur termasuk sanitasi diprioritaskan dalam rangka
peremajaan atau pemeliharaan terhadap fasilitas sanitasi yang telah ada. Adapun peningkatan
cakupan pelayanan masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi lebih dititikberatkan pada PPK
Gedebage.
2-18
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-19
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-20
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan Rencana Struktur Ruang dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031, telah
ditetapkan pula rencana pengembangan jaringan prasarana kota. Terkait Perencanaan
Pembangunan Sanitasi termasuk pada Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan
Lingkungan Kota terdiri atas:
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem pengolahan air limbah kota;
c. sistem persampahan kota;
d. sistem jaringan drainase kota;
e. sistem penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki;
f. sistem jalur evakuasi bencana.
Berikut hasil telaahan rencana pengembangan prasarana pengelolaan lingkungan kota
yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 khususnya sektor sanitasi:
2-21
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
menggunakan teknologi yang mengurangi kebutuhan lahan dan memberikan kinerja yang baik.
Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Bandung adalah sebagai berikut:
a) revitalisasi IPAL Bojongsoang;
b) optimalisasi dan pengembangan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang
sudah terlayani; dan
c) pengembangan sistem pengolahan air limbah publik setempat bagi wilayah yang tidak
terlayani saluran air limbah terpusat dengan prioritas di permukiman kumuh.
Adapun untuk jangka pendek Pengembangan jaringan air limbah lebih ditekankan pada
pengoptimalan sistem yang sudah ada. Air limbah di wilayah Bandung Barat belum tertangani
secara optimal. Air limbah dari daerah tangkapan barat masih dialirkan langsung ke badan air
(sungai Citepus) daerah Karasak. Air limbah dari daerah tangkapan ex jaman Belanda secara
langsung dibuang ke sungai Citepus sehubungan dengan bangunan inhoftank ex Belanda yang
sudah tidak berfungsi lagi.
Rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Penyambungan dari tangkapan Nyengseret dan inhoftank ke trunk sewer barat berupa
pemasanga pipa 800 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan infoftank.
b) Penggabungan daerah tangkapan barat ke Trunk Sewer bagian Timur berupa pemasangan
pipa-pipa 110 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan Soekarno Hatta dari simpang
inhoftank sampai dengan MH. Eksisting (samsat) dan pebangunan bangunan pumping.
Selanjutnya perlu adanya peningkatan kinerja IPAL Bojongsoang yang saat ini masih
belum optimal. Hal ini disebabkan karena terganggunya proses kolam akibat adanya daerah
mati (dead zone) yang menyebabkan sistem aliran pada kolam fakultatif tidak baik.
Pertumbuhan rumput pada areal kolam tidak dapat tertangani untuk seluruh areal kolam.
Terjadi penumpukan lumpur pada bak penampung (slump well).
Rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Revitalisasi IPAL Bojongsoang
b) Perbaikan kolam plus unit bak pengering lumpur dan pengangkat lumpur kolam (sludge
pump)
c) Kajian teknis IPAL Bojongsoang untuk pengabungan buangan air kotor Bandung Barat.
d) Pemanfaatan saluran Air Kotor yang tersedia belum optimal. Keterbatasan pipa pengumpul
di wilayah timur.
Terkait permasalahan yaitu masih rendahnya kapasitas air limbah yang masuk ke
Instalasi Pengolahan Bojongsoang dan pencemaran air limbah domestik terhadap sungai masih
cukup tinggi, maka rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air
minum.
2-22
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
b) Optimasi pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem
tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang
belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat.
c) Pengembangan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang
tidak terlayani saluran air limbah terpusat dan diprioritaskan bagi daerah kumuh. Saat ini
tidak semua wilayah di Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah
Bandung Timur. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem
individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini
sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang
belum terlayani sistem terpusat, sebaiknya dikembangkan sistem setempat, namun sistem
ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat
membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung
Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya,sehingga tidak ekonomis apabila
langsung dikembangkan sistem terpusat.
2-23
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
d) peningkatan pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan dan skala kota; dan
2-24
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
rawan banjir dan genangan. Kondisi saluran mikro ini di beberapa tempat terputus (tidak
berhubungan dengan saluran di bagian hilirnya). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas jalan
yang memiliki saluran drainase.
Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum terencana dengan
baik. Pada tahun 2014 panjang drainase yang tidak berfungsi dengan baik adalah 223.485, 83 m
dan terdapat 38 titik di Kota Bandung yang merupakan lokasi banjir yang tertangani lebih dari 2
jam. Penyebab terjadinya daerah rawan banjir ini adalah karena tertutupnya street inlet oleh
beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam saluran drainase, adanya
pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi drainase yang tidak sesuai dengan
kebutuhan di lapangan, serta pengalihfungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan
fungsi komersil seperti pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain lain sehingga tutupan lahan
pun berubah yang meningkatkan debit limpasan.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait infrastruktur drainase seperti
terjadinya banjir dan genangan yang semakin meluas di Kota Bandung akibat pertambahan
penduduk dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat sehingga terjadi perubahan tata
guna lahan dapat diterapkan Sustainable Drainage System (SUDS) atau Sistem Drainase
Berkelanjutan. Konsep ini merupakan sistem penyaluran air hujan yang dirancang untuk
mengalirkan air permukaan sekaligus sebagai upaya konservasi air.
Dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031, Rencana pengembangan prasarana drainase
secara umum adalah sebagai berikut :
1) Penataan dan pengembangan sistem drainase secara terpadu dengan brandgang.
Pada saat ini masih banyak jaringan drainase yang tidak terhubungkan satu dengan yang
lain, sehingga perlu pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi. Dalam hal ini
perlu ditinjau ulang kondisi eksisting saluran drainase dan melakukan perbaikan secara
teknis untuk saluran yang memerlukan perbaikan. Untuk perbaikan ini mungkin bisa
dilakukan secara bertahap dengan membuat sektor-sektor perbaikan yang direncanakan
dalam beberapa jangka waktu, sehingga diharapkan pada tahun 2031 semua saluran
drainase telah berfungsi dengan baik.
2) Peningkatan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro umumnya berupa sungai
atau anak sungai. Pada saat ini banyak sungai di Kota Bandung yang fungsinya mengalami
penurunan, yang disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini
disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai dan erosi.
