Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

SID Sungai Cimadur

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN

3.1. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Pendekatan, metodologi dan program kerja adalah upaya dan cara dalam menyelesaikan
suatu permasalahan atau untuk mencapai sesuatu tujuan. Metodologi yang digunakan
haruslah berdasarkan pendekatan teknis terhadap masalah atau tujuan dari suatu kegiatan
yang akan dilaksanakan. Rencana pendekatan teknis dan metode pelaksanaan ini disusun
berdasarkan :
 Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan oleh Pemberi Tugas.
 Pedoman dan standar perencanaan teknis yang berlaku
 Penguasaan dan pemahaman tujuan, materi dan lingkup pekerjaan
 Kajian terhadap pekerjaan yang sama dan sejenis yang pernah dilakukan
 Penguasaan piranti lunak (software) yang menunjang rencana kerja

Berdasarkan hal tersebut diatas di susun agar dapat memperlihatkan keterkaitan dan
ketergantungan masing - masing kegiatan dalam mencapai tujuan akhir dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan.

Dasar Penyusunan Metodologi :


a. Kerangka Acuan Kerja
Kerangka Acuan Kerja secara jelas dan rinci telah menguraikan :
- Maksud dan tujuan
- Lingkup dan volume pekerjaan yang harus dilakukan
- Hasil rekayasa teknis yang harus dicapai
- Laporan-laporan yang harus diserahkan

b. Pedoman
Setiap tahapan pekerjaan yang akan dilakukan oleh Konsultan akan mengikuti petunjuk
pelaksanaan, Kerangka Acuan Kerja dan Penjelasan yang telah diberikan oleh Direksi
Pekerjaan. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, pihak Konsultan akan selalu berpedoman pada Standar
Perencanaan yang ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia sesuai dengan Instruksi
Menteri Pekerjaan Umum, Kriteria Perencanaan Sungai dan pedoman lain yang disetujui
oleh Pengguna Jasa.

c. Kualitas
Survey dan inventarisasi data akan dilakukan secara teliti dan cermat sehingga didapat
suatu data yang akurat dan lengkap untuk mendapatkan hasil studi yang memenuhi
sasaran. Dengan kualitas data yang baik dan memenuhi syarat sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan, maka diharapkan akan menghasilkan suatu pedoman yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi para pengelola sumber daya air.
III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

d. Hasil Kerja/ Keluaran


Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, pihak Konsultan
Perencana diwajibkan untuk membuat laporan - laporan hasil kerja yang harus
diserahkan kepada pihak Pemberi Pekerjaan seperti dibawah ini :
1. Laporan Pendahuluan (5 buku)
Berisi persiapan, gambar lokasi study, rencana kerja, pendekatan masalah dan
metodologi, pengorganisasian anggota dan planning unit;
2. Laporan Bulanan (5 buku)
Berisi Kegiatan dan Kemajuan Pekerjaan berjalan yang dilampiri absen personil dan
kurva –S;
3. Draft Laporan Akhir (5 buku)
Hasil Akhir berupa draft yang akan dipresentasikan dihadapan audiens yang dalam hal
ini penyedia jasa juga menyiapkan bahan expose dibagikan kepada audiens selambat
– lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan.
4. Laporan Akhir (5 buku)
Berisi data terakhir dari daerah irigasi yang ditangani dan bahasan – bahasan hasil
perencanaan bersama pengguna jasa dalam memperoleh alternatif perencanaan yang
baik;
5. Laporan Gambar
Memuat hasil gambar existing dan desain rencana sebagai berikut :
1) Kalkir A1 (1 buku)
2) Foto Copy A1 (3 buku)
3) Foto Copy A3 (3 buku)
4) File Laporan CD – R (3 buah)
6. Laporan Pendukung (5 buku/each @)
a) Laporan Survey dan Pengukuran;
b) Laporan hasil Analisa Mekanika Tanah;
c) Laporan Bill of Quantity dan RAB berikut analisa harga satuan;
d) Laporan Ringkasan/ Summary Sub Report (SSR);
e) Laporan Spesifikasi Teknis;
f) Laporan Nota desain.
7. Dokumentasi
1) Dokumentasi pelaksanaan dilapangan (3 Buku);
2) Visual Kondisi Lapangan (CD-R) (3 Buku)

Fasilitas Pendukung yang Disediakan Pejabat Pembuat Komitmen


Sesuai dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja maupun pada Berita Acara
Penjelasan, pihak pengguna jasa tidak menyediakan fasilitas pendukung bagi konsultan.
Penyediaan data dan fasilitas pendukung oleh pengguna Jasa adalah sebagai berikut :
 Skema Jaringan dan Bangunan Existing
 Peta Dasar / Topografi
 Pedoman Standart Perencanaan Irigasi yang berlaku
 Staf Pengawas/ Pendamping.

III - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Data yang disediakan oleh Penyedia Jasa menjadi data tambahan untuk pelaksanaan Detail
Desain Jaringan Irigasi. Setiap keputusan penting dalam pelaksanaan pekerjaan akan
didiskusikan dengan Pengawas Pekerjaan, dengan demikian Pengawas Pekerjaan adalah
rekan kerja.

Jadwal Pelaksanan Pekerjaan dan Personil


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah diperkirakan 4 (Empat) bulan atau 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender.
Secara rinci jadwal pelaksanaan disajikan dalam bentuk grafik bar chart, dimana dan kurva
"S" formatnya sesuai dengan ketentuan yang tercantum di bagian lampiran Dokumen
Pengadaan. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilihat pada bagian F, hal ini sesuai
dengan lampiran Dokumen Pengadaan. Sedangkan Jadwal Penugasan Tenaga Ahli secara
lengkap dapat dilihat pada bagian H, hal ini sesuai dengan lampiran dokumen seleksi umum,
demikian juga formatnya mengikuti lampiran yang telah ditentukan.

Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan yang disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan SID Sungai Cimadur ini diperkirakan 120 (seratus dua
puluh) hari kalender atau 4 (empat) bulan dengan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
A. Persiapan Pendahuluan
B. Survey dan Investigasi Lapangan
C. Analisa Data dan Perhitungan Struktur
D. Perencanaan Desain dan Penggambaran
E. Perhitungan RAB dan Spesifikasi Teknis
F. Pelaporan

Urutan dan keterkaitan antar masing-masing kegiatan dalam bentuk diagram alir yang dapat
di lihat pada Gambar 3.18.

3.1.1. Pekerjaan Persiapan dan Inventarisasi Data


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Pekerjaan Persiapan dan Administrasi
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan tahap awal yang sangat menentukan kelancaran
pekerjaan selanjutnya. Jika pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka kegiatan
berikutnya diharapkan akan dapat dilaksanakan dengan baik pula sesuai dengan yang
direncanakan. Yang termasuk dalam kegiatan persiapan ini adalah :
- Penyelesaian administrasi, kontrak dan lain-lain
- Pembuatan surat-surat untuk keperluan legalitas kegiatan pengumpulan data.
- Penyusunan jadwal kegiatan yang lebih rinci, terutama kegiatan pengumpulan data
(sudah termasuk menentukan jenis-jenis data yang dibutuhkan dan perkiraan tempat
di mana data yang dibutuhkan dapat diperoleh).

III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Mobilisasi peralatan dan personil, termasuk pengarahan dari Ketua Tim mengenai
lingkup tugas dan waktu penugasan untuk masing-masing personil yang terlibat
dalam pelaksanaan Pekerjaan ini.
- Mengkaji laporan terdahulu
- Mengumpulkan dan mempelajari peta-peta yang diperlukan :
- Peta rupa bumi skala 1 : 25.000
- Peta Situasi Daerah Irigasi
- Peta Ikhtisar (Lokasi Pekerjaan)
- Skema Jaringan dan Bangunan Existing
- Gambar Bangunan Lama (Gambar Bangunan Utama, Bangunan bagi/sadap,
bangunan pelengkap dan potongan memanjang dan melintang saluran pembawa
dan pembuang).

2. Koordinasi dengan Instansi Terkait dan Orientasi Lapangan


Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengumpulan data pendahuluan adalah
sebagai berikut :
- Koordinasi dengan Instansi Terkait
Sebelum dilakukan orientasi Lapangan terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan
Instansi Terkait, tujuannya adalah sebagai pemberitahuan adanya pelaksanaan kegiatan
pekerjaan ini dan tidak menutup kemungkinan instansi tersebut akan terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan. Selain pemberitahuan ke Pemerintah setempat juga ke instansi
terkait untuk keperluan pengumpulan data.
- Orientasi Lapangan
Peninjaun lapangan pendahuluan dilakukan dengan Direksi (Pengawas Pekerjaan) dan
instansi terkait di daerah. Tujuan dari pada peninjauan lapangan adalah :
o Mendapatkan gambaran tentang lokasi pekerjaan

o Mendapatkan gambaran umum batas pekerjaan

o Untuk mencocokkan peta lama dengan kondisi lapangan

o Data-data lain yang berguna untuk kesempurnaan pekerjaan

3. Pembuatan Laporan, Asistensi dan Diskusi


Dalam tahap kegiatan ini terdapat laporan laporan yang harus diserahkan, yaitu :
Konsep Laporan Pendahuluan dan Final Laporan Pendahuluan, dimana laporan ini berisi
tentang temuan - temuan dari hasil survey awal, metode pelaksanaan, jadwal penugasan,
rencana mobilisasi personil, jadwal pengadaan peralatan, pekerjaan persiapan dengan
memperhatikan mutu desain dan rencana pelaksanaan kegiatan.
Sebelum diserahkan atau difinalkan, laporan dibuat konsep laporan Pendahuluan untuk

III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

dilakukan Diskusi yang melibatkan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten.
Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan ini, baik secara administrasi
maupun teknis. Pengumpulan data sekunder berupa data topografi, data hidrologi, data
geologi data bangunan air di sungai dan laporan-laporan studi terdahulu yang berhubungan
dengan kegiatan ini mulai dilakukan.
a. Data Topografi
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data peta topografi yang sudah ada, dimana
keadaan topografi suatu daerah akan mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu DAS. Peta
topografi yang dikumpulkan harus menampilkan kondisi tata guna lahan pada daerah studi,
dimana kondisi tata guna lahan akan berpengaruh terhadap laju erosi, kecepatan aliran
permukaan dan daya infiltras. Perolehan peta topografi dapat diperoleh dari Instansi yang
berwenang, misalkan pihak Pengguna Jasa seperti PSDA berdasarkan peta yang ada serta
skala dengan tingkat ketelitian yang ada. Jika di Instansi terkait tidak didapat maka pihak
Penyedia Jasa dapat memperoleh di BAKOSURTANAL dengan skala minimum 1 : 250.000.
b. Data Hidrologi
Kegiatan pengumpulan data hidrologi berupa pengumpulan peta stasiun curah hujan,
besarnya curah hujan,data meteorologi, debit historis baik debit minimum, rata-rata dan
debit maksimum pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Berbagai data dan informasi
diantaranya berupa :
- Peta stasiun curah hujan dapat diperoleh dari Instansi BMG dan mungkin juga
Pengelola Sumber Daya Air (PSDA).
- Data curah hujan harian (terbaru)dapat diperoleh dari Instansi BMG dan mungkin juga
Pengelola Sumber Daya Air (PSDA).
- Data meteorologi berupa kondisi temperatur udara, kelembaban relatif, lama penyinaran
dan kecepatan angin. Perolehan data dapat diperoleh pada Instansi BMG.
- Data debit terbaru dengan periode harian maupun bulanan, minimum selama 5 tahun,
yang didapat dari pengelola bangunan-bangunan sungai eksiting misalkan bendung.
c. Data Geologi
Kegiatan pengumpulan data geologi adalah pengumpulan peta geologi regional yang
memuat jenis batuan,penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan serta tekstur dan struktur
tanah dengan skala minimum 1:250.000. Peta geologi regional dapat diperoleh di Direktorat
Geologi Tata Lingkungan,jika tidak didapat maka pengumpulan data dapat diperoleh pada
Instansi terkait.
d. Data Bangunan Air di Sungai
Data yang dimaksudkan adalah tempat dan jenis semua bangunan air serta bangunan
umum lainnya yang dibangun di sungai yang mempunyai dampak timbal balik terhadap
kondisi morfologi sungai baik di hulu maupun di hilir rencana bangunan. Pada akhir tahap ini
dibuat laporan pendahuluan yang berisikan rencanarencana kerja yang kemudian
didiskusikan dengan semua pihak yang terkait untuk mendapatkan masukan, sehingga
pekerjaan ini dapat menghasilkan output yang maksimal.

III - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

3.1.2. Pekerjaan Survey


Kegiatan survey yang diperlukan untuk keperluan kegiatan detail desain adalah
sebagau berikut :
a. Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Kegiatan ini akan dilakukan oleh Penyedia Jasa jika kondisi topografi daerah
pekerjaan banyak mengalamiperubahan alur sungai baik yang diakibatkan oleh bencana
atau proses alamiah lainnya sehingga validitas data yang sudah ada diragukan lagi.
Pengukuran Updating dan pemetaan topografi untuk pekerjaan SID Sungai Cimadur
meliputi :
 Pengukuran dan pemetaan situasi detail daerah irigasi (skala 1 : 5.000).
 Pengukuran dan pemetaan trase saluran primer, sekunder, dan saluran drainase,
terdiri dari :
- Situasi trase, skala 1 : 2.000.
- Potongan memanjang, skala horizontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 100.
- Potongan melintang, skala 1 : 100.
- Pengukuran dan pemetaan situasi lokasi rencana bangunan khusus (skala peta
dibuat berdasarkan ketentuan/permintaan Direksi).
- Pengukuran dan pemetaan situasi lokasi bangunan utama (skala 1 : 500, 1 :
200, 1 : 100).
Berikut ini adalah bagan alir pekerjaan pengukuran topografi

III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.1. Bagan Alir Pekerjaan Pengukuran Topografi


Sistem Kerja
1. Pekerjaan persiapan, orientasi lapangan, pembuatan laporan pendahuluan, draft
laporan akhir, dan laporan akhir dilakukan oleh para staf ahli dan Team Leader.
2. Pekerjaan pengukuran lapangan dikerjakan oleh surveyor dengan pengawasan
penuh oleh Team Leader dan pengarahan staff ahli. Setiap tim (unit pengukur)
bekerja pada daerah atau jalur yang direncanakan. Setiap tim dikepalai oleh 1 orang
surveyor dan dibantu oleh tenaga lokal yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Perpindahan lokasi dan kemajuan pekerjaan pengukuran selalu diplotkan
pada peta kerja dan dicatat dalam buku harian surveyor. Hal ini dimaksudkan
supaya setiap kegiatan setiap saat dapat dimonitor oleh Team Leader dan pengawas
pekerjaan.
3. Pekerjaan perhitungan dan penggambaran dilakukan oleh surveyor dan draft man di
bawah pengawasan penuh Team Leader dan pengarahan oleh staff ahli.
4. Laporan-laporan harian, mingguan dan konsultasi teknis tentang kemajuan pekerjaan
dilakukan oleh Team Leader.
5. Setelah draft gambar peta topografi skala 1 : 2.000 selesai, dilakukan “field check”
oleh staf ahli dan Team Leader.
6. Kegiatan-kegiatan diskusi dengan Direksi Pekerjaan dilakukan oleh staff ahli dan
Team Leader.
Pekerjaan pengukuran dan pemetaan tersebut diuraikan berikut ini, yang terbagi dalam
2 pokok uraian, yaitu :
a. Pengukuran Situasi Daerah Irigasi dan Bangunan Utama
Uraian mengenai metode pengukuran dan pemetaan situasi ini, meliputi metode
Pengukuran Pengukuran untuk pekerjaan detail disain daerah irigasi ini terdiri dari :
 Pengukuran Poligon
Pelaksanaan pengukuran poligon dilakukan sebagai berikut :
- Pengukuran poligon dilakukan dengan kring tertutup atau terikat sempurna.
- Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ini adalah Theodolit T2 dan
jarak diukur dengan meet-band dicek dengan pembacaan jarak optis.
- Pengukuran pertama dilakukan yaitu pengukuran sudut mendatar, alat ukur
ditempat-kan di titik poligon yang berada diantara 2 titik poligon yang akan
diukur sudut mendatarnya. Target yang dibidik berupa unting-unting yang
berada tepat centring diatas titik poligon. Arah sudut yang dibidik searah
dengan perputaran jarum jam.
- Pengukuran sudut dilakukan dalam dua seri pembacaan yaitu dengan

III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

kedudukan teropong dibaca ke target muka dan target belakang dalam posisi
teropong Biasa (B) dan Luar Biasa (LB), jadi pembacaan selengkapnya
sebagai berikut yaitu B-B-LB-LB, dan seterusnya.
- Setelah sudut mendatar dan sudut vertikal dibaca, dilakukan pengukuran
jarak mendatar antara titik poligon menggunakan meetband dan pembacaan
jarak optis.
- Setelah satu sudut dan jarak diukur, alat ukur dipindahkan ke titik berikutnya,
kemudian dilakukan pengukuran yang sama untuk titik-titik poligon
berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian kring tertutup atau terikat
sempurna.
- Bila yang diukur jarak miring dengan meetband, maka jarak datarnya
dihitung dengan rumus D = Dm x Sin Z dan apabila diukur dengan jarak
optis jarak datarnya dihitung dengan rumus D = D.op x Cos² Z atau D = D.op
x Sin² m. (Z = sudut zenith, m = sudut miring).
- Azimuth awal pengukuran diperoleh dari hitungan 2 (dua) titik tetap atau
pengamatan matahari.
- Dalam waktu pelaksanaan pengukuran poligon, pada malam harinya data-
data lapangan yang telah diselesaikan dalam sehari kerja langsung dihitung
sudut mendatarnya berikut jarak datar sebagai hitungan pendahuluan,
sehingga bila terjadi kesalahan atau kekeliruan pengukuran bisa diulangi
kembali.
 Pengukuran Sipat Datar
Pelaksanaan pengukuran sipat datar dilakukan sebagai berikut :
 Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu Automatic Level
(waterpas) dan sepasang rambu ukur yang dilengkapi dengan nivo kotak.
Sebelum dilaksanakan pengukuran, dilakukan pengecekan garis bidik alat ukur
waterpas seperti diperlihatkan dibawah ini, yaitu :

b2 II m2
b2’ m2’
b1 I m1
b1’ m1’

A db1 dm1 B

db2 dm2

Gambar 3.2. Pengecekan Koreksi Garis Bidik


III - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Alat berdiri ditengah antara patok A dan B (posisi I) dengan jarak db1 =
dm1.
- Alat berdiri di posisi II, dengan jarak db2 dan dm2.
- Data-data pengecekan dicatat sebagai data ukur.
- Pengecekan garis bidik.
- Beda tinggi yang benar : ∆h' = b1'- m1'
- Beda tinggi ukuran : ∆h = b1 - m1
- Rumus koreksi garis bidik sebagai berikut :
( b1 - m1) - ( b2 - m2 )
C=
( db1 - dm1 ) - ( db2 - dm2)

Jika alat waterpas tidak mempunyai kesalahan, maka ∆h1 = ∆h2


- Pengukuran sipat datar dengan cara sipat datar memanjang, dan diikatkan
ke titik tetap yang ada dan disetujui pengawas pekerjaan.
- Bila antara titik poligon/waterpas tidak terbaca karena perbedaan beda
tinggi yang ekstrim, maka dipasang patok bantu HP.
- Pembacaan pada rambu ukur dilakukan pertama kali ke rambu belakang
kemudian ke rambu muka dan demikian seterusnya, alat waterpas
diusahakan berdiri di tengah-tengah untuk menghilangkan kesalahan garis
bidik.

Gambar 3.3 Pengukuran Sipat Datar Memanjang

- Waktu perpindahan alat ukur dan rambu ukur, posisi rambu belakang

III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

menjadi rambu muka dan rambu muka menjadi rambu belakang demikian
seterusnya, ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahan titik nol rambu.
- Untuk menghindari cuaca panas dari matahari dan cepat berubahnya
gelembung nivo, maka selama pengukuran alat waterpas selalu dipayungi.
- Pembacaan benang diafragma dibaca lengkap, benang atas, tengah dan
bawah.
Beda tinggi yang didapat adalah selisih hasil pembacaan benang tengah muka
dikurangi bacaan benang tengah belakang
 Pengukuran Titik Detail
Pengukuran titik detail dilaksanakan sebagai berikut :
- Titik detail diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal
dengan melakukan pengukuran semua detail didalam daerah survey.
- Pengukuran titik-titik detail diikatkan ke titik poligon rangka situasi dengan
cara pengukuran sistim raai yang saling mengikat antara dua titik poligon.
- Jarak poligon raii ke poligon raii berikutnya lebih kurang 100 meter dan
detail antara raii ke raii dilakukan rincikan sebagai data tambahan.
- Jarak antara titik detail/spot height bervariasi tergantung kepada
kecuraman dan ketidak teraturan terrain untuk skala 1 : 2.000, atau
maksimum 40 m.
- Setiap kenampakan perubahan tanah diukur dan kenampakan yang ada
seperti sungai, jalan desa, jalan setapak, batas kampung, saluran dan
lain sebagainya diukur dan pada data ukur dilengkapi dengan sketsa
pengukuran.
- Semua data ukur dicatat dalam formulir pengukuran situasi titik detail
dengan ballpoint warna hitam dan dilengkapi dengan sket pengukuran.
- Pengukuran situasi titik detail menggunakan metode Tachimetri, untuk
menentukan arah pengukuran dibaca sudut mendatar dan untuk
memperoleh elevasi titik detail yaitu dengan pembacaan sudut
miring/zenith dan jarak optis, selain itu diukur tinggi alat dan tinggi patok
dari atas tanah.
- Untuk memperoleh sudut yang benar dan mempermudah dalam
perhitungan, maka bacaan Benang Tengah pada rambu setinggi alat,
kecuali keadaan tidak memungkin-kan untuk membidik rambu setinggi
alat maka hal tersebut dilakukan.
- Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu Theodolit Wild T.0
yang dileng-kapi dengan rambu ukur 3 meter dan unting-unting untuk
centring alat ukur.

