Anda di halaman 1dari 89

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

BAB 02
PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah dan Kependudukan


2.1.1 Geografis
Kota Bandung terletak pada koordinat 107 36 Bujur Timur dan 6 55 Lintang Selatan
dengan luas wilayah sebesar 16.767 hektar. Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai
sepanjang 265,05 km, dengan sungai utamanya, yaitu Sungai Cikapundung yang mengalir ke
arah selatan dan bermuara ke Sungai Citarum.
Dilihat dari aspek geologisnya, kondisi tanah Kota Bandung sebagian besar merupakan
lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara
umumnya merupakan jenis andosol, sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas
sebaran jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar
jenis tanah andosol.
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Namun pada
beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang lebih lama dari
biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota
Bandung.
Kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya karena
berada pada lokasi yang sangat strategis bagi perekonomian nasional. Kota Bandung terletak
pada pertemuan poros jalan utama di Pulau Jawa, yaitu:
1) Sebelah Barat dan Timur, pada posisi ini Kota Bandung menjadi poros tengah yang
menghubungkan antara Ibukota Provinsi Banten dan Jawa Tengah.
2) Sebelah Utara dan Selatan, selain menjadi penghubung utama ibukota negara dengan
wilayah selatan, juga menjadi lokasi titik temu antara daerah penghasil perkebunan,
peternakan, dan perikanan.

2-1
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai
bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Selain itu, Kota
Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang
memiliki nilai strategis nasional.

2.1.2 Topografis
Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl). Titik
tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian 1.050 m dpl, dan titik terendah berada di
sebelah selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan
permukaan tanahnya relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian utara permukaannya
berbukit-bukit. Wilayahnya yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung
menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).

2.1.3 Kondisi Administratif Kota Bandung


Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah
kabupaten/kota lainnya, yaitu:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat;

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi;

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Wilayah Kota Bandung tersebut dibagi menjadi beberapa wilayah administratif, yang
terdiri atas:
1) 30 Kecamatan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat,
2) 151 Kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah,
3) 1.578 Rukun Warga (RW) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RW (Data dari
Bagian Pemerintahan Umum), dan
4) 9.843 Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RT (Data
dari Bagian Pemerintahan Umum).
Secara lengkap, pembagian wilayah administratif Kota Bandung diuraikan dalam
Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2. 1

2-2
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah Administrasi Kota Bandung

Jumlah
No Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
Gempolsari, Cigondewah Kaler, Cigondewah Kidul,
1. Bandung Kulon 8 Cigondewah Rahayu, Caringin, Warungmuncang,
Cibuntu, Cijerah
Margasuka, Cirangrang, Margahayu Utara, Babakan
2. Babakan Ciparay 6
Ciparay, Babakan, Sukahaji
Kopo, Suka Asih, Babakan Asih, Babakan Tarogong,
3. Bojongloa Kaler 5
Jamika
Cibaduyut Kidul , Cibaduyut Wetan, Mekarwangi,
4. Bojongloa Kidul 6
Cibaduyut, Kebonlega, Situsaeur
Karasak, Pelindung Hewan, Nyengseret, Panjunan,
5. Astanaanyar 6
Cibadak, Karang Anyar
Ciseureuh, Pasirluyu, Ancol, Cigereleng, Ciateul,
6. Regol 7
Pungkur Balonggede
Cijagra, Turangga, Lingkar Selatan, Malabar,
7. Lengkong 7
Burangrang, Cikawao, Paledang
8. Bandung Kidul 4 Wates, Mengger, Batununggal, Kujangsari
9. Buah Batu 4 Cijawura, Margasari, Sekejati, Jati Sari
10. Rancasari 4 Darwati, Cipamokolan, Manjahlega, Mekar Jaya
Rancabolang, Rancanumpang, Cisaranten Kidul,
11. Gedebage 4
Cimincrang
12. Cibiru 4 Pasirbiru, Cipadung, Palasari, Cisurupan
Mekar Mulya, Cipadung Kidul, Cipadung Wetan,
13. Panyileukan 4
Cipadung Kulon
Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi, Cigending,
14. Ujung Berung 5
Pasirendah
Cisaranten Wetan, Babakan Penghulu, Pakemitan,
15. Cinambo 4
Sukamulya
Cisaranteun Kulon, Cisaranteun Binaharapan,
16. Arcamanik 4
Sukamiskin, Cisaranten Endah
Antapani Kidul, Antapani Tengah, Antapani Wetan,
17. Antapani 4
Antapani Kulon
Jatihandap, Karang Pamulang, Sindang Jaya, Pasir
18. Mandalajati 4
Impun
Kebonkangkung, Sukapura, Kebonjayanti, Babakansari,
19. Kiaracondong 6
Babakansurabaya, Cicaheum
Gumuruh, Binong, Kebongedang, Maleer, Cibangkong,
20. Batununggal 8
Samoja, Kacapiring, Kebonwaru
21. Sumur Bandung 4 Braga, Kebonpisang, Merdeka, Babakanciamis
Campaka, Maleber, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom,
22. Andir 6
Kebon jeruk
Arjuna, Pasirkaliki, Pamoyanan, Pajajaran,
23. Cicendo 6
Husensastranegara, Sukaraja
24. Bandung Wetan 3 Tamansari, Citarum, Cihapit
Sukamaju, Cicadas, Cikutra, Padasuka, Pasirlayung,
25. Cibeunying Kidul 6
Sukapada
26. Cibeunying Kaler 4 Cihaurgeulis, Sukaluyu, Neglasari, Cigadung
Cipaganti, Lebak Siliwangi, Lebak Gede, Sadang Serang,
27. Coblong 6
Sekeloa, Dago

2-3
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Jumlah
No Kecamatan Nama Kelurahan
Kelurahan
28. Sukajadi 5 Sukawarna, Sukagalih, Sukabungah, Cipedes, Pasteur
29. Sukasari 4 Sarijadi, Sukarasa, Gegerkalong, Isola
30. Cidadap 3 Hegarmanah, Ciumbuleuit, Ledeng
Jumlah 151
Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014

Adapun gambaran wilayah Kota Bandung dalam Peta Administratif dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Berdasarkan dari Peta Administratif Kota Bandung dapat diketahui kondisi terkini
penggunaan luas wilayah per kecamatan yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2
Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini

Luas Wilayah
Nama Jumlah (%) (%)
NO Kecamatan Kelurahan Administrasi terhadap Terbangun terhadap
total Luas total Luas
(Ha) Administratif (Ha) Administratif
1 Bandung Kulon 8 646 3,86 490,3 3,360
2 Babakan
6 745 4,45 653,5 4,478
Ciparay
3 Bojongloa
5 303 1,81 2,099
Kaler 306,3
4 Bojongloa
6 626 3,74 3,328
Kidul 485,6
5 Astanaanyar 6 289 1,73 285,5 1,957
6 Regol 7 430 2,57 418,2 2,866
7 Lengkong 7 590 3,53 866,5 5,938
8 Bandung Kidul 4 606 3,62 577,1 3,955
9 Buah Batu 4 793 4,74 656,9 4,502
10 Ranca Sari 4 733 4,38 589,6 4,041
11 Gedebage 4 958 5,73 503 3,447
12 Cibiru 4 632 3,78 545 3,735
13 Panyileukan 4 510 3,05 426,3 2,921
14 Ujungberung 5 640 3,83 499,2 3,421
15 Cinambo 4 368 2,20 278,6 1,909
16 Arcamanik 4 587 3,51 560 3,838
17 Antapani 4 379 2,27 399,1 2,735
18 Mandalajati 4 667 3,99 650,6 4,459
19 Kiaracondong 6 612 3,66 409 2,803
20 Batununggal 8 503 3,01 449,7 3,082
21 Sumur 4 340 2,03 340 2,330

2-4
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Luas Wilayah
Nama Jumlah (%) (%)
NO Kecamatan Kelurahan Administrasi terhadap Terbangun terhadap
total Luas total Luas
(Ha) Administratif (Ha) Administratif
Bandung
22 Andir 6 371 2,22 360,6 2,471
23 Cicendo 6 686 4,10 801,6 5,493
Bandung
3 339 2,03 2,317
24 Wetan 338,1
Cibeunying
6 525 3,14 3,488
25 Kidul 508,9
Cibeunying
4 450 2,69 2,893
26 Kaler 422,2
27 Coblong 6 735 4,39 703,5 4,821
28 Sukajadi 5 430 2,57 4,3 0,029
29 Sukasari 4 627 3,75 585,3 4,011
30 Cidadap 3 611 3,65 477,6 3,273
TOTAL 151 16731 100,00 14592,10 100,000
Sumber: Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014

Merujuk pada Tabel 2.2 di atas maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Astanaanyar
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu hanya 2,89 Km 2 atau sekitar 1,73%
dari Kota Bandung. Sedangkan kecamatan dengan luas terbesar adalah Gedebage dengan 9,58
Km2 atau sekitar 5,73% dari Kota Bandung.

2-5
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 1 Peta Wilayah Administrasi Kota Bandung


Sumber : RTRW Kota Bandung 2011-2031
2-6
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2.2 berikut mendeskripsikan proporsi luas administratif per kecamatan dalam
luas wilayah Kota Bandung. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah per
kecamatan di Kota Bandung relatif tidak jauh berbeda satu sama lain yang berarti pemerataan
pembagiaan pemerintahan telah cukup proporsional. Namun tingkat kependudukan dan
kondisi sosial ekonomi per kecamatan dapat dijadikan bahan analisis selanjutnya untuk
mengukur kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman.

Bandung Kulon
4% 4%
Babakan Ciparay
3% 3% 4% 4% 4% 4% 2% 2%
3% Bojongloa Kaler
3%
2% 4% Bojongloa Kidul
4% 4% Astanaanyar
2% Regol
5%
2% Lengkong
3% 4%
Bandung Kidul
4% 4% 6%
2% 4% 3% 4% Buah Batu
2% 4%
Rancasari
Gedebage

Gambar 2. 2 Proporsi Luas Wilayah Administrasi per Kecamatan di Kota Bandung


Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014

2.1.4 Kondisi Kependudukan


Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), diperlukan
komponen penduduk yang berkualitas. Hanya dengan adanya penduduk yang berkualitas,
keberadaan potensi sumber daya yang beraneka ragam dapat dimanfaatkan secara tepat,
efisien, dan berkesinambungan.
Perkembangan jumlah penduduk Kota Bandung selama periode 2012-2014 cukup
mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Bandung
berjumlah 2.455.517 jiwa, pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi sebanyak
2.483.977 jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 1,16%. Pada tahun 2014 jumlah penduduk
berjumlah 2.506.830 jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 0,92% (LKPJ Walikota Bandung.
2014).
Kota Bandung yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan magnet penarik
bagi penduduk dari daerah lain untuk datang ke Kota Bandung, baik yang bertujuan untuk
menetap ataupun komuter. Aktivitas sosial dan ekonomi yang semakin kompleks dan
berkembang pesat di Kota Bandung juga menjadikan salah satu daya tarik (pull factors) bagi

2-7
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

sebagian orang untuk mencari penghidupan di Kota Bandung. Selain akibat pertumbuhan
penduduk secara alami (fertilitas), adanya migrasi masuk yang lebih besar dari migrasi keluar
inilah yang menyebabkan jumlah penduduk Kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya.
Tabel 2.3 berikut mencantumkan Jumlah Penduduk serta Komposisi Penduduk di Kota
Bandung.
Tabel 2.3
Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2012-2014

Peningkatan/
Penurunan
Uraian 2012 2013 2014*
Periode 2012-
2014 (%)

Jumlah Penduduk (jiwa) 2.455.517 2.483.977 2.506.830 0,92

Rata-rata Kepadatan Penduduk


14.676 14.847 14.983 0,92
(jiwa/km2)

Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,26 1,16 0,92 -0,24

Komposisi Penduduk, menurut:


a. Jenis Kelamin

Pria (orang) 1.246.122 1.260.565 1.272.162 0,92

Perempuan (orang) 1.209.395 1.223.412 1.234.668 0,92

b. Angkatan Kerja (orang) 1.171.551 1.176.377

Jumlah yang Bekerja (orang) 1.064.167 1.047.235

Jumlah pengangguran (orang) 107.384 129.142

Tingkat Pengangguran (%) 9,17 10,98

c. Pendidikan (penduduk usia> 10 th dan Ijazah tertinggi).

Tidak/belum pernah
sekolah/tidak/belum tamat SD 191.141 224.078
(orang)
SD/MI/sederajat (orang) 482.763 501.285

SMP/MTs/sederajat (orang) 409.741 411.969

SLTA/sederajat (orang) 661.857 743.328

Perguruan Tinggi (orang) 292.142 257.978


Sumber: BPS Kota Bandung, 2014. *) Angka Sementara

2-8
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Dengan luas wilayah sekitar 167,31 Km2, maka kepadatan penduduk Kota Bandung
pada tahun 2013 adalah 14.847 jiwa/Km2 dan tahun 2014 adalah 14.983 jiwa/Km2. Seluruh
jumlah penduduk tersebut tersebar di kecamatan yang ada.
Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Babakan ciparay, yaitu
mencapai jumlah 147.096 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah
Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk 25.231 jiwa dengan kepadatan 6.856 Jiwa/Km 2.
Dari kecamatan yang ada, sekitar 50% penduduk tinggal di 10 kecamatan saja, yaitu Bandung
Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying
Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4%.
Distribusi persentase jumlah penduduk Kota Bandung menurut kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 2.4 berikut.

2-9
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Tabel 2.4
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

Jumlah Penduduk (orang) Tingkat Kepadatan


Jumlah
No Nama Kecamatan Pertumbuhan Penduduk
2014 2015 2016 2017 2018 2019 KK
(%) (Orang/Ha)
1 BANDUNG KULON 0,0090 222,43
143.690 144.980 146.281 147.594 148.919 150.256 28.738
2 BABAKAN CIPARAY 0,0090 199,22
148.417 149.750 151.096 152.453 153.822 155.204 29.683
3 BOJONGLOA KALER 0,0090 400,95
121.487 122.578 123.679 124.790 125.911 127.043 24.297
4 BOJONGLOA KIDUL 0,0082 137,97
86.369 87.076 87.788 88.506 89.230 89.960 17.274
5 ASTANAANYAR 0,0107 240,73
69.570 70.317 71.073 71.837 72.608 73.389 13.914
6 REGOL 0,0090 191,16
82.197 82.934 83.677 84.427 85.183 85.946 16.439
7 LENGKONG 0,0090 121,74
71.825 72.469 73.118 73.774 74.435 75.102 14.365
8 BANDUNG KIDUL 0,0090 98,16
59.486 60.020 60.559 61.102 61.651 62.204 11.897
9 BUAH BATU 0,0106 121,21
96.118 97.140 98.172 99.215 100.269 101.334 19.224
10 RANCA SARI 0,0203 107,03
78.454 80.044 81.667 83.322 85.011 86.735 15.691
11 GEDEBAGE 0,0264 39,73
38.061 39.066 40.097 41.156 42.242 43.357 7.612
12 CIBIRU 0,0223 116,49
73.622 75.263 76.941 78.656 80.410 82.202 14.724
13 PANYILEUKAN 0,0221 80,67
41.139 42.051 42.982 43.934 44.907 45.902 8.228
14 UJUNGBERUNG 0,0203 122,59

2-10
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Jumlah Penduduk (orang) Tingkat Kepadatan


Jumlah
No Nama Kecamatan Pertumbuhan Penduduk
2014 2015 2016 2017 2018 2019 KK
(%) (Orang/Ha)
78.460 80.050 81.673 83.328 85.016 86.739 15.692
15 CINAMBO 0,0202 69,95
25.741 26.261 26.792 27.334 27.886 28.450 5.148
16 ARCAMANIK 0,0185 120,26
70.595 71.901 73.231 74.585 75.965 77.370 14.119
17 ANTAPANI 0,0112 198,67
75.298 76.144 77.000 77.865 78.740 79.625 15.060
18 MANDALAJATI 0,0149 96,74
64.523 65.483 66.456 67.444 68.447 69.465 12.905
19 KIARACONDONG 0,0113 218,07
133.457 134.958 136.477 138.012 139.565 141.135 26.691
20 BATUNUNGGAL 0,0113 243,12
122.288 123.664 125.055 126.462 127.885 129.325 24.458
21 SUMUR BANDUNG 0,0202 109,76
37.320 38.075 38.846 39.633 40.435 41.254 7.464
22 ANDIR 0,0112 265,88
98.641 99.741 100.853 101.978 103.115 104.265 19.728
23 CICENDO 0,0111 147,03
100.863 101.987 103.123 104.272 105.434 106.608 20.173
24 BANDUNG WETAN 0,0145 93,14
31.576 32.034 32.499 32.971 33.450 33.936 6.315
25 CIBEUNYING KIDUL 0,0102 207,44
108.905 110.015 111.137 112.270 113.415 114.571 21.781
26 CIBEUNYING 0,0102 159,21
KALER 71.644 72.371 73.106 73.848 74.598 75.356 14.329
27 COBLONG 0,0102 180,78
132.871 134.226 135.594 136.976 138.373 139.784 26.574
28 SUKAJADI 0,0112 254,86
109.592 110.822 112.067 113.325 114.597 115.884 21.918
29 SUKASARI 0,0112 132,10

2-11
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Jumlah Penduduk (orang) Tingkat Kepadatan


Jumlah
No Nama Kecamatan Pertumbuhan Penduduk
2014 2015 2016 2017 2018 2019 KK
(%) (Orang/Ha)
82.827 83.757 84.697 85.647 86.609 87.581 16.565
30 CIDADAP 0,0137 97,34
59.476 60.291 61.117 61.954 62.803 63.664 11.895
Total
2.514.511 2.545.467 2.576.852 2.608.671 2.640.933 2.673.644 502.902
Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014

2-12
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Berdasarkan Tabel 2.4 jumlah penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk
5 (lima) tahun kedepan maka dapat dianalisis bahwa kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Bandung Kulon, Kiaracondong, Bojongloa kidul, Batununggal. Sedangkan wilayah
Bandung Timur khususnya Gedebage, Arcamanik, Rancasari relatif jumlah penduduknya masih
lebih sedikit dibandingkan Bandung Tengah dan Kulon sehingga telah sesuai pengembangan
pembangunan dan pemerintahan ke depannya menurut RTRW Kota Bandung 2011-2031 akan
diarahkan ke wilayah Bandung Timur. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan kesiapan
operasional teknis infrastruktur permukiman yang memadai.
Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Kota Bandung pada tahun 2013 adalah
689.406 jiwa atau sebesar 27,75 % dari jumlah penduduk Kota Bandung. Menelaah lebih jauh
jumlah dan pemetaan rumah tangga miskin di Kota Bandung maka dapat diperoleh informasi
dari Gambar 2.3 bahwa sebaran rumah tangga miskin berada di mana saja. Informasi ini sangat
berguna untuk mengetahui potensi tingkat resiko sanitasi yang cukup tinggi yang dapat berada
di lokasi rumah tangga miskin yang berjumlah besar. Hal ini berdasarkan dari pemikiran bahwa
kemiskinan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas dan akses terhadap
infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman yang minim sehingga perlu diprioritaskan
untuk ditangani.

Gambar 2. 3 Peta Sebaran Rumah Tangga Miskin di Kota Bandung


Sumber : Dit. Pengembangan Kawasan Permukiman, DJCK Kemen PU. 2013

2-13
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Dari Gambar 2.3 di atas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah rumah tangga
miskin yang sangat tinggi yaitu kisaran 1000-9150 KK berada di Kecamatan Bandung Kulon,
Bojongloa Loa Kaler, Babakan Ciparay, Kiaracondong dan Batununggal. Kecamatan dengan
persentase penduduk miskin tertinggi (perbandingan penduduk miskin dengan jumlah
penduduk) berada di Kecamatan Bojongloa Kaler dengan persentase 45,43% kemudian
Kecamatan Batununggal dengan persentase 40,24%. Kecamatan dengan persentase penduduk
miskin terendah adalah Kecamatan Rancasari dengan persentase 9,67% dan Kecamatan
Bandung Wetan.