3) Pengintegrasian sistem drainase dengan wilayah resapan. Untuk mengaplikasikan sistem
drainase berkelanjutan, sebaiknya fasilitas drainase dilengkapi dengan daerah resapan,
sehingga dapat juga untuk menambah cadangan air tanah. Fasilitas resapan dapat berupa
parit resapan, sumur resapan, kolam resapan, dan perkerasan resapan. Selain fasilitas
2-25
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
resapan juga dapat digunakan fasilitas penyimpan seperti : retrading basin, wetland,
kolam regulasi, taman, pekarangan, ruang terbuka.
4) Penurunan tingkat sedimentasi pada sistem drainase melalui normalisasi sungai,
reboisasi hulu sungan dan pengerukan sungai yang berkelanjutan. Pemeliharaan saluran
drainase dari sampah dan sedimen dengan secara rutin melakukan pengerukan pada
musim kemarau dan memasang grit atau barscreen di tempat-tempat yang berpotensi
masuknya sampah ke dalam saluran drainase.
Setelah ditetapkannya struktur ruang Kota Bandung maka yang perlu ditelaah lebih lanjut
dalam kebijakan penataan ruang adalah Pola Ruang Kota Bandung. Berikut ini uraian dari
Kebijakan Pola Ruang Kota Bandung RTRW 2011-2031 :
Kebijakan Pola Ruang :
1. perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung;
strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah :
- menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di Kawasan Bandung
Utara;
- mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan hutan kota;
- mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah
serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi;
- mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau
sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api;
- mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke
fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau;
- melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah
ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural;
- meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.
2. optimalisasi pembangunan wilayah terbangun.
Strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah :
- mengembangkan pola ruang kota yang kompak, intensif dan hijau, serta berorientasi
pada pola jaringan transportasi;
- mendorong dan memprioritaskan pengembangan ke Bandung bagian timur yang
terdiri dari SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon, dan SWK Gedebage;
- mengendalikan bagian barat kota yang telah berkembang pesat dengan kepadatan relatif
tinggi, yang terdiri atas SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK
Karees;
2-26
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
- membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara yang berada di luar kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung bagi kawasan bawahannya;
- mempertahankan fungsi dan menata RTNH; dan
- menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan lahan dan fasilitas parkir yang
memadai bagi kegiatan pada kawasan peruntukan lainnya.
Kebutuhan Pembangunan infrastruktur sanitasi terikat erat dengan Kebutuhan
perumahan. Kebutuhan Perumahan di Kota Bandung terus meningkat seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota
Bandung sebagai Kota Jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan
nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk perumahan pada tahun 2031 disiapkan
untuk menampung lebih kurang 4.093.322 jiwa. Sementara itu pada tahun 2000, luas lahan
permukiman sudah mencapai 53% dari lahan keseluruhan yaitu seluas 8.866,715 ha
menampung 2.136.260 jiwa. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat pelayanan permukiman
dan yang memenuhi persyaratan pelayanan prasarana dasar selain pengembangan horizontal
juga pengembangan vertikal berupa rumah susun. Pengembangan secara vertikal ini dilakukan
kecuali di kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, atau kapasitas prasarananya
terbatas, dan kawasan dengan tingkat pelayanan jalan rendah. Pengembangan perumahan
diklasifikasikan menjadi perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan
rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen,
direncanakan di Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, Bojong Loa
Kidul, Regol, Babakan Ciparay, Bojong Loa Kaler, Astana Anyar, Lengkong, Sumur Bandung,
Buah Batu, Batununggal, Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul. Perumahan kepadatan
sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150 m 2, yaitu di Kecamatan Bandung Wetan,
Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, Mandala Jati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru. Perumahan
kepadatan rendah rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m2, yaitu di Kecamatan
Cidadap, Ujung Berung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan yang
direncanakan ini untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara
horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Dari
rencana luas kavling perumahan ini menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota
Bandung semakin terbatas sehingga pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif
di wilayah kota dan makin ekstensif ke wilayah luar Kota Bandung.
Berdasarkan dari hasil analisis rencana pola ruang khususnya ruang untuk perumahan
maka perlu disesuaikan strategi sanitasi kota dengan jenis kepadatan penduduk baik
kebijakannya maupun teknologi pengelolaan sanitasi yang dipilih. Untuk melihat gambaran Pola
Ruang Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.
2-27
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-28
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
29
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Selain penyakit diare diperoleh informasi mengenai Jumlah kasus DBD di Kota Bandung
yaitu tahun 2012 sebanyak 5.096 kasus, sedangkan di tahun 2013 ditemukan 5.736 kasus
(Profil Kesehatan Kota Bandung, 2013). Jumlah penderita meninggal akibat DBD 13 orang
dengan Case Fatal Rate (CFR) 0,23%, sedangkan di tahun 2012 0,22%. Kasus Penyakit Demam
Berdarah Dengue paling banyak terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 540 kasus. Kecamatan
Buah Batu dapat menjadi perhatian dalam permasalahan DBD karena dalam kurun waktu 3
tahun berturut-turut menjadi kecamatan dengan kasus DBD terbesar di Kota Bandung dengan
407 kasus pada tahun 2011 lalu.
Tabel 2.6
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Air Limbah
Kota Bandung 2010
2-30
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Dari Tabel 2.6 dapat dilihat program dan kegiatan subsektor air limbah domestik yang
telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini akan dilihat
progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
Untuk Progress yang telah dilakukan dikelompokkan berdasarkan sasaran dapat dilihat
pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah Domestik Kota Bandung
SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan Tersedianya Penangan air limbah Dokumen Masterplan
kualitas lingkungan perencanaan yang dilakukan oleh Air Limbah Kota
sehat dan bersih di pengelolaan air BPLH Kota Bandung Bandung telah
Kota Bandung limbah dari kegiatan hanya terbatas disusun pada tahun
melalui pengelolaan industri dan kepada limbah 2011 tetapi tidak
2-31
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-32
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.8
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung
tahun 2010
2-33
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
lingkungan dan peran serta stake holder dan masyarakat dalam mensukseskan
program adipura pada tahun 2014
1 Pilot Project 3R di RW Penataan Sarana Prasarana Persampahan di
Lingkungan RW
Dari Tabel 2.8 di atas dapat dilihat program dan kegiatan pengelolaan persampahan
yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini akan dilihat
progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan oleh Pokja AMPL
Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun 2010 yang
dituangkan dalam Tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung
2-34
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.10
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Drainase Kota Bandung
Tahun 2010
2-35
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
S. Ranjeng
6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi
Panjang ke S. Ranjeng
7. -Sudetan drainase Ters. Jl.Jakarta /Perumahan
Antapani Tengah ke S.Cipamokolan
8. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke S.