III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Sistem Koordinat Proyeksi Kerangka Horisontal Peta


Seperti diketahui bahwa permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang
tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik lainnya di
permukaan bumi tersebut sulit untuk ditentukan. Untuk itu dipilih suatu bidang yang
teratur yang mendekati bidang fisik bumi yaitu bidang ellipsoid dengan besaran-
besaran tertentu. Sehingga cara pemindahan data topografi dari atas permukaan
bumi ke atas permukaan peta, dapat dirumuskan dengan suatu formula tertentu.
Pada dasarnya, rumus proyeksi peta merupakan rumus pemindahan posisi titik dari
atas bidang lengkung yang dinyatakan dalam sistem koordinat geodetik (Lintang (L),
Bujur (B)) ke posisi titik pada bidang datar (bidang peta) yang dinyatakan dalam
sistem koordinat siku-siku bidang datar (X,Y) (Sistem Koordinat Cartesius). Jadi
rumus proyeksi peta ini menyatakan hubungan antara koordinat (L,B) dengan
koordinat (X,Y) yang dapat ditulis sebagai :
X  F ( L, B )
Y  F ( L, B )

Sedangkan rumus kebalikannya merupakan rumus untuk menentukan nilai (L,B)

dari nilai (X,Y) :


L  F ( X ,Y )
B  F ( X ,Y )

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)


Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan proyeksi silinder
transversal conform, artinya bidang proyeksinya berupa silinder yang mempunyai
kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder tersebut
dipotongkan terhadap bidang ellipsoid, sehingga terjadi dua garis potong.

III - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.4 Sistem Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Dalam proyeksi UTM ini, lingkaran-lingkaran paralel diproyeksikan berupa garis


lengkung yang menghadap ke utara untuk lingkaran paralel yang terdapat di belahan
bumi utara, serta menghadap ke selatan untuk lingkaran paralel yang terdapat di
belahan bumi selatan. Lingkaran equator akan diproyeksikan berupa garis lurus yang
terdapat di tengah-tengah dan memisahkan garis proyeksi lingkaran paralel yang
menghadap ke utara dengan yang menghadap ke selatan. Garis lengkung meridian
akan diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap dan simetris terhadap
proyeksi garis lengkung meridian tengah. Garis proyeksi meridian tengah ini berupa
garis lurus. Dengan demikian, pada sistem proyeksi ini, semua garis proyeksi dari
lengkungan meridian dan lingkaran paralel akan berupa garis lengkung (kecuali untuk
garis proyeksi lingkaran equator dan lengkungan meridian tengah yang berupa garis
lurus). Bentuk jaringan yang dibentuk oleh garis proyeksi lengkungan di atas
(dinamakan graticule) dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.5 Graticule Dalam Sistem Proyeksi UTM

Berbeda dengan sistem proyeksi lainnya yang mengenal koordinat negatif, dalam
sistem Proyeksi UTM ini semua koordinat titik mempunyai angka positif. Untuk
mencapai keadaan ini, dibuat suatu salib sumbu semu sedemikian rupa, sehingga titik
nol dari sistem salib sumbu (X,Y) di atas (disebut salib sumbu asli) mempunyai
koordinat (500.0000 , 10.000.000) untuk titik-titik yang terletak di sebelah selatan
equator. Sedangkan untuk titik-titik yang terletak di utara equator, titik nol tersebut
III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

akan mempunyai koordinat (500.000 , 0). Dengan adanya dua salib sumbu (salib
sumbu asli dan salib sumbu semu), maka dalam sistem Proyeksi UTM ini dikenal dua
macam sistem koordinat, yaitu koordinat asli dan koordinat semu. Kedua sistem
koordinat tersebut mempunyai hubungan sebagai berikut :

X semu  500.000  X asli (untuk titik yang terletak di sebelah timur meridian tengah)

X semu  500.000  X asli (untuk titik yang terletak di sebelah barat meridian tengah)

Ysemu  10.000.000  Yasli


(untuk titik yang terletak di sebelah selatan equator)
Ysemu  Yasli
(untuk titik yang terletak di sebelah utara equator)

Untuk mempermudah perhitungan koordinat tersebut dibuat table UTM yang berisi
parameter-parameter koordinat UTM, seperti parameter (I), (II), . . ., (X), (A6), (B6).
Rumus lengkap koordinat asli UTM dapat ditulis sebagai berikut :
Yasli  ( I )  ( II ) p 2  ( III ) p 4  ( A6) p 6

X asli  ( IV ) p  (V ) p 3  (VI ) p 5 . . . . . . . . . . . (1)


Sedangkan rumus kebalikan dari rumus diatas ini adalah :
L  L'  (VII )q 2  (VIII )q 4  ( D 6) q 6

dB  ( IX ) q  ( X ) q 3  ( E 5) q 5

B  B0  dB
. . . . . . . . . . . . (2)
Parameter (I), (II), . . ,(VI), dan A6 dalam tabel UTM dihitung dengan menggunakan
argument Lintang titik yang dicari, sedangkan parameter (VII), (VIII), (IX), (X) dan E5
dapat dilihat dalam Tabel UTM dengan argument Lintang pendekatan dari titik yang
dicari. Parameter p adalah 1/10.000 kali selisih bujur titik yang dicari dengan bujur

meridian tengah dalam satuan detik, sedangkan q adalah 1/1.000.000 kali nilai X asli .
Harga p dan q selalu diambil positif. L’ adalah nilai Lintang pendekatan, sedangkan B0
adalah nilai Bujur dari meridian tengah. Penggunaan tanda () pada rumus (2) adalah:
tanda (+) digunakan bila titik yang dicari berada di sebelah timur meridian tengah,
sedangkan tanda (–) digunakan bila titik yang dicari berada di sebelah barat meridian
tengah. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) adalah Proyeksi Tranverse
Mercator (TM) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Perbesaran di meridian sentral m0 = 0.9996.
2. Ellipsoida Referensi dibagi dalam 60 zone, lebar zone = 6.
3. Penomoran Zone: Zone 1, antara 180 BB sampai 174 BB terus ke Timur sampai

III - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Zone 60 antara 174 BT sampai 180 BT.

Gambar 3.6. Pembagian / Penomoran Zone UTM

4. Titik nol koordinat proyeksi pada L= 0 (di Equator) pada meridian sentral tiap
zone.
5. Batas wilayah utara selatan : 84 Lintang Utara dan 80 Lintang Selatan.
6. Koordinat proyeksi UTM biasanya dinyatakan terhadap titik nol semu :

Gambar 3.7. Koordinat Proyeksi UTM


Biasanya Dinyatakan Terhadap Titik Nol Semu

Dalam penerapan sistem proyeksi UTM bagi peta-peta dasar nasional seluruh wilayah
Indonesia terbagi dalam 9 wilayah (zone) yang masing-masing mempunyai lebar 6o
bujur, mulai dari meridian 90o bujur timur sampai dengan meridian 144o bujur timur
dengan batas garis parallel 10o lintang utara dan 15o lintang selatan dengan satuan
daerah yaitu: L, M, N dan P. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini :

III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

III - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.8. Pembagian Zone Sistem Koordinat UTM Untuk Wilayah Indonesia

III - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Sistem Tinggi Kerangka Vertikal Peta

Pengukuran tinggi (elevasi) bermaksud menentukan beda tinggi antara titik-


titik di muka bumi serta menentukan ketinggian terhadap suatu bidang
referensi (bidang datum) ketinggian tertentu. Di dalam sistem tinggi kerangka
vertikal peta dikenal 2 (dua) sistem tinggi, yang pertama adalah sistem
tinggi Geosentris yaitu ketinggian diatas Ellipsoid Referensi (Sistem
Geodesi Geometrik) yang dihitung sepanjang garis normal melalui titik
bersangkutan. Dan yang kedua adalah sistem tinggi Orthometrik yaitu
ketinggian diatas Geoid (Sistem Geodesi Fisik) dihitung sepanjang garis
unting-unting melalui titik bersangkutan. Ketinggian Geometrik diatas
Ellipsoid Referensi dapat ditentukan antara lain dengan teknik penentuan
posisi dengan satelit GPS (Global Posistioning System), sedangkan
ketinggian Orthometrik ditentukan dengan pengukuran sipat datar teliti
(waterpass teliti) yang dilengkapi dengan pengukuran gaya berat.

Gambar 3.9. Sistem Tinggi Ellipsoid (H) dan Tinggi Orthometrik (h)

Dimana :
 h disebut tinggi orthometrik, menyatakan ketinggian diatas geoid dihitung
sepanjang garis unting-unting.
 H disebut tinggi ellipsoid (geosentrik), menyatakan ketinggian diatas
ellipsoid referensi dihitung sepanjang garis normal.
 N adalah undulasi geoid. ( N = h – H )
Seperti telah disinggung diatas bahwa dalam sistem geodesi fisik, ketinggian

III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

suatu titik dimuka bumi dihitung dari geoid. Geoid adalah merupakan bidang
ekipotensial gaya berat yang berada pada ketinggian muka laut rata-rata yang
tidak terganggu oleh pasang surut muka laut. Secara teoritis antara geoid
dengan muka laut rata-rata tersebut tidak berimpit benar, tetapi disana sini
terdapat penyimpangan. Mengingat untuk penentuaan penyimpangan ini
memerlukan waktu lama, maka untuk keperluan praktis dimana tinggi othometrik
banyak diperlukan, maka geoid didekati oleh muka laut rata-rata / MSL (Mean
Sea Level) sebagai bidang datum ketinggian orthometrik. Sedangkan untuk
dapat mentransformasi tinggi ellipsoid hasil ukuran GPS ke sistem tinggi
orthometrik maka diperlukan undulasi geoid di titik yang bersangkutan.

Metode Hitungan
Perhitungan pendahuluan poligon dan sipat datar dilakukan dilapangan secara
konven-sional dan perhitungan difinitif dilakukan di kantor. Perhitungan
pendahuluan tersebut dilakukan dilapangan dengan maksud apabila terjadi
kesalahan pengukuran bisa lang-sung diatasi dan diukur kembali.
 Hitungan Poligon
Pelaksanaan perhitungan poligon pendahuluan dilaksanakan di lapangan,
supaya bila terjadi kesalahan pengukuran bisa langsung diperbaiki dan
perhitungan difinitif (komputerisasi) dilakukan di kantor. Syarat-syarat
supaya poligon dapat dihitung, maka data yang harus diketahui adalah :
- Sudut jurusan awal/azimuth awal dapat dihitung dari koordinat 2 (dua) buah
titik tetap atau dari pengamatan matahari.
- Sudut mendatar antara 2 sisi pada tiap titik poligon (β).
- Perhitungan sudut horizontal didapat dari bacaan sudut Biasa (B)
kebelakang dikurangi sudut (B) kemuka dan bacaan sudut Luar Biasa (LB)
kebelakang dikurangi sudut (LB) ke muka. Sudut yang didapat adalah harga
sudut rata-rata dari pembacaan (B) dan (LB).
- Jarak mendatar antara titik-titik poligon (d).
- Menentukan titik awal :
- Yang akan dijadikan titik awal adalah titik referensi yang telah diketahui
koordinatnya dan kondisi dinilai cukup stabil. Bila tidak terdapat, akan dibuat
referensi lokal UTM berdasarkan peta rupabumi berpedoman kepada dasar
bukaan/kocoran pada bangunan paling udik atau dekzerk bendung, dengan
persetujuan Direksi/Pengawas lapangan.

III - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Hitungan Salah Penutup Sudut


Hitungan salah penutup sudut dilakukan pada jalur kerangka horizontal
(poligon) dengan menggunakan rumus :

Untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :


f  {   (n  1).180)  ( akhir   awal )}

Untuk Poligon Tertutup :


Tahapan hitungan poligon kring tertutup setelah data yang diperlukan
diperoleh adalah sebagai berikut :
- Bila yang dihitung sudut dalam (β), maka syarat geometrisnya adalah :
∑ sudut ukuran = (N - 2) . 180°
dimana :
N = banyak titik poligon;
∑ sudut ukuran = jumlah sudut

Gambar 3.10 Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Dalam

III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Bila yang dihitung sudut luar ( ), maka syarat geometrisnya :


∑ sudut ukuran = (N + 2).180° dimana :

N = banyak titik poligon;


∑ sudut ukuran = jumlah sudut

Gambar 3.11. Bentuk Geometris Poligon Tertutup dengan Sudut Luar


- Jika jumlah sudut tidak sama dengan (N - 2) . 180° atau tidak sama
dengan (N + 2) . 180°, maka ada kesalahan penutup sudut sebesar f
dan hitungan harus dikoreksi. Batasan salah penutup sudut maksimum
adalah 10 √N.
- Sudut mendatar yang benar dihitung dengan rumus :
- β = βukuran + fα/N
- Menghitung sudut jurusan yang benar dengan rumus
- α N = Awal + β - 180°
- Menghitung selisih absis dan ordinat tiap sisi dengan rumus :
- Selisih absis : X = d . Sin
- Selisih ordinat : Y = d . Cos
- Syarat geometris selisih absis dan ordinat adalah :
- Jumlah d . sin = 0 atau X = 0
- Jumlah d . cos = 0 atau Y = 0
- Bila tidak sama dengan 0 (nol), berarti ada kesalahan penutup absis (fx)
dan ordinat (fy), sehingga hitungan selisih absis dan ordinat yang benar
adalah sebagai berikut :

- X = X + (d /  d) . fx

- Y = Y + (d /  d) . fy
- Menghitung koordinat yang benar :

-
X = X + X’ Y = Y + Y’

III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Untuk mengetahui kesalahan linier poligon didapat dengan rumus :

Dengan batasan ketelitian linier untuk poligon utama ≤1/5000

Hitungan Salah Penutup Linier Jarak


Hitungan salah penutup linier akan dihitung dari syarat geometrik poligon yaitu:
 Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :
 d . sin   X akhir  X awal

 d . cos   X akhir  X awal

Besar Salah Penutup Koordinat adalah :


fx   d . sin   ( X akhir  X awal )

fy   d . cos   (Yakhir  Yawal )


 Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Tertutup :
 d . sin   0
 d . cos   0
Besar Salah Penutup Koordinat adalah :
fx   d . sin  dan fy   d . cos 
 Sedangkan Salah Linier Jarak poligon adalah :

SL   ( fx) 2
 ( fy ) 2 
Untuk mengetahui Ketelitian Linier Jarak poligon didapat
dengan rumus :

 fx  2   fy  2
Ketelitian Linier Jarak ( KLJ ) 
d
dimana :
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat
d = jumlah jarak sisi polygon
Toleransi yang harus dipenuhi (KLJ) adalah  1: 5000

III - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Hitungan Koordinat
Hitungan koordinat titik-titik poligon dilakukan setelah diketahui salah
penutup hasil ukuran memenuhi batas toleransi yang di syaratkan.
Koordinat titik-titik poligon dihitung secara berantai dengan menggunakan
rumus :
X j  X i  d ij sin  ij

Y j  Yi  d ij cos  ij

dimana :
ij : nomor urut titik polligon dari 1 ke n (n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .)
 Hitungan Sipat Datar
Perhitungan pendahuluan untuk memperoleh unsur beda tinggi pada jalur-
jalur yang menghubungkan titik-titik simpul dilaksanakan di lapangan,
sehingga bila terjadi kesalah-an pengukuran bisa diulang kembali, dan
perhitungan difinitif dilakukan di kantor. Syarat-syarat supaya sipat datar
kring tertutup dapat dihitung adalah :
- Ada beda tinggi (∆h),
- Ada jarak,
- Ada referensi awal (elevasi titik tetap terdahulu).
- Tahapan hitungan sipat datar sebagai berikut :
- Beda tinggi antara dua titik didapat dari bacaan benang tengah
belakang (BTb) dikurangi bacaan benang tengah muka (BTm) atau
beda tinggi ∆h = BTb – BTm
- Untuk mengontrol pembacaan benang tengah (BT) dan untuk
memperoleh jarak op-tis, dibaca juga benang atas (BA) dan benang
bawah (BB), dengan kontrol ukuran :
BT = ½ (BA - BB), sedangkan jarak optis dihitung dengan rumus :
d = c. (BA - BB) atau d = 100(BA - BB)
sehingga jarak tiap slag didapat yaitu jarak muka ditambah jarak ke
belakang atau D = Dm + Db.
Dari hasil perhitungan beda tinggi tersebut pada masing-masing kring
tertutup dilakukan perhitungan jumlah beda tinggi, ∑ hi = 0, dengan
i = 1 sampai n, sehingga diperoleh kesalahan penutup beda tinggi di

III - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

tiap-tiap kring.

- Untuk mengetahui apakah salah penutup sudah memenuhi toleransi


yang diinginkan, dipakai rumus :
T = ± 10√d Km
dimana :
T = toleransi
10 = angka yang menyatakan tingkat ketelitian dalam mm
d = jarak total pengukuran dalam Km.
- Dari salah penutup beda tinggi tiap kring, koreksi dapat dibagikan ke
beda tinggi tiap seksi dengan cara konvensional, tanda koreksi (+)
atau (-) adalah kebalikan dari tanda salah penutup.
- Elevasi titik-titik pada tiap-tiap seksi diantara titik-titik simpul tersebut
diperoleh dari perhitungan cara konvensional atau perataan
sederhana dengan acuan pada elevasi titik-titik simpul.

Syarat Geometik Beda Tinggi Untuk Waterpass


 Untuk jalur waterpass terbuka terikat sempurna :
_ _

  h  (T akhir  Tawal )

Besar Salah Penutup Beda Tinggi adalah :

fh   h  (Takhir  Tawal )

 Untuk jalur waterpass tertutup :


_ _

h  0
Besar Salah Penutup Beda Tinggi adalah :

fh   h
 maka untuk kesalahan tiap ukuran adalah :

 d 
fhn     fh n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .
 d 
 

dimana :

III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Tawal = tinggi titik ikat awal

Takhir = tinggi titik ikat akhir

Δh = beda tinggi ukuran

fΔh = kesalahan beda tinggi

Σd = jumlah jarak dalam satu seksi / kring

Sedangkan untuk mengetahui baik tidaknya hasil pengukuran waterpass,


maka ditentukan batas harga kesalahan terbesar yang masih dapat diterima
yang dinamakan toleransi pengukuran. Angka toleransi dapat dihitung
dengan metode sebagai berikut :

T  ( K Dkm ) mm

dimana :

T = Toleransi dalam satuan mm

K = Konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian pengukuran


dalam satuan milimeter (mm).

D = Jumlah jarak yang diukur dalam satuan kilometer.

 Hitungan Titik Detail


Perhitungan titik detail menggunakan metode Tachimetri. Sebagaimana
telah diterangkan diatas pada pengukuran Tachimetri unsur yang
didapat dari pengukuran situasi detail yaitu :
- Tinggi alat ukur terhadap patok diukur (TA),
- Tinggi patok diukur (Tp),
- Pembacaan sudut horizontal,
- Pembacaan sudut vertikal (h) atau sudut zenith (Z),
- Pembacaan benang lengkap (BA, BT, BB)
Dari unsur atau data-data tersebut dapat dihitung jarak optis atau jarak
miring yaitu DM = C (BB - BA) atau DM = 100 (BB-BA) dan jarak
mendatar yaitu D = DM x Cos2 Z atau D = DM x Sin 2 h.
Hitungan beda tinggi ( H) dari tempat berdiri alat ke titik detail dihitung
dengan rumus :
- Bila bacaan benang tengah (BT) pada rambu setinggi alat
maka, beda tinggi (∆H) = 0,5 x DM x Sin 2 Z

III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Bila bacaan benang tengah (BT) pada rambu tidak setinggi alat
maka, beda tinggi (∆H) = 0,5 x DM x Sin 2 Z + TA – BT

Hitungan elevasi titik-titik detail selanjutnya dapat dihitung berdasarkan


elevasi acuan awal dan akhir yang diketahui dari tinggi tiap patok
poligon/waterpas.
Hitungan tachimetry adalah menghitung jarak datar dan beda tinggi
(tinggi) titik-titik detail yang telah diukur dilapangan. Pada gambar
berikut ini bila titik B adalah titik detail yang diukur dari titik kerangka A,
maka untuk menghitung jarak datarnya dan beda tinggi (tinggi) antara
titik A dan digunakan rumus-rumus berikut ini :

Metode Penggambaran
Penggambaran terdiri dari :
 Penggambaran Peta Situasi Daerah Irigasi (Skala 1 : 5.000)
Berdasarkan data-data dari hasil pengukuran, perhitungan dan
identifikasi topografi di-gambar/diplot sehingga diperoleh peta situasi
dengan skala 1 : 5.000, dengan ketentuan :
- Peta tersebut memberi gambaran tata guna lahan beserta luasnya
antara lain kampung, petak tersier, sawah irigasi, sawah tadah
hujan, ladang, hutan/belukar, jalan, saluran bangunan dan
sebagainya.
- Penggambaran peta situasi pada skala 1 : 2.000 dilakukan di
lapangan. Setiap hari selesai pengukuran lapangan pada malam
harinya dilakukan penggambaran draft situasi pada kertas

III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

milimeter dengan pengeplotan titik-titik poligon rangka dan titik-titik


detail situasi dengan unsur sudut/azimuth dan jarak datar.
- Interval kontur ditarik tiap 1,00 meter dengan rapido 0,1 mm dan
setiap 5,00 meter ditarik lebih tebal dengan rapido 0,5 mm dan
diberi indek kontur.
- Ukuran lembar peta situasi format A1 (dengan ukuran 594 mm x
841 mm),
- Semua penggambaran akan dilaksanakan dengan ketentuan yang
telah diberikan, sesuai dengan ketentuan teknis yang ada (TOR).