2.1.5 Kondisi Sosial Masyarakat


Masyarakat Kota Bandung sejak awal merupakan masyarakat yang heterogen, dan
semakin lama semakin dibanjiri oleh pendatang yang menumpang hidup, dan turut menghidupi.
Studi Bruner tersebut menunjukkan bagaimana kebudayaan Sunda menjadi pedoman pergaulan
antar budaya di tempat-tempat umum. Menurutnya, acuan ke kebudayaan setempat yang
dominan ini menunjang integrasi antar golongan penduduk yang beragam di kota. Meskipun
studi itu tidak sampai memperlihatkan bagaimana peranannya dalam pembangunan kota.
Namun dewasa ini interaksi sosial di beberapa jenis tempat umum tidak lagi
berpedoman kepada kebudayaan Sunda, melainkan pada kebudayaan nasional atau diwarnai
oleh unsur-unsur kebudayaan para pelaku yang dominan di bidang kegiatan yang bersangkutan.
Dengan demikian peranan kebudayaan Sunda (terutama dari sisi bahasa) sebagai sarana
komunikasi umum di Kota Bandung, telah melemah.
Namun studi lain oleh Parsudi Suparlan (1974) memperlihatkan penyerapan bahasa
Sunda oleh generasi kedua pendatang di Kota Bandung. Demikian pula, rasa turut memiliki Kota
Bandung juga menguat di kalangan para pendatang yang telah tinggal di sini beberapa generasi.
Bahkan beberapa tokoh yang terkemuka dalam upaya pelestarian peninggalan sejarah Bandung
dan tradisi budaya Sunda, adalah orang-orang bukan-Sunda. Mereka ini juga menjadi semacam
fasilitator antar golongan budaya, meski jumlahnya terlalu kecil. Sementara itu, kiranya juga
dapat diterima bahwa di kalangan pendatang yang tinggal sementara, atau belum lama, belum
tumbuh sense of belonging yang kuat untuk menumbuhkan sikap turut memelihara keadaan
Kota Bandung, juga tidak memiliki legitimasi sosial untuk turut mengendalikan keadaan kota
ini.
Perkumpulan para pendatang banyak, perkumpulan penduduk asli juga banyak, namun
belum terjalin. Di Kota Bandung belum tumbuh perasaan kewargaan yang kuat yang mengikat,
baik orang Sunda maupun bukan-Sunda sebagai warga kota, meskipun ada juga potensinya
pada pertandingan-pertandingan olahraga tingkat tinggi dengan daerah lain, yang anggotanya
juga meliputi warga Bandung yang bukan-Sunda.

2-14
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Pemetaan mata pencahariaan di Kota Bandung berdasarkan gender dapat dilihat pada
Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5
Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Di Kota
Bandung Tahun 2013

Laki-laki Perempuan
No Lapangan Usaha Utama Jumlah
(jiwa) (jiwa)
1 Pertanian 16.497 4.781 21.278
2 Industri 143.054 74.122 217.176
3 Perdagangan 195.197 137.637 332.835
4 Jasa 166.732 103.136 269.868
5 Lainnya 191.116 46.72 237.836
TOTAL 712.596 366.397 1.078.993
Sumber : Bandung Dalam Angka, BPS Kota Bandung, 2014

Mengacu dari data pada Tabel 2.5 di atas maka dapat diketahui bahwa Kota Bandung
sebagai Kota Jasa dan Pariwisata memiliki sektor pedagangan dan jasa tertinggi sebagai sumber
ekonomi dan sosial sehingga hal ini perlu didukung dengan kualitas dan kesiapan teknologi
pengelolaan lingkungan hidup yang menunjang agar pergerakan ekonomi tersebut semakin
positif dan berkembang sebagai entitas Kota Bandung sebagai Kota Metropolitan.

2.1.6 Kebijakan Penataan Ruang Kota Bandung


Perkembangan Kota Bandung yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor secara sinergis,
berkesinambungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu perencanaan pembangunan sanitasi
periode tahun 2015-2019 ini perlu dimutakhirkan dengan perencanaan tata ruang dan wilayah
Kota Bandung yang dituangkan dalam Perda Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Bandung 2011-2031. Perencanaan Pembangunan Sanitasi Perkotaan Kota Bandung
berdasarkan pada kebijakan dan aturan rencana ruang dan pola ruang agar dapat berkelanjutan
dan terpadu dengan sektor lainnya.
Stategi Sanitasi Kota Bandung harus disesuaikan dengan tujuan penataan ruang Kota
Bandung yaitu Mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri
kreatif yang bertaraf nasional. Untuk itu telah ditetapkan kebijakan rencana struktur ruang
dan pola ruang sebagai basis perencanaan fisik di Kota Bandung. Berikut ini uraian dari
kebijakan penataan ruang Kota Bandung tersebut.

2-15
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Kebijakan Struktur Ruang Kota Bandung :


1. Perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang
perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri
kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan
Nasional;
Dalam rangka upaya perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien
tersebut maka strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- mengembangkan 2 (dua) PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
Timur;
- membagi kota menjadi 8 (delapan) SWK, masing-masing dilayani oleh 1 (satu) SPK;
- mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;
- menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya; dan
- menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan
kapasitas jaringan jalan.
2. Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi
berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali;
Dalam rangka upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan
prasarana tersebut maka strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat
dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi;
- mengawasi fungsi dan hirarki jalan;
- meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan,
manajemen dan rekayasa lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan;
- memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu;
- menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat
kegiatan;
- mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas
kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah
yang berbatasan;
- mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi kota.
3. Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota
yang terpadu dengan sistem regional.
Dalam rangka upaya Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi
pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional maka strategi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :

2-16
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

- menjaga keseimbangan ketersediaan air baku;


- mempertahankan kualitas air permukaan dan air tanah dangkal;
- Mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan
pembangunan;
- mengupayakan ketersediaan sumber air baku melalui kerjasama antardaerah;
- mengurangi tingkat kebocoran air minum;
- memperluas jaringan prasarana air limbah;
- mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada setiap
kegiatan yang menghasilkan limbah;
- meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi
permasalahan banjir dan genangan;
- mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPAS dengan cara
pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang ramah
lingkungan;
- meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan
sampah;
- menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan
kota dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya;
- mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada;
- mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum baru skala
kota dan wilayah ke Wilayah Bandung Timur;
- melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah kota;
- menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi
fasilitas yang sudah jenuh;
- mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum;
dan
- mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana
pemadam kebakaran.
Rencana struktur ruang disusun untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan ruang,
keserasian pengembangan ruang dan keefektifan sistem pelayanan. Struktur ruang Kota
Bandung terdiri dari unsur-unsur pusat-pusat pelayanan kota secara berjenjang, pembagian
wilayah kota, sebaran kegiatan fungsional, dan sistem jaringan prasarana transportasi.
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, Rencana hirarki pusat pelayanan
wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 3 jenjang yaitu:
a. pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional;
b. subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan

2-17
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

c. pusat lingkungan (PL)


Pusat pelayanan kota yang direncanakan sampai dengan tahun 2031 adalah pusat
Alun-alun dan Gedebage. Pusat Pelayanan Alun-alun melayani Subwilayah Kota (SWK)
Cibeunying, Karees, Bojonegara, dan Tegalega, sedangkan Pusat Pelayanan Gedebage melayani
Subwilayah Kota Arcamanik, Derwati, Kordon, dan Ujungberung.
Pusat Pelayanan Alun-Alun (PPK Alun-alun) melayani Subpusat Pelayanan Kota
(SPK) Setrasari, Sadang Serang, Kopo Kencana dan Turangga. Kebijakan dasar
pengembangannyaadalah urban renewal. Wilayah belakang Pusat Pelayanan Alun-alun adalah:
1. Subpusat Pelayanan Setrasari, melayani:
Kecamatan Andir
Kecamatan Sukasari
Kecamatan Cicendo
Kecamatan Sukajadi
2. Subpusat Pelayanan Sadang Serang, melayani:
Kecamatan Cidadap
Kecamatan Coblong
Kecamatan Bandung Wetan
Kecamatan Cibeunying Kidul
Kecamatan Cibeunying Kaler
Kecamatan Sumur Bandung
3. Subpusat Pelayanan Kopo Kencana, melayani:
Kecamatan Astana Anyar
Kecamatan Bojongloa Kidul
Kecamatan Bojongloa Kaler
Kecamatan Babakan Ciparay
4. Subpusat PelayananMaleer, melayani:
Kecamatan Regol
Kecamatan Lengkong
Kecamatan Batununggal
Kecamatan Kiaracondong

Artinya berdasarkan rencana pengembangan struktur ruang RTRW Kota Bandung 2011-
2031 maka pembangunan infrastruktur termasuk sanitasi diprioritaskan dalam rangka
peremajaan atau pemeliharaan terhadap fasilitas sanitasi yang telah ada. Adapun peningkatan
cakupan pelayanan masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi lebih dititikberatkan pada PPK
Gedebage.

2-18
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Pusat Pelayanan Gedebage melayani Subpusat Pelayanan Arcamanik, Ujungberung,


Kordon dan Derwati. Kebijakan dasar pengembangannya adalah urban development. Wilayah
belakang Pusat Pelayanan Gedebage adalah:
1. Subpusat Pelayanan Arcamanik, melayani:
Kecamatan Arcamanik
Kecamatan Mandalajati
Kecamatan Antapani
2. Subpusat Pelayanan Ujungberung, melayani:
Kecamatan Ujungberung
Kecamatan Cibiru
Kecamatan Cinambo
Kecamatan Panyileukan
3. Subpusat Pelayanan Kordon, melayani:
Kecamatan Bandung Kidul
Kecamatan Buahbatu
4. Subpusat Pelayanan Derwati, melayani:
Kecamatan Gedebage
Kecamatan Rancasari
Berdasarkan hasil analisis yang dituangkan dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031
maka pengembangan ruang yang memerlukan peningkatan infrastruktur adalah Wilayah
Bandung Timur terutama di wilayah perumahan yaitu Arcamanik, Ujungberung, Kordon, dan
Gedebage. Rencana Struktur Ruang Kota Bandung yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung
2011-2031 dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.

2-19
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 4 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandung

2-20
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031, telah
ditetapkan pula rencana pengembangan jaringan prasarana kota. Terkait Perencanaan
Pembangunan Sanitasi termasuk pada Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan
Lingkungan Kota terdiri atas:
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem pengolahan air limbah kota;
c. sistem persampahan kota;
d. sistem jaringan drainase kota;
e. sistem penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki;
f. sistem jalur evakuasi bencana.
Berikut hasil telaahan rencana pengembangan prasarana pengelolaan lingkungan kota
yang tertuang dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 khususnya sektor sanitasi:

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Kota


Berdasarkan hasil analisis dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031, terlihat bahwa pada
tahun 2031 produksi air limbah diperkirakan mencapai 5.824 l/detik. Kapasitas pelayanan IPAL
Bojong Soang hanya 936 (l/dtk). Dengan demikian, terlihat bahwa kondisi pelayanan air kotor
masih jauh dari yang dibutuhkan sehingga perlu penambahan kapasitas jaringan air kotor dan
IPAL. Namun demikian, pengembangan sistem publik prasarana air kotor ini tidak
memungkinkan untuk dikembangkan dalam jangka pendek, mengingat investasi yang cukup
besar, dan perbaikan kondisi air bersih lebih mendapatkan prioritas.
Rencana lokasi IPAL baru Kota Bandung berdasarkan perencanaan tahun 2004-2013
yang belum terealisir dapat menjadi alternatif pengembangan pada tahun 2011-2031 tentunya
dengan studi yang lebih dalam. Dalam menentukan lokasi IPAL yang tepat, faktor-faktor yang
dijadikan pertimbangan, yaitu:
a) Ketersediaan lahan yang memadai
b) Jarak terhadap badan air penerima
c) Ketersediaan sarana jalan dan listrik
d) Berada jauh dari pemukiman penduduk
e) Lokasi yang apabila ditinjau dari topografinya memungkinkan untuk pengaliran secara
gravitasi
f) Tata ruang kota, atau tata guna lahan kota.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan Air Limbah Kota Bandung, selain dengan
menambah pembuatan IPAL baru, dimana direncanakan sebanyak 2 buah dengan kapasitas
pelayanan mencapai 1500-2000 l/detik, IPAL baru ini sebaiknya direncanakan dengan

2-21
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

menggunakan teknologi yang mengurangi kebutuhan lahan dan memberikan kinerja yang baik.
Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Bandung adalah sebagai berikut:
a) revitalisasi IPAL Bojongsoang;
b) optimalisasi dan pengembangan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang
sudah terlayani; dan
c) pengembangan sistem pengolahan air limbah publik setempat bagi wilayah yang tidak
terlayani saluran air limbah terpusat dengan prioritas di permukiman kumuh.
Adapun untuk jangka pendek Pengembangan jaringan air limbah lebih ditekankan pada
pengoptimalan sistem yang sudah ada. Air limbah di wilayah Bandung Barat belum tertangani
secara optimal. Air limbah dari daerah tangkapan barat masih dialirkan langsung ke badan air
(sungai Citepus) daerah Karasak. Air limbah dari daerah tangkapan ex jaman Belanda secara
langsung dibuang ke sungai Citepus sehubungan dengan bangunan inhoftank ex Belanda yang
sudah tidak berfungsi lagi.
Rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Penyambungan dari tangkapan Nyengseret dan inhoftank ke trunk sewer barat berupa
pemasanga pipa 800 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan infoftank.
b) Penggabungan daerah tangkapan barat ke Trunk Sewer bagian Timur berupa pemasangan
pipa-pipa 110 mm dengan sistem jacking sepanjang jalan Soekarno Hatta dari simpang
inhoftank sampai dengan MH. Eksisting (samsat) dan pebangunan bangunan pumping.
Selanjutnya perlu adanya peningkatan kinerja IPAL Bojongsoang yang saat ini masih
belum optimal. Hal ini disebabkan karena terganggunya proses kolam akibat adanya daerah
mati (dead zone) yang menyebabkan sistem aliran pada kolam fakultatif tidak baik.
Pertumbuhan rumput pada areal kolam tidak dapat tertangani untuk seluruh areal kolam.
Terjadi penumpukan lumpur pada bak penampung (slump well).
Rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Revitalisasi IPAL Bojongsoang
b) Perbaikan kolam plus unit bak pengering lumpur dan pengangkat lumpur kolam (sludge
pump)
c) Kajian teknis IPAL Bojongsoang untuk pengabungan buangan air kotor Bandung Barat.
d) Pemanfaatan saluran Air Kotor yang tersedia belum optimal. Keterbatasan pipa pengumpul
di wilayah timur.
Terkait permasalahan yaitu masih rendahnya kapasitas air limbah yang masuk ke
Instalasi Pengolahan Bojongsoang dan pencemaran air limbah domestik terhadap sungai masih
cukup tinggi, maka rencana tindak perbaikannya adalah:
a) Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air
minum.

2-22
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

b) Optimasi pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani sistem
tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah tangga yang
belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat.
c) Pengembangan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang
tidak terlayani saluran air limbah terpusat dan diprioritaskan bagi daerah kumuh. Saat ini
tidak semua wilayah di Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah
Bandung Timur. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem
individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini
sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang
belum terlayani sistem terpusat, sebaiknya dikembangkan sistem setempat, namun sistem
ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat
membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung
Timur masih cukup rendah kepadatan penduduknya,sehingga tidak ekonomis apabila
langsung dikembangkan sistem terpusat.

b. Sistem Persampahan Kota


Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung, pelayanan pengangkutan sampah
tahun 2014 mencapai 1.070,6 ton/hari dengan beban pengolahan 1.258,1 ton./hari dan
timbulan sampah sebesar 1.510,7 ton/hari. Jika dilihat dari aspek persebaran penduduk per
wilayah operasional, tingkat pelayanan persampahan Kota Bandung hingga saat ini mencapai
44,92% untuk Bandung Utara, 40,49% untuk Bandung Barat, 16,93% untuk Bandung Selatan,
dan 11,43% untuk Bandung Timur. Dapat disimpulkan kinerja Pemerintah Kota Bandung dalam
pelayanan dan pengelolaan persampahan perkotaan tahun 2014 adalah telah tercapai 16%
(Melalui 3R: Reduce, Reuse, Recycle), tercapai 74% (Landfill) serta Pemanfaatan Teknologi yang
Berwawasan Lingkungan dan Ekonomis masih dalam progress.
Dalam program pengelolaan persampahan Kota Bandung sesuai dengan RPJM Kota
Bandung bahwa sampai tahun 2018 tingkat pengelolaan sampah adalah 90% dengan
menggunakan TPA/TPST adalah 25 % dan menggunakan 3R, biodegester dan teknologi ramah
lingkungan adalah 65 %, sedangkan untuk program jangka panjang sampai tahun 2025 adalah
tingkat fungsionalisasi TPA melalui pemanfaatan teknologi yang berwawasan lingkungan
adalah 100%, menggunakan teknologi biodigester dengan cakupan pelayanannya diharapkan
mencapai 1% sampai tahun 2018 dan 1% per tahun sampai tahun 2025, menggunakan Tempat
Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan dengan target cakupan pelayanan
34%, %sampah yang dikelola secara landfill adalah 25%, prosentase sampah yang dikelola
dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) adalah 30 %. Untuk mencapai target tersebut perlu

2-23
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

memunculkan program prioritas. Program prioritas lebih menitikberatkan kepada partsipasi


masyarakat Kota Bandung dalam mengelola sampah Kota Bandung.
Untuk meningkatkan pelayanan persampahan Kota Bandung, maka diperlukan
penambahan TPA yang akan melayani Kota Bandung. Lokasi TPA yang akan digunakan harus
sesuai dengan SNI 03-3241-1994 yang menyatakan tempat pemrosesan akhir sampah adalah
sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang
digunakan untuk mengkarantinakan sampah kota secara aman. Kriteria lokasi TPA harus
memenuhi persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup dengan AMDAL serta
tata ruang yang ada.
Kelayakan lokasi TPA ditentukan berdasarkan:
a) kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone meliputi kondisi geologi,
hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari lapangan terbang, cagar alam banjir dengan
periode 25 tahun;
b) kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai tambahan meliputi iklim,
utilitas,lingkungan biologis, kondisi tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau,
estetika, dan ekonomi; dan
c) kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan menetapkan
lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat.
Melihat dari ketersediaan lahan di wilayah Kota Bandung, maka lokasi baru TPA
kemungkinan besar berada di Bandung Timur, namun demikian diperlukan studi kelayakan
lebih lanjut baik secara teknis maupun sosial ekonomis dan lingkungan.
Rencana untuk sistem persampahan Kota Bandung adalah sebagai berikut:
a) pembangunan paling kurang 1 (satu) TPS di setiap PL;

b) pembangunan infrastruktur perkotaan pengolahan sampah di Gedebage.

c) operasionalisasi TPA Regional di Legok Nangka, Kabupaten Bandung;

d) peningkatan pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan dan skala kota; dan

e) optimalisasi TPA Sarimukti.

c. Sistem Drainase Kota


Secara umum sistem drainase di Kota Bandung terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan
yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai sepanjang 265,05 km.
Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan.
Namun, sekitar 30% ruas jalan belum memiliki saluran drainase sehingga beberapa daerah