Cianting
2 Pembangunan Saluran 1. Sudetan drainase Jl. Soekarno Hatta dari Sal.
Drainase/Gorong- Cisalatri/Perumahan Panyileukan ke. S. Cilameta
gorong: (500 meter)
2. Sudetan drainase Jl. Cilengkrang II-Jl. A.H
Nasution/Perumahan Cilengkrang ke S. Cilameta
(700 meter)
3. Sudetan drainase Jl. Cibogo/Perumahan DAM ke
Sal. Cibodas-Jl.Tol Pasteur (300 meter)
4. Sudetan drainase Jl. S. Hatta dari Pasar Induk
Gedebage ke S. Cilameta dan Cinambo Lama (500
meter)
5. Sudetan drainase Perumahan Cibaduyut Indah
(di perbatasan Tol Padaleunyi Kab. Bandung) ke
S. Ranjeng (500 meter)
6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi
Panjang ke S. Ranjeng (500 meter)
7. Sudetan drainase Jl. Soekarno-Hatta dari Perum
Guru Minda ke S. Cijalupang (500 meter)
8. Sudetan drainase Jl.Soekarno-Hatta dari Perum
Sanggar Hurip ke S.Cidurian (700 meter)
9. Sudetan drainase Perum Cimincrang ke
S.Cinambo Baru Gedebage (600 meter)
10. Sudetan drainase Perum Sriwijaya ke S.Cipalasari
(600 meter)
11. Sudetan drainase Ters. Jl. Jakarta/ Perum
Antapani Tengah ke S.Cipamokolan (600 meter)
12. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke
S.Cianting (700 meter)
13. Sudetan drainase Perum Sentosa ke
S.Cipamokolan (1,5 km)
14. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Barat
ke S.Cibodas (2 km)
15. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Timur
ke S.Cidurian (500 meter)
16. Sudetan drainase Perum Riung Bandung ke
S.Cinambo Baru (700 meter)
17. Sudetan drainase Perum Kawaluyaan ke
S.Cibodas (400 meter)
Sumber: SSK Kota Bandung, 2010
Pada Tabel 2.10 di atas dapat dilihat program dan kegiatan subsektor drainase
perkotaan yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini
akan dilihat progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi
2-36
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan
oleh Pokja AMPL Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun
2010 yang dituangkan dalam Tabel 2.11 berikut.
Tabel 2.11
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Drainase Lingkungan Kota Bandung
2-37
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-38
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa
indikator cakupan pelayanan air limbah dai target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target.
Jumlah sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai 108.533 SR yang
melayani 542.665 jiwa atau 21,4% penduduk Kota Bandung dari total keseluruhan penduduk
Kota Bandung yang tercatat di BPS yaitu 2.526.701 jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor
dan limbah cair di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi
wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di
Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur.
Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau
tangki septik.
Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat
kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan
dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat
disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di
masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih cukup rendah
kepadatan penduduknya, sehingga tidak ekonomis apabila langsung dikembangkan
sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani
sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah
tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas
dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan
sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang
belum dimanfaatkan.
3.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung
meliputi :
2. Aspek Teknis
a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah
domestik disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami
kerusakan, disfungsi, dan lainnya.
2-39
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak
diimbangi dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan
operasi tidak dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan.
3. Aspek Pembiayaan
a. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya
operasional dan pemeliharaan serta investasi di sektor ini.
b. Proporsi pembiayaan untuk menangani air limbah domestik di Kota Bandung selama ini
masih belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan Urusan Pekerjaan Umum
lainnya seperti Bina Marga dan Pengembangan Sumber Daya Air.
c. Operasi penarikan retribusi mempunyai efektifitas yang rendah akibat
ketidakmampuan menghadapi kendala (misal landasan hukum, sistem dan kemauan
dan kemampuan bayar masyarakat).
d. Belum terbukanya peluang pendanaan dan investasi dari stakeholders non pemerintah.
4. Aspek Kelembagaan
a. Secara struktural, status unit pengelola di kebanyakan kota mempunyai keterbatasan
wewenang, tidak seimbang dengan tanggung jawab yang diperlukan yang menyangkut
suatu sistem kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dengan sistem dalam masyarakat
luas. Kewenangan ini menyangkut masalah teknik maupun keuangan serta manajemen.
b. Belum adanya SOP atau aturan yang mengurus pelimpahan kewenangan dalam
mengelola output pembangunan khususnya yang ditangani oleh Dinas SKPD sehingga
infrastruktur yang telah dibangun selesai pada tahun anggaran atau berbasis proyek
saja tanpa ada kejelasan siapa yang akan mengurus dan memeliharanya.
c. Manajemen operasional masih sederhana, hanya menonjolkan aspek pelaksanaan,
sementara itu aspek perencanaan dan pengendalian tidak terperhatikan.
d. Tenaga terdidik bidang sistem penyaluran air limbah di daerah masih sangat terbatas.
2-40
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Pengelolaan dilakukan oleh Divisi Air Kotor PDAM Kota Bandung. Air limbah diolah
hanya menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang (Kabupaten Bandung)
yang dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 80.835 m3/hari atau 400.000 jiwa (15%) dari
penduduk Kota Bandung. Di sebagian wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan
saluran drainase. Berikut ini skema umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota
Bandung.
Wialyah Utara
Sungai Citepus
Wilayah Barat
Cakupan layanan 60%
Wialyah Utara
IPAL
Wilayah Barat
Gambar 2. 7 Skema Umum Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung
Sumber : PDAM KotaBandung,2011
2-41
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2. 12
Cakupan Layanan IPAL Bojongsoang per wilayah Bandung
Adapun kondisi eksisting penanganan air limbah domestik kota bandung tahun 2013
melalui sistem terpusat menuju IPAL Bojong Soang dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.
Tabel 2. 13
Konsidi Eksisting Penanganan Air Limbah Domestik
Kota Bandung Tahun 2014
Adapun peta layanan dan lokasi sarana penanganan Air Limbah Domestik dapat dilihat
pada Gambar 2.8 berikut ini.
2-42
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan dari kondisi eksisting penanganan air limbah domestik di Kota Bandung
maka dapat diuraikan sebagai berikut analisis kebutuhan pengelolaan air limbah domestik di
Kota Bandung.