 Penggambaran Peta Situasi Sungai (Skala 1 : 2.000)


Penggambaran situasi sungai terdiri dari :
- Gambar situasi sungai dan long section sungai dibuat dengan skala
horizontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 100, pada kertas kalkir
ukuran A1. Penarikan garis kontur setiap interval 1 meter dengan
rafido 0,1 mm dan setiap 5 meter ditarik lebih tebal dengan rafido
0,5 mm.
- Materi lainnya yang dicantumkan dalam gambar situasi sungai
yaitu orientasi arah Utara, garis silang grid, harga koordinat grid,
skala garis.
- Gambar potongan melintang sungai dibuat dengan skala 1 : 200
(horizontal dan vertikal), digambar pada kertas kalkir ukuran A1.
- Data-data yang dicantumkan pada gambar potongan melintang
yaitu bidang persamaan/reference level, elevasi tanah asli/original
ground level dan jarak/distance.

 Penggambaran Peta Situasi Bendung (Skala 1 : 500)


- Situasi bendung digambar dengan skala 1 : 500 pada kertas kalkir
ukuran A1. Penarikan garis kontur setiap interval 0,5 meter dengan
rafido 0,1 mm dan setiap 2,5 meter ditarik lebih tebal dengan rafido
0,5 mm.
- Materi lainnya yang dicantumkan dalam gambar situasi yaitu
orientasi arah Utara, garis silang grid, harga koordinat grid, skala
garis.
- Potongan melintang rencana as bendung, digambar pada skala 1 :

III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

200, diatas kertas kalkir ukuran A1.


- Data-data yang dicantumkan pada gambar potongan melintang
yaitu bidang persamaan/reference level, elevasi tanah asli/original
ground level dan jarak/distance.

 Pembuatan Peta Petak Jaringan Irigasi


Pada gambar peta situasi skala 1 : 5.000 direncanakan lay-out (peta
petak) oleh team perencanaan, untuk menentukan :
- Rencana jaringan irigasi, trase saluran induk, sekunder dan saluran
pembuang utama.
- Rencana jaringan tersier dan kwarter, dan jaringan saluran
pembuang tersier.
- Batas-batas petak tersier dengan luas areal masing-masing petak
tersier.
- Lokasi letak bangunan-bangunan utama, sadap, talang, gorong-
gorong, dan lainnya.
- Rencana penempatan pilar CP pada setiap bangunan.
- Peta lay-out yang dibuat tersebut, diasistensikan kepada Direksi.
Berdasarkan peta petak yang sudah disetujui dilakukan pengukuran
jaringan trase saluran induk, tersier, kwarter, pembuang dan situasi
bangunan khusus.

 Penggambaran Peta Ikhtisar


Peta Ikhtisar skala 1 : 10.000 merupakan perkecilan dari peta situasi
daerah irigasi skala 1 : 2.000 yang menggambarkan keadaan daerah
irigasi secara keseluruhan pada 1 (satu) lembar kertas kalkir ukuran A1.
Hal-hal penting yang dicantumkan pada peta ikhtisar tersebut yaitu :
- Skala garis 1 : 10.000
- Arah Utara dicantumkan.
- Garis kontur dengan interval 5 m dan ditandai dengan indeks kontur.
- Nama-nama kampung, sungai dan jalan.
- Garis silang grid 10 cm x 10 cm.
- Daftar koordinat dan elevasi BM/CP.

III - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

a. Pengukuran Trase Saluran dan Rencana Bangunan Khusus


Uraian mengenai metode pengukuran dan pemetaan saluran dan
bangunan, meliputi:

Metode Pengukuran

P.1 P.2 P.3 P.4 P.5

P.6 P.7 P.8


50m 50 m 25m

pengukuran potongan memanjang


pengukuran potongan melintang
Gambar 3.12. Pengukuran Potongan Memanjang / Melintang

 Pemasangan Patok Kayu, Pilar CP dan Pilar BM


Pemasangan patok kayu dan pilar CP, dilakukan dengan ketentuan:
- Untuk pengukuran jaringan trase saluran induk dan sekunder,
patok kayu dipasang dengan interval jarak 50 meter pada bagian
lurus dan 25 meter pada belokan berdasarkan jalur trase yang
sudah direncanakan pada peta petak (layout).
- Untuk saluran pembuang/drainase yang direncanakan, pematokan
tiap jarak 100 m.
- Patok tersebut dari kayu yang cukup kuat dengan panjang 35 - 45
cm dan di cat warna merah serta diberi nomor urut yang teratur,
muncul kepermukaan tanah sekitar 10 - 15 cm dan diatasnya diberi
paku sebagai titik ukur.
- Pemasangan patok kayu diikuti pengukuran poligon dan
pengukuran waterpas. Baik pengukuran poligon maupun waterpas
diikatkan ke patok/pilar pada pengukuran kerangka dasar,
membentuk jalur poligon atau waterpas terikat sempurna.

III - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Jarak patok tersebut diukur dengan pita ukur dan di cek dengan
pembacaan jarak optis pada waktu pengukuran poligon.
- Berdasarkan peta situasi yang telah ditarik Layout-nya
direncanakan letak lokasi pilar CP, yaitu pada rencana bangunan
bagi/sadap dan bangunan pelengkap (talang, gorong-gorong dan
bangunan lainnya).
- Pilar BM untuk situasi trase saluran dipasang dengan jarak satu
dengan yang lain tidak lebih dari 2.000 m, dan dipasang pada titik-
titik simpul pengukuran.
- Bentuk dan ukuran pilar BM dan CP mengikuti standar pengairan,
dengan konstruksi kerangka besi dan ukuran.
- Pilar BM dan CP tersebut dipasang sebelum pekerjaan pengukuran
berlangsung dan dipasang pada tempat-tempat yang cukup aman
dan mudah dicari kembali.

 Pengukuran Poligon
- Pengukuran poligon mengikuti patok kayu, pilar CP dan BM yang
sudah dipasang.
- Diukur dengan jarak patok setiap 50 m dan khusus pada bangunan
akan diambil 3 titik ukur masing-masing disebelah udik, hilir dan
ditengah bukaan.
- Pengukuran rencana jalur trase diikatkan pada titik-titik poligon
utama (poligon terikat sempurna).
- Alat ukur sudut yang digunakan yaitu theodolit T0 dan jarak
meetband yang di cek dengan pembacaan jarak optis.
 Pengukuran Sipat Datar
- Pengukuran sipat datar mengikuti jalur poligon/patok kayu dan pilar
CP dan BM yang sudah dipasang.
- Pengukuran diikatkan pada titik-titik poligon utama (waterpas terikat
sempurna).
- Alat ukur waterpas yang digunakan yaitu waterpas Ni-2 dan rambu
ukur yang dileng-kapi dengan nivo kotak.
- Sebelum pengukuran sipat datar dimulai dilakukan pengecekan
garis bidik alat waterpas dan datanya dicatat dalam buku ukur
seperti yang diuraikan diatas.

III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Pengukuran Potongan Melintang


- Pengukuran potongan melintang jaringan utama dilakukan tegak
lurus as rencana saluran dengan interval 50 m pada bagian yang
lurus dan 25 m pada belokan dengan lebar potongan 25 m ke kiri
dan 25 m ke kanan dari rencana as saluran, atau dengan lebar
sesuai dengan kebutuhan.
- Pengukuran saluran pembuang rencana tiap jarak 100 m pada
bagian yang lurus dan 50 m pada belokan dilakukan tegak lurus
rencana saluran, dengan lebar minimum 15 m ke kiri dan ke kanan
dari as rencana, dan pada beberapa tempat pengambilan titik detail
bisa lebih panjang sesuai kebutuhan perencanaan.
- Pengukuran potongan melintang tersier/kwarter dilakukan tegak
lurus as rencana saluran dengan interval 50 m pada bagian yang
lurus dan 25 m pada belokan, dengan lebar minimum 7,5 m ke
kanan dan 7,5 m ke kiri dari as rencana, dan pada beberapa
tempat pengambilan titik detail bisa lebih panjang sesuai kebutuhan
perencanaan.
- Setiap potongan melintang dibuatkan sketsa penampangnya untuk
memudahkan dalam penggambaran nanti.
Pelaksanaan pengukuran potongan melintang :
- Alat berdiri tiap patok poligon (lakukan penyetelan alat), catat
nomor patok propil.
- Ukur tinggi alat (TA) atas patok dan tinggi patok atas tanah
- Arahkan teropong ke patok belakang atau muka untuk menentukan
arah sudut/azimuth. kemudian arahkan teropong tegak lurus as
saluran ke kanan/kiri untuk menentukan titik detail.
- Pembacaan titik detail penampang ke kanan dan ke kiri dibedakan
nomor kodenya, yaitu kode titik a,b,c,d .... dstnya serta kode 1, 2,
3,4 ...... dstnya.
- Baca sudut zenith/vertikal, bacaan benang tengah, benang atas
dan benang bawah.
 Pengukuran Situasi Bangunan
- Pengukuran Situasi Bangunan Talang

III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Pelaksanaan pengukuran situasi bangunan talang dilakukan


sebagai berikut:
- Patok dipasang sepanjang 100 meter ke hulu dan 100 meter ke hilir
dari rencana as talang dengan jarak setiap 5 meter.
- CP dipasang dua buah pada ujung as rencana talang pada tempat
yang cukup aman.
- Dilakukan pengukuran potongan melintang sungai setiap jarak 5
meteran.
- Untuk penambahan data tinggi titik detail, antara potongan
melintang dilakukan pengukuran situasi.
- Metode pengukuran potongan melintang yaitu metode Tachimetri.
- Alat ukur yang digunakan yaitu Theodolit Wild T0.
- Pengukuran situasi talang pada skala 1 : 100.
 Pengukuran situasi rencana gorong-gorong
- Dibuatkan situasi rapen, alur dengan skala 1:100, sejauh 10 meter
ke hulu dan 10 meter ke hilir dari as gorong-gorong,
- Lebar penampang kiri dan kanan masing-masing 10 meter
- Potongan melintang setiap interval 2 meter dengan jarak patok
sesuai kebutuhan agar dapat dipakai untuk perencanaan.
- Sketsa bangunan digambar dengan jelas untuk menunjukan bagian
mana yang rusak dan tidak berfungsi.
-

b. Survey Hidrometri
Pelaksanaan pengukuran debit perlu diperhatikan ketentuan dan persyaratan yang
meliputi :
- lokasi pengukuran debit perlu diperhatikan faktor : kesesuaian dengan
perencanaan; mudah pencapaian dalam segala situasi dan kondisi; mampu
melewatkan banjir; geomteri dan badan sungai harus stabil; adanya kontrol
penampang dan bagian alur sungai.
- pertimbangan hidraulik meliputi : pola aliran yang seragam dan mendekati sub
kritis; tidak terkena pengaruh arus balik
- lama dan periode pelaksanaan : lama pengukuran debit tergantung dari
keadaan aliran pada saat pengukuran jika aliran rendah pengkuran debit
dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu pengukuran dan jika kondisi
banjir pengukuran debit dilaksanakan sekali dalam periode waktu pengukuran
sedangkan periode pelaksanaan pengukuran tergantung dari musim, jika

III - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

musim kemarau pengukuran debit dilaksanakan cukup sekali dalam satu bulan
dan jika musim penghujan pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berulang kali
paling sedikit 3 kali setiap bulannya.
- keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan dan sarana penunjang
harus dipelihara agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya antara lain
dengan kalibrasi secara berkala, dibersihkan dan dirawat dengan baik.
- kemampuan tim pengukurnya Pelaksanaan pengukuran tinggi muka air,
kecepatan dan debit dapat digunakan alat ukur arus tipe baling-baling. Cara
pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan merawas, menggunakan perahu,
Menggunakan jembatan dan menggunakan kerata gantung. Kedalaman
pengukuran minimal 3,5 kali diameter baling-baling. Jika metode pelaksanaan
pengukuran di atas tidak dapat dipergunakan karena berbagai hal, misal
keadaan aliran membahayakan keselamatan petugas atau peralatannya;
kecepatan aliran melampaui kemampuan spesifikasi alat menurut jenis
alatukur arus yang digunakan dan untuk mendapatkan debit sesaat maka
dapat dilakukan pengukuran dengan pelampung permukaan.

