Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

BAB 2.
KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
2.1 Visi Misi Sanitasi
Visi dan misi merupakan sumber inspiratif dan memberikan arah yang jelas dan
terukur, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi
keberhasilan sebuah program dan kegiatan. Oleh karena, dalam bidang pembangunan
sanitasi, Kabupaten Malinau telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil
dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi
Kabupaten Malinau sangat erat dengan kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Malinau.
Pada kesempatan yang sama, Pokja Sanitasi Kabupaten Malinau telah merumuskan tujuan,
indikator dan strategi pengembangan subsektor sanitasi baik dalam jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang. Rumusan visi misi, tujuan, sasaran dan strategi
sanitasi Kabupaten Malinau telah memperhatikan isu-isu strategis yang termuat dalam
dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Gambaran tentang Visi dan Misi Kabupaten Malinau
yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)
Kabupaten Malinau serta Visi Sanitasi dan Misi per-subsektor sanitasi Pokja Sanitasi
Kabupaten Malinau dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut:
Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten

Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Malinau

Visi Misi Visi Misi Sanitasi


Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau

Visi Kabupaten Malinau Visi Sanitasi Kabupaten Malinau 2013 –


2009 – 2013 : 2017 :
“Terwujudnya Kabupaten Malinau Yang “Terwujudnya Kabupaten Malinau yang
Aman, Nyaman Dan Damai Melalui bersih dan sehat serta meningkatnya
Gerakan Desa Membangun” layanan sanitasi yang ramah lingkungan
melalui Gerakan Desa Membangun “

Misi : Misi :
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya 1. Air Limbah Domestik:
Manusia melalui berbagai aspek baik
Meningkatkan kualitas lingkungan
formal maupun informal.
dengan pengelolaan air limbah
domestic pada tahun 2018.
2. Meningkatkan Peran Serta /
Pemberdayaan masyarakat dalam 2. Persampahan
Pelaksanaan Pembangunan Daerah.
1. Terwujudnya Kabupaten Malinau

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 1
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

yang bersih dan sehat,


3. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas meminimalisir timbunan sampah
Pembangunan Infrastruktur Daerah pada 2018.
Baik di Perkotaan, Pedalaman dan
2. Meningkatkan Pelayanan dan Peran
Perbatasan.
Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah.
4. Meningkatkan Perekonomian Daerah
dan Pemerataannya yang Bertumpu 3. Drainase
pada Ekonomi Kerakyatan. Meningkatkan fungsi drainase
perumahan dan permukiman untuk
5. Meningkatkan Peran Pertanian ( mengurangi daerah genangan dan
Tanaman Pangan, Perkebunan, banjir pada tahun 2018.
Peternakan dan Perikanan ) dalam
Perekonomian Daerah.
4. Perilaku Hidup Bersih Sehat
Meningkatkan perilaku hidup bersih
6. Mewujudkan Kesamaan Hak Kepada dan sehat seluruh lapisan masyarakat
Seluruh Pemeluk Agama untuk dapat Kabupaten Malinau pada tahun 2018.
Beribadah Menurut Agamanya Masing
– masing dengan Senantiasa
Mengembangkan Sikap Toleransi.

7. Meningkatkan Kualitas Lingkungan


Hidup serta Mewujudkan Efektifikas
dan Efesiensi Penggunaan Sumber
Daya Alam Dalam Dimensi
Kabupaten Konservasi.

8. Mewujudkan Supermasi Hukum dan


Menciptakan Pemerintahan Yang
Bersih , Efektifitas , serta Efisien
Guna Mendukung Terciptanya Tata
Kelola Pemerintahan yang bebas
Korupsi , Kolusi dan Nepotisme ( KKN )
9. Meningkatkan Peran Pemuda dan
Perempuan dalam Pembangunan
Daerah.

10.Mengembangkan Seni , Budaya dan


Pariwisata Daerah
Sumber : RPJMD, RENSTRA SKPD dan Pokja AMPL, 2013.

Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna terjalinnya sinergi


yang dinamis antara seluruh pemangku kepentingan (pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha) dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Malinau.
Partisipasi masyarakat dan peran serta swasta harus dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga ke tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 2
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

2.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi

2.2.1. Sub Sektor Air Limbah

Sarana dan Prasarana pengelolaan limbah cair di Kabupaten Malinau


masih terbatas pada skala rumah tangga saja, sedangkan skala yang lebih luas
seperti IPAL dan IPLT belum tersedia. Pembuangan limbah manusia
menggunakan sarana berupa jamban keluarga, jamban jamak/MCK atau
bentuk-bentuk sarana lainnya. Sedangkan pembuangan limbah rumah tangga
masih dialirkan ke saluran drainase, tempat terbuka (kebun , kolong
rumah)dan sungai besar. Secara umum sistem penangan air limbah domestik
yang digunakan di Kabupaten Malinau yaitu sistem setempat (on site system).

Tabel 2.2: Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Malinau


Cakupan Layanan Target Cakupan layanan (%)
No. Sistem
Jangka Jangka
Eksisting (%) ** Jangka Panjang
Pendek Menengah
a b c d e f
A. Sistem On Site
1 Individual (tangki septic)
2 Komunal (MCK, MCK++)
B. Sistem Off Site
1 Skala Kota 1 Desa/Kel 4 Desa/Kel 7 Desa / Kel
2 Skala Wilayah - - - -
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk
**) Data Tahun 2012

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 3
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Peta 2.1a: Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Onsite

Zona On Site Individual yaitu kawasan


kepadatan penduduk sedang dan rendah

Zona On Site Komunal yaitu


kawasan Padat penduduk dan
area kawasan komersial (CDB)

Zona On Site Individual yaitu kawasan


kepadatan penduduk sedang dan rendah

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 4
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

2.2.1.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor Air Limbah
Beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah
domestik di Kabupaten Malinau, adalah :

1. Bahwa sesungguhnya pertumbuhan penduduk akan terus bertambah, tambahan


penduduk sudah tentu akan membawa dampak dalam segala lini kehidupan
masyarakat. Dampak positif adalah dengan pertumbuhan penduduk proses produksi
diharapkan akan semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan penduduk itu
sendiri, pola prilaku akan semakin berkembang dan beragam. Dampak negatifnya
bahwa dengan pertumbuhan penduduk akan membawa konsekwensi terhadap
munculnya beranekaragam pola prilaku individu atau kelompok yang tidak
menguntungkan baik secara ekonomi maupun sosial-budaya dan lebih-lebih dari
aspek kesehatan lingkungan, termasuk dalam PHBS.

2. Bahwa sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Malinau


menggunakan on site system, meskipun juga belum memenuhi harapan. Sistem
kelembagaan sanitasi masih lemah, baik di lingkungan masyarakat itu sendiri,
pemerintah maupun swasta. Kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas
layanan pengelolaan air limbah khususnya dari Pemerintah Daerah setempat,
terutama dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik memenuhi
harapan.

3. Bahwa untuk meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah terpusat (off site
system) memerlukan kerja keras dari pemerintah khususnya pemerintah kabupaten,
sistem layanan air limbah terpusat (off site system) di daerah ini belum berkembang
yaitu mulai dari hulu (rumah tangga) hingga ke hilir (pembuangan/pengolahan akhir),
sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan air limbah yang komprehensif dan
terpadu agar Kabupaten Malinau memiliki acuan yang jelas dalam meningkatkan
layanan pengelolaan air limbah.
Disadari bahwa kualitas hidup lingkungan permukiman atau hunian dapat tercermin
dari tingkat kepemilikan jamban, sistem pengelolaan sanitasi air limbah, belum lagi
memperhitungkan kepemilikan dan atau pemeliharaan jamban. Diperlukan
perencanaan dan program yang bersifat jangka panjang dan terpadu sebagai
landasan pokok dalam pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, sehingga
kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat semakin meningkat.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 5
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

4. Mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka
dukungan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media komunikasi menempati posisi
strategis baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan sanitasi. Untuk itu
diperlukan sistem kelembagaan yang kuat di bawah koordinasi Dinas Teknis
Pemerintah Kabupaten yang melibatkan semua komponen masyarakat, dunia usaha,
lembaga pendidikan, LSM, media, dll.

Dari pembahasan terdahulu, dapat diperoleh beberapa permasalahan mendesak


tentang sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Malinau, sebagai berikut:

1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada
hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam
semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik.
Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi luas terhadap PHBS dan
kualitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk.

2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Malinau baik di
daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system
dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system
(terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik,
di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat.
Sarana IPAL atau IPLT belum tersedia.