2-43
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Instalasi pengolahan air kotor yang dilengkapi dengan Kolam Stabilisasi seluas 85
Ha yang berlokasi di Kecamatan Bojongsoang, untuk areal pelayanan Bandung
Timur dan Tengah Selatan.
2.3.1.3 Pendanaan
Biaya perencanaan pelayanan air limbah di kota Bandung berasal dari APBD Kota
Bandung dan Pendapatan PDAM Kota Bandung. Biaya Operasional Air limbah PDAM Kota
Bandung diperoleh dari:
a. Jasa Pelayanan Air limbah dari Pelanggan Air Minum sebesar 30% dari pemakaian
air bersih (PERDA No 17 /PD/ 1986).
b. Jasa Pelayanan Air Kotor bagi non Pelanggan Air Minum yang ditetapkan sesuai
dengan SK. Walikota No 194 Tahun 2002.
c. Pelayanan Tanki Tinja (SK Direksi No. 23/2004).
d. Pelayanan Toilet Container.
e. Pelayanan Kendaraan Maintenance ROM Combi.
Tarif Pelayanan Tanki Tinja (SK.Direksi No.23/2004):
Pelanggan PDAM
Jasa Pelayanan Penyedotan Septik Tank Gratis hanya membayar biaya transportasi saja
sebesar Rp 75.000
Pelanggan Non PDAM
Biaya Penyedotan Rp. 10.000,-/m3
Biaya Transportasi Rp. 75.000,-
Lengkapnya biaya pelayanan air limbah melalui perpipaan non air bersih adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 2.14 berikut
Tabel 2. 14
Besaran Biaya Pelayanan Air Limbah Perpipaan Non Air Bersih
(SK.Walikota No.194/2002)
2-44
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2.3.1.4 Kelembagaan
Institusi yang terlibat dalam penanganan air limbah domestik di Kota Bandung adalah:
1. Bappeda Kota Bandung; kapasitasnya sebagai perencana sistem air limbah di Kota
Bandung
2. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung; kapasitasnya sebagai regulator
pelayanan air limbah di kota Bandung dan penanganan air limbah domestik secara on
site.
3. PDAM Tirtawening Divisi Air Kotor; kapasitasnya sebagai operator pelayanan air limbah
kota Bandung untuk penanganan air limbah off site yaitu penyaluran air limbah
domestik melalui perpipaan menuju IPAL Bojongsoang dan Penyedotan Lumpur Tinja
dari dari Tangki Septik komunal atau individual.
Berikut ini struktur organisasi pelaksana teknis pengelolaa Air Limbah Domestik Kota
Bandung yang berada di PDAM Tirtawening Kota Bandung
2-45
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Sesuai dengan PERDA No. 8 / PD / 1982, diperbaharui dengan PERDA No. 17 / PD / 1986,
SK.Walikota No. 194 /2002, dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 937 Tahun 2009 tentang
Pengaturan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirtawening Kota Bandung adalah mengenai Retribusi pembuangan air limbah.
1. Pelanggan air minum (PDAM) dikenakan 30 % dari pemakaian air minum
2. Pelanggan non air minum (non PDAM) dikenakan tarif pelayanan pembuangan air
limbah
3. Bagi pelanggan air minum yang pada meter airnya tercatat tidak ada pemakaian air dan
menggunakan saluran pembuangan air limbah PDAM Tirtawening, maka dikenakan tarif
pelayanan air limbah.
4. Pelanggan air limbah non air minum kelompok niaga dan industri yang menggunakan
sumber air tanah dan/atau sumber air lainnya, dan pembuangan air limbahnya
menggunakan jaringan air limbah PDAM Tirtawening, dikenakan biaya jasa pelayanan
pembuangan.
2-46
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
perumahan yang terlayani dengan sistem pengelolaan air limbah secara on site sebagai bentuk
maintenance.
Bentuk peran serta masyarakat dapat dijelaskan dari sisi pemanfaatan saja yaitu
sebagai pemanfaat sistem Air Limbah/Kotor dan tangki septik. Melihat permasalahan tentang
air limbah dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola air limbah diperlukan upaya
untuk mendorong peran serta masyarakat dan meningkatkan kampanye atau sosialisasi tentang
penanganan air limbah terutama limbah domestik.
Tabel 2.15
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Dihadapi
Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
Pelaksanaan pendataan yang
meliputi evaluasi sambungan
rumah pada jalur pipa existing dan
belum tersedianya data
saluran tercampur brandgang) ex
I Aspek Teknis pengelolaan air limbah (off
Belanda, evaluasi sambungan
site dan on site)
rumah pada jalur pipa ex BUDP,
membuat sistem billing
(penagihan) khusus air kotor.
pemanfaatan jaringan air
(eks irigasi)
Pengembangan pemasangan
jaringan pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air minum
dilokasi: RW 09 Kelurahan
Babakan Ciparay, Komplek
masih adanya limbah non Margahayu Raya Jalan Mars
domestik yang masuk ke Selatan dan sekitarnya, Jalan
dalam SPAL secara off site Kebon Gedang RW 08, Jalan
Simpang (bantaran sungai
Cicadas), RW. 10 Babakan Garut
Kelurahan Cibangkong
Batununggal, kelurahan
Sukapura-kecamatan
Kiaracondong, Babakan desa RW
2-47
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
06 Kiaracondong.
Pengembangan pemasangan
jaringan pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air minum di
lokasi area pipa induk 6 km
Bandung Barat, seperti
perumahan Mekarwangi (DED
sudah siap), perumahan
Pasirluyu Pasirsalam,
perumahan Kembar (Sriwijaya),
pemukiman Sekejati.
Pelayanan sistem setempat di
kawasan kumuh
(communal/MCK plus-plus)
sepanjang sungai lokasi
Lebaksiliwangi, lokasi Pasirluyu,
lokasi Sekekuda.
Pelayanan sistem setempat
(MCK plus) di lokasi RT 03/RW
06 kel Pasir Endah, serta lokasi
RW 01 kel Cigending. Keduanya
di kecamatan Ujungberung.
Penyambungan dari tangkapan
adanya penanganan akhir Nyengseret dan inhoftank ke trunk
buangan air limbah untuk sewer barat berupa pemasangan
wilayah Bandung Barat pipa 800 mm dengan sistem
jacking sepanjang jalan inhoftank.