2-24
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

rawan banjir dan genangan. Kondisi saluran mikro ini di beberapa tempat terputus (tidak
berhubungan dengan saluran di bagian hilirnya). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas jalan
yang memiliki saluran drainase.
Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum terencana dengan
baik. Pada tahun 2014 panjang drainase yang tidak berfungsi dengan baik adalah 223.485, 83 m
dan terdapat 38 titik di Kota Bandung yang merupakan lokasi banjir yang tertangani lebih dari 2
jam. Penyebab terjadinya daerah rawan banjir ini adalah karena tertutupnya street inlet oleh
beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam saluran drainase, adanya
pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi drainase yang tidak sesuai dengan
kebutuhan di lapangan, serta pengalihfungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan
fungsi komersil seperti pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain lain sehingga tutupan lahan
pun berubah yang meningkatkan debit limpasan.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait infrastruktur drainase seperti
terjadinya banjir dan genangan yang semakin meluas di Kota Bandung akibat pertambahan
penduduk dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat sehingga terjadi perubahan tata
guna lahan dapat diterapkan Sustainable Drainage System (SUDS) atau Sistem Drainase
Berkelanjutan. Konsep ini merupakan sistem penyaluran air hujan yang dirancang untuk
mengalirkan air permukaan sekaligus sebagai upaya konservasi air.
Dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031, Rencana pengembangan prasarana drainase
secara umum adalah sebagai berikut :
1) Penataan dan pengembangan sistem drainase secara terpadu dengan brandgang.
Pada saat ini masih banyak jaringan drainase yang tidak terhubungkan satu dengan yang
lain, sehingga perlu pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi. Dalam hal ini
perlu ditinjau ulang kondisi eksisting saluran drainase dan melakukan perbaikan secara
teknis untuk saluran yang memerlukan perbaikan. Untuk perbaikan ini mungkin bisa
dilakukan secara bertahap dengan membuat sektor-sektor perbaikan yang direncanakan
dalam beberapa jangka waktu, sehingga diharapkan pada tahun 2031 semua saluran
drainase telah berfungsi dengan baik.
2) Peningkatan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro umumnya berupa sungai
atau anak sungai. Pada saat ini banyak sungai di Kota Bandung yang fungsinya mengalami
penurunan, yang disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini
disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai dan erosi.
3) Pengintegrasian sistem drainase dengan wilayah resapan. Untuk mengaplikasikan sistem
drainase berkelanjutan, sebaiknya fasilitas drainase dilengkapi dengan daerah resapan,
sehingga dapat juga untuk menambah cadangan air tanah. Fasilitas resapan dapat berupa
parit resapan, sumur resapan, kolam resapan, dan perkerasan resapan. Selain fasilitas

2-25
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

resapan juga dapat digunakan fasilitas penyimpan seperti : retrading basin, wetland,
kolam regulasi, taman, pekarangan, ruang terbuka.
4) Penurunan tingkat sedimentasi pada sistem drainase melalui normalisasi sungai,
reboisasi hulu sungan dan pengerukan sungai yang berkelanjutan. Pemeliharaan saluran
drainase dari sampah dan sedimen dengan secara rutin melakukan pengerukan pada
musim kemarau dan memasang grit atau barscreen di tempat-tempat yang berpotensi
masuknya sampah ke dalam saluran drainase.
Setelah ditetapkannya struktur ruang Kota Bandung maka yang perlu ditelaah lebih lanjut
dalam kebijakan penataan ruang adalah Pola Ruang Kota Bandung. Berikut ini uraian dari
Kebijakan Pola Ruang Kota Bandung RTRW 2011-2031 :
Kebijakan Pola Ruang :
1. perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung;
strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah :
- menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di Kawasan Bandung
Utara;
- mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan hutan kota;
- mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah
serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi;
- mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau
sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api;
- mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke
fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau;
- melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah
ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural;
- meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.
2. optimalisasi pembangunan wilayah terbangun.
Strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah :
- mengembangkan pola ruang kota yang kompak, intensif dan hijau, serta berorientasi
pada pola jaringan transportasi;
- mendorong dan memprioritaskan pengembangan ke Bandung bagian timur yang
terdiri dari SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon, dan SWK Gedebage;
- mengendalikan bagian barat kota yang telah berkembang pesat dengan kepadatan relatif
tinggi, yang terdiri atas SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK
Karees;

2-26
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

- membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara yang berada di luar kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung bagi kawasan bawahannya;
- mempertahankan fungsi dan menata RTNH; dan
- menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan lahan dan fasilitas parkir yang
memadai bagi kegiatan pada kawasan peruntukan lainnya.
Kebutuhan Pembangunan infrastruktur sanitasi terikat erat dengan Kebutuhan
perumahan. Kebutuhan Perumahan di Kota Bandung terus meningkat seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota
Bandung sebagai Kota Jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan
nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk perumahan pada tahun 2031 disiapkan
untuk menampung lebih kurang 4.093.322 jiwa. Sementara itu pada tahun 2000, luas lahan
permukiman sudah mencapai 53% dari lahan keseluruhan yaitu seluas 8.866,715 ha
menampung 2.136.260 jiwa. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat pelayanan permukiman
dan yang memenuhi persyaratan pelayanan prasarana dasar selain pengembangan horizontal
juga pengembangan vertikal berupa rumah susun. Pengembangan secara vertikal ini dilakukan
kecuali di kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, atau kapasitas prasarananya
terbatas, dan kawasan dengan tingkat pelayanan jalan rendah. Pengembangan perumahan
diklasifikasikan menjadi perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan
rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen,
direncanakan di Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, Bojong Loa
Kidul, Regol, Babakan Ciparay, Bojong Loa Kaler, Astana Anyar, Lengkong, Sumur Bandung,
Buah Batu, Batununggal, Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul. Perumahan kepadatan
sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150 m 2, yaitu di Kecamatan Bandung Wetan,
Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, Mandala Jati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru. Perumahan
kepadatan rendah rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m2, yaitu di Kecamatan
Cidadap, Ujung Berung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan yang
direncanakan ini untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara
horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Dari
rencana luas kavling perumahan ini menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota
Bandung semakin terbatas sehingga pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif
di wilayah kota dan makin ekstensif ke wilayah luar Kota Bandung.
Berdasarkan dari hasil analisis rencana pola ruang khususnya ruang untuk perumahan
maka perlu disesuaikan strategi sanitasi kota dengan jenis kepadatan penduduk baik
kebijakannya maupun teknologi pengelolaan sanitasi yang dipilih. Untuk melihat gambaran Pola
Ruang Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini.

2-27
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 5 Peta Pola Ruang Kota Bandung

2-28
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.1.7 Kondisi Kesehatan Kota Bandung


Kualitas lingkungan hidup sebagai habitat manusia sangat erat korelasinya dengan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat tersebut sebagai bagian dari ekosistem. Untuk
itu perlu ditelaah kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandung yang tercatat hingga tahun 2014
terutama dalam hal status penyakit yang ada kaitannya dengan sektor sanitasi.
Berdasarkan dari RPJMD Kota Bandung tahun 2013-2018 diketahui bahwa cakupan
penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA serta Demam Berdarah Dengeu (DBD)
di Kota Bandung juga sudah optimal. Selama periode 2008-2013 cakupan penemuan dan
penanganan penderita kedua jenis penyakit tersebut sudah mencapai 100%. Kinerja cakupan
pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin selama 3 tahun terakhir (2011-2013)
sudah mencapai 100%. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat miskin telah mengakses
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Berdasarkan dari angka kesakitan (morbiditas) dapat diketahui informasi di masyarakat
(community based data) mengenai permasalahan penyakit, perkembangan dan penyebarannya.
Data kesakitan di Kota Bandung didapat dari laporan- laporan layanan rawat jalan di
puskesmas. Berdasarkan laporan yang masuk dari puskesmas tahun 2013 didapat 20 penyakit
terbanyak dan yang berkaitan erat dengan kualitas sanitasi sebagai faktor pemicu adalah
penyakit Acute Flacid Paralysis (AFP). Tahun 2013 di Kota Bandung ditemukan kasus AFP
sebanyak 14 kasus pada anak < 15 tahun, kasus ini ditemukan di 13 kecamatan di Kota Bandung
yaitu Kecamatan Sukajadi, Cicendo, Andir, Cidadap, Sumur Bandung, Cibeunying Kidul,
Kiaracondong, Bojongloa Kaler, Bandung Kulon, Mandalajati, Arcamanik, Ujungberung, dan
Rancasari. Jumlah temuan kasus AFP terbesar ditemukan di Kecamatan Andir yaitu sebanyak 4
kasus. Bila dihitung angka kesakitannya yaitu jumlah kasus AFP pada anak usia < 15 tahun
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia <15 tahun per 100.000-nya terdapat 3,37 per
100.000 penduduk.
Selanjutnya menelaah mengenai kasus Penyakit Diare di mana merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk Kota Bandung, karena besarnya jumlah kasus
yang ada di masyarakat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja sejalan dengan perilaku hidup
individu (personal hygiene) dan lingkungan yang tak sehat terutama pada bayi dan balita.
Jumlah kasus Diare pada balita tahun 2013, yang didapat dari puskesmas termasuk oleh kader
kesehatan, sebesar 25.361 kasus, menurun kasus dari tahun sebelumnya (49.322 kasus).
Kejadian Diare pada semua usia di Kota Bandung tahun 2013 terlaporkan sebanyak 39.414
kasus menurun 30.680 kasus dari tahun 2012 yang sebesar 70.094 kasus. Kasus Diare
terbanyak, bila dilihat wilayahnya, terdapat di Kecamatan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay.
Perhatian khusus juga dapat diberikan kepada Kecamatan Bandung Kulon yang menjadi
wilayah dengan jumlah Kasus Diare terbesar dalam dua tahun berturut ini.

29
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Selain penyakit diare diperoleh informasi mengenai Jumlah kasus DBD di Kota Bandung
yaitu tahun 2012 sebanyak 5.096 kasus, sedangkan di tahun 2013 ditemukan 5.736 kasus
(Profil Kesehatan Kota Bandung, 2013). Jumlah penderita meninggal akibat DBD 13 orang
dengan Case Fatal Rate (CFR) 0,23%, sedangkan di tahun 2012 0,22%. Kasus Penyakit Demam
Berdarah Dengue paling banyak terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 540 kasus. Kecamatan
Buah Batu dapat menjadi perhatian dalam permasalahan DBD karena dalam kurun waktu 3
tahun berturut-turut menjadi kecamatan dengan kasus DBD terbesar di Kota Bandung dengan
407 kasus pada tahun 2011 lalu.

2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK


Pada sub bab ini akan dijelaskan progress dari implementasi SSK Kota Bandung tahun
2010-2014. Perkembangan pembangunan sanitasi di Kota Bandung dari tahun 2010-104 dapat
dilihat dari hasil sandingan target sasaran dalam Dokumen SSK Kota Bandung tahun 2010
dengan capaian kinerja atau implementasi rencana saat ini.
2.2.1 Air Limbah Domestik
Berdasarkan hasil review BPS, SSK dan MPS Kota Bandung 2010, Terdapat informasi
mengenai tujuan program dan kegiatan yang kiranya telah direncanakan pada tahun 2010
2015. Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan yang direncanakan SSK Kota Bandung dapat
dilihat pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Air Limbah
Kota Bandung 2010

No Strategi Program Kegiatan

Sasaran I : Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah dari


kegiatan industri dan komersial lainnya pada akhir tahun 2014
1 Penanganan Air
Limbah 1. Penyambungan dari tangkapan
Bandung Barat Nyengseret & INHOFTANK ke trunk
sewer barat (diameter pipa 800 mm)
2. Pembangunan Prasarana dan Sarana
Air Limbah Terpusat Kota Bandung
3. Pembebasan lahan untuk pumping
station dan pemasangan pipa pda
perlintasan sungai
4. Pembangunan bangunan pumping dan
pemasangan pipa pada perlintasan
sungai
Sasaran II : Mengurangi pencemaran sungai di Kota Bandung dengan

2-30
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

melakukan pengawasan dan pengandalian pembuangan limbah cair


industry dan komersial ke sungai pada akhir tahun 2014
2 Perluasan/Penambahan 1. Pengembangan pemasangan jaringan
Jaringan Air Limbah pipa air limbah diprioritaskan pada
pelanggan air minum per tahun 2000
sambungan rumah
2. Pengembangan pemasangan jaringan
pipa air limbah diprioritaskan pada
pelanggan air minum di area pelayanan
program Bandung barat (6 Km ) per
tahun 3000 sambungan rumah
Sasaran III : Berfungsinya IPAL yang dimiliki oleh industry dan kegiatan
komersial lainnya pada akhir tahun 2014
3 Pengadaan Fasilitas Pengadaan Sarana Operasi & Maintenance
Penunjang Pelayanan Air
Limbah
Sasaran IV : Tersedianya dan berfungsinya IPAL komunal untuk industry
usaha kecil dan menengah sebanyak 3 unit pada tahun 2014
4 Optimalisasi IPAL 1. Revitalisasi IPAL Bojongsoang
Bojongsoang 2. Review Master Plan Air Limbah
3. Kajian Teknik & DED Optimalisasi IPAL
4. Review FS/DED Ujungberung
Sumber: SSK Kota Bandung, 2010

Dari Tabel 2.6 dapat dilihat program dan kegiatan subsektor air limbah domestik yang
telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini akan dilihat
progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
Untuk Progress yang telah dilakukan dikelompokkan berdasarkan sasaran dapat dilihat
pada Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2.7
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah Domestik Kota Bandung
SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan Tersedianya Penangan air limbah Dokumen Masterplan
kualitas lingkungan perencanaan yang dilakukan oleh Air Limbah Kota
sehat dan bersih di pengelolaan air BPLH Kota Bandung Bandung telah
Kota Bandung limbah dari kegiatan hanya terbatas disusun pada tahun
melalui pengelolaan industri dan kepada limbah 2011 tetapi tidak

2-31
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)


Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
air limbah industri komersial lainnya industri dalam skala mencakup
dan kegiatan pada akhir tahun besar tetapi untuk pengelolaan air
komersial lainnya 2014 industri kecil dan limbah dari kegiatan
yang efektif dan sumber lainnya industri dan kegiatan
ekonomis seperti industri komersial lainnya.
Menurunnya makanan seperti Tingkat pencemaran
pencemaran sungai di produksi tahu, limbah sungai yang melewati
Kota Bandung dengan pasar, Rumah Potong Kota Bandung
melakukan hewan masyarakat, menurut SK Gubernur
pengawasan dan sablon dan garmen Jabar No 39 Tahun
pengendalian kaos dan akifitas 2000 termasuk pada
pembuangan limbah industri kecil lainnya status air mutu cemar
cair industri dan masih belum berat . Hal ini masih
komersial ke sungai tertangani dengan disebabkan oleh
pada akhir tahun baik. Pembuangan air
2014; limbah domestik yang
langsung ke sungai
sebelum diolah.
Ditambah lagi dengan
semakin banyaknya
industri di Kota
Bandung yang masih
belum seluruhnya
memiliki standar
IPAL yang berkualitas
sehingga buangannya
aman di lingkungan.
Berfungsinya IPAL IPAL yang berfungsi
yang dimiliki oleh saat ini IPAL Bojong
industri dan kegiatan Soang
komersial lainnya
pada akhir tahun
2014;

2-32
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)


Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Tersedianya dan -
berfungsinya IPAL
komunal untuk
industri usaha kecil
dan menengah
sebanyak 3 unit pada
tahun 2014;
Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung,2015

2.2.2 Pengelolaan Persampahan


Sektor persampahan adalah salah satu aspek dalam pengembangan sanitasi perkotaan.
Untuk program dan kegiatan yang dituangkan dalam Dokumen PPSP Kota bandung tahun 2010
dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung
tahun 2010

No Strategi Program Kegiatan

Sasaran I : Meningkatkan pengurangan sampah di sumber sehingga dapat


mengurangi pengangkutan sampah pada akhir tahun 2014
1 Penataan TPS 3R Perbaikan dan Penataan TPS - TPS
Peningkatan 1. Pengadaan Sarana Pengumpul (Pick Up 3M3)
Pengelolaan Sampah 2. Pengandaan Sarana Pengumpul (Motor Roda Tiga /
Trida 1,5M3)
Perkotaan
3. Pengadaan Alat Berat berupa Bull Dozer
4. Master Plan Revitalisasi TPA

Sasaran II : Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah


dengan 3R (Reuse, Reduse dan Recycle) sampah rumah tangga dan komersial pada
tahun 2014
1 Pengelolaan Sampah 1. Pengadaan Mesin Pencacah Sampah Organik di TPS
Dengan Pola 3R 2. Pembangunan Tempat Pengomposan (Composting
Site)
3. Pengadaan Truk LH ( 10 m3 ) 60 Unit
4. Pembangunan Sarana Composting Skala Kota di
Cieunteung
5. Pendampingan dan Pembangunan 3 R
Sasaran III : Melakukan kampanye kepada masyarakat serta sekolah berbudaya

2-33
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

No Strategi Program Kegiatan

lingkungan dan peran serta stake holder dan masyarakat dalam mensukseskan
program adipura pada tahun 2014
1 Pilot Project 3R di RW Penataan Sarana Prasarana Persampahan di
Lingkungan RW

Sumber : SSK Kota Bandung, 2010

Dari Tabel 2.8 di atas dapat dilihat program dan kegiatan pengelolaan persampahan
yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini akan dilihat
progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi program dan
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan oleh Pokja AMPL
Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun 2010 yang
dituangkan dalam Tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.9
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Persampahan Kota Bandung

SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)


Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan Meningkatkan sumber sampah Kota
kesadaran pengurangan sampah Bandung adalah Telah dilakukan
masyarakat Kota di sumber sehingga sebesar 7.500 upaya penanganan
Bandung untuk dapat mengurangi m3/hari dengan berat sampah di sumber
berperan serta pengangkutan jenis 200 Kg/M3. seperti pengolahan
melakukan sampah pada akhir melalui 3R di TPST,
pengelolaan tahun 2014; Bank Sampah, serta
persampahan Stasiun Peralihan
dengan kegiatan 3R Antara (SPA)
(Reuse, Reduse dan Meningkatnya Tingkat peran serta
Recycle) untuk partisipasi masyarakat dalam Peran serta
peningkatan masyarakat dalam pengelolaan sampah masyarakat dalam
kualitas dan pengelolaan sampah masih sangat rendah. pengelolaan sampah
kuantitas dengan 3R (Reuse, secara 3R telah ada
pengelolaan sampah Reduse dan Recycle) dalam sistem
yang berwawasan sampah rumah tangga pengelolaan sampah
lingkungan. dan komersial pada di Kota Bandung,
tahun 2014; namun belum
terinstitusikan secara
formal sehingga
belum berkembang
dengan signifikan dan
optimal.
Melakukan kampanye Kota Bandung telah
kepada masyarakat memiliki Forum
melalui sekolah Organisasi
berbudaya Masyarakat yang

2-34
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat ini)


Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
lingkungan dan peran bergerak dalam
serta stake holder dan edukasi, advokasi dan
masyarakat dalam gerakan sosial
mensukseskan pengelolaan sampah.
program adipura Komunitas yang
pada tahun 2014; terdiri dari partisipan
NGO, Akademik,
Ikatan Ahli Teknik
Lingkungan,
Mahasiswa, PKK, dan
lainnya dikenal
dengan nama
Bandung Juara Bebas
Sampah. Salah satu
contoh Kampanye
yang telah dilakukan
adalah dengan
tagline bandung
bebas sampah.ID dan
mulai diadakan tiap
tahun.
Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung, 2015

2.2.3 Drainase Perkotaan


Jaringan Drainase Perkotaan adalah salah satu aspek dalam pengembangan sanitasi
perkotaan. Untuk program dan kegiatan yang dituangkan dalam Dokumen PPSP Kota bandung
tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah ini.

