BAB 2.
KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
2.1 Visi Misi Sanitasi
Visi dan misi merupakan sumber inspiratif dan memberikan arah yang jelas dan
terukur, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi
keberhasilan sebuah program dan kegiatan. Oleh karena, dalam bidang pembangunan
sanitasi, Kabupaten Malinau telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil
dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi
Kabupaten Malinau sangat erat dengan kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Malinau.
Pada kesempatan yang sama, Pokja Sanitasi Kabupaten Malinau telah merumuskan tujuan,
indikator dan strategi pengembangan subsektor sanitasi baik dalam jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang. Rumusan visi misi, tujuan, sasaran dan strategi
sanitasi Kabupaten Malinau telah memperhatikan isu-isu strategis yang termuat dalam
dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Gambaran tentang Visi dan Misi Kabupaten Malinau
yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)
Kabupaten Malinau serta Visi Sanitasi dan Misi per-subsektor sanitasi Pokja Sanitasi
Kabupaten Malinau dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut:
Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten
Misi : Misi :
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya 1. Air Limbah Domestik:
Manusia melalui berbagai aspek baik
Meningkatkan kualitas lingkungan
formal maupun informal.
dengan pengelolaan air limbah
domestic pada tahun 2018.
2. Meningkatkan Peran Serta /
Pemberdayaan masyarakat dalam 2. Persampahan
Pelaksanaan Pembangunan Daerah.
1. Terwujudnya Kabupaten Malinau
Peta 2.1a: Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Onsite
2.2.1.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor Air Limbah
Beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah
domestik di Kabupaten Malinau, adalah :
3. Bahwa untuk meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah terpusat (off site
system) memerlukan kerja keras dari pemerintah khususnya pemerintah kabupaten,
sistem layanan air limbah terpusat (off site system) di daerah ini belum berkembang
yaitu mulai dari hulu (rumah tangga) hingga ke hilir (pembuangan/pengolahan akhir),
sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan air limbah yang komprehensif dan
terpadu agar Kabupaten Malinau memiliki acuan yang jelas dalam meningkatkan
layanan pengelolaan air limbah.
Disadari bahwa kualitas hidup lingkungan permukiman atau hunian dapat tercermin
dari tingkat kepemilikan jamban, sistem pengelolaan sanitasi air limbah, belum lagi
memperhitungkan kepemilikan dan atau pemeliharaan jamban. Diperlukan
perencanaan dan program yang bersifat jangka panjang dan terpadu sebagai
landasan pokok dalam pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, sehingga
kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat semakin meningkat.
4. Mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka
dukungan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media komunikasi menempati posisi
strategis baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan sanitasi. Untuk itu
diperlukan sistem kelembagaan yang kuat di bawah koordinasi Dinas Teknis
Pemerintah Kabupaten yang melibatkan semua komponen masyarakat, dunia usaha,
lembaga pendidikan, LSM, media, dll.
1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada
hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam
semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik.
Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi luas terhadap PHBS dan
kualitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk.
2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Malinau baik di
daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system
dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system
(terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik,
di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat.
Sarana IPAL atau IPLT belum tersedia.
4. Tingkat kepemilikan jamban masih rendah, kondisi fisik jamban umumnya masih
dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan
pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin
bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau memiliki sistem
sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling menentukan adalah
tingkat kepedulian.
5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air
limbah atau sistem sanitasi, baik di lingkungan pemerintah, masyarakat, maupun
swasta.
6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung
peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah.
7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang,
belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul
menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat.
Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem
pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria
telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk,
klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of
Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan
lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan
kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta
tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar
bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah
Kabupaten Malinau, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site
system).
Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi
dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) dengan skala rumah
tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk
perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 4 Desa/Kelurahan yang
tersebar hampir diseluruh Kecamatan di kabupaten Malinau (Desa Long Apung, Long
Alango, Long Berang, Long Pala, Long Kebinu). Dalam peta diberi warna biru.
Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam
jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah tidak
padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system setempat dengan skala
rumah tangga (household based). Zona ini mencakup 58 desa/kelurahan; Dalam peta
diberi warna hijau (Nama Desa/Kel terlampir dalam penentuan zona dan sistem
sanitasi kabupaten Malinau sub-sektor air limbah).
Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan
kawasan padat yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku
dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan systemnya
adalah system setempat dengan pendekatan on site individual (tidak berbasis rumah
tangga). Zona ini mencakup 39 desa/kelurahan Dalam peta diberi warna Kuning
(Nama Desa/Kel terlampir dalam penentuan zona dan sistem sanitasi kabupaten
Malinau sub-sektor air limbah).
Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan
kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka
panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini mencakup 7
Desa/Kelurahan, yaitu Desa Malinau Kota, Batu Lidung, Malinau Hilir, Tanjung
Keranjang, Tanjung Lapang, Kuala Lapang dan Desa Uli. Dalam peta diberi warna
merah.