Penggabungan daerah tangkapan
Barat ke Trunk Sewer bagian
Timur berupa pemasangan pipa-
pipa 110 mm dengan sistem
jacking sepanjang jalan Soekarno-
Hatta dari simpang inhoftank
sampai dengan MH. Existing
(Samsat) dan pembangunan
bangunan pumping
Sistem On-Site
A.
Sanitation
Belum dipahaminya secara Adanya sosialisasi dan pengarahan
teknis pengolahan air limbah teknis untuk masyarakat dan
domestik melalui tangki pengembang terkait kewajiban
septik. Tangki septik untuk membangun tangki septik
2-48
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
terutama di perumahan- sebagai syarat izin mendirikan
perumahan masih belum bangunan berupa permukiman.
sesuai standar sehingga Adanya monitoring dan evaluasi
kenyataannya masih seperti yang dilakukan oleh aparat
cubluk. pemerintah terkait kontrol fungsi
dari Tangki Septik yang digunakan
oleh masyarakat
Belum optimalnya
pemanfaatan pelayanan
Perlu adanya sosialisasi kepada
tangki tinja.
masyarakat yang diawali dari
Belum adanya kesadaran dan
pelanggan PDAM terkait pelayanan
tanggung jawab masyarakat
PDAM dalam menyedot tinja secara
untuk melakukan sedot tinja
gratis.
dari tangki septiknya
minimal 1 tahun sekali.
Sistem Off Site
B.
Sanitatioan
belum - optimalnya
I
pemanfaatan
P jaringan induk
air limbahA wilayah Bandung
Timur L
operasional Pumping Station
-
belum optimal
Kinerja IPAL Bojongsoang
Revitalisasi IPAL Bojongsoang.
belum optimal.
Perbaikan kolam plus unit bak
Terganggunya proses kolam
pengering lumpur dan
akibat adanya daerah mati
mechanical pengangkat lumpur
(dead zone) yang
kolam (sludge pump):
menyebabkan sistem aliran
a. Perbaikan tanggul kolam.
pada kolam facultatif tidak
b. Perbaikan buffle stone.
baik. Pertumbuhan rumput
c. Perbaikan proteksi kolam.
pada areal kolam tidak dapat
d. Pembuatan dan perbaikan bak
tertangani untuk seluruh
pengering lumpur.
areal-kolam. Terjadinya
e. Mechanical pengangkat
penumpukan lumpur pada
lumpur (sludge pump).
bak penampung (slump
Kajian teknik dan DED IPAL
well).
Bojongsoang untuk
penggabungan buangan air kotor
Bandung Barat:
a. Evaluasi IPAL setelah
penggabungan wilayah Barat.
Kajian teknik dan DED IPAL
Bojongsoang.
2-49
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota Bandung
meliputi:
1. Tantangan Internal meliputi :
a. Tingkat pencemaran Sungai Citepus cukup tinggi.
b. Jaringan yang telah tersedia sebagian besar belum dimanfaatkan.
c. Outfal dari setiap area jaringan dibuang secara bebas ke badan air.
d. Sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang sudah melebihi umur teknis. Struktur
baffle stone pada kolam sudah roboh dan tidak berfungsi. Struktur proteksi pada
area kolam sudah rusak. Belum adanya unit mekanikal pompa pengangkat lumpur.
e. Jalur pipa induk dan IPAL belum dimanfaatkan secara optimal/cakupan masih
rendah.
f. Keterbatasannya pipa pengumpul di Wilayah Timur sehingga sambungan rumah
tidak dapat disambungkan langsung terhadap pipa utama.
g. Sampah yang terbawa dari perpipaan ke Instalasi Pumping dan IPAL belum
terangkut secara optimal.
h. Sebagian masyarakat belum memiliki tanggung jawab untuk mengurus tangki
septiknya dengan sedot tinja secara rutin melalui layanan PDAM atau swasta.
i. Pencapaian target dari hasil pelayanan penyedotan tangki septik tidak tercapai.
j. Luasnya daerah pelayanan operasi pemeliharaan dan kurangnya tenaga
operasional.
k. Pompa sering macet mengalami gangguan sehingga air yang masuk ke IPAL tidak
maksimal.
l. Kondisi kendaraan tidak maksimal kurang laik pakai.
m. Kendaraan untuk penanggulangan operasi pemeliharaan dan tenaga operasional
tidak sesuai dengan daerah cakupan layanan.
n. Banyaknya muatan sampah yang masuk ke bangunan pompa.
Umur teknis pintu penstok sudah melampaui batas tidak dapat difungsikan.
Belum memiliki data base kepelangganan air kotor serta sistem billingnya.
Belum adanya master plan pengelolaan air limbah di kota Bandung
o. Belum adanya penanganan akhir buangan air limbah domestik untuk wilayah
Bandung Barat
2. Tantangan Eksternal
a. Meningkatkan cakupan pelayanan air kotor dari 60% menjadi 100% sejalan target
universal akses.
2-50
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2.3.2 Persampahan
2.3.2.1 Sistem dan Infrastruktur
Kebijakan prasarana dan sarana persampahan dalam Rencana Induk Sistem Prasarana
dan Sarana ditinjau dari pengembangan wilayah berdasarkan RTRW adalah:
Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
(TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang
berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Perencanaan sistem persampahan dikelompokkan ke dalam dua kelompok kebijakan,
yaitu: peningkatan pelayanan penduduk sampai dengan 80% di wilayah urban, dan
mengintegrasikan sistem pengolahan di TPA.
Lokasi TPA usulan untuk Metropolitan Bandung:
Gedebage/Bojongsoang, Kota Bandung; TPA Tujuan: TPA Nagrek
Dewasa kini, tengah dibangun Tempat Pemrosesan Akhir Regional (TPA Regional)
Legok Nangka yang berlokasi di Nagrek dimana Kota Bandung termasuk Kabupaten/Kota yang
menyepakati penggunaan TPA Regional Legok Nangka untuk ke depannya mengingat TPA
Sarimukti saat ini sudah cukup memprihatinkan.
Secara teknis, PD Kebersihan bertugas dalam hal pengumpulan dan pengangkutan
sampah terutama dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir). Pengelolaan sampah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu bagian hulu dan hilir. Operasi di
bagian hulu berupa pewadahan oleh sumber sampah dan pengumpulan sampah, sedangkan di
bagian hilir berupa pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan samapah
dipermukiman, pasar, daerah komersial dan perkantoran dilakukan oleh gerobak yang
selanjutnya membawa sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk atau
arm roll truk menuju TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan Fasilitas umum dilakukan oleh
truk yang secara langsung akan mengangkut sampah ke TPA. Sistem operasional pelayanan
persampahan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.