Tabel 2.10
Strategi, Program dan Kegiatan SSK Sektor Drainase Kota Bandung
Tahun 2010

No Strategi Program Kegiatan

Sasaran I : Tersedianya dokumen perencaan pemantauan kualitas air sungai di


Kota Bandung dari 16 sungai yang di pantau (35%) meningkat menjadi 23
sungai (50%) pada tahun 2014
1 Perencanaan 1. Sudetan drainase Jl. Soekarno Hatta dari Sal.
Pembangunan Saluran Cisalatri/Perumahan Panyileukan ke. S. Cilameta
Drainase/Gorong- 2. Sudetan drainase Jl. Cilengkrang II-Jl. A.H
gorong Nasution/Perumahan Cilengkrang ke S. Cilameta
3. Sudetan drainase Jl. Cibogo/Perumahan DAM ke
Sal. Cibodas-Jl.Tol Pasteur
4. Sudetan drainase Jl. S. Hatta dari Pasar Induk
Gedebage ke S. Cilameta dan Cinambo Lama
5. Sudetan drainase Perumahan Cibaduyut Indah
(di perbatasan Tol Padaleunyi Kab. Bandung) ke

2-35
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

S. Ranjeng
6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi
Panjang ke S. Ranjeng
7. -Sudetan drainase Ters. Jl.Jakarta /Perumahan
Antapani Tengah ke S.Cipamokolan
8. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke S.
Cianting
2 Pembangunan Saluran 1. Sudetan drainase Jl. Soekarno Hatta dari Sal.
Drainase/Gorong- Cisalatri/Perumahan Panyileukan ke. S. Cilameta
gorong: (500 meter)
2. Sudetan drainase Jl. Cilengkrang II-Jl. A.H
Nasution/Perumahan Cilengkrang ke S. Cilameta
(700 meter)
3. Sudetan drainase Jl. Cibogo/Perumahan DAM ke
Sal. Cibodas-Jl.Tol Pasteur (300 meter)
4. Sudetan drainase Jl. S. Hatta dari Pasar Induk
Gedebage ke S. Cilameta dan Cinambo Lama (500
meter)
5. Sudetan drainase Perumahan Cibaduyut Indah
(di perbatasan Tol Padaleunyi Kab. Bandung) ke
S. Ranjeng (500 meter)
6. Sudetan drainase Jl. S. Hatta-Terminal Leuwi
Panjang ke S. Ranjeng (500 meter)
7. Sudetan drainase Jl. Soekarno-Hatta dari Perum
Guru Minda ke S. Cijalupang (500 meter)
8. Sudetan drainase Jl.Soekarno-Hatta dari Perum
Sanggar Hurip ke S.Cidurian (700 meter)
9. Sudetan drainase Perum Cimincrang ke
S.Cinambo Baru Gedebage (600 meter)
10. Sudetan drainase Perum Sriwijaya ke S.Cipalasari
(600 meter)
11. Sudetan drainase Ters. Jl. Jakarta/ Perum
Antapani Tengah ke S.Cipamokolan (600 meter)
12. Sudetan drainase SDN Sukasari I dan II ke
S.Cianting (700 meter)
13. Sudetan drainase Perum Sentosa ke
S.Cipamokolan (1,5 km)
14. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Barat
ke S.Cibodas (2 km)
15. Sudetan drainase Perum Margahayu Raya Timur
ke S.Cidurian (500 meter)
16. Sudetan drainase Perum Riung Bandung ke
S.Cinambo Baru (700 meter)
17. Sudetan drainase Perum Kawaluyaan ke
S.Cibodas (400 meter)
Sumber: SSK Kota Bandung, 2010

Pada Tabel 2.10 di atas dapat dilihat program dan kegiatan subsektor drainase
perkotaan yang telah direncanakan oleh Kota Bandung pada tahun 2010. Pada dokumen ini
akan dilihat progress pelaksanaan yang telah dilakukan Kota Bandung dalam implementasi

2-36
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah dilakukan pembahasan
oleh Pokja AMPL Kota Bandung tahun 2015 maka diperoleh gambaran implementasi SSK tahun
2010 yang dituangkan dalam Tabel 2.11 berikut.

Tabel 2.11
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Drainase Lingkungan Kota Bandung

SSK Periode Sebelumnya 2010 SSK (saat Ini)


Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan Tersedianya dokumen
kualitas lingkungan perencanaan
yang sehat dan pemantauan kualitas air
bersih di Kota sungai di Kota Bandung
Bandung melalui dari 16 sungai yang di
perbaikan kualitas pantau (35%) meningkat
air dan kebersihan menjadi 23 sungai
di saluran drainase (50%) pada Tahun 2014;
primer (sungai)

Meningkatnya kesadaran Sosialisasi perda K3


masyarakat di sekitar Terjadinya banjir telah banyak
sungai di Kota Bandung Cileuncang pada dilakukan oleh
untuk turut serta musim hujan dan Pemerintah namun
menjaga kebersihan keringnya saluran belum ditindaklanjuti
sungai dari sampah dan drainase primer dengan penegakan
limbah pada tahun 2014; (sungai) pada saat hukum secara tegas
musim kemarau, serta bagi pelanggaran K3.
tingginya pencemaran Telah adanya upaya
Meningkatnya kawasan sungai oleh limbah Proporsi Ruang
ruang terbuka hijau pada domesik dan limbah Terbuka Hijau
daerah tangkapan air industri. Cepatnya Terhadap
untuk mengurangi banjir terjadi pendangkalan LuasWilayah Kota
di musim hujan dan sungai karena erosi Bandung pada tahun
sedimentasi di sungai lahan di hulu 2013 adalah sebesar
pada tahun 2014; menyebabkan 12,14% atau 2.030,47
meningkatnya ha. Hal ini berarti
kekeruhan air sungai. masih harus
ditingkatkan untuk
memenuhi amanat UU
No 26 Tahun 2007
tentang Penataan
Ruang yaitu 30% dari
Luas wilayah.
Meningkatkan Belum terealisasi
perlindungan kepada situ secara optimal hingga
dan pembuatan sarana akhir tahun 2014
penampungan sementara
air larian (kolam retensi
seperti embung-
embung);
Sumber: Hasil FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung. 2015

2-37
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.3 Profil Sanitasi Saat Ini


Bab ini menjelaskan profil sanitasi yang dirangkum dari Buku Putih Sanitasi dan
diperbaharui dengan data yang terbaru. Pada bab ini akan terbagi ,menjadi 3 (tiga) sektor, yaitu
sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan

2.3.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik


2.3.1.1 Sistem dan Infrastruktur
Dalam rangka mewujudkan Kota Bandung tahun 2013-2018 yaitu sebagai Kota yang
unggul, nyaman dan sejahtera maka langkah yang utama dilakukan dalam mencapainya adalah
mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota pembangunan infrastruktur yang
berkualitas dan berwawasan lingkungan.
Pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung sebagai urusan wajib pelayanan dasar
Pemerintah Daerah perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan pengelolaannya baik dari sisi
kebijakan, kelembagaan, teknis dan lainnya mengingat saat ini cakupan layanan air limbah Kota
Bandung oleh PDAM tercatat baru mencapai 66% (Offsite: 37,9 %; Onsite: 28,1 %) (LKPJ Walikota
Bandung, 2014). Dan kini dengan adanya tantangan universal akses 100-0-100, peran
pemerintah kota bandung sebagai pelayan masyarakat sekaligus dapat memfasilitasi seluruh
stakeholders di Kota Bandung dapat meningkatkan target capaian akses masyarakat terhadap
infrastruktur sanitasi menjadi 100% (tahun 2019). Jika bekerja sendiri, tentunya akan mustahil
tercapai oleh karena itu perlu adanya pemikiran bagaimana pembaharuaan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik kota Bandung.
Capaian kinerja pengelolaan air limbah Kota Bandung dapat dijabarkan sebagai berikut :
Indikator Pengendalian pada Sumber Pencemar (dari 250 sumber pencemar), dari target
sebanyak 7 (tujuh) perusahaan dapat terealisasi sebanyak 43 (empat puluh tiga)
perusahaan. Berdasarkan rekomendasi teknis air buangan yang dikeluarkan sebagai dasar
penerbitan Izin Pembuangan Air Buangan Ke Badan Air Penerima, di mana persyaratannya
adalah limbah cairnya harus memenuhi standar baku mutu kualitas air. Persyaratan teknis
untuk mendapatkan rekomendasi pembuangan air buangan ke badan air penerima adalah
menyertakan hasil uji sampling kualitas limbah cair dari outlet/titik pembuangan instalasi
pengolahan yang harus, memenuhi standar baku mutu. Setelah mendapatkan ijin
pembuangan air buangan ke badan air penerima, perusahaan pun wajib melakukan
pemantauan terhadap kualitas limbah cairnya dan harus dipastikan selalu memenuhi
standar baku mutu.

2-38
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Berdasarkan data pada LKPJ Kota Bandung tahun 2014 diperoleh informasi bahwa
indikator cakupan pelayanan air limbah dai target sebesar 66% dapat terealisasi sesuai target.
Jumlah sambungan terpasang untuk jaringan perpipaan air limbah mencapai 108.533 SR yang
melayani 542.665 jiwa atau 21,4% penduduk Kota Bandung dari total keseluruhan penduduk
Kota Bandung yang tercatat di BPS yaitu 2.526.701 jiwa. Adapun Rencana pengelolaan air kotor
dan limbah cair di Kota Bandung secara lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem setempat (on site) yang diarahkan pada sistem publik bagi
wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di
Kota Bandung terlayani oleh sistem terpusat, terutama di wilayah Bandung Timur.
Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa atau
tangki septik.
Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat
kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan
dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat
disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di
masa yang akan datang. Pada saat ini wilayah Bandung Timur masih cukup rendah
kepadatan penduduknya, sehingga tidak ekonomis apabila langsung dikembangkan
sistem terpusat.
2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah dilayani
sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat juga rumah
tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut, padahal kapasitas
dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai. Mengoptimalkan pelayanan
sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan kapasitas sistem terpusat yang
belum dimanfaatkan.
3.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Bandung
meliputi :

1. Aspek Peraturan Perundang-undangan


a. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran dalam Perda K3 belum terimplemenasi
dengan optimal

2. Aspek Teknis
a. IPAL Bojong soang belum beroperasi dengan optimal dalam mengolah air limbah
domestik disebabkan sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang yang mengalami
kerusakan, disfungsi, dan lainnya.

2-39
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

b. Masih tingginya biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Bojong Soang yang tidak
diimbangi dengan efektifitas dan efisiensi pengolahan air limbah domestik. Perencanaan
operasi tidak dilandasi pada rencana jangka panjang sistem pengolahan.

3. Aspek Pembiayaan
a. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya
operasional dan pemeliharaan serta investasi di sektor ini.
b. Proporsi pembiayaan untuk menangani air limbah domestik di Kota Bandung selama ini
masih belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan Urusan Pekerjaan Umum
lainnya seperti Bina Marga dan Pengembangan Sumber Daya Air.
c. Operasi penarikan retribusi mempunyai efektifitas yang rendah akibat
ketidakmampuan menghadapi kendala (misal landasan hukum, sistem dan kemauan
dan kemampuan bayar masyarakat).
d. Belum terbukanya peluang pendanaan dan investasi dari stakeholders non pemerintah.

4. Aspek Kelembagaan
a. Secara struktural, status unit pengelola di kebanyakan kota mempunyai keterbatasan
wewenang, tidak seimbang dengan tanggung jawab yang diperlukan yang menyangkut
suatu sistem kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dengan sistem dalam masyarakat
luas. Kewenangan ini menyangkut masalah teknik maupun keuangan serta manajemen.
b. Belum adanya SOP atau aturan yang mengurus pelimpahan kewenangan dalam
mengelola output pembangunan khususnya yang ditangani oleh Dinas SKPD sehingga
infrastruktur yang telah dibangun selesai pada tahun anggaran atau berbasis proyek
saja tanpa ada kejelasan siapa yang akan mengurus dan memeliharanya.
c. Manajemen operasional masih sederhana, hanya menonjolkan aspek pelaksanaan,
sementara itu aspek perencanaan dan pengendalian tidak terperhatikan.
d. Tenaga terdidik bidang sistem penyaluran air limbah di daerah masih sangat terbatas.

Untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan peningkatan pengelolaan air limbah


domestik di Kota Bandung maka perlu ditelaah sistem dan infrastrutur air limbah domestik
yang ada saat ini. Lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini.

2-40
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2.6 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah


Sumber : Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung. 2015

Pengelolaan dilakukan oleh Divisi Air Kotor PDAM Kota Bandung. Air limbah diolah
hanya menggunakan 1 (satu) buah IPAL yang terletak di Bojongsoang (Kabupaten Bandung)
yang dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 80.835 m3/hari atau 400.000 jiwa (15%) dari
penduduk Kota Bandung. Di sebagian wilayah, saluran air kotor masih bercampur dengan
saluran drainase. Berikut ini skema umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota
Bandung.

Wialyah Utara
Sungai Citepus

Wilayah Barat
Cakupan layanan 60%

Wialyah Utara
IPAL
Wilayah Barat

Gambar 2. 7 Skema Umum Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung
Sumber : PDAM KotaBandung,2011

2-41
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

IPAL Bojongsoang yang terletak di Kabupaten Bandung perlu terus ditingkatkan


kinerja pengolahannya melalui perbaikan dan perubahan teknologi yang digunakannya
sehingga kapasitas pengolahannya akan lebih optimal baik untuk Kota Bandung maupun
nantinya untuk Kabupaten Bandung. Berikut data cakupan layanan IPAL Bojongsoal per
wilayah Bandung.

Tabel 2. 12
Cakupan Layanan IPAL Bojongsoang per wilayah Bandung

No Uraian Kel. terlayani %pelayanan


1 Bandung Barat 20 14.39
2 Bandung 28 20.14
Tengah/Selatan
3 Bandung Timur 24 17.27
4 Bandung Utara 21 15.11

Sumber : IPAL Bojongsoang,2011

Adapun kondisi eksisting penanganan air limbah domestik kota bandung tahun 2013
melalui sistem terpusat menuju IPAL Bojong Soang dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini.

Tabel 2. 13
Konsidi Eksisting Penanganan Air Limbah Domestik
Kota Bandung Tahun 2014

No Item Volume Satuan


1 Kapasitas Maks IPAL 80.835 m3/hari
2 Kapasitas terpasang 75.309 m3/hari
3 Kapasitas terpakai 93,16 %
4 Idle Capacity 6,84 %
5 Jumlah Sambungan 108.533 SR
6 Cakupan Pelayanan 66 %
Sumber : PDAM Kota Bandung,2014

Adapun peta layanan dan lokasi sarana penanganan Air Limbah Domestik dapat dilihat
pada Gambar 2.8 berikut ini.

2-42
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 8 Peta Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Bandung


Sumber : PDAM Kota Bandung, 2013

Berdasarkan dari kondisi eksisting penanganan air limbah domestik di Kota Bandung
maka dapat diuraikan sebagai berikut analisis kebutuhan pengelolaan air limbah domestik di
Kota Bandung.

2.3.1.2 Aspek Teknis


Perangkat jaringan air kotor untuk melayani pengelolaan dan pengolahan air kotor di
Kota Bandung adalah:
1. Saluran air kotor lama yang dibangun pada jaman Belanda (tahun 1916) sepanjang 14
km yang dilengkapi dengan bangunan Inhoff Tank.
2. Saluran tercampur yang berfungsi untuk menyalurkan air kotor dan air hujan.
3. Tangki Septik dengan jumlah 200.000 buah yang tersebar di seluruh Kota Bandung.
4. BUDP Tahap I, saluran air kotor sepanjang 176 km dengan bangunan pelengkap untuk
melayani 460.000 jiwa.
5. BUDP Tahap II :
Saluran air kotor sepanjang 128 km yang dilengkapi dengan bangunan pelengkap
untuk melayani 421.000 jiwa
Pumping Station sebanyak 2 (dua) unit (Jalan Jakarta dan Jalan Cijaura Hilir)

2-43
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Instalasi pengolahan air kotor yang dilengkapi dengan Kolam Stabilisasi seluas 85
Ha yang berlokasi di Kecamatan Bojongsoang, untuk areal pelayanan Bandung
Timur dan Tengah Selatan.

2.3.1.3 Pendanaan
Biaya perencanaan pelayanan air limbah di kota Bandung berasal dari APBD Kota
Bandung dan Pendapatan PDAM Kota Bandung. Biaya Operasional Air limbah PDAM Kota
Bandung diperoleh dari:
a. Jasa Pelayanan Air limbah dari Pelanggan Air Minum sebesar 30% dari pemakaian
air bersih (PERDA No 17 /PD/ 1986).
b. Jasa Pelayanan Air Kotor bagi non Pelanggan Air Minum yang ditetapkan sesuai
dengan SK. Walikota No 194 Tahun 2002.
c. Pelayanan Tanki Tinja (SK Direksi No. 23/2004).
d. Pelayanan Toilet Container.
e. Pelayanan Kendaraan Maintenance ROM Combi.
Tarif Pelayanan Tanki Tinja (SK.Direksi No.23/2004):
Pelanggan PDAM
Jasa Pelayanan Penyedotan Septik Tank Gratis hanya membayar biaya transportasi saja
sebesar Rp 75.000
Pelanggan Non PDAM
Biaya Penyedotan Rp. 10.000,-/m3
Biaya Transportasi Rp. 75.000,-
Lengkapnya biaya pelayanan air limbah melalui perpipaan non air bersih adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 2.14 berikut

Tabel 2. 14
Besaran Biaya Pelayanan Air Limbah Perpipaan Non Air Bersih
(SK.Walikota No.194/2002)

NO JENIS GOLONGAN KELAS BESAR TARIF

1. Gol. Sosial I A, I B Rp. 5.000,-


II A1 Rp. 5.000,-
II A2 Rp. 6.000,-
2. Gol. Rumah Tangga II A3 Rp. 7.500,-
II A4 Rp. 9.000,-
II B Rp. 30.000,-
3. Gol.Niaga III A Rp. 17.000,-

2-44
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

NO JENIS GOLONGAN KELAS BESAR TARIF

III B Rp. 34.000,-


IV A Rp. 70.000,-
4. Gol. Industri
IV B Rp. 120.000,-
Sumber : PDAM Kota Bandung, 2009

2.3.1.4 Kelembagaan
Institusi yang terlibat dalam penanganan air limbah domestik di Kota Bandung adalah:
1. Bappeda Kota Bandung; kapasitasnya sebagai perencana sistem air limbah di Kota
Bandung
2. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung; kapasitasnya sebagai regulator
pelayanan air limbah di kota Bandung dan penanganan air limbah domestik secara on
site.
3. PDAM Tirtawening Divisi Air Kotor; kapasitasnya sebagai operator pelayanan air limbah
kota Bandung untuk penanganan air limbah off site yaitu penyaluran air limbah
domestik melalui perpipaan menuju IPAL Bojongsoang dan Penyedotan Lumpur Tinja
dari dari Tangki Septik komunal atau individual.

Berikut ini struktur organisasi pelaksana teknis pengelolaa Air Limbah Domestik Kota
Bandung yang berada di PDAM Tirtawening Kota Bandung

Gambar 2. 9 Struktur Organisai PDAM Kota Bandung

2-45
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.3.1.5 Peraturan Perundangan


Hingga saat ini, Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Bandung tetap diatur dengan
Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bandung yang sama dengan SSK Kota Bandung 2010-2014,
yaitu sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah No. 23 / PD/ 1981
2. Peraturan Daerah No. 8 / PD/1982
3. Peraturan Daerah No. 17/ PD /1986
4. Peraturan Daerah No. 29 / PD / 2001
5. SK.Walikota No. 194 / 2002
6. Peraturan Daerah No. 11 /PD / 2005

Sesuai dengan PERDA No. 8 / PD / 1982, diperbaharui dengan PERDA No. 17 / PD / 1986,
SK.Walikota No. 194 /2002, dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 937 Tahun 2009 tentang
Pengaturan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirtawening Kota Bandung adalah mengenai Retribusi pembuangan air limbah.
1. Pelanggan air minum (PDAM) dikenakan 30 % dari pemakaian air minum
2. Pelanggan non air minum (non PDAM) dikenakan tarif pelayanan pembuangan air
limbah
3. Bagi pelanggan air minum yang pada meter airnya tercatat tidak ada pemakaian air dan
menggunakan saluran pembuangan air limbah PDAM Tirtawening, maka dikenakan tarif
pelayanan air limbah.
4. Pelanggan air limbah non air minum kelompok niaga dan industri yang menggunakan
sumber air tanah dan/atau sumber air lainnya, dan pembuangan air limbahnya
menggunakan jaringan air limbah PDAM Tirtawening, dikenakan biaya jasa pelayanan
pembuangan.