3.1.3. Pekerjaan Investigasi


Kegiatan investigasi di sungai yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi
data-data fisik sungai. Data fisik sungai seperti kandungan dan ukuran sedimen;
tipe dan ukuran sedimen dasar dan Distribusi ukuran butir. Untuk mengetahui
data fisik sungai dilakukan kegiatan sampling sedimen yang meliputi :
- Sampling sedimen layang
Pengambilan sampel sedimen laying dilakukan pada lokasi yang tidak
terpengaruh adanya aliran balik yang diakibatkan oleh bangunan air dan
sebelum dilakukan kegiatan pengambilan sampel perlu dilakukan kegiatan
pengukuran yang meliputi penampang melintang dan debit. Perletakan
peralatan pada lubang pengambilan harus berada 10 cm di atas dasar sungai.
- Sampling sedimen dasar
Sampel diambil dari dasar sungai pada penampang memanjang dan
penampang melintang ditempat yang dianggap dapat mewakili kondisi
material dasar sungai setempat metode pengambilan disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku.

3.1.4. Uji Laboratorium


a. Sedimen
Analisis laboratorium sedimen diperlukan untuk mengetahui karakteristik sedimen
yang terbawa oleh aliran sungai.
b. Geoteknik
Analisis laboratorium geoteknik untuk keperluan index properties dan engineering

III - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

properties.

3.1.5. Analisis dan Perencanaan


Kegiatan analisis yang dilakukan pada kegiatan studi pengenalan adalah
sebagai berikut :
a. Hidrologi
Analisa hidrologi merupakan aspek yang sangat penting dalam perencanaan
Bendung dan Jaringan Irigasi, maka dalam pelaksanaannya perlu ditunjang
dengan data yang lengkap dan memenuhi syarat, dan menggunakan metode
analisa sesuai ketentuan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
dan sesuai dengan data yang tersedia. Analisa hidrologi yang perlu dilakukan
meliputi analisa hidrometri, curah hujan, evapotranspirasi, ketersediaan debit,
kebutuhan air domestik dan irigasi keseimbangan air, serta debit banjir rencana.
Dengan demikian Dalam Laporan Hidrologi akan memuat tentang Analisa
hidroklimatologi yang meliputi :
a. Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan rencana mengikuti bagan alir sebagai berikut

III - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.13 Bagan Alir Analisa Curah Hujan

III - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Berdasarkan bagan alir tersebut diatas maka tahapan analisa curah hujan
adalah sebagai berikut :
 Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data sebagaimana telah diuraikan di atas.
 Uji Konsistensi Data
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan
data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya. Metode yang
digunakan adalah "Double Mass Curve". Dimana ploting komulatif data
curah hujan dari stasiun penakar hujan dengan komulatif data stasiun
curah hujan lainnnya, sehingga didapatkan hubungan berupa garis lurus.
 Hujan Titik
Hujan titik merupakan data-data yang yang sudah diperbaiki termasuk
data yang hilang untuk analisa selanjutnya. Pengisian data hilang
dilakukan karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan
karena tidak tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan
sebab lain. Hal tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam
daftar.
Salah satu metode pengisian data hilang adalah metode normal,
persamaannya adalah sebagai berikut :
1 n R
x
r
x

n
 ri R
1
i
dimana :
rx = Curah hujan yang diisi.
Rx = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang
datanya harus dilengkapi.
Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.
ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.
n = Banyaknya pos hujan pembanding.
Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data-data yang abnormal
sehingga dalam analisa selanjutnya tidak diikutkan. Metode yang digunakan
adalah "Iwai Kadoya"

 Hujan Rerata

III - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dari
beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah aliran
sungai. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung hujan
wilayah/daerah adalah metode Thiesen. Cara diperoleh dengan cara
membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
hubung dua pos penakar hujan, persamaannya adalah sebagai berikut :
n A
R
AVG
  Ai
1
Ri

dimana :
RAVG = Curah hujan rata-rata (mm)
Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n (km 2)
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
Ri = Curah hujan pada stasiun ke-I dari 1 sampai n (mm)
 Analisa Sebaran Cs dan Ck
Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk analisa hujan rancangan
terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan Ck. Dapat dilihat
pada bagan alir beikut :

III - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.14 Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi

III - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :

 i n 
  ( Xi  X )
3

n 2 
Cs   i 1

( n  1)(n  2)  nS 3 
 
 

 i n 
  ( Xi  X )
3

n 3 
Ck   i 1

( n  1)( n  2)( n  3)  nS 4 
 
 

dimana :
S = Standar Deviasi
n = Banyaknya data
Xi = Data
i = Urutan data mulai dari yang terbesar
X = Hujan rata-rata
Cs = Koefisien Skew
Ck = Koefisien kurtosis

 Hujan Rancangan
Meskipun telah diuji Cs dan Ck, namun metode yang digunakan
tergantung dari hasil diskusi dengan Direksi menghendaki analisa dengan
berbagai macam metode. Metode yang biasa digunakan adalah :
- Metode Gumbel Tipe I
Persamaannya adalah sebagai berikut :

dimana :
XT = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun

= Besarnya curah hujan rata-rata


S = Standard deviasi
K = Faktor frekwensi

- Metode Pearson III


Persamaannya adalah sebagai berikut :

III - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

X  X  k . X
dimana :
X = Besarnya suatu kejadian
X = Nilai rata-rata hitung dari variabel X (µ)
 = Faktor yang nilainya tergantung dari parameter skala, bentuk
dan letak
k = Faktor sifat distribusi Pearson tipe III
- Metode Normal
Persamaannya adalah sebagai berikut :
X  X  tp.

dimana :
X = Besarnya suatu kejadian
X = Nilai rata-rata hitung dari variabel X (µ)
tp = Karakteristik dari distribusi probabilitas normal
Disamping metode diatas untuk perencanaan Bendung sangat penting
untuk memperhitungkan kemungkinan Curah Hujan Maksimum yang
terjadi (PMP), metode yang biasa digunakan adalah Hersfield dengan
persamaan sebagai berikut :
X T  X  Km.Sn

dimana :
XT = Curah hujan maksimum yang mungkin terjadi
X = Curah hujan maksimum rata-rata
Sn = Standard deviasi
Km = Faktor frekwensi.

 Uji Distribusi Curah Hujan


Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa
distribusi curah hujan yang digunakan. Metode yang diusulkan adalah
Smirnov Kolmogorov. Dalam metode Smirnov Kolmogorov dilakukan
pengeplotan data pada kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai,
yang langkahnya adalah sebagai berikut :
- Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil
ke besar.
- Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull :

III - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

P = 100m / (n + 1) %
dimana :
P = Probabilitas ( % )
m = Nomor urut data seri yang telah disusun
n = Banyaknya data
- Plot data hujan Xi
- Plot persamaan analisa frekwensi yang sesuai

 Distribusi Hujan Jam-jaman


Sebaran/distribusi hujan jam-jaman yang dihitung berdasarkan curah
hujan harian pada umumnya digunakan rumus Mononobe :

dimana :
Rt = Intensitas hujan rata-rata, dalam T jam
R24 = Curah hujan efektif dalam 1 hari
t = Waktu konsentrasi hujan
T = Waktu mulai hujan
Curah hujan ke-t dihitung dengan persamaan :
Rt = t.Rt - ( t - 1 ) R(t - 1)
Disamping metode tersebut distribusi curah hujan juga dapat ditentukan
dari pola distribusi yang ada pada stasiun terdekat dengan lokasi analisa
yang mempunyai data curah hujan jam-jaman.

 Hujan Efektif
Curah Hujan Efektif untuk kepentingan perhitungan kebutuhan tanaman
diambil dari data curah hujan bulanan yang berasal dari data hujan titik
atau hujan wilayah, tergantung dari pengaruh lokasi stasiun curah hujan.
Curah hujan efektif berguna untuk menentukan kebutuhan air untuk
tanaman irigasi. Curah hujan efektif bulanan untuk beberapa tanaman
adalah sebagai berikut :
- Tanaman Padi :
Diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan
periode ulang 5 tahun atau biasa disebut dengan R80. Persamaan

III - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

yang digunakan sebagai berikut:


Re = 0,70 x ( 1/15 ) R(tengah bulan)5
dimana :
Re = Curah hujan efektif, mm/hari

R(tengah bulan)5 = Curah hujan tengah bulanan dengan periode


ulang 5 tahun/mm.
- Tanaman Tebu dan Ladang :
Curah hujan efektif untuk perhitungan tanamannya tergantung dari
evapotranspirasi tanaman bulanan rata-rata, hujan rata-rata bulanan
dan kondisi air tanahnya.

b. Analisa Evapotranspirasi
Evaporasi dan evapotranspirasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya
kapasitas waduk, dan besarnya kebutuhan air untuk tanaman. Besarnya
evaporasi dan evapotranspirasi tergantung kondisi iklim seperti radiasi
matahari, angin, kelembaban, dan suhu. Persamaan untuk menghitung
besarnya evaporasi yang sebenarnya dari evapotranspirasi dapat dihitung
dengan berbagai macam metode. Metode yang kami usulkan adalah yang
biasa digunakan yaitu Penman Modifikasi. Data klimatologi yang diperlukan
pada metode ini adalah suhu, radiasi matahari, kecepatan angin dan
kelembaban. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
AETo = ETo - e E = ETo * ( m/20 ) * ( 18 -n )
dimana :
AETo = Evapotranspirasi aktual (mm/hari)
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
M = Proporsi permukaan tanah yang tidak ditutupi oleh tanaman
dalam tiap setengah bulanan (dihitung dari peta tata guna lahan)
N = Jumlah hari hujan dalam setengah bulan

c. Analisa Debit Banjir Rencana


Metode yang digunakan untuk analisa debit banjir rencana tergantung dari
jumlah data debit dan data hujan, dapat di lihat bagan alir berikut.

III - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.15 Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana

Untuk perencanaan Bendung dengan berdasarkan bagan tersebut, maka


metode yang kami usulkan untuk dipakai adalah metode empiris, metode
regresi dan metode matematis, kecuali data debit debit lengkap (lebih dari 10
tahun). Penjelasan singkat metode tersebut adalah sebagai berikut :

 Metode Empiris
Metode empiris yang biasa digunakan adalah metode Unit Hidrograph
Nakayasu, yaitu sebagai berikut :

III - 43
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Qp = Debit puncak banjir (m3/dt)


C = Koefisien pengaliran
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
Ro = Hujan satuan, 1 mm
Tp = Waktu puncak (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit
puncak menjadi 30 % dari debit puncak (jam).
Aliran dasar yang digunakan untuk metode empiris dan regresi
menggunakan parameter luas daerah aliran sungai dan kerapatan sungai.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
QB = 0,4751 x A0,6444 x D0,943
dimana :
QB = Aliran dasar (m3/dt)
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
D = Kerapatan sungai (km/km2)

 Metode Regresi
Metode yang diusulkan adalah metode GAMA I, parameter yang
digunakan adalah :
- Faktor sumber (SF) adalah perbandingan antara jumlah panjang
sungai sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
- Frekwensi sumber (SN) adalah perbandingan antara jumlah sungai
sungai tingkat satu dengan jumlah sungai semua tingkat.
- Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
dititik sungai yang bertjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur
dititik sungai yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.
- Luas DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS
yang diukur dihulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara
lokasi pengukuran dengan titik yang dekat dengan titik berat DAS,
melewati titik tersebut.
- Faktor simetri (SIM) adalah (WF) x (RUA)
- Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah jumlah semua pertemuan
didalam DAS.

III - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Kerapatan jaringan sungai (D), Luas daerah aliran sungai ( A )


Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai
berikut :
Qp = 0,1836 x A0,5886 x JN0,2381 x TR-0,4008
TR = 0,43 x ( L/(100SF))3 + 1,0665 SIM + 1,2775
TB = 27,4132 x TR0,1457 x S-0,0956 x SN0,7344 x RUA0,2574
K = 0,5617 x A0,1798 x S-0,1446 x SF-1,0897 x D0,0452
 = 10,4903 - 3,859 x 10-6 x A2 + 1,6985 x 10-13 (A/SN)4
B = 1,5518 x A-0,1491 x N-0,2725 x SIM-0,0259 x S-0,0733
dimana :
Qp = Debit puncak (m3/dt)
TR = Waktu naik (jam)
TB = Waktu dasar (jam)
K = Koefisin tampungan
 = Hujan efektif (mm/jam)
B = Koefisien reduksi

d. Analisa Ketersediaan Debit


Debit andalan (dependable flow) adalah debit yang tersedia disungai dengan
probabilitas kegagalan sebesar 20 % (untuk kebutuhan irigasi) dalam kurun
waktu tertentu. Gambar di bawah memperlihatkan bagan alir perhitungan
penentuan luas potensial daerah irigasi yang didasarkan atas ketersediaan air
(debit andalan) suatu daerah aliran, apabila luas daerah pengembangan
irigasi lebih luas sehingga debit andalan yang ada tidak cukup maka perlu
dicarikan alternatif berupa reservoar atau waduk.

III - 45
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Gambar 3.16 Bagan Alir Perhitungan Penentuan Areal Potensial

III - 46
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Pada analisa penentuan debit andalan berdasarkan curah hujan yang tersedia
dapat dihitung dengan beberapa metode, yaitu sebagai berikut :
 Metode Empiris
Salah satu cara untuk menghitung debit andalan menurut metode empiris
adalah dengan cara yang dikembangkan oleh Dr. Mock, dimana
perhitungannya mengikuti bagan alir pada gambar berikut ini.

Gambar 3.17 Bagan Alir Perhitungan Debit Andalan Metode Mock

III - 47
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap analisa debit andalan


ini adalah :
- Curah hujan
- Evaporasi dan evapotranspirasi
- Kondisi fisik daerah aliran sungai (kapasitas kelengasan tanah, defisit
kelengasan tanah mula-mula, faktor infiltrasi, simpanan air tanah mula-
mula, faktor resesi air tanah dan faktor limpasan musim kemarau).
Parameter kondisi fisik daerah aliran sungai hanya berupa perkiraan,
dengan penjelasan sebagai berikut :
 Persentase Lahan Yang Tidak Tertutup Tanaman
Nilai m dapat ditentukan dari peta rupa bumi. Harga m untuk berbagai
macam penutup lahan adalah sebagai berikut :
- m= 0  untuk hutan lebat
- m= 0  untuk hutan sekunder pada akhir musim
hujan, akan bertambah 10 % setiap bulan
kering berikutnya
- m = 10 - 40 %  untuk lahan yang tererosi
- m = 30 - 50 %  untuk lahan pertanian yang diolah (sawah,
ladang)
Faktor m untuk berbagai musim :
- Bulan basah (5 - 8 hari hujan dalam satu bulan) faktor m dianggap
konstan.
- Musim Hujan (lebih dari 8 hari hujan) setelah musim kemarau
dianggap faktor m akan berkurang 10 - 20 %.
 Kapasitas Kelengasan
Kapasitas lengas tanah tergantung dari tekstur tanah, yaitu sebagai
berikut :
- Kerikil dan pasir ± 60 mm/m
- Pasir halus, geluh pasiran ± 140 mm/m
- Lempung ± 200 sampai 250 mm/m
 Faktor Infiltrasi
Faktor infiltrasi (INF) merupakan ukuran air lebih yang akan
menambah simpanan tanah setelah tanah menjadi jenuh (defisit
lengas tanah = 0). Infiltrasi tergantung dari jenis tanah, apabila berupa
tanah pasiran angkanya tinggi, sedang untuk tanah lempungan

III - 48
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

angkanya rendah. Besarnya angka faktor infiltrasi antara 0 – 1.


 Simpanan Air Tanah
Simpanan air tanah (Initial Groundwater Storage = IGS) awal ialah
suatu perkiraan tentang berapa air tanah tersimpan pada permulaan.
Perkiraan IGS adalah sebagai berikut :
- Untuk daerah aliran sungai yang kecil dan kedap, simpanan air
tanah akan mendekati nol.
- Untuk sungai tetap yang akan mengalir pada musim kemarau,
perkiraan simpanan air setengah bulanan pertama dapat dihitung
dari volume seluruh aliran setengah bulanan. Caranya adalah
dengan mengubah aliran rata-rata selama setengah bulanan
menjadi jumlah volume, dan kemudian mengubah jumlah volume
menjadi mm untuk seluruh daerah aliran sungai.
Persamaan untuk menghitung volume air tanah adalah sebagai berikut
:
Vn = K.Vn-1 + 0.5 ( 1+K ). INFIL
dimana :
Vn = Volume air tanah bulan ke –n
Vn-1 = olume air tanah bulan ke n-1
K = Faktor resesi aliran air tanah (qt/qo)
qt = Aliran air tanah pada waktu t
qo = Aliran air tanah pada waktu awal
INFIL = Infiltrasi pada bulan ke-n.
 Koefisien Resesi Air Tanah
Gabungan antara koefisien resesi air tanah ( K ) dan faktor infiltrasi
mempengaruhi aliran dasar baik selama musim kemarau maupun
musim hujan. Besarnya angka koefisien resesi air tanah yaitu 0 - 1.
 Faktor Limpasan Pada Musim Kemarau
Faktor limpasan (PF) pada musim kemarau memungkinkan limpasan-
limpasan kecil pada musim kemarau, besarnya antara 0 - 1.
Perhitungan metode Mock untuk kalibrasi harus dibandingkan dengan
debit yang diamati setidak-tidaknya pada waktu musim kemarau, dimana
perbedaan antara hasil perhitungan dengan debit pengamatan tidak lebih
dari 10%.

III - 49
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Metode Matematis
Metode yang digunakan adalah metode SSARR. Untuk menentukan
parameter dan karakteristik aliran dilakukan dengan cara coba-coba,
sehingga didapatkan perbedaan antara debit yang dihitung dengan yang
diamati tidak jauh berbeda. Metode perhitungan debit andalan sama
dengan metode perhitungan debit banjir rencana.

e. Analisa Kebutuhan Air


Kebutuhan air dalam pekerjaan perencanaan bendung ini diperhitungkan
untuk memenuhi kebutuhan irigasi terdapat beberapa faktor yang diperlukan
antara lain sebagai berikut :
 Evapotranspirasi dan Evaporasi
 Kebutuhan Air di Sawah, dipengaruhi oleh :
 Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR)
Faktor penting yang menentukan kebutuhan air untuk penyiapan lahan
padi adalah lamanya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya
tergantung dari kondisi sosial budaya masyarakatnya, untuk pedoman
diambil 45 hari, apabila digunakan mesin diperlukan waktu 30 hari.
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk tanah bertekstur berat, tanpa retak-retak kebutuhan diambil 200
mm ditambah 50 mm setelah transplantasi. Lahan dibiarkan bera
jangka waktu lebih dari 2,5 bulan atau lebih kebutuhan diambil 300 mm
termasuk 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Untuk
lahan bertekstur ringan dengan laju perkolasi tinggi sebaiknya diambil
lebih tinggi dari 250 mm. Penyiapan lahan untuk tanaman ladang
dianjurkan 50 - 100 mm, sedang untuk tanaman tebu 100-120 mm.
 Penggunaan konsumtif (ETc)
Penggunaan konsumtif digunakan persamaan sebagai berikut :
Etc = kc x ETo
dimana :
Etc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
Kc = koefisien tanaman
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan.
Penggunaan konsumtif tanaman ladang, diasumsikan harga-harga
berikut :

III - 50
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

- Evaporasi harian 5 mm
- Kecepatan angin antara 0 - 5 m/dt
- Kelembaban relatif minimum 70 %
- Frekwensi irigasi/curah hujan per 7 hari
 Perkolasi atau Rembesan (P)
Laju perkolasi tergantung sifat tanah. Untuk tanah lempung berat
dengan karakteristik pengolahan ( puddling ) yang baik, laju perkolasi
diperkirakan 1 s.d. 3 mm/hari, sedang untuk tanah yang ringan laju
perkolasi dapat lebih tinggi. Besaran perkolasi yang digunakan untuk
analisa ini sebaiknya hasil dari penelitian, jika ada.
 Pergantian lapisan air (WLR)
Penggantian air dilakukan dua kali, masing 50 mm (3,3 mm/hari
selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi.
 Hujan efektif (Re)
 Kehilangan Pada Jaringan Irigasi
Untuk menentukan besarnya debit penyadapan yang berguna untuk
merencanakan bangunan pengambilan, maka kebutuhan air irigasi harus
ditambah dengan kehilangan pada jaringan tersier, sekunder dan primer.
Kehilangan tersebut dinyatakan dalam efiseinsi, dimana besarnya adalah:
- Jaringan tersier = 80 %
- Jaringan sekunder = 90 %
- Jaringan primer = 90 %
Total efisiensi (e) untuk tanaman padi adalah 65 %.
 Perhitungan kebutuhan air irigasi, termasuk dengan adanya debit penya-
dapan per-ha dihitung dengan persamaan
NFR = PWR + P + WLR – Re
DR = NFR / (e)
dimana :
NFR = kebutuhan bersih air di sawah
DR = besarnya kebutuhan pengambilan irigasi
Seluruh hasil analasi tersebut dituangkan dalam Laporan Hidrologi yang berisikan
:
 Kerangka pikir logis (logikal frame).
 Analisa hidrologi terkait perencanaan pengembangan jaringan irigasi.