2-51
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Pada diagram tersebut di atas tampak bahwa telah terjadi perubahan dalam sistem
pengelolaan persampahan di Kota Bandung yaitu di antaranya adalah upaya mengurangi
sampah sedemikian rupa mulai dari sumber dan TPS. Selain program pengelolaan sampah
secara 3R, Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan teknologi biogester sampah skala TPS
seperti di TDS Bandung Trade Mall dan Biogester skala RW seperti di RW 08 Cibangkong. Selain
itu upaya untuk menambah muatan yang dapat diangkut ke TPA telah dibangun Stasiun
Peralihan Antara yang berlokasi di TPS Pasar Induk Gedebage dan TPS Tegallega. Melalui SPA
ini telah terbukti dapat mengefektifkan dan mengefesiensikan volume pengangkutan sampah ke
TPA (sebelum dipress sampah terangkut 4-5 ton/truk, setelah di press sampah yang terangkut
menjadi 7-8 ton/truk).
2-52
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Selisih (kg)
Sampah yang
terangkut (kg/hari)
Perkiraan timbulan
sampah total
(kg/hari)
0
500000
1000000
1500000
Komposisi sampah yang ada di Kota Bandung berdasarkan jenisnya terbagi menjadi
63% sampah organik, 23% sampah anorganik recycle, dan 14% sampah residu. Sedangkan
komposisi sampah berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 16
Komposisi Sampah di Kota Bandung
Timbulan Sampah
Volume Persentase
No Sumber Terangkut
(ton) (%)
(ton/hari)
1 Pemukiman 983,4 65,56 954,53
2 Pasar 281,55 18,77 273,29
3 Pertokoan dan Restoran 82,8 5,52 80,37
4 Penyapu jalan 89,85 5,99 87,21
5 Kawasan Industri 42,15 2,81 40,91
6 Fasilitas Umum 12,94 1,35 19,66
Jumlah 1492,69 100 1455,97
Sumber : PD Kebersihan, 2015
Sampah yang diangkut ke TPA rata-rata + 1000-1100 ton/hari, sedangkan sampah yang
dimanfaatkan oleh sektor Informal baik di Sumber & TPS melalui 3R + 200 ton/hari.
Gambar 2.12 berikut menggambarkan peta pelayanan persampahan di Kota Bandung.
2-53
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Dari peta layanan persampahan di Kota Bandung tersebut dapat lebih didetailkan pola
pelayanan persampahan sebagai berikut :
a) Pola Pelayanan Penanganan Sampah dari Rumah Tinggal, dapat tergambar pada Gambar
2.13 berikut :
b) Pola Pelayanan Penanganan Sampah Komersil dan Non Komersil, dapat tergambar pada
Gambar 2.14 berikut :
2-54
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
c) Pola Pelayanan Sampah Jalan, Fasum, dan Fasos dapat tergambar pada Gambar 2.15
berikut :
Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam penanganan sampah di Kota
Bandung adalah seperti tergambar dalam Gambar 2.16 berikut.
2-55
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-56
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-57
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.17
Jumlah dan Lokasi TPS 3R di Kota Bandung
No Lokasi TPS 3R
1 TPS Pasar Induk Gedebage
2 TDS Ciroyom
3 TDS Tegallega
4 TDS Indramayu
5 TDS Ciwastra
6 TDS Astana Anyar
7 TD Subang
8 TD Sekelimus
9 TD Nyengseret
10 Ex. FDS Jelekong
Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015
2-58
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.18
Lokasi dan Kapasitas Biogester skala TPS di Kota Bandung
Tabel 2.19
Lokasi dan Kapasitas Biogester skala RW di Kota Bandung
Kapasitas
Nama Lokasi
(Kg/day)
Cibangkong RW 08 20
Cibangkong RW 11 250
RW 05 Nyengseret 20
Tabel 2.20
Timbunan Sampah Tiap Kecamatan Kota Bandung
2-59
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.21
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kota Bandung
2-60
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2.3.2.3 Kelembagaan
Lembaga yang menangani pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah PD Kebersihan
(Perda 09 Tahun 2011). Maksud dan tujuan dibentuknya Perusahaan Daerah Kebersihan
(Perda 14 Tahun 2011) adalah :
a. menyelenggarakan usaha berupa penyediaan:
1. Pelayanan jasa pengelolaan sampah kota;
2. Pengolahan dan pemanfaatan sampah;
3. Pelayanan kebersihan;
4. Perbengkelan sarana pengelolaan sampah; dan
5. Usaha lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi atas
Persetujuan Walikota.
b. melaksanakan penugasan Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan sampah dalam rangka
memberikan pelayanan kebersihan kepada masyarakat dan memberikan kontribusi kepada
Pendapatan Asli Daerah.
2-61
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung merupakan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang bergerak dalam usaha jasa pelayanan Kebersihan di Kota Bandung. Sebagai BUMD
maka seluruh permodalanya berasal dari asset yang dipisahkan dari asset Pemerintah Kota
Bandung, PD Kebersihan didirikan pada tahun 1985 sebagaiman tertuang dalam Peraturan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 02/PD/1985. Perusahaan Daerah
Kebersihan dibentuk untuk menggantikan peran dan fungsi pelayanan pengelolaan kebersihan
atau kebersihan kota yang sebelumnya diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan Kota yang
merupakan alih status dari Dinas Kebersihan Kota oleh karena itu seluruh modal dasarnya
berasal dari asset eks Dinas Kebersihan Kota demikian pula personilnya.