3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan


pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air
limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off site system.

4. Tingkat kepemilikan jamban masih rendah, kondisi fisik jamban umumnya masih
dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan
pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin
bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau memiliki sistem
sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling menentukan adalah
tingkat kepedulian.

5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air
limbah atau sistem sanitasi, baik di lingkungan pemerintah, masyarakat, maupun
swasta.

6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung
peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 6
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang,
belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul
menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat.

8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan


pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam
meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan.

2.2.1.2 Arahan pentahapan pencapaian sektor sanitasi

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem
pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria
telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk,
klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of
Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan
lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan
kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta
tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar
bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah
Kabupaten Malinau, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site
system).

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

 Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi
dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) dengan skala rumah
tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk
perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 4 Desa/Kelurahan yang
tersebar hampir diseluruh Kecamatan di kabupaten Malinau (Desa Long Apung, Long
Alango, Long Berang, Long Pala, Long Kebinu). Dalam peta diberi warna biru.

 Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam
jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah tidak
padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system setempat dengan skala
rumah tangga (household based). Zona ini mencakup 58 desa/kelurahan; Dalam peta
diberi warna hijau (Nama Desa/Kel terlampir dalam penentuan zona dan sistem
sanitasi kabupaten Malinau sub-sektor air limbah).

 Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan
kawasan padat yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 7
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan systemnya
adalah system setempat dengan pendekatan on site individual (tidak berbasis rumah
tangga). Zona ini mencakup 39 desa/kelurahan Dalam peta diberi warna Kuning
(Nama Desa/Kel terlampir dalam penentuan zona dan sistem sanitasi kabupaten
Malinau sub-sektor air limbah).

 Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan
kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka
panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini mencakup 7
Desa/Kelurahan, yaitu Desa Malinau Kota, Batu Lidung, Malinau Hilir, Tanjung
Keranjang, Tanjung Lapang, Kuala Lapang dan Desa Uli. Dalam peta diberi warna
merah.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 8
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Peta 2.1b: Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite

Zona Off Site Medium yaitu


kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk yang
tinggi

Zona Off Site Jangka Panjang


yaitu kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk sedang

Zona Off Site Jangka


Panjang yaitu kawasan
dengan tingkat kepadatan
penduduk sedang

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 9
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

2.2.2. Sub Sektor Persampahan

Tabel 2.3: Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Malinau


Cakupan Layanan Target Cakupan layanan (%)
No. Sistem
Jangka Jangka Jangka
Eksisting (%)
Pendek Menengah Panjang
a b c d e f
A. Penanganan Langsung (Direct)
1 Kawansan Komersial 11,4% 15% 20% 25%

B. Penanganan Tidak langsung


(InDirect)
1 Cakupan secukupnya 20% 25% 35% 50%
2
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

2.2.2.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor Persampahan


Secara khusus isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan di Kota
Malinau saat ini adalah sebagai berikut :

 Kapasitas Pengelolaan Sampah. Hal ini berkaitan dengan bertambah besarnya


timbulan sampah setiap tahunnya yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana
dan sarana yang memadai.
 Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan konsumsi masyarakat secara umum
berdampak pada perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan.
 Rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan yang
disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana, yang berimbas pada akses
pelayanan bagi masyarakat yang kurang maksimal, seperti pola pengangkutan,
proses pengolahan dan pengelolaan TPA.
 Kemampuan kelembagaan yang ada saat ini hanya dikelola dan dilaksanakan teknis
saja.
 Kemampuan pembiayaan terhadap pengelolaan persampahan masih cukup rendah,
hal ini terlihat dari jumlah pendanaan yang disediakan setiap tahunnya total
anggaran APBD.
 Peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam bentuk pengelolaan
persampahan berbasis masyarakat (community base) masih belum dilaksanakan
secara optimal, sehingga berimbas pada tidak terolahnya potensi sampah yang ada.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 10
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

 Masih rendahnya investasi dunia usaha/swasta dalam pengelolaan persampahan


saat ini.
 Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum dalam kegiatan
pengelolaan kebersihan kawasan perkotaan, dimana Peraturan Daerah yang
dikeluarkan hanya mengatur jumlah dan besarnya retribusi yang harus dibayarkan
oleh masyarakat, tanpa adanya aturan dan ketentuan teknis dalam