2.3.1.6 Peran Serta Masyarakat dan Swasta


Peran serta swasta dan masyarakat dalam sektor air limbah domestik masih perlu
ditingkatkan. Peran swasta saat ini belum menyeluruh dalam pengelolaan air limbah domestik.
Sebagai contoh PDAM selalu berkerja sama dengan pihak swasta selaku pengembang hotel yang
memerlukan fasilitas sanitasi sambungan perpipaan dari PDAM. PDAM merencanakan biaya
yang harus dikeluarkan oleh pihak swasta dalam mengembangkan fasilitas sanitasi dengan
pendapatan yang diterima oleh pihak PDAM sebanyak 10% dari total nilai proyek
pengembangan fasilitas sanitasi. Selain berfungsi sebagai fasilitator, PDAM juga menerima
bantuan seperti truk tinja dan bantuan dalam penyedotan lumpur tinja untuk kawasan

2-46
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

perumahan yang terlayani dengan sistem pengelolaan air limbah secara on site sebagai bentuk
maintenance.
Bentuk peran serta masyarakat dapat dijelaskan dari sisi pemanfaatan saja yaitu
sebagai pemanfaat sistem Air Limbah/Kotor dan tangki septik. Melihat permasalahan tentang
air limbah dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola air limbah diperlukan upaya
untuk mendorong peran serta masyarakat dan meningkatkan kampanye atau sosialisasi tentang
penanganan air limbah terutama limbah domestik.

2.3.1.7 Permasalahan dan Tantangan


Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah di Kota
Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.15 di bawah ini.

Tabel 2.15
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Dihadapi

Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
Pelaksanaan pendataan yang
meliputi evaluasi sambungan
rumah pada jalur pipa existing dan
belum tersedianya data
saluran tercampur brandgang) ex
I Aspek Teknis pengelolaan air limbah (off
Belanda, evaluasi sambungan
site dan on site)
rumah pada jalur pipa ex BUDP,
membuat sistem billing
(penagihan) khusus air kotor.
pemanfaatan jaringan air
(eks irigasi)
Pengembangan pemasangan
jaringan pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air minum
dilokasi: RW 09 Kelurahan
Babakan Ciparay, Komplek
masih adanya limbah non Margahayu Raya Jalan Mars
domestik yang masuk ke Selatan dan sekitarnya, Jalan
dalam SPAL secara off site Kebon Gedang RW 08, Jalan
Simpang (bantaran sungai
Cicadas), RW. 10 Babakan Garut
Kelurahan Cibangkong
Batununggal, kelurahan
Sukapura-kecamatan
Kiaracondong, Babakan desa RW

2-47
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
06 Kiaracondong.
Pengembangan pemasangan
jaringan pipa air kotor
diprioritaskan yang
berlangganan air minum di
lokasi area pipa induk 6 km
Bandung Barat, seperti
perumahan Mekarwangi (DED
sudah siap), perumahan
Pasirluyu Pasirsalam,
perumahan Kembar (Sriwijaya),
pemukiman Sekejati.
Pelayanan sistem setempat di
kawasan kumuh
(communal/MCK plus-plus)
sepanjang sungai lokasi
Lebaksiliwangi, lokasi Pasirluyu,
lokasi Sekekuda.
Pelayanan sistem setempat
(MCK plus) di lokasi RT 03/RW
06 kel Pasir Endah, serta lokasi
RW 01 kel Cigending. Keduanya
di kecamatan Ujungberung.
Penyambungan dari tangkapan
adanya penanganan akhir Nyengseret dan inhoftank ke trunk
buangan air limbah untuk sewer barat berupa pemasangan
wilayah Bandung Barat pipa 800 mm dengan sistem
jacking sepanjang jalan inhoftank.
Penggabungan daerah tangkapan
Barat ke Trunk Sewer bagian
Timur berupa pemasangan pipa-
pipa 110 mm dengan sistem
jacking sepanjang jalan Soekarno-
Hatta dari simpang inhoftank
sampai dengan MH. Existing
(Samsat) dan pembangunan
bangunan pumping
Sistem On-Site
A.
Sanitation
Belum dipahaminya secara Adanya sosialisasi dan pengarahan
teknis pengolahan air limbah teknis untuk masyarakat dan
domestik melalui tangki pengembang terkait kewajiban
septik. Tangki septik untuk membangun tangki septik

2-48
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Aspek
Permasalahan Yang
No Pengelolaan Air Rencana Tindak Lanjut
Dihadapi
Limbah
terutama di perumahan- sebagai syarat izin mendirikan
perumahan masih belum bangunan berupa permukiman.
sesuai standar sehingga Adanya monitoring dan evaluasi
kenyataannya masih seperti yang dilakukan oleh aparat
cubluk. pemerintah terkait kontrol fungsi
dari Tangki Septik yang digunakan
oleh masyarakat
Belum optimalnya
pemanfaatan pelayanan
Perlu adanya sosialisasi kepada
tangki tinja.
masyarakat yang diawali dari
Belum adanya kesadaran dan
pelanggan PDAM terkait pelayanan
tanggung jawab masyarakat
PDAM dalam menyedot tinja secara
untuk melakukan sedot tinja
gratis.
dari tangki septiknya
minimal 1 tahun sekali.
Sistem Off Site
B.
Sanitatioan
belum - optimalnya
I
pemanfaatan
P jaringan induk
air limbahA wilayah Bandung
Timur L
operasional Pumping Station
-
belum optimal
Kinerja IPAL Bojongsoang
Revitalisasi IPAL Bojongsoang.
belum optimal.
Perbaikan kolam plus unit bak
Terganggunya proses kolam
pengering lumpur dan
akibat adanya daerah mati
mechanical pengangkat lumpur
(dead zone) yang
kolam (sludge pump):
menyebabkan sistem aliran
a. Perbaikan tanggul kolam.
pada kolam facultatif tidak
b. Perbaikan buffle stone.
baik. Pertumbuhan rumput
c. Perbaikan proteksi kolam.
pada areal kolam tidak dapat
d. Pembuatan dan perbaikan bak
tertangani untuk seluruh
pengering lumpur.
areal-kolam. Terjadinya
e. Mechanical pengangkat
penumpukan lumpur pada
lumpur (sludge pump).
bak penampung (slump
Kajian teknik dan DED IPAL
well).
Bojongsoang untuk
penggabungan buangan air kotor
Bandung Barat:
a. Evaluasi IPAL setelah
penggabungan wilayah Barat.
Kajian teknik dan DED IPAL
Bojongsoang.

2-49
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota Bandung
meliputi:
1. Tantangan Internal meliputi :
a. Tingkat pencemaran Sungai Citepus cukup tinggi.
b. Jaringan yang telah tersedia sebagian besar belum dimanfaatkan.
c. Outfal dari setiap area jaringan dibuang secara bebas ke badan air.
d. Sarana dan prasarana IPAL Bojong Soang sudah melebihi umur teknis. Struktur
baffle stone pada kolam sudah roboh dan tidak berfungsi. Struktur proteksi pada
area kolam sudah rusak. Belum adanya unit mekanikal pompa pengangkat lumpur.
e. Jalur pipa induk dan IPAL belum dimanfaatkan secara optimal/cakupan masih
rendah.
f. Keterbatasannya pipa pengumpul di Wilayah Timur sehingga sambungan rumah
tidak dapat disambungkan langsung terhadap pipa utama.
g. Sampah yang terbawa dari perpipaan ke Instalasi Pumping dan IPAL belum
terangkut secara optimal.
h. Sebagian masyarakat belum memiliki tanggung jawab untuk mengurus tangki
septiknya dengan sedot tinja secara rutin melalui layanan PDAM atau swasta.
i. Pencapaian target dari hasil pelayanan penyedotan tangki septik tidak tercapai.
j. Luasnya daerah pelayanan operasi pemeliharaan dan kurangnya tenaga
operasional.
k. Pompa sering macet mengalami gangguan sehingga air yang masuk ke IPAL tidak
maksimal.
l. Kondisi kendaraan tidak maksimal kurang laik pakai.
m. Kendaraan untuk penanggulangan operasi pemeliharaan dan tenaga operasional
tidak sesuai dengan daerah cakupan layanan.
n. Banyaknya muatan sampah yang masuk ke bangunan pompa.
Umur teknis pintu penstok sudah melampaui batas tidak dapat difungsikan.
Belum memiliki data base kepelangganan air kotor serta sistem billingnya.
Belum adanya master plan pengelolaan air limbah di kota Bandung
o. Belum adanya penanganan akhir buangan air limbah domestik untuk wilayah
Bandung Barat

2. Tantangan Eksternal
a. Meningkatkan cakupan pelayanan air kotor dari 60% menjadi 100% sejalan target
universal akses.

2-50
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

b. Meningkatkan pengelolaan saluran air kotor sehingga kapasitas terpakai IPAL


Bojongsoang meningkat dari 28% menjadi 65%.
c. Mengoptimalkan penerimaan dari sektor air kotor khususnya dari pelanggan air
kotor non air bersih dari 5% menjadi 35%.

2.3.2 Persampahan
2.3.2.1 Sistem dan Infrastruktur
Kebijakan prasarana dan sarana persampahan dalam Rencana Induk Sistem Prasarana
dan Sarana ditinjau dari pengembangan wilayah berdasarkan RTRW adalah:
Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
(TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang
berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Perencanaan sistem persampahan dikelompokkan ke dalam dua kelompok kebijakan,
yaitu: peningkatan pelayanan penduduk sampai dengan 80% di wilayah urban, dan
mengintegrasikan sistem pengolahan di TPA.
Lokasi TPA usulan untuk Metropolitan Bandung:
Gedebage/Bojongsoang, Kota Bandung; TPA Tujuan: TPA Nagrek

Baleendah, Kabupaten Bandung ; TPA Tujuan: TPA Nagrek

Jatisari, Soreang, Kabupaten Bandung; TPA Tujuan: TPA Leuwigajah

Dewasa kini, tengah dibangun Tempat Pemrosesan Akhir Regional (TPA Regional)
Legok Nangka yang berlokasi di Nagrek dimana Kota Bandung termasuk Kabupaten/Kota yang
menyepakati penggunaan TPA Regional Legok Nangka untuk ke depannya mengingat TPA
Sarimukti saat ini sudah cukup memprihatinkan.
Secara teknis, PD Kebersihan bertugas dalam hal pengumpulan dan pengangkutan
sampah terutama dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir). Pengelolaan sampah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu bagian hulu dan hilir. Operasi di
bagian hulu berupa pewadahan oleh sumber sampah dan pengumpulan sampah, sedangkan di
bagian hilir berupa pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Pengumpulan samapah
dipermukiman, pasar, daerah komersial dan perkantoran dilakukan oleh gerobak yang
selanjutnya membawa sampah ke TPS. Dari sini sampah akan diangkut oleh dump truk atau
arm roll truk menuju TPA. Pengumpulan sampah dari jalan dan Fasilitas umum dilakukan oleh
truk yang secara langsung akan mengangkut sampah ke TPA. Sistem operasional pelayanan
persampahan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.

2-51
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 10 Diagram Sistem Sanitasi Persampahan di Kota Bandung


Sumber : hasil FGD tim pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung. 2015

Pada diagram tersebut di atas tampak bahwa telah terjadi perubahan dalam sistem
pengelolaan persampahan di Kota Bandung yaitu di antaranya adalah upaya mengurangi
sampah sedemikian rupa mulai dari sumber dan TPS. Selain program pengelolaan sampah
secara 3R, Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan teknologi biogester sampah skala TPS
seperti di TDS Bandung Trade Mall dan Biogester skala RW seperti di RW 08 Cibangkong. Selain
itu upaya untuk menambah muatan yang dapat diangkut ke TPA telah dibangun Stasiun
Peralihan Antara yang berlokasi di TPS Pasar Induk Gedebage dan TPS Tegallega. Melalui SPA
ini telah terbukti dapat mengefektifkan dan mengefesiensikan volume pengangkutan sampah ke
TPA (sebelum dipress sampah terangkut 4-5 ton/truk, setelah di press sampah yang terangkut
menjadi 7-8 ton/truk).

Adapun Teknik dan Operaisonal Kegiatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan di Kota


Bandung mengacu pada Perda 09/2011 PASAL 20) seperti yang tergambar dalam Gambar 2.10
di atas adalah :
a. Pemilahan sampah di TPS/TPS 3R ;
b. penyapuan jalan utama dan Pengumpulan ke TPS/TPS 3R;
c. Pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke Tempat Pengolahan sampah dan/atau
TPA/TPST;

2-52
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

d. Pengolahan sampah; dan


e. Pemrosesan akhir sampah
Pada tahun 2014, timbulan sampah Kota Bandung dapat dilihat pada gambar berikut.

Selisih (kg)

Sampah yang
terangkut (kg/hari)

Perkiraan timbulan
sampah total
(kg/hari)
0
500000
1000000
1500000

Gambar 2. 11 Timbulan Sampah Kota Bandung


Sumber : Masterplan Persampahan Kota Bandung.2015

Komposisi sampah yang ada di Kota Bandung berdasarkan jenisnya terbagi menjadi
63% sampah organik, 23% sampah anorganik recycle, dan 14% sampah residu. Sedangkan
komposisi sampah berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 16
Komposisi Sampah di Kota Bandung

Timbulan Sampah
Volume Persentase
No Sumber Terangkut
(ton) (%)
(ton/hari)
1 Pemukiman 983,4 65,56 954,53
2 Pasar 281,55 18,77 273,29
3 Pertokoan dan Restoran 82,8 5,52 80,37
4 Penyapu jalan 89,85 5,99 87,21
5 Kawasan Industri 42,15 2,81 40,91
6 Fasilitas Umum 12,94 1,35 19,66
Jumlah 1492,69 100 1455,97
Sumber : PD Kebersihan, 2015

Sampah yang diangkut ke TPA rata-rata + 1000-1100 ton/hari, sedangkan sampah yang
dimanfaatkan oleh sektor Informal baik di Sumber & TPS melalui 3R + 200 ton/hari.
Gambar 2.12 berikut menggambarkan peta pelayanan persampahan di Kota Bandung.

2-53
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 12 Peta Pelayanan Persampahan di Kota Bandung


Sumber : PD Kebersihan. 2015

Dari peta layanan persampahan di Kota Bandung tersebut dapat lebih didetailkan pola
pelayanan persampahan sebagai berikut :
a) Pola Pelayanan Penanganan Sampah dari Rumah Tinggal, dapat tergambar pada Gambar
2.13 berikut :

Gambar 2. 13 Pola Layanan Sampah dari Rumah Tinggal


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

b) Pola Pelayanan Penanganan Sampah Komersil dan Non Komersil, dapat tergambar pada
Gambar 2.14 berikut :

2-54
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 14 Pola Layanan Persampahan Komersial dan Non Komersial


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

c) Pola Pelayanan Sampah Jalan, Fasum, dan Fasos dapat tergambar pada Gambar 2.15
berikut :

Gambar 2. 15 Pola Pelayanan Penanganan Sampah Jalan, Fasum dan Fasos


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

Adapun sarana dan prasarana yang digunakan dalam penanganan sampah di Kota
Bandung adalah seperti tergambar dalam Gambar 2.16 berikut.

2-55
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 16 Jumlah sarana dan prasarana Pengelolaan Sampah di Kota Bandung


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

2.3.2.2 Aspek Teknis


Saat ini Pemerintah Kota Bandung telah berupaya untuk mengefektifkan beban sampah
yang diangkut di TPS melalui Stasiun Peralihan Antara (SPA). Teknologi yang digunakan adalah
Mesin Press sampah. SPA Ini berlokasi di TPS Tegallega dan TPS Pasar Induk Gedebage yang
merupakan Bantuan dari Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Ditjen Ciptakarya Kemen PU (bangunan, seperangkat mesin press, 1 unit truk dan pengolah
lindi). Fungsi dan manfaat yang telah dirasakan dari SPA tersebut adalah lebih efektif dan
efisiennya volume pengangkutan sampah ke TPA (sebelum dipress sampah terangkut 4-5
ton/truk, setelah di press sampah yang terangkut menjadi 7-8 ton/truk).
Selain SPA terobosan lainnya pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah dengan
memperindah dan memperbaiki unsur estetika dari sarana dan prasarana pengelolaan sampah
yaitu di antaranya TPS Kota Bandung seperti di TPS Pasteur yang tampak pada Gambar 2.17
berikut.

2-56
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 17 TPS Jalan Pasteur yang telah dipercantik dan diperindah


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015
Kemudian mobil penyapu jalan dan Truk compactor seperti yang terlihat pada Gambar
2.18 dan Gambar 2.19 berikut.

Gambar 2. 18 Mobil Penyapu Jalan yang telah dipercantik dan diperindah


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

Gambar 2. 19 Truk Compactor yang telah dipercantik dan diperindah


Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

Adapun TPS 3R yang ada di Kota Bandung tercatat sebagai berikut :

2-57
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Tabel 2.17
Jumlah dan Lokasi TPS 3R di Kota Bandung

No Lokasi TPS 3R
1 TPS Pasar Induk Gedebage
2 TDS Ciroyom
3 TDS Tegallega
4 TDS Indramayu
5 TDS Ciwastra
6 TDS Astana Anyar
7 TD Subang
8 TD Sekelimus
9 TD Nyengseret
10 Ex. FDS Jelekong
Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

Berdasarkan indikator sarana dan prasarana 3R dan sarana persampahan RW yang


terintegrasi mulai dari sumber sampai dengan TPA, dari target sebanyak 500 RW dapat
terealisasi sebanyak 617 RW. Dari 617 RW, 50 RW berkembang menjadi bank sampah. Serta
didukung oleh penyebaran komposter dan tong sampah dua warna ke masyarakat/RW serta
sekolah dan pemasangan tong sampah dua warna untuk pejalan kaki di trotoar di beberapa
jalan utama, serta sosialisasi di tingkat RW/Kelurahan/Kecamatan.
Sedangkan untuk indikator revitalisasi TPA yang tidak berfungsi lagi menjadi ruang
publik, dari target sebesar 100% dapat terealisasi sesuai target, yaitu dengan revitalisasi eks
TPA Pasir Impun dan eks TPA Cicabe. Capaian tersebut antara lain ditunjang oleh perencanaan
dan penataan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan.
Sementara itu, berdasarkan indikator peningkatan prasarana Penampungan Sampah
Sementara (TPS), dari target sebanyak 3 TPS dapat terealisasi 1 TPS. Kendala yang dihadapi
adalah keterbatasan lahan TPS. Upaya yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan
pengelola kawasan sesuai Peraturan Daerah 09 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah pasal
12 yang mewajibkan setiap pengelola kawasan menyediakan lokasi TPS dan fasilitas pemilahan
sampah.
Kegiatan yang dilakukan pada TPS 3R adalah Pemilahan dan Pencacahan, Pengomposan,
serta Mengolah sampah organik yang menghasilkan biogas.
Kemudian, Walikota Bandung Ridwan Kamil mulai tahun 2013 kemarin telah memilih
Biodegester sebagai teknologi yang dapat mengurangi sampah mulai dari sumbernya. Adapun
perkembangannya saat ini adalah sebagai berikut

2-58
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Tabel 2.18
Lokasi dan Kapasitas Biogester skala TPS di Kota Bandung

Nama Kapasitas (kg/day)


TD. Sekelimus 1000
TDS. Kebaktian 250-500
TDS. Bandung Trade Mall 250

Tabel 2.19
Lokasi dan Kapasitas Biogester skala RW di Kota Bandung

Kapasitas
Nama Lokasi
(Kg/day)