2-62
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Rumah Tinggal :
Kelas 1 (DL. 450 VA, LT. 60 M2, LB. 27 M2) 3.000,00/bulan
Kelas 2 (DL. 900-1300 VA, LT. >60-100 M2, LB. >27-60 M2) 5.000,00/bulan
Kelas 3 (DL. >1300-2200 VA, LT. >100-200 M2, LB. >60-150 7.000,00/bulan
M2) 10.000,00/bulan
Kelas 4 (DL. >2200-3600 VA, LT. >200-350 M2, LB. >150-250 15.000,00/bulan
M2) 20.000,00/bulan
Kelas 5 (DL. >3600-6600 VA, LT. >350-500 M2, LB. >250-350
M2)
Kelas 6 (DL. >6600 VA, LT. >500 M2, LB. >350 M2)
Komersial 60.000,00/M3
Non Komersial 50.000,00/M3
Sosial 45.000,00/M3
Pedagang Sektor Informal 1.000,00/hari
Angkutan Umum :
1. Angkutan Kota 1.000,00/hari
2. Taxi
1.000,00/hari
3. Minibus/Non Bus
4. Bus Umum 3.000,00/hari
2-63
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-64
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-65
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
3. Isu Keuangan
Biaya untuk kampanye pengurangan sampah saat ini terdorong oleh dana dari
pelaksanaan program adipura Kota Bandung sehingga pelaksanaan kampanye berjalan
dengan baik;
Adanya swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan pelaku usaha lainnya yang
konsern kepada pentingnya pengurangan pemanfaatan sampah yang tidak dapat di
uraikan secara alamiah.
Tantangan ke depan dari sisi keuangan untuk pengelolaan sampah adalah meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran biaya pengelolaan sampah, meningkatkan
pendapatan retribusi pelayanan pengelolaan sampah, dan mengembangkan sistem
pembiayaan pengelolaan sampah yang mencakup seluruh kegiatan pengelolaan sampah.
4. Isu Komunikasi
Sudah dilakukan upaya penyebarluasan informasi tentang pentingnya
pengurangan sampah di sumbernya melalui beberapa media, mulai dari media
elektronik sampai dengan media cetak;
2-66
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-67
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Sudah ada gerakan masyarakat yang aktif dan mendukung Pemerintah dalam
rangka meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengolah sampah mulai dari
sumber, gerakan pungut sampah dan saat ini tagline yang dikenal adalah Bebas
Sampah.ID. Gerakan ini dimotori dalam forum bernama Bandung Juara Bebas
Sampah (BJBS) yang terdiri dari partisipan dari berbagai latar belakang yaitu NFO,
Akademisi, Pemerintah, Ikatan Ahli Teknik Lingkungan, PKK, Mahasiswa dan
lainnya. Forum BJBS ini sangat bermanfaat untuk menjaga stabilitas pengelolaan
sampah secara mandiri oleh masyarakat.
Tantangan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya
terhadap pengelolaan sampah di Kota Bandung dengan memperluas kegiatan
sosialisasi Peraturan pengelolaan sampah sampai ke tingkat RT dan kelembagaan
yang ada di tingkat RT dan menjalankan komunikasi yang efektif dengan
masyarakat melalui memberikan pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup,
khususnya mata pelajaraan Pengelolaan sampah sebagai Muatan Lokal.
2.3.3 Drainase
2.3.3.1 Sistem dan Infrastruktur
Saluran drainase di Kota Bandung terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran
pembuangan yang sudah alami ada di Kota Bandung (drainase makro) dan saluran yang sengaja
dibuat mengikuti pola jaringan jalan (drainase mikro). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas
jalan yang memilki saluran drainase. Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung
masih belum terencana dengan baik.
Sistem Drainase Kota Bandung pada umumnya memanfaatkan beberapa sungai besar dari utara
ke selatan, yaitu Sungai Cikapundung dan dari selatan ke utara, yaitu Sungai Citarum. Sungai-
sungai tersebut dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan dan juga
sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK.
Saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai
sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Cipamokolan, Cidurian, Cidadas, Cinambo,
Ciwastra, Citepus, Cibedug, Currug Dog-dog, Cibaduyut, Cikahiyangna, Cibuntu, Cigondewah,
Cibereum dan Cianjur.Sungai Utama yang menampung air hujan Kota Bandung adalah Sungai
Cikapundung
dengan panjang 62,10 km yang memiliki anak sungai yang mengalir dari utara ke selatan.
Umumnya bermuara di Sungai Cikapundung
2-68
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Saluran mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada
akhirnya saluran ini bermuara pada saluran makro yang dekat dengan saluran mikro tersebut.
Berdasarkan karakteritiknya, saluran mikro terbagi atas:
Saluran yang berada di kota lama, sudah tidak dapat lagi menampung/menyalurkan
limpahan air hujansehingga sering terjadi flash flood terutama di wilayah Bandung Utara.
Saluran yang berada di wilayah pengembangan, sebagian letaknya lebih rendah dari
permukaan sungai, pembangunannya tidak terintregrasi secara internal dalam wilayah Kota
Bandung maupun secara eksternal dengan Kabupaten Bandung.
Kondisi saluran mikro ini dibeberapa tempat terputus (tidak berhubungan dengan saluran di
bagian hilirnya). Sebagai dampak dari permasalahan tersebut di atas adalah timbulnya daerah-
daerah rawan banjir di beberapa lokasi, misalnya di wilayah Gedebage dan Arcamanik.
2-69
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
dalam Kota Bandung berfungsi ganda sebagai saluran limbah rumah tangga dan air limbah dan
tempat pembuangan sampah padat maupun cair/limbah industri.