Peta 2.1b: Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite
Dilihat dari fungsi layanan drainase lingkungan, sistem dan cakupan pelayanan
drainase lingkungan di Kabupaten Malinau belum memenuhi haparan. Pada lingkup wilayah
kota (Kota Benteng), perencanaan dan penyusunan program pada prinsipnya sudah
mengacu kepada fungsi layanan drainase, yaitu dari saluran persil/tersier, sekunder dan
primer, akan tetapi implementasi di lapangan tidak berkembang sebagaimana diharapkan,
sistem pengaliran drainase belum berfungsi secara optimal, yaitu dari saluran
persil/tersier ke saluran sekunder hingga ke saluran primer. Pada lingkup wilayah
perdesaan sistem saluran drainase lingkungan belum terencana dengan baik, penyusunan
perencanaan, program dan target pencapaian umumnya disusun berdasarkan kebutuhan
program dan anggaran yang tersedia.
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud
atas total penduduk
- Bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan didukung oleh berbagai
prilaku yang beragam dalam kehidupan bermasyarakat membawa dampak terhadap
pertumbuhan perumahan/permukiman dengan berbagai aktivitasnya, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya bahwa bertambahnya jumlah
penduduk diharapkan proses produksi bagi peningkatan kesejahteraan dan
perbaikan lingkungan perumahan/permukiman akan semakin baik, namun dampak
- Bahwa untuk merangsang peningkatan pola hidup yang bersih dan sehat, diperlukan
dukungan penyediaan prasarana drainase lingkungan yang memadai dan
terstruktur, dukungan prasarana drainase lingkungan yang baik merupakan cermin
bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat pula.
- Bahwa lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik dan terstruktur
tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat, diperlukan prilaku
atau pola hidup yang baik dan tertata ditingkat masyarakat, peran serta seluruh
lapiran masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sangat diharapkan untuk
mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan,
prasarana drainase lingkungan adalah merupakan milik bersama yang harus
dibangun dan dipelihara sebagai pencerminan dari adanya peningkatakan kesadaran
atau kepedulian di dalam pengelolaan drainase lingkungan masing-masing.
prasarana drainase, rendah sistem dan cakupan layanan sistem drainase, lemahnya
kekuatan publikasi dan sosialisasi, dan rendahnya kesadaran masyarakat, dunia
usaha maupun pemerintah dalam pengelolaan drainase.
- Dukungan media komunikasi khususnya media lokasi dalam pubilikasi dan sosialisasi
sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih
rendah.
Zona pengembangan
Zona pengembangan jangka panjang
jangka pendek
Zona pengembangan
jangka menengah
Zona pengembangan
jangka panjang
Zona pengembangan
jangka panjang
Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Malinau Tahun 2008 - 2012
Perkiraan Kebutuhan (Rp) Rata-rata
Pertumbuhan
No. Item 2009 2010 2011 2012 2013
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
1.1 Air Limbah Domestik
Total
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)
Pendanaan
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Perkiraan Belanja
1 Langsung
Perkiraan Belanja
2 Sanitasi
Perkiraan Pendanaan
Sanitasi Berdasarkan
3 Komitmen
Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi
Pendanaan (Rp)
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Total
1 Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten
2 Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi
3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten
Perkiraan Total kebutuhan Pendanaan Sanitasi
4 (4a+4b)
4.a Perkiraan total Investasi Sanitasi
4.b Perkiraan Total OM Sanitasi
5 Proporsi keebutuhan pendanaan sanitasi terhadap:
5.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
5.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
5.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0
6 Proporsi total investasi sanitasi terhadap:
6.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
6.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
6.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0
7 Proporsi Total OM Sanitasi terhadap:
7.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
7.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
7.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0
Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2017
Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp) Total
Pendanaan
No. Item 2013 2014 2015 2016 2017
1 Air Limbah (1a+1b+13)
1.a Perkiraan pendanaan investasi air limbah
Perkiraan pendanaan biaya
1.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
1.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
2 Sampah (2a+2b+2c)
2.a Perkiraan pendanaan investasi persampahan
Perkiraan pendanaan biaya
2.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
2.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
3 Drainase (3.a+3.b+3.c)
3.a Perkiraan pendanaan investasi drainase
Perkiraan pendanaan biaya
3.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
3.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
4 Aspek PHBS
Perkiraan Total Kebutuhan Pendanaan Sanitasi
5 (1+2+3+4)
6 Perkiraan Total Investasi Sanitasi (1a+2a+3a+4)
7 Perkiraan Total OM (1b+1c+2b+2c+3b+3c)
Total
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)
Pendanaan
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Perkiraan Kebutuhan
1 Opersional / Pemeliharaan
Perkiraan APBD Murni untuk
2 Sanitasi
Perkiraan Komitmen
3 Pendanaan Sanitasi
Kemampuan Mendanai SSK
4 (APBD Murni) (2-1)
Kemampuan Mendanai SSK
5 (Komitmen (3-1)