Cibangkong RW 08 20

Cibangkong RW 11 250

Mustika Hegar Ciwastra 75

Cipadung RW 2 & RW 12 250

Babakan Surabaya 100

RW 05 Nyengseret 20

Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

Tabel 2.20
Timbunan Sampah Tiap Kecamatan Kota Bandung

Jumlah Jumlah Timbulan Sampah


Penduduk
Nama Kecamatan Berat Volume Total

orang (%) (ton/hari) (%) (m3/hari) (%) (m3/ hari)


BANDUNG KULON 143.690 5,71 86,21 5,71 434,09 5,71 434,09
BABAKAN CIPARAY 148.417 5,90 89,05 5,90 448,37 5,90 448,37
BOJONGLOA KALER 121.487 4,83 72,89 4,83 367,01 4,83 367,01
BOJONGLOA KIDUL 86.369 3,43 51,82 3,43 260,92 3,43 260,92
ASTANAANYAR 69.570 2,77 41,74 2,77 210,17 2,77 210,17
REGOL 82.197 3,27 49,32 3,27 248,32 3,27 248,32
LENGKONG 71.825 2,86 43,10 2,86 216,98 2,86 216,98
BANDUNG KIDUL 59.486 2,37 35,69 2,37 179,71 2,37 179,71
BUAH BATU 96.118 3,82 57,67 3,82 290,37 3,82 290,37
RANCA SARI 78.454 3,12 47,07 3,12 237,01 3,12 237,01

2-59
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Jumlah Jumlah Timbulan Sampah


Penduduk
Nama Kecamatan Berat Volume Total

orang (%) (ton/hari) (%) (m3/hari) (%) (m3/ hari)


GEDEBAGE 38.061 1,51 22,84 1,51 114,98 1,51 114,98
CIBIRU 73.622 2,93 44,17 2,93 222,41 2,93 222,41
PANYILEUKAN 41.139 1,64 24,68 1,64 124,28 1,64 124,28
UJUNGBERUNG 78.460 3,12 47,08 3,12 237,03 3,12 237,03
CINAMBO 25.741 1,02 15,44 1,02 77,76 1,02 77,76
ARCAMANIK 70.595 2,81 42,36 2,81 213,27 2,81 213,27
ANTAPANI 75.298 2,99 45,18 2,99 227,48 2,99 227,48
MANDALAJATI 64.523 2,57 38,71 2,57 194,92 2,57 194,92
KIARACONDONG 133.457 5,31 80,07 5,31 403,17 5,31 403,17
BATUNUNGGAL 122.288 4,86 73,37 4,86 369,43 4,86 369,43
SUMUR BANDUNG 37.320 1,48 22,39 1,48 112,74 1,48 112,74
ANDIR 98.641 3,92 59,18 3,92 297,99 3,92 297,99
CICENDO 100.863 4,01 60,52 4,01 304,71 4,01 304,71
BANDUNG WETAN 31.576 1,26 18,95 1,26 95,39 1,26 95,39
CIBEUNYING KIDUL 108.905 4,33 65,34 4,33 329,00 4,33 329,00
CIBEUNYING KALER 71.644 2,85 42,99 2,85 216,44 2,85 216,44
COBLONG 132.871 5,28 79,72 5,28 401,40 5,28 401,40
SUKAJADI 109.592 4,36 65,76 4,36 331,08 4,36 331,08
SUKASARI 82.827 3,29 49,70 3,29 250,22 3,29 250,22
CIDADAP 59.476 2,37 35,69 2,37 179,68 2,37 179,68
KOTA BANDUNG 2.514.512 100 1.509 100 7.596 100 7.596
Sumber: Masterplan persampahan Kota Bandung, 2011

Tabel 2.21
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kota Bandung

3R Volume Sampah yang terangkut


Nama Kecamatan % daur % real DU
kg/hari real m3/hari
ulang terangkut (kg/hr)
BANDUNG KULON 1,159 3358,917 78,4 151,13 3,43 514,8
BABAKAN CIPARAY 1,933 5602,110 156 300,71 6,83 858,6
BOJONGLOA KALER 0,099 287,739 26 50,12 1,14 44,1
BOJONGLOA KIDUL 0,982 2846,467 58 111,80 2,54 436,26
ASTANAANYAR 20,310 58873,704 106 204,33 4,64 9023,2
REGOL 2,598 7531,726 143,14 275,93 6,27 1154,34
LENGKONG 5,682 16469,396 56,3 108,53 2,47 2524,16
BANDUNG KIDUL 2,166 6278,722 55,95 107,85 2,45 962,3
BUAH BATU 0,321 929,770 31,1 59,95 1,36 142,5
RANCA SARI 0,387 1121,336 71,5 137,83 3,13 171,86
GEDEBAGE 0,131 379,803 6,86 13,22 0,30 58,21

2-60
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

3R Volume Sampah yang terangkut


Nama Kecamatan % daur % real DU
kg/hari real m3/hari
ulang terangkut (kg/hr)
CIBIRU 0,927 2687,721 28 53,97 1,23 411,93
PANYILEUKAN 0,464 1345,981 73,58 141,84 3,22 206,29
UJUNGBERUNG 2,871 8321,737 52,27 100,76 2,29 1275,42
CINAMBO 0,699 2027,552 20,75 40,00 0,91 310,75
ARCAMANIK 0,460 1332,540 63,5 122,41 2,78 204,23
ANTAPANI 2,654 7692,103 112,33 216,53 4,92 1178,92
MANDALAJATI 0,714 2069,179 25,98 50,08 1,14 317,13
KIARACONDONG 4,668 13532,366 180,54 348,02 7,91 2074,02
BATUNUNGGAL 2,211 6407,911 116,76 225,07 5,12 982,1
SUMUR BANDUNG 2,017 5846,134 88,4 170,41 3,87 896
ANDIR 22,476 65151,383 162,84 313,90 7,13 9985,34
CICENDO 4,354 12621,386 102,7 197,97 4,50 1934,4
BANDUNG WETAN 3,729 10810,259 67,55 130,21 2,96 1656,82
CIBEUNYING KIDUL 1,249 3621,210 62,62 120,71 2,74 555
CIBEUNYING KALER 2,358 6835,084 43,81 84,45 1,92 1047,57
COBLONG 1,090 3159,000 75,02 144,61 3,29 484,16
SUKAJADI 2,735 7927,906 105,94 204,22 4,64 1215,06
SUKASARI 8,428 24429,403 93,22 179,70 4,08 3744,14
CIDADAP 0,128 371,451 17,5 33,73 0,77 56,93
KOTA BANDUNG 100,000 289870,000 2282,56 4400 100 44426,54
Sumber: PD Kebersihan, 2015

2.3.2.3 Kelembagaan
Lembaga yang menangani pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah PD Kebersihan
(Perda 09 Tahun 2011). Maksud dan tujuan dibentuknya Perusahaan Daerah Kebersihan
(Perda 14 Tahun 2011) adalah :
a. menyelenggarakan usaha berupa penyediaan:
1. Pelayanan jasa pengelolaan sampah kota;
2. Pengolahan dan pemanfaatan sampah;
3. Pelayanan kebersihan;
4. Perbengkelan sarana pengelolaan sampah; dan
5. Usaha lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi atas
Persetujuan Walikota.
b. melaksanakan penugasan Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan sampah dalam rangka
memberikan pelayanan kebersihan kepada masyarakat dan memberikan kontribusi kepada
Pendapatan Asli Daerah.

2-61
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung merupakan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang bergerak dalam usaha jasa pelayanan Kebersihan di Kota Bandung. Sebagai BUMD
maka seluruh permodalanya berasal dari asset yang dipisahkan dari asset Pemerintah Kota
Bandung, PD Kebersihan didirikan pada tahun 1985 sebagaiman tertuang dalam Peraturan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor : 02/PD/1985. Perusahaan Daerah
Kebersihan dibentuk untuk menggantikan peran dan fungsi pelayanan pengelolaan kebersihan
atau kebersihan kota yang sebelumnya diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan Kota yang
merupakan alih status dari Dinas Kebersihan Kota oleh karena itu seluruh modal dasarnya
berasal dari asset eks Dinas Kebersihan Kota demikian pula personilnya.

Gambar 2. 20 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

2.3.2.4 Peraturan Perundangan


Untuk peraturan yang terkait dalam pengelolaan persampahan di Kota Bandung
mengacu pada:
UU No.18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah.
UU No.32 Tahun 2009, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP RI No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah Rumah Tangga dan Sampah
sejenis Sampah Rumah Tangga
Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengeolaan Sampah

2-62
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam


Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
PERDA Prov Jawa Barat No12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Barat
PERDA No.02/PD/1985, Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Kebersihan
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung jo Perda No 15 Tahun 1993 sebagaimana telah
diubah menjadi Perda No. 14 Tahun 2011 tentang Perusahaan Daerah Kebersihan Kota
Bandung.
PERDA No.11 Tahun 2005, Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
Perda No. 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Tahun 2005 2025.
PERDA No. 09 Tahun 2011, Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
PERWAL No. 316 Tahun 2013, Tentang Tarif Jasa pengelolaan Sampah
Adapun Anggaran Biaya pengelolaan sampah Kota Bandung Tahun 2015 Rp. 120 M,
bersumber dari :
Jasa Pelayanan Pengelolaan Sampah (Retribusi)

APBD Kota Bandung (Subsidi dan Pelayanan Publik)


Berikut tarif jasa pengelolaan sampah sesuai Perwal 316 Tahun 2013
(mulai berlaku 1 Mei 2013) :
Tabel 2.22
Tarif Jasa Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Tahun 2013

Golongan Wajib Bayar Besaran Tarif


Jasa Pengelolaan Sampah (Rp)

Rumah Tinggal :
Kelas 1 (DL. 450 VA, LT. 60 M2, LB. 27 M2) 3.000,00/bulan
Kelas 2 (DL. 900-1300 VA, LT. >60-100 M2, LB. >27-60 M2) 5.000,00/bulan
Kelas 3 (DL. >1300-2200 VA, LT. >100-200 M2, LB. >60-150 7.000,00/bulan
M2) 10.000,00/bulan
Kelas 4 (DL. >2200-3600 VA, LT. >200-350 M2, LB. >150-250 15.000,00/bulan
M2) 20.000,00/bulan
Kelas 5 (DL. >3600-6600 VA, LT. >350-500 M2, LB. >250-350
M2)
Kelas 6 (DL. >6600 VA, LT. >500 M2, LB. >350 M2)
Komersial 60.000,00/M3
Non Komersial 50.000,00/M3
Sosial 45.000,00/M3
Pedagang Sektor Informal 1.000,00/hari
Angkutan Umum :
1. Angkutan Kota 1.000,00/hari
2. Taxi
1.000,00/hari
3. Minibus/Non Bus
4. Bus Umum 3.000,00/hari

2-63
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Golongan Wajib Bayar Besaran Tarif


Jasa Pengelolaan Sampah (Rp)

5. Bus Pariwisata 5.000,00/hari


10.000,00/hari

Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung. 2015

2.3.2.5 Peran Serta Mayarakat


Berikut ini list kegiatan yang telah dilakukan antara PD Kebersihan dengan masyarakat
dan swasta :
Bantuan Penyapuan Jalan Shift 2, pada 16 jalur jalan utama dan jalur jalan wisata oleh
petugas Outsourcing (PT. Guna Kasih Mulia) sebanyak 86 orang, melalui bantuan dana
dari Paguyuban Pengusaha Bandung Juara /PPBJ (saat ini masih berjalan);
Bantuan dari pengusaha Mall, 2 jalur jalan utama dan jalan wisata;
Bantuan dari pihak Perbankan, 23 jalur jalan (sedang berjalan);
Tempat sampah untuk pejalan kaki sebanyak 214 pasang dan 5000 lembar Trashbag,
dari para pengusaha;
Bantuan truk sampah dari pengusaha sebanyak 14 unit dan 1 unit mobil pick up;
Gerakan Pungut sampah (GPS), dilakukan setiap hari SENIN, RABU, JUMAT, 30 menit
sebelum bekerja;
Kampanye publik dengan tagline BebasSampah.ID yang dimotori oleh Forum Bandung
Juara Bebas Sampah;
Pengomposan dari sampah organi serta daur ulang kertas koran, botol plastik, bungkus
kopi, mie dan sabun detergen oleh RW-RW di Kota Bandung seperti RW 11 Kelurahan
Cibangkong, RW 04 Kelurahan Kebonwaru, RW 08 Kelurahan Kacapiring, RW 02
Kelurahan Kebonkangkung, RW 10 Kelurahan Babakansari, RW 13 Kelurahan Babakan
Surabaya, RW 12 Kelurahan Babakan, RW 02 Kelurahan Antapani Tengah, RW 1
Kelurahan Karasak, RW 09 Kelurahan Karang Anyar, RW 02 dan RW 05 Kelurahan
Maleber, RW 09 Kelurahan Pasirimpun, RW 06 Kelurahan Palasari, RW 05 dan RW 07
Kelurahan Cipamokolan, RW 04 Kelurahan Manjahlega, RW 03 Kelurahan Cipadung ,
dan RW 13 Kelurahan Babakan Surabaya;
Pemilahan, pencacahan dan pengomposan sampah di Pasar Gedebage;
Pengomposan di lingkungan perkantoran seperti BPLH, Kantor Kecamatan Coblong, PD.
Kebersihan, PT Pindad, dan PT Biofarma;
Pemilahan sampah medis di Rumah Sakit Al-Islam, Borromeus, Rajawali, Santo Yusuf,
Immanuel, Hasan Sadikin, Muhammadiyah, Sariningsih dan Teja;

2-64
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Pemilahan sampah, pengomposan, pemanfaatan sampah an organik, dan daur ulang


sampah di lingkungan sekolah SDN Sukapura, SDN Karang Pawulang I, SDN Sukaluyu,
SDN Sejahtera 4, SDN Pajagalan 58, SDN Cijawura, SD Al Fitrah, SD Krida Nusantara, SD
Muhammadiyah 7, SD Salman Alfarisi, SD BPI, SMPN 2, SMPN 9, SMPN 5, SMPN 11,
SMPN 12, SMPN 13, SMPN 21, SMPN 33, SMPN 28, SMPN 39, SMPN 45, SMPN 48, SMPN
50, MTSN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 15, SMAN 20, SMAN 24, SMKN
7;
Pendirian Bank Sampah sebanyak 30 unit di 23 kelurahan di Kota Bandung.

2.3.2.6 Permasalahan dan tantangan


1. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Bandung meliputi:Isu
Pengelolaan Sampah Berbasis 3R
Dari sisi BPLH Kota Bandung :
Melakukan kegiatan kampanye melalui program Bandung Green and Clean (BGC)
merupakan program kerjasama BPLH Kota Bandung dengan Yayasan PT. Unilever Tbk,
PT. Pikiran Rakyat, Radio RASE FM, dan LSM Lembaga Penerapan Teknologi Tepat
(LPTT), dengan tahapan kegiatan melakukan beberapa kegiatan seperti : Pelatihan
pengelolaan sampah di tingkat RW, Pelatihan bercocok tanam di tingkat RW, Pelatihan
kerajinan dari sampah anorganik.
Merencanakan pembangunan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dengan
menggunakan teknologi tinggi merubah sampah menjadi energi (waste to energy)
sehingga sampah yang akan di buang ke TPA dapat dikurangi volumenya dan bisa
memperpanjang waktu operasional TPA.
Dari sisi Dinas Tata Ruang Cipta Karya :
Rumah tangga merupakan sumber timbulan sampah terbesar di Kota Bandung.
Perlu adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang sesuai dengan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Penerapan 3R yang belum optimal, sehingga beban TPA sangat tinggi.
Telah dilakukan upaya peningkatan pelayanan persampahan melalui pembangunan TPS
Terpadu 3R untuk melayani wilayah yang belum mendapat akses sistem pengelolaan
sampah perkotaan oleh PD Kebersihan.

2. Isu Kebijakan Daerah Dan Kelembagaan


Menurut Perda No. 02 Tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung sebagaimana telah
diubah dengan Perda No. 03 Tahun 2006, Arahan kebijakan untuk penanganan masalah
persampahan adalah sebagai berikut:

2-65
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

1. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat Pembuangan Akhir


(TPA) dengan cara pengelolaan setempat perwilayah dengan teknis-teknis yang
berwawasan lingkungan;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya;
Pada Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Kewajiban bagi setiap produsen wajib
untuk melakukan pemilahan sampah, mencantunkan label atau tanda yang
berhubungan dengan pengurangan dan penganan sampah, serta produsen wajib
mengelola kemasan barang yang di produksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh
alam.
Tantangan kedepannya untuk peningkatan pelayanan persampahan di Kota Bandung
adalah meningkatkan kapasitas organisasi PD. Kebersihan, didukung dengan struktur
yang komprehensif untuk menjalankan UU Pengelolaan Sampah dan SDM yang memadai
baik kualitas maupun kuantitas.
Selain itu, diperlukan penyusunan dan penerbitan pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan pengelolaan sampah.

3. Isu Keuangan
Biaya untuk kampanye pengurangan sampah saat ini terdorong oleh dana dari
pelaksanaan program adipura Kota Bandung sehingga pelaksanaan kampanye berjalan
dengan baik;
Adanya swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan pelaku usaha lainnya yang
konsern kepada pentingnya pengurangan pemanfaatan sampah yang tidak dapat di
uraikan secara alamiah.
Tantangan ke depan dari sisi keuangan untuk pengelolaan sampah adalah meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran biaya pengelolaan sampah, meningkatkan
pendapatan retribusi pelayanan pengelolaan sampah, dan mengembangkan sistem
pembiayaan pengelolaan sampah yang mencakup seluruh kegiatan pengelolaan sampah.

4. Isu Komunikasi
Sudah dilakukan upaya penyebarluasan informasi tentang pentingnya
pengurangan sampah di sumbernya melalui beberapa media, mulai dari media
elektronik sampai dengan media cetak;

2-66
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Masih kurang mengertinya masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai,


selokan dan saluran lainnya sehingga perlu adanya propaganda penegakan hukum
K3 Kebersihan sehingga masyarakat lebih sadar dan jera.
Perlu adanya kerjasama antar lembaga terkait dengan masalah pengurangan
sampah di sumber mulai dari lembaga pemerintahan terkecil sampai dengan
pemerintah daerah

5. Isu Keterlibatan Pelaku Bisnis


Pelaku bisnis yang ikut dalam membantu pengolahan sampah hanya pada
pengusaha yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain atau mendaur ulang
sampah sehingga menghasilkan profit;
Timbulan sampah dari pelaku usaha yang tidak terurai biasanya pelaku usaha
mencari pemanfaat sampah memberikan sampahnya untuk dimanfaatkan
kembali dengan di jual atau diberikan begitu saja;
Pelaku usaha perlu melakukan upaya pengurangan sampah terutama terhadap
cara pengemasan bahan baku dengan mengganti kemasan yang susah terurai
secara biologi di substitusi dengan yang mudah terurai
Selain itu, diperlukan pembangunan dan pengembangan kerjasama antara
Pemerintah Kota Bandung dengan Swasta dalam pengelolaan sampah melalui
penerapan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dan skala kota yang
lebih efektif dan efisien dengan memilih dan menetapkan badan usaha swasta
untuk kerjasama pengelolaan sampah.
Tantangan lain adalah menyusun dan menerbitkan ketentuan dan peraturan
daerah tentang kemitraan dan kerjasama antara pemerintah Kota Bandung
dengan pihak lain untuk dijadikan landasan hukum pelaksanaan kemitraan dan
kerjasama peningkatan pelayanan pengelolaan sampah.

6. Isu Peran Serta Masyarakat


Masyarakat telah di dorong untuk berpartisipasi dalam program BGC (Bandung
Green and Clean) melalui Media kampanye, baik berupa flyer, papan-papan,
pengecatan dan ide kreatif lainnya, yang muncul dari masyarakat
Beberapa RW sudah melakukan upaya pemanfaatan kembali sampah menjadi
produk lain yang lebih bermanfaat dan bisa mengurangi volume sampah. Kegiatan
ini dikenal dengan nama Bank Sampah yang dikelola oleh komunitas masyarakat
peduli lingkungan.