Untuk lebih mengetahui dan memahami kondisi dan sistem sanitasi sektor drainase
perkotaan di Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.21 berikut :
Untuk mengetahui peta sebaran lokasi genangan air/banjir di Kota Bandung maka
dapat dilihat pada Gambar 2.22 berikut ini
2-70
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-71
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
WILAYAH GENANGAN
NO
LOKASI LUAS KETINGGI LAMA FREKUENSI
PENYEBAB
GENANGAN (HA) AN (M) (JAM/HARI) (KALI/TAHUN)
Sukaluyu,
Adanya sedimentasi dan sampah
1 Cibeunying 0,40 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kaler
Husen /
Adanya sedimentasi dan sampah
2 Pajajaran, 0.5 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cicendo
Situsaeur, Adanya sedimentasi dan sampah
3 0.6 - 3 Pada saat terjadi hujan
Bojongloa Kaler yang menyumbat
Pagarsih, Bojong Adanya sedimentasi dan sampah
4 0,80 - 5 Pada saat terjadi hujan
Loa Kaler yang menyumbat
Braga, sumur Adanya sedimentasi dan sampah
5 0,40 - 1 Pada saat terjadi hujan
bandung yang menyumbat
Babakan
Adanya sedimentasi dan sampah
6 Penghulu, 0,20 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cinambo
Cipadung Kidul, Adanya sedimentasi dan sampah
7 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
panyileukan yang menyumbat
Mekarmulya, Adanya sedimentasi dan sampah
8 0.5 - 3 Pada saat terjadi hujan
Gedebage yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
9 Garuda, Andir 0.05 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kebon Gedang, Adanya sedimentasi dan sampah
10 0.6 - 3 Pada saat terjadi hujan
KiaraCondong yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
11 Ujung Berung 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Pasirkaliki, Adanya sedimentasi dan sampah
12 0.4 - Pada saat terjadi hujan
Cicendo yang menyumbat
Hegarmanah, Adanya sedimentasi dan sampah
13 0.8 - Pada saat terjadi hujan
Cidadap yang menyumbat
Sukawarna, Adanya sedimentasi dan sampah
14 0.6 - 4 Pada saat terjadi hujan
Cidadap yang menyumbat
2-72
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-73
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Kidul
Antapani
Adanya sedimentasi dan sampah
40 Tengah, 0.8 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Antapani
Antapani Kidul, Adanya sedimentasi dan sampah
41 0.6 - Pada saat terjadi hujan
Antapani yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
42 Husen, Cicendo 0.8 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cikutra,
Adanya sedimentasi dan sampah
43 Cibeunying 0.6 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kidul
Pasanggarahan, Adanya sedimentasi dan sampah
44 0.4 - 2 Pada saat terjadi hujan
Ujung Berung yang menyumbat
Kebonwaru, Adanya sedimentasi dan sampah
45 0.6 - 4 Pada saat terjadi hujan
Batununggal yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
46 Sumur Bandung 0.3 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
47 Andir 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Batununggal dan Adanya sedimentasi dan sampah
48 0.6 - 2 Pada saat terjadi hujan
Sumur Bandung yang menyumbat
Cibeunying Adanya sedimentasi dan sampah
49 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
Kidul yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
50 Bandung kidul 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Persimpangan Jl
Adanya sedimentasi dan sampah
51 Pasirkoja - Sal. 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cilimus I
Persimpangan
Adanya sedimentasi dan sampah
52 Jl.Pasirkoja -Sal 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cilimus I
Sal.Irigasi Adanya sedimentasi dan sampah
53 0.8 - Pada saat terjadi hujan
Dungusema yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
54 Jl.Moch.Toha - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sal.Crossing Jl
Soekarno Hatta-
Adanya sedimentasi dan sampah
55 sal Cijagra 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
(depan Hotel
Lingga)
S.Ciroyom, Jln Adanya sedimentasi dan sampah
56 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
Kopo yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
57 Batununggal 0.6 - 1 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sukaraja, Adanya sedimentasi dan sampah
58 - Pada saat terjadi hujan
Cicendo yang menyumbat
Terusan
Adanya sedimentasi dan sampah
59 Jl.Kiaracondong- - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Jl Soekarno Hatt
Sal.Cilimus, Jln Adanya sedimentasi dan sampah
60 - 3 Pada saat terjadi hujan
Sukajadi yang menyumbat
Braga, Sumur Adanya sedimentasi dan sampah
61 0,8 - 5 Pada saat terjadi hujan
Bandung yang menyumbat
Manjahlega, Adanya sedimentasi dan sampah
62 1,60 - 4 Pada saat terjadi hujan
RancaSari yang menyumbat
2-74
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan data dari LKPJ tahun 2014, pengelolaan drainase diwujudkan dengan cara
berikut :
Perencanaan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong
2-75
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2.3.3.3 Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007, tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandung, Dinas Bina
Marga dan Pengairan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Daerah di bidang
pekerjaan umum lingkup kebinamargaan dan pengairan. Susunan organisasi Dinas Bina Marga
dan Pengairan yang mengelola drainase adalah Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
Pengairan yang terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pengairan, Seksi Pembangunan Pengairan,
Seksi Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai, Seksi Perencanaan Teknis Pengairan serta Unit
Pelaksana Teknis Daerah Aliran Sungai. Sedangkan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kota Bandung adalah:
Merumuskan kebijaksanaan teknik kebinamargaan dan pengairan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugasnya.
2-76
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung;
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031;
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Bandung Tahun 2013-2018
2-77
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.24
Area Beresiko Air Limbah Kota Bandung
Wilayah prioritas Wilayah prioritas
No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH
1 Pelindung Hewan Astanaanyar 1 Caringin Bandung Kulon
Babakan
2 Karang Anyar Astanaanyar 2 Cirangrang
Ciparay
Babakan
3 Cijagra Lengkong 3 Margahayu Utara
Ciparay
Babakan
4 Jati Sari BuahBatu 4 Babakan Ciparay
Ciparay
5 Derwati RancaSari 5 Kopo Bojongloa Kaler
6 Cipamokolan RancaSari 6 Babakan Asih Bojongloa Kaler
Babakan
7 Mekar Mulya Panyileukan 7 Bojongloa Kaler
Tarogong
8 Pasirendah UjungBerung 8 Jamika Bojongloa Kaler
9 Antapani Kidul Antapani 9 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul
2-78
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-79
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-80
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk SPAL di Kota Bandung,
maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Kota Bandung saat ini sesuai dengan Tabel 2.25.
Tabel 2.25
Permasalahan Mendesak Sub Sektor Pengelolaan Air Limbah
1
Sumber: LKPJ 2014
2-81
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.26
Area Beresiko Persampahan Kota Bandung
2-82
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-83
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-84
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.27
Permasalahan Mendesak Sub Sektor Persampahan
3 Tingkat Pelayanan 26% penduduk Kota Bandung masih belum dilayani oleh PD
Kebersihan Kota Bandung
4 Lokasi Pembuangan TPA Sarimukti sudah tidak memungkinkan untuk
pembuangan akhir
2-85
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
Tabel 2.28
Area Beresiko Drainase Kota Bandung
Wilayah prioritas Wilayah prioritas
No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH
Bojongloa
1 Karang Anyar Astanaanyar 1 Kebonlega
Kidul
2 Jati Sari BuahBatu 2 Sekejati BuahBatu
Bojongloa
3 Babakan Asih 3 Cisaranten Kidul GedeBage
Kaler
Bojongloa
4 Cibaduyut Wetan 4 Cimincrang GedeBage
Kidul
5 Panjunan Astanaanyar 5 Pasirbiru Cibiru
6 Ciseureuh Regol 6 Palasari Cibiru
7 Ciateul Regol 7 Campaka Andir
8 Pungkur Regol 8 Maleber Andir
Cibeunying
9 Balonggede Regol 9 Sukapada
Kidul
2-86
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-87
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-88
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015
2-89