III - 51
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

 Analisa karakteristik DAS dan model persungaiannya.


 Analisa Hujan Rencana dan Hujan andalan daerah.
 Analisa Debit Banjir Rancangan dengan berbagai kala ulang dengan
beberapa metode.
 Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan air irigasi.

Analisis hidrologi pada kegiatan ini adalah melakukan analisis frekuensi banjir
rancangan berdasarkan data debit, curah hujan dan luas DAS. Metode
perhitungan adalah sebagai berikut :
- jika data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun),
sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan metode analisis
probabilitas frekuensi debit banjir dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau
Log Normal.
- jika data debit < 20 tahun dan > dari 10 tahun, maka digunakan metode analisis
regional,
- jika data debit yang tersedia antara 3 – 10 tahun, maka digunakan Metode
puncak banjir di atas ambang,
- Metode empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter
hujan dan karakteristik DPS antara lain :
 Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase
dengan daerah tangkapan yang kecil (< 40 Ha).
 Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah
DAS dengan luas < 100 km².
 Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS
dengan luas > 100 km².
 Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari
sebuah DAS tanpa memperhatikan luas DAS.
 Metode Hidrograf Satuan.
 Metode US – Soil Conservation Service.
- Model matematik digunakan
apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada
pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk
memperpanjang data aliran.
b. Muatan Sedimen
Analisis laju muatan sedimen baik sedimen dasar (bed load) maupun sedimen
layang (suspended load) dengan parameter jenis material, diameter butir dan
volume atau berat per satuan waktu, persamaan yang umum digunakan untuk
analisa adalah Meyer-Peter dan Muller, Engelund Hansen, Einstein dan Einstein-
Brown.
c. Analisa Hidrolika
III - 52
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Analisis hidrolika pada perencanaan alur sungai dan bangunan, meliputi :


- Analisis Lengkung Debit Pembuatan lengkung debit digunakan untuk
menentukan penanganan alur sungai dan jenis bangunan yang akan di
desain berdasarkan besarnya debit banjir rencana. Lengkung debit
menampilkan besarnya hubungan tinggi muka air dan debit. Jika data debit
yang ada minimal 10 tahun data debit dari hasil pengukuran yang meliputi
keadaan debit minimum sampai maksimum maka dapat digunakan dengan
analisis grafis dan jika kecepatan aliran pada tinggi muka air tertinggi belum
atau tidak dapat diukur maka dapat dihitung dengan persamaan hidrolis.
- Analisis Parameter Hidraulik Analisis parameter hidarulik disini meliputi debit,
tinggi air, kecepatan aliran, kekasaran, tekanan, gaya seret, arah aliran dan
jenis aliran yang berkaitan dengan keadaan geometri sungai (profil basah,
keliling basah dan jari-jari hidraulik). Parameter hidarulik di atas dapat
diketahui dengan cara menggunakan cara pembagian pias berdasarkan
persamaan manning jika sungai berpenampang tunggal dan jika sungai
berpenampang ganda dapat digunakan metode penampang ganda.

3.1.6. Desain Rinci


Penyedia Jasa harus membuat perencanaan rinci secara lengkap dengan
dimensinya berdasarkan kajian hidrolis serta perhitungan struktur baik
pada bangunan utama maupun bangunan penunjang.

3.1.7. Penggambaran Desain


Setelah seluruh desain selesai maka dilakukan penggambaran desain yang
dicetak pada kertas kalkir secara rinci, detail dan jelas, sesuai dengan standar
yang berlaku di bidang Sumber Daya Air.

3.1.8. Perhitungan BOQ


Berdasarkan gambar rencana rinci yang telah dibuat dilakukan perhitungan
volume pekerjaan konstruksi secara rinci sesuai dengan pekerjaan konstruksi
yang akan dilakukan.

3.1.9. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Penyusunan perhitungan rencana anggaran mengacu Pedoman Analisa Harga
Satuan Pekerjaan, Pekerjaan Pembangunan Bendung, Bagian-1, Perencanaan
dan Detail Desain yang didasarkan pada :
a. kuantitas dan harga satuan pekerjaan
b. harga satuan pekerjaan dihitung berdasarkan hasil dari perhitungan
suatu analisis biaya
c. untuk menentukan harga satuan upah dan bahan dilakukan survey harga di

III - 53
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

lapangan dengan mengambil


sampel sekurang-kurangnya 3 lokasi. Khusus untuk harga satuan bahan
diperhitungkan harga beli di
tempat penjualan atau diantar ke lokasi pekerjaan.
d. menghitung biaya-biaya tambahan diluar biaya dari perhitungan volume seperti
biaya persiapan, mobilisasi dan emobilisasi personil dan alat, dokumentasi,
dewatering, dll.

3.1.10. Rencana Pelaksanaan Fisik


A. Lingkup kegiatan rencana pelaksanaan fisik meliputi:
- Penghitungan Volume dan Rencana Anggaran Biaya dari masing-masing
pekerjaan beserta alokasi dana yang diperlukan,
- Membuat syarat-syarat teknis dari masing masing-masing pekerjaan yang
diusulkan,
- Menyesuaikan kondisi anggaran dengan menyusun suatu daftar urutan skala
proritas penanganan pekerjaan fisik yang telah dihitung dan didesain apabila
telah disepakati oleh direksi.
B. Lokasi Pekerjaan :
Lokasi Pekerjaan SID Sungai Cimadur adalah di Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten.

C. Data dan Fasilitas Penunjang


1) Penyediaan oleh Pengguna Jasa
Data dan fasilitas yang dapat dan tidak dapat disediakan oleh penguna jasa
yaitu:
a) Laporan dan Data
Pengguna jasa siap menyediakan data yang dimiliki bila dipandang perlu
oleh penyedia jasa sebagai data sekunder untuk menunjang
pekerjaan yang dilakukan.
b) Akomodasi dan Ruangan Kantor Pengguna jasa tidak menyediakan
akomodasi dan ruang kantor bagi penyedia jasa dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
c) Pengguna jasa tidak menyediakan fasilitas, peralatan survey, kendaraan
roda-4 dan roda-2, komputer, sehingga harus disediakan sendiri oleh
penyedia jasa yang dapat digunakan oleh penyedia jasa.
d) Staf Pengawas/Pendamping

III - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Pengguna jasa akan mengangkat/ menugaskan pejabat dan petugas


yang bertindak sebagai direksi pekerjaan dan pengawas pekerjaan untuk
keperluan pengawasan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan
sehingga menghasilkan pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan yang diminta
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
2) Penyediaan oleh Penyedia Jasa
a) Penyedia jasa harus memelihara semua data dan fasilitas yang diberikan
pengguna jasa dan dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
b) Penyedia jasa perlu mengupayakan sistem kerja dan komunikasi yang
efisien sehingga Direksi/Pengawas Pekerjaan dapat menghubungi
dengan mudah untuk kelancaran pelaksanaan dan pengawasan
pekerjaan.
D. Alih Pengetahuan
Apabila dipandang perlu oleh pengguna jasa, maka penyedia jasa harus
mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan
substansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf
pengguna jasa.

3.2. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan

III - 55
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Start
Start

Persiapan Administrasi, Personil & Peralatan


Persiapan Administrasi, Personil & Peralatan
Pengumpulan dan Pengkajian Data Awal
Pengumpulan dan Pengkajian Data Awal
Penyusunan Rencana Kerja
Penyusunan Rencana Kerja

1
Penyusunan Konsep
Penyusunan Konsep
Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Inventarisasi Data Tidak Pengukuran Survey Hidrologi &


Inventarisasi
SekunderData Pengukuran
Topografi Sungai Diskusi SurveyHidrometri
Hidrologi &
Sekunder Topografi Sungai Diskusi Hidrometri
Inventarisasi data:
Inventarisasi data:
Hidrologi, klimatologi, pasang surut, morfologi
Ya Hidrologi, klimatologi,
sungai, drainase pasang surut,yang
alam/buatan morfologi
ada, tata
Analisa Data Analisa Data Hidrologisungai,
&guna lahan,
drainase alam/buatan
data aktual yang
banjir ada, tata
(melalui
Analisa Survai
Data
Topografi Lapangan Pendahuluan
Analisa Data Hidrologi
Hidrometri &guna lahan,
wawancara) data aktual banjir (melalui
Survai Lapangan Pendahuluan
Topografi Hidrometri wawancara)
Kondisi eksisting sarana dan prasarana umum
Kondisi eksisting
yang sarana dan
rusak termasuk prasarana
penyebab danumum
tingkat
Tidak Tidak yang rusak termasuk penyebab dan tingkat
kerusakan
Penyusunan Konsep Laporan kerusakan
Penyusunan Konsep Laporan
Diskusi Pendahuluan Diskusi
Diskusi Pendahuluan Diskusi
Tidak
Ya Ya

Laporan PengukuranDiskusi/Presentas Laporan


LaporanTopografi Diskusi/Presentas
Pengukuran Laporan
i Final Laporan
Hidrologi
Topografi i Final Laporan
Hidrologi
Pendahuluan
Ya Pendahuluan
Survai Dan Investigasi
Survai Dan Investigasi
Konsep Laporan
Konsep Perencanaan Sistem / Konsep Laporan Konsep Awal Perencanaan
Konsep Perencanaan Sistem / Pertengahan Konsep Awal Perencanaan
Tata letak Rencana Bangunan Pertengahan Detail Sungai
Tata letak Rencana Bangunan 1 Detail Sungai
Tidak
Diskusi/Presenta
Diskusi/Presenta
si
si III - 56
Ya
Final Laporan
Final Laporan
Pertengahan
Pertengahan

2
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Desain Hidraulik
Desain Hidraulik

Perhitungan Vol.Pekerjaan dan RAB dan


Desain Rinci dan Perhitungan Vol.Pekerjaan
Penyusunan dan RAB dan
Dok.Tender
Desain RinciBangunan
Penggambaran dan Penyusunan Dok.Tender
Penggambaran Bangunan

Konsep Laporan
KonsepAkhir
Laporan
Akhir
Tidak

Diskusi/Present
Diskusi/Present
asi
asi
Ya
Penyerahan:
Penyerahan:
Laporan Akhir
Laporan
LaporanAkhir
Ringkasan
Laporan
LaporanRingkasan
Perhitungan Vol.Pekerjaan dan RAB
Laporan Perhitungan Vol.Pekerjaan dan RAB
Laporan Dokumen Tender
Laporan Dokumen Tender
Gambar-Gambar Perencanaan
Gambar-Gambar
Album Foto Perencanaan
Album Foto
Soft Copy/CD III - 57
Soft Copy/CD

Selesai
Selesai
LAPORAN PENDAHULUAN
SID Sungai Cimadur

Keterangan:

Pek.Kantor

Diskusi/presentasi

Pek. Lapangan (Survey ,


Investigasi)

Gambar 3.18 Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan

III - 58

Anda mungkin juga menyukai