2-67
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Sudah ada gerakan masyarakat yang aktif dan mendukung Pemerintah dalam
rangka meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengolah sampah mulai dari
sumber, gerakan pungut sampah dan saat ini tagline yang dikenal adalah Bebas
Sampah.ID. Gerakan ini dimotori dalam forum bernama Bandung Juara Bebas
Sampah (BJBS) yang terdiri dari partisipan dari berbagai latar belakang yaitu NFO,
Akademisi, Pemerintah, Ikatan Ahli Teknik Lingkungan, PKK, Mahasiswa dan
lainnya. Forum BJBS ini sangat bermanfaat untuk menjaga stabilitas pengelolaan
sampah secara mandiri oleh masyarakat.
Tantangan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya
terhadap pengelolaan sampah di Kota Bandung dengan memperluas kegiatan
sosialisasi Peraturan pengelolaan sampah sampai ke tingkat RT dan kelembagaan
yang ada di tingkat RT dan menjalankan komunikasi yang efektif dengan
masyarakat melalui memberikan pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup,
khususnya mata pelajaraan Pengelolaan sampah sebagai Muatan Lokal.

2.3.3 Drainase
2.3.3.1 Sistem dan Infrastruktur
Saluran drainase di Kota Bandung terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran
pembuangan yang sudah alami ada di Kota Bandung (drainase makro) dan saluran yang sengaja
dibuat mengikuti pola jaringan jalan (drainase mikro). Pada saat ini hanya sekitar 70% ruas
jalan yang memilki saluran drainase. Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung
masih belum terencana dengan baik.
Sistem Drainase Kota Bandung pada umumnya memanfaatkan beberapa sungai besar dari utara
ke selatan, yaitu Sungai Cikapundung dan dari selatan ke utara, yaitu Sungai Citarum. Sungai-
sungai tersebut dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan dan juga
sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK.
Saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai
sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Cipamokolan, Cidurian, Cidadas, Cinambo,
Ciwastra, Citepus, Cibedug, Currug Dog-dog, Cibaduyut, Cikahiyangna, Cibuntu, Cigondewah,
Cibereum dan Cianjur.Sungai Utama yang menampung air hujan Kota Bandung adalah Sungai
Cikapundung
dengan panjang 62,10 km yang memiliki anak sungai yang mengalir dari utara ke selatan.
Umumnya bermuara di Sungai Cikapundung

2-68
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Saluran mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada
akhirnya saluran ini bermuara pada saluran makro yang dekat dengan saluran mikro tersebut.
Berdasarkan karakteritiknya, saluran mikro terbagi atas:
Saluran yang berada di kota lama, sudah tidak dapat lagi menampung/menyalurkan
limpahan air hujansehingga sering terjadi flash flood terutama di wilayah Bandung Utara.
Saluran yang berada di wilayah pengembangan, sebagian letaknya lebih rendah dari
permukaan sungai, pembangunannya tidak terintregrasi secara internal dalam wilayah Kota
Bandung maupun secara eksternal dengan Kabupaten Bandung.
Kondisi saluran mikro ini dibeberapa tempat terputus (tidak berhubungan dengan saluran di
bagian hilirnya). Sebagai dampak dari permasalahan tersebut di atas adalah timbulnya daerah-
daerah rawan banjir di beberapa lokasi, misalnya di wilayah Gedebage dan Arcamanik.

Pengelolaan saluran drainase/sungai di Kota Bandung dilaksanakan oleh Dinas Bina


Marga dan Pengairan melalui Bidang Pengairan dengan kewenangan sebagai berikut :
1. Pengelolaan Sumber Daya Air Permukaan
2. Pelaksanaan eksploitasi & pemeliharaan jaringan irigasi dan drainase beserta bangunan
pelengkapnya
3. Perijinan mengadakan perubahan dan atau pembongkaran bangunan-bangunan serta
jaringan sarana dan prasarana
4. Perijinan untuk mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-bangunan lain
termasuk yang berada dalam, di atas maupun melintasi saluran drainase
5. Pelaksanaan pembangunan & perbaikan jaringan irigasi dan drainase beserta bangunan
pelengkapnya.
6. Pelestarian Sumber Daya Air
7. Pengumpulan data, pengamatan dan pelaksanaan pengukuran hidrometri & hidrologi lokal
8. Izin pemanfaatan air dari jaringan irigasi, mata air dan situ alam/buatan lainnya.
Kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi di Kota Bandung yaitu Gerakan
Cikapundung Bersih dan Trash Rake (jaring sampah). Gerakan Cikapundung Bersih pertama kali
dilakukan di Kota Bandung pada tanggal 7 Februari 2004 bertujuan untuk memotivasi
masyarakat Kota Bandung agar memelihara lingkungan khususnya di sekitar Sungai
Cikapundung, kegiatan yang dilakukan antara lain : pengerukan sedimentasi sungai,
pembersihan alur sungai dan babadan rumput.
Trash Rake (jaring sampah) bertujuan untuk memelihara sungai dari sampah sehingga
mengurangi volume sampah yang masuk ke sungai membuat aliran sungai menjadi lancar dan
sedimentasi berkurang. Selain sebagai penampung air hujan/air permukaan, saluran drainase di

2-69
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

dalam Kota Bandung berfungsi ganda sebagai saluran limbah rumah tangga dan air limbah dan
tempat pembuangan sampah padat maupun cair/limbah industri.
Untuk lebih mengetahui dan memahami kondisi dan sistem sanitasi sektor drainase
perkotaan di Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.21 berikut :

Gambar 2. 21 Diagram Sistem Sanitasi Drainase Perkotaan di Kota Bandung


Sumber : hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung. 2015

Untuk mengetahui peta sebaran lokasi genangan air/banjir di Kota Bandung maka
dapat dilihat pada Gambar 2.22 berikut ini

2-70
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 22 Peta Sebaran Lokasi


Genagan Kota Bandung

2-71
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.3.3.2 Aspek Teknis

Kawasan rawan banjir/genangan umumnya adalah daerah di sepanjang tepi Sungai


Citarum bagian hulu, dengan muara-muara anak sungainya yang sering menyebabkan banjir.
Kawasan banjir di Kota Bandung merupakan daerah Cekungan Bandung antara km 27 + 000
sampai dengan km 32 + 000, meliputi Kawasan Sapan, Andir, Buah Batu, Ujung Berung,
Manggahan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi drainase di Kota Bandung dapat dilihat pada
Tabel 2.23 berikut.
Tabel 2.23
Kondisi Genangan Air di Kota Bandung Tahun 2013

WILAYAH GENANGAN

NO
LOKASI LUAS KETINGGI LAMA FREKUENSI
PENYEBAB
GENANGAN (HA) AN (M) (JAM/HARI) (KALI/TAHUN)
Sukaluyu,
Adanya sedimentasi dan sampah
1 Cibeunying 0,40 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kaler
Husen /
Adanya sedimentasi dan sampah
2 Pajajaran, 0.5 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cicendo
Situsaeur, Adanya sedimentasi dan sampah
3 0.6 - 3 Pada saat terjadi hujan
Bojongloa Kaler yang menyumbat
Pagarsih, Bojong Adanya sedimentasi dan sampah
4 0,80 - 5 Pada saat terjadi hujan
Loa Kaler yang menyumbat
Braga, sumur Adanya sedimentasi dan sampah
5 0,40 - 1 Pada saat terjadi hujan
bandung yang menyumbat
Babakan
Adanya sedimentasi dan sampah
6 Penghulu, 0,20 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cinambo
Cipadung Kidul, Adanya sedimentasi dan sampah
7 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
panyileukan yang menyumbat
Mekarmulya, Adanya sedimentasi dan sampah
8 0.5 - 3 Pada saat terjadi hujan
Gedebage yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
9 Garuda, Andir 0.05 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kebon Gedang, Adanya sedimentasi dan sampah
10 0.6 - 3 Pada saat terjadi hujan
KiaraCondong yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
11 Ujung Berung 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Pasirkaliki, Adanya sedimentasi dan sampah
12 0.4 - Pada saat terjadi hujan
Cicendo yang menyumbat
Hegarmanah, Adanya sedimentasi dan sampah
13 0.8 - Pada saat terjadi hujan
Cidadap yang menyumbat
Sukawarna, Adanya sedimentasi dan sampah
14 0.6 - 4 Pada saat terjadi hujan
Cidadap yang menyumbat

2-72
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Pasteur, Adanya sedimentasi dan sampah


15 0.4 - 4 Pada saat terjadi hujan
Sukajadi yang menyumbat
Cirangrang, Adanya sedimentasi dan sampah
16 0.6 - 5 Pada saat terjadi hujan
Bojong Kidul yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
17 Arjuna, Cicendo 0.8 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cicadas dan
Pasirlayu, Adanya sedimentasi dan sampah
18 0.4 - Pada saat terjadi hujan
Cibeunying yang menyumbat
Kidul
Sukaraja, Adanya sedimentasi dan sampah
19 0.8 - Pada saat terjadi hujan
Cicendo yang menyumbat
Cihaurgeulis,
Adanya sedimentasi dan sampah
20 Cibeunying 0.3 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kidul
Sal.Cikapayang - Adanya sedimentasi dan sampah
21 0.6 - 4 Pada saat terjadi hujan
Gasibu yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
22 Lengkong 0.3 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sukagalih Adanya sedimentasi dan sampah
23 0,90 - 3 Pada saat terjadi hujan
Sukajadi yang menyumbat
- Gegerkalong Adanya sedimentasi dan sampah
24 0,40 - 2 Pada saat terjadi hujan
- Sukasari yang menyumbat
Gegerkalong, Adanya sedimentasi dan sampah
25 0,40 - Pada saat terjadi hujan
Sukasari yang menyumbat
Kali Cibaduyut - Adanya sedimentasi dan sampah
26 - Pada saat terjadi hujan
Pasar Kosambi yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
27 - Sumurbandung - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
28 -Sumurbandung - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
- Cibeunying Adanya sedimentasi dan sampah
29 0,40 - 2 Pada saat terjadi hujan
kidul yang menyumbat
Jl. Moch. Toha -
Adanya sedimentasi dan sampah
30 Sal.Cipalasari / 0,80 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sal.Ciateul
S.Cirangrang Adanya sedimentasi dan sampah
31 0,50 - Pada saat terjadi hujan
RW.01 / RT.01 yang menyumbat
- Pasirluyu Adanya sedimentasi dan sampah
32 0,30 - Pada saat terjadi hujan
- Lengkong yang menyumbat
- Sadangserang Adanya sedimentasi dan sampah
33 0,50 - Pada saat terjadi hujan
- Coblong yang menyumbat
- Sadangserang Adanya sedimentasi dan sampah
34 0,60 - Pada saat terjadi hujan
- Ujung berung yang menyumbat
- Antapani
Adanya sedimentasi dan sampah
35 tengah 0,40 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
- Antapani
-
Adanya sedimentasi dan sampah
36 Karangpamulang 0,60 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
- Antapani
Jl.Caringin Adanya sedimentasi dan sampah
37 0,40 - Pada saat terjadi hujan
Sal.Leuwi Limus yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
38 Jl Molek Cibuntu 0.4 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sukamaju, Adanya sedimentasi dan sampah
39 0.6 - Pada saat terjadi hujan
Cibeunying yang menyumbat

2-73
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Kidul

Antapani
Adanya sedimentasi dan sampah
40 Tengah, 0.8 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Antapani
Antapani Kidul, Adanya sedimentasi dan sampah
41 0.6 - Pada saat terjadi hujan
Antapani yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
42 Husen, Cicendo 0.8 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cikutra,
Adanya sedimentasi dan sampah
43 Cibeunying 0.6 - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Kidul
Pasanggarahan, Adanya sedimentasi dan sampah
44 0.4 - 2 Pada saat terjadi hujan
Ujung Berung yang menyumbat
Kebonwaru, Adanya sedimentasi dan sampah
45 0.6 - 4 Pada saat terjadi hujan
Batununggal yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
46 Sumur Bandung 0.3 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
47 Andir 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Batununggal dan Adanya sedimentasi dan sampah
48 0.6 - 2 Pada saat terjadi hujan
Sumur Bandung yang menyumbat
Cibeunying Adanya sedimentasi dan sampah
49 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
Kidul yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
50 Bandung kidul 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Persimpangan Jl
Adanya sedimentasi dan sampah
51 Pasirkoja - Sal. 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cilimus I
Persimpangan
Adanya sedimentasi dan sampah
52 Jl.Pasirkoja -Sal 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Cilimus I
Sal.Irigasi Adanya sedimentasi dan sampah
53 0.8 - Pada saat terjadi hujan
Dungusema yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
54 Jl.Moch.Toha - Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sal.Crossing Jl
Soekarno Hatta-
Adanya sedimentasi dan sampah
55 sal Cijagra 0.8 - 2 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
(depan Hotel
Lingga)
S.Ciroyom, Jln Adanya sedimentasi dan sampah
56 0.8 - 3 Pada saat terjadi hujan
Kopo yang menyumbat
Adanya sedimentasi dan sampah
57 Batununggal 0.6 - 1 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Sukaraja, Adanya sedimentasi dan sampah
58 - Pada saat terjadi hujan
Cicendo yang menyumbat
Terusan
Adanya sedimentasi dan sampah
59 Jl.Kiaracondong- - 3 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Jl Soekarno Hatt
Sal.Cilimus, Jln Adanya sedimentasi dan sampah
60 - 3 Pada saat terjadi hujan
Sukajadi yang menyumbat
Braga, Sumur Adanya sedimentasi dan sampah
61 0,8 - 5 Pada saat terjadi hujan
Bandung yang menyumbat
Manjahlega, Adanya sedimentasi dan sampah
62 1,60 - 4 Pada saat terjadi hujan
RancaSari yang menyumbat

2-74
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Cipamokolan, Adanya sedimentasi dan sampah


63 0,50 - 2 Pada saat terjadi hujan
Rancasari yang menyumbat
Margasari, Buah Adanya sedimentasi dan sampah
64 1,00 - 3 Pada saat terjadi hujan
Batu yang menyumbat
Margasari, Buah Adanya sedimentasi dan sampah
65 0,50 - 2 Pada saat terjadi hujan
Batu yang menyumbat
Sukamiskin, Adanya sedimentasi dan sampah
66 0,30 - 3 Pada saat terjadi hujan
Arcamanik yang menyumbat
Panyileukan, Adanya sedimentasi dan sampah
67 0,50 - 4 Pada saat terjadi hujan
Bandung Kidul yang menyumbat
Perumahan
Adanya sedimentasi dan sampah
68 Riung Bandung, 0,50 - 6 Pada saat terjadi hujan
yang menyumbat
Jln Braga

Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2015

Berdasarkan data dari LKPJ tahun 2014, pengelolaan drainase diwujudkan dengan cara
berikut :
Perencanaan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong

Berdasarkan indikator panjang saluran drainase yang ditingkatkan, dari target


sepanjang 15.000 m dapat terealisasi sepanjang 55.870 m. Ketercapaian melebihi target
merupakan hasil kumulatif dari pekerjaan paket kegiatan pembangunan saluran sebesar 50.253
m; peningkatan saluran drainase yang terdapat pada paket kegiatan pembangunan jalan
sebesar 5.617 m. Berdasarkan data capaian kinerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota
Bandung dalam LKIP Tahun 2014 disebutkan bahwa Presentase minimal saluran drainase yang
berfungsi dengan baik (58,46%) serta Presentase minimal penanganan rutin banjir kurang dari
2 jam (44,11%).
Dari indikator panjang saluran drainase yang dipelihara, dari target sepanjang 3.000 m
dapat terealisasi sebesar 224.236,5 m. Ketercapaian melebihi target merupakan hasil dari
pekerjaan pemeliharaan kondisi saluran yang terdapat pada paket kegiatan Rehabilitasi Saluran
Drainase/ Gorong-gorong. Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah
meningkatnya kondisi saluran drainase / gorong-gorong.umn
ya adalah daerah di

2-75
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.3.3.3 Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007, tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandung, Dinas Bina
Marga dan Pengairan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Daerah di bidang
pekerjaan umum lingkup kebinamargaan dan pengairan. Susunan organisasi Dinas Bina Marga
dan Pengairan yang mengelola drainase adalah Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
Pengairan yang terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pengairan, Seksi Pembangunan Pengairan,
Seksi Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai, Seksi Perencanaan Teknis Pengairan serta Unit
Pelaksana Teknis Daerah Aliran Sungai. Sedangkan Fungsi Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kota Bandung adalah:
Merumuskan kebijaksanaan teknik kebinamargaan dan pengairan.

Melaksanakan tugas operasional kebinamargaan dan pengairan .

Pembinaan dan pelaksanaan tugas operasional kebinamrgaan dan pengairan.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugasnya.

2.3.3.4 Peraturan dan Perundangan


Adapun Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan drainase
adalah:
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti menjadi UU No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah;
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
Perda No. 08 Tahun 2008 tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Bandung Tahun 2005-2025;
Perda No. 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung.
Perda No. 07 Tahun 2008 tentang Rencana Strategis SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kota Bandung.

2-76
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung;
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031;
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Bandung Tahun 2013-2018

2.3.3.5 Permasalahan dan Tantangan


Isu strategis Pengelolaan Drainase Perkotaan di Kota Bandung Peningkatan kualitas dan
pola pemeliharaan sistem drainase kota serta penentuan skala prioritas dan dukungan
anggaran pembangunan infrastruktur untuk mempercepat pembangunan Pusat Primer Kedua
di Bandung Timur.

2.4 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi


Pada bagian ini akan digambarkan dan dijelaskan lokasi area beresiko dari 3 (tiga)
sektor sanitasi Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada subbab di bawah ini.

2.4.1 Area Beresiko Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik


Area Beresiko air limbah di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat
dilihat di bawah ini.

2-77
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Gambar 2. 23 Area Beresiko Air Limbah Domestik Kota Bandung


Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung.
2015

Tabel 2.24
Area Beresiko Air Limbah Kota Bandung
Wilayah prioritas Wilayah prioritas
No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH
1 Pelindung Hewan Astanaanyar 1 Caringin Bandung Kulon
Babakan
2 Karang Anyar Astanaanyar 2 Cirangrang
Ciparay
Babakan
3 Cijagra Lengkong 3 Margahayu Utara
Ciparay
Babakan
4 Jati Sari BuahBatu 4 Babakan Ciparay
Ciparay
5 Derwati RancaSari 5 Kopo Bojongloa Kaler
6 Cipamokolan RancaSari 6 Babakan Asih Bojongloa Kaler
Babakan
7 Mekar Mulya Panyileukan 7 Bojongloa Kaler
Tarogong
8 Pasirendah UjungBerung 8 Jamika Bojongloa Kaler
9 Antapani Kidul Antapani 9 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul

2-78
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
10 Antapani Wetan Antapani 10 Mekarwangi Bojongloa Kidul
11 Sukapura KiaraCondong 11 Kebonlega Bojongloa Kidul
12 Gumuruh Batununggal 12 Situsaeur Bojongloa Kidul
13 Binong Batununggal 13 Panjunan Astanaanyar
14 Maleer Batununggal 14 Cibadak Astanaanyar
15 Cibangkong Batununggal 15 Ciseureuh Regol
16 Dunguscariang Andir 16 Ancol Regol
Cibeunying
17 Sukamaju 17 Cigereleng Regol
Kidul
Cibeunying
18 Pasirlayung 18 Ciateul Regol
Kidul
Cibeunying
19 Sukaluyu 19 Pungkur Regol
Kaler
20 Sarijadi Sukasari 20 Balonggede Regol
C AREA BERESIKO TINGGI 21 Malabar Lengkong
1 Gempolsari Bandung Kulon 22 Burangrang Lengkong
2 Cigondewah Kidul Bandung Kulon 23 Paledang Lengkong
Cigondewah
3 Bandung Kulon 24 Wates Bandung Kidul
Rahayu
4 Warungmuncang Bandung Kulon 25 Mengger Bandung Kidul
5 Cibuntu Bandung Kulon 26 Batununggal Bandung Kidul
6 Cijerah Bandung Kulon 27 Kujangsari Bandung Kidul
Babakan
7 Margasuka 28 Margasari BuahBatu
Ciparay
Babakan
8 Babakan 29 Sekejati BuahBatu
Ciparay
9 Suka Asih Bojongloa Kaler 30 Manjahlega RancaSari
10 Cibaduyut Kidul Bojongloa Kidul 31 Mekar Jaya RancaSari
11 Karasak Astanaanyar 32 Rancabolang GedeBage
12 Nyengseret Astanaanyar 33 Cisaranten Kidul GedeBage
13 Pasirluyu Regol 34 Cimincrang GedeBage
14 Turangga Lengkong 35 Pasirbiru Cibiru
15 Lingkar Selatan Lengkong 36 Cipadung Cibiru
16 Cikawao Lengkong 37 Palasari Cibiru
17 Cijawura BuahBatu 38 Cisurupan Cibiru
18 Rancanumpang GedeBage 39 Cipadung Kidul Panyileukan
19 Pasirwangi UjungBerung 40 Cipadung Wetan Panyileukan
20 Cigending UjungBerung 41 Cipadung Kulon Panyileukan
21 Karang Pamulang MandalaJati 42 Pasanggrahan UjungBerung
22 Sindang Jaya MandalaJati 43 Pasirjati UjungBerung
23 Babakan Surabaya KiaraCondong 44 Cisaranten Wetan Cinambo
Babakan
24 Braga SumurBandung 45 Cinambo
Penghulu
25 Merdeka SumurBandung 46 Pakemitan Cinambo

2-79
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
26 Babakan Ciamis SumurBandung 47 Sukamulya Cinambo
27 Ciroyom Andir 48 Cisaranten Kulon Arcamanik
Cisaranten Bina
28 Arjuna Cicendo 49 Arcamanik
Harapan
29 Pajajaran Cicendo 50 Sukamiskin Arcamanik
30 Sukaraja Cicendo 51 Cisaranten Endah Arcamanik
Cibeunying
31 Cihaurgeulis 52 Antapani Tengah Antapani
Kaler
Cibeunying
32 Cigadung 53 Antapani Kulon Antapani
Kaler
33 Cipaganti Coblong 54 Jatihandap MandalaJati
34 Lebak Siliwangi Coblong 55 Pasir Impun MandalaJati
35 Sadang Serang Coblong 56 Kebon Kangkung KiaraCondong
36 Sekeloa Coblong 57 Kebonjayanti KiaraCondong
37 Dago Coblong 58 Babakansari KiaraCondong
RESIKO SANGAT
59 Cicaheum KiaraCondong
D TINGGI
1 Cigondewah Kaler Bandung Kulon 60 Kebongedang Batununggal
Babakan
Sukahaji 61 Samoja Batununggal
2 Ciparay
3 Cibaduyut Bojongloa Kidul 62 Kacapiring Batununggal
63 Kebonwaru Batununggal
64 Kebon Pisang SumurBandung
65 Campaka Andir
66 Maleber Andir
67 Garuda Andir
68 Kebon Jeruk Andir
69 Pasirkaliki Cicendo
70 Pamoyanan Cicendo
Husein
71 Cicendo
Sastranegara
72 Tamansari Bandung Wetan
73 Citarum Bandung Wetan
74 Cihapit Bandung Wetan
Cibeunying
75 Cicadas
Kidul
Cibeunying
76 Cikutra
Kidul
Cibeunying
77 Padasuka
Kidul
Cibeunying
78 Sukapada
Kidul
Cibeunying
79 Neglasari
Kaler
80 Lebak Gede Coblong
81 Sukawarna Sukajadi

2-80
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
82 Sukagalih Sukajadi
83 Sukabungah Sukajadi
84 Cipedes Sukajadi
85 Pasteur Sukajadi
86 Sukarasa Sukasari
87 Gegerkalong Sukasari
88 Isola Sukasari
89 Hegarmanah Cidadap
90 Ciumbuleuit Cidadap
91 Ledeng Cidadap
Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung. 2015

Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk SPAL di Kota Bandung,
maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Kota Bandung saat ini sesuai dengan Tabel 2.25.

Tabel 2.25
Permasalahan Mendesak Sub Sektor Pengelolaan Air Limbah

No Aspek Permasalahan Mendesak


Pengelolaan Air
Limbah
1 Aspek Teknis Pelayanan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Kota Bandung oleh PDAM baru
mencapai 66% 1 (Offsite: 37,9 %; Onsite:
28,1 %)

2 Aspek Lemahnya Kelembagaan Masyarakat dalam


Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah Onsite

3 Sistem Off Site


Sanitatioan Pemanfaatan IPAL Bojong Soang saat ini
I
belum- optimal
P
A
Pemanfaatan saluran Air limbah yang
L
tersedia belum optimal.

Sumber: FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung. 2015

1
Sumber: LKPJ 2014

2-81
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.4.2 Area Beresiko Persampahan


Area Beresiko persampahan di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat
dilihat di bawah ini.

Gambar 2. 24 Area Beresiko Persampahan Kota Bandung


Sumber : Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota
Bandung. 2015

Tabel 2.26
Area Beresiko Persampahan Kota Bandung

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH
1 Babakan Tarogong Bojongloa Kaler 1 Pelindung Hewan Astanaanyar
2 Mekarwangi Bojongloa Kidul 2 Karang Anyar Astanaanyar
3 Kebonlega Bojongloa Kidul 3 Cijagra Lengkong
4 Sekejati BuahBatu 4 Jati Sari BuahBatu
5 Rancabolang GedeBage 5 Derwati RancaSari
6 Cisaranten Kidul GedeBage 6 Cipamokolan RancaSari
7 Cimincrang GedeBage 7 Mekar Mulya Panyileukan
8 Pasirbiru Cibiru 8 Antapani Kidul Antapani
9 Palasari Cibiru 9 Gumuruh Batununggal
10 Campaka Andir 10 Maleer Batununggal

2-82
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
11 Maleber Andir 11 Dunguscariang Andir
Cibeunying
12 Padasuka 12 Pasirlayung Cibeunying Kidul
Kidul
Cibeunying
13 Sukapada 13 Sukaluyu Cibeunying Kaler
Kidul
14 Lebak Gede Coblong 14 Caringin Bandung Kulon
15 Sukawarna Sukajadi 15 Cirangrang Babakan Ciparay
16 Cipedes Sukajadi 16 Margahayu Utara Babakan Ciparay
17 Cibuntu Bandung Kulon 17 Babakan Ciparay Babakan Ciparay
18 Cijerah Bandung Kulon 18 Kopo Bojongloa Kaler
Babakan
19 Babakan 19 Babakan Asih Bojongloa Kaler
Ciparay
20 Pasirluyu Regol 20 Jamika Bojongloa Kaler
21 Braga SumurBandung 21 Cibaduyut Wetan Bojongloa Kidul
22 Babakan Ciamis SumurBandung 22 Situsaeur Bojongloa Kidul
23 Ciroyom Andir 23 Panjunan Astanaanyar
24 Arjuna Cicendo 24 Ciseureuh Regol
25 Sadang Serang Coblong 25 Ancol Regol
C RESIKO TINGGI 26 Cigereleng Regol
1 Pasirendah UjungBerung 27 Ciateul Regol
2 Antapani Wetan Antapani 28 Pungkur Regol
3 Sukapura KiaraCondong 29 Balonggede Regol
4 Binong Batununggal 30 Malabar Lengkong
5 Cibangkong Batununggal 31 Burangrang Lengkong
Cibeunying
6 Sukamaju 32 Paledang Lengkong
Kidul
7 Sarijadi Sukasari 33 Wates Bandung Kidul
8 Cibadak Astanaanyar 34 Batununggal Bandung Kidul
9 Mengger Bandung Kidul 35 Kujangsari Bandung Kidul
10 Pasanggrahan UjungBerung 36 Margasari BuahBatu
11 Pasirjati UjungBerung 37 Manjahlega RancaSari
12 Cisaranten Wetan Cinambo 38 Mekar Jaya RancaSari
13 Babakan Penghulu Cinambo 39 Cipadung Cibiru
14 Cisaranten Kulon Arcamanik 40 Cisurupan Cibiru
15 Babakansari KiaraCondong 41 Cipadung Kidul Panyileukan
16 Samoja Batununggal 42 Cipadung Kulon Panyileukan
17 Gempolsari Bandung Kulon 43 Pakemitan Cinambo
Cibeunying
18 Cigadung 44 Sukamulya Cinambo
Kaler
Cisaranten Bina
19 Cigondewah Kaler Bandung Kulon 45 Arcamanik
Harapan
RESIKO SANGAT
46 Sukamiskin Arcamanik
D TINGGI
1 Cipadung Wetan Panyileukan 47 Cisaranten Endah Arcamanik
2 Cijawura BuahBatu 48 Antapani Tengah Antapani

2-83
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
49 Antapani Kulon Antapani
50 Jatihandap MandalaJati
51 Pasir Impun MandalaJati
52 Kebon Kangkung KiaraCondong
53 Kebonjayanti KiaraCondong
54 Cicaheum KiaraCondong
55 Kebongedang Batununggal
56 Kacapiring Batununggal
57 Kebonwaru Batununggal
58 Kebon Pisang SumurBandung
59 Garuda Andir
60 Kebon Jeruk Andir
61 Pasirkaliki Cicendo
62 Pamoyanan Cicendo
Husein
63 Cicendo
Sastranegara
64 Tamansari Bandung Wetan
65 Citarum Bandung Wetan
66 Cihapit Bandung Wetan
67 Cicadas Cibeunying Kidul
68 Cikutra Cibeunying Kidul
69 Neglasari Cibeunying Kaler
70 Sukagalih Sukajadi
71 Sukabungah Sukajadi
72 Pasteur Sukajadi
73 Sukarasa Sukasari
74 Gegerkalong Sukasari
75 Isola Sukasari
76 Hegarmanah Cidadap
77 Ciumbuleuit Cidadap
78 Ledeng Cidadap
79 Cigondewah Kidul Bandung Kulon
Cigondewah
80 Bandung Kulon
Rahayu
81 Warungmuncang Bandung Kulon
82 Margasuka Babakan Ciparay
83 Suka Asih Bojongloa Kaler
84 Cibaduyut Kidul Bojongloa Kidul
85 Karasak Astanaanyar
86 Nyengseret Astanaanyar
87 Turangga Lengkong
88 Lingkar Selatan Lengkong
89 Cikawao Lengkong

2-84
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
90 Rancanumpang GedeBage
91 Pasirwangi UjungBerung
92 Cigending UjungBerung
93 Karang Pamulang MandalaJati
94 Sindang Jaya MandalaJati
Babakan
95 KiaraCondong
Surabaya
96 Merdeka SumurBandung
97 Pajajaran Cicendo
98 Sukaraja Cicendo
99 Cihaurgeulis Cibeunying Kaler
100 Cipaganti Coblong
101 Lebak Siliwangi Coblong
102 Sekeloa Coblong
103 Dago Coblong
104 Sukahaji Babakan Ciparay
105 Cibaduyut Bojongloa Kidul
Sumber: FGD Tim Pokja Sanitasi Kota Bandung, 2015

Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk pengelolaan


persampahan di Kota Bandung, maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak
pengelolaan persampahan di Kota Bandung saat ini adalah:

Tabel 2.27
Permasalahan Mendesak Sub Sektor Persampahan

NO ASPEK PERMASALAHAN MENDESAK

1 Sosial Mayarakat - Masih ada Sampah yang dibuang ke sungai atau


sembarangan
- Masih rendahnya tingkat pengelolaan sampah melalui 3R
(baru 16%)
2 Lokasi Penampungan Masih ada TPA/TPS Swadaya yang belum dilayani oleh
Sementara pemerintah dan PD Kebersihan

3 Tingkat Pelayanan 26% penduduk Kota Bandung masih belum dilayani oleh PD
Kebersihan Kota Bandung
4 Lokasi Pembuangan TPA Sarimukti sudah tidak memungkinkan untuk
pembuangan akhir

Sumber: Hasil Analisis, 2015

2-85
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

2.4.3 Area Beresiko Pengelolaan Drainase


Area Beresiko drainase di Kota Bandung didasarkan pada instrumen profil dapat
dilihat di bawah ini.

Gambar 2. 25 Area Beresiko Drainase Kota Bandung


Sumber: Instrumen Profil Sanitasi serta FGD Tim Pokja Sanitasi Kota
Bandung. 2015

Tabel 2.28
Area Beresiko Drainase Kota Bandung
Wilayah prioritas Wilayah prioritas
No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
A BERESIKO SANGAT RENDAH B BERESIKO RENDAH
Bojongloa
1 Karang Anyar Astanaanyar 1 Kebonlega
Kidul
2 Jati Sari BuahBatu 2 Sekejati BuahBatu
Bojongloa
3 Babakan Asih 3 Cisaranten Kidul GedeBage
Kaler
Bojongloa
4 Cibaduyut Wetan 4 Cimincrang GedeBage
Kidul
5 Panjunan Astanaanyar 5 Pasirbiru Cibiru
6 Ciseureuh Regol 6 Palasari Cibiru
7 Ciateul Regol 7 Campaka Andir
8 Pungkur Regol 8 Maleber Andir
Cibeunying
9 Balonggede Regol 9 Sukapada
Kidul

2-86
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
10 Malabar Lengkong 10 Lebak Gede Coblong
11 Pasteur Sukajadi 11 Cipedes Sukajadi
12 Cigondewah Kidul Bandung Kulon 12 Cibuntu Bandung Kulon
Babakan
13 Margasuka 13 Cijerah Bandung Kulon
Ciparay
Babakan
14 Pasirwangi UjungBerung 14 Babakan
Ciparay
15 Sindang Jaya MandalaJati 15 Pasirluyu Regol
16 Pajajaran Cicendo 16 Braga SumurBandung
17 Sukaraja Cicendo 17 Ciroyom Andir
Cibeunying
18 Cihaurgeulis 18 Sadang Serang Coblong
Kaler
19 Sukapura KiaraCondong 19 Pelindung Hewan Astanaanyar
20 Binong Batununggal 20 Cijagra Lengkong
21 Cibangkong Batununggal 21 Derwati RancaSari
Cibeunying
22 Sukamaju 22 Cipamokolan RancaSari
Kidul
23 Cibadak Astanaanyar 23 Mekar Mulya Panyileukan
24 Mengger Bandung Kidul 24 Antapani Kidul Antapani
25 Pasanggrahan UjungBerung 25 Gumuruh Batununggal
26 Pasirjati UjungBerung 26 Maleer Batununggal
27 Cisaranten Wetan Cinambo 27 Dunguscariang Andir
Cibeunying
28 Cisaranten Kulon Arcamanik 28 Pasirlayung
Kidul
Cibeunying
29 Babakansari KiaraCondong 29 Sukaluyu
Kaler
Babakan
30 Samoja Batununggal 30 Cirangrang
Ciparay
Babakan
31 Gempolsari Bandung Kulon 31 Margahayu Utara
Ciparay
Cibeunying Babakan
32 Cigadung 32 Babakan Ciparay
Kaler Ciparay
Bojongloa
33 Cipadung Wetan Panyileukan 33 Kopo
Kaler
Bojongloa
34 Cijawura BuahBatu 34 Jamika
Kaler
Bojongloa
C RESIKO TINGGI 35 Situsaeur
Kidul
Bojongloa
1 Babakan Tarogong 36 Ancol Regol
Kaler
Bojongloa
2 Mekarwangi 37 Cigereleng Regol
Kidul
3 Rancabolang GedeBage 38 Burangrang Lengkong
Cibeunying
4 Padasuka 39 Paledang Lengkong
Kidul
5 Sukawarna Sukajadi 40 Wates Bandung Kidul
6 Babakan Ciamis SumurBandung 41 Batununggal Bandung Kidul

2-87
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
7 Arjuna Cicendo 42 Kujangsari Bandung Kidul
8 Caringin Bandung Kulon 43 Margasari BuahBatu
9 Cipadung Kidul Panyileukan 44 Manjahlega RancaSari
10 Cipadung Kulon Panyileukan 45 Mekar Jaya RancaSari
11 Pakemitan Cinambo 46 Cipadung Cibiru
12 Jatihandap MandalaJati 47 Cisurupan Cibiru
13 Pasir Impun MandalaJati 48 Sukamulya Cinambo
Cisaranten Bina
14 Kebonjayanti KiaraCondong 49 Arcamanik
Harapan
15 Kacapiring Batununggal 50 Sukamiskin Arcamanik
16 Kebonwaru Batununggal 51 Cisaranten Endah Arcamanik
17 Kebon Pisang SumurBandung 52 Antapani Tengah Antapani
18 Pasirkaliki Cicendo 53 Antapani Kulon Antapani
Bandung
19 Cihapit 54 Kebon Kangkung KiaraCondong
Wetan
Cibeunying
20 Cikutra 55 Cicaheum KiaraCondong
Kidul
21 Sukagalih Sukajadi 56 Kebongedang Batununggal
22 Ledeng Cidadap 57 Garuda Andir
23 Lingkar Selatan Lengkong 58 Kebon Jeruk Andir
24 Cigending UjungBerung 59 Pamoyanan Cicendo
Husein
25 Karang Pamulang MandalaJati 60 Cicendo
Sastranegara
Bandung
26 Cipaganti Coblong 61 Tamansari
Wetan
Bandung
27 Lebak Siliwangi Coblong 62 Citarum
Wetan
Cibeunying
28 Pasirendah UjungBerung 63 Cicadas
Kidul
D RESIKO SANGAT TINGGI 64 Sukabungah Sukajadi
Cibeunying
65 Sukarasa Sukasari
1 Neglasari Kaler
66 Gegerkalong Sukasari
67 Isola Sukasari
68 Hegarmanah Cidadap
69 Ciumbuleuit Cidadap
Cigondewah
70 Bandung Kulon
Rahayu
71 Warungmuncang Bandung Kulon
Bojongloa
72 Suka Asih
Kaler
Bojongloa
73 Cibaduyut Kidul
Kidul
74 Karasak Astanaanyar
75 Nyengseret Astanaanyar
76 Turangga Lengkong

2-88
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015

Wilayah prioritas Wilayah prioritas


No No
Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan
77 Cikawao Lengkong
78 Rancanumpang GedeBage
Babakan
79 KiaraCondong
Surabaya
80 Merdeka SumurBandung
81 Sekeloa Coblong
82 Dago Coblong
Babakan
83 Sukahaji
Ciparay
Bojongloa
84 Cibaduyut
Kidul
85 Antapani Wetan Antapani
86 Sarijadi Sukasari
Babakan
87 Cinambo
Penghulu
88 Cigondewah Kaler Bandung Kulon

Sumber: FGD Tim POKJA Sanitasi Kota Bandung. 2015

Berdasarkan kondisi di atas dan keseluruhan gambaran untuk jaringan drainase


perkotaan di Kota Bandung, maka dapat disimpulkan untuk permasalahan mendesak di Kota
Bandung saat ini adalah masih tingginya genangan air atau banjir akibat tersumbatnya drainase
atau tidak mendapat akses infrastruktur drainase dengan uraian per aspek sebagai berikut:
Tabel 2.29 Permasalahan Mendesak Sub Sektor Drainase
NO ASPEK PERMASALAHAN MENDESAK

1 Rencana Pengembangan Sistem drainase di Kota Bandung belum terencana dengan


baik (drainase makro dan drainase mikro belum terintegrasi
dengan baik).

Masih tingginya genangan air atau banjir akibat tersumbatnya


drainase atau tidak mendapat akses infrastruktur drainase

2 Rencana Pengelolaan Banyak Penyumbatan yang terjadi di beberapa saluran


Drainse Kota Bandung (Utilitas yang melintang, sampah dan
sedimentasi)

Sumber: FGD Tim POKJA Sanitasi Kota Bandung. 2015

2-89

Anda mungkin juga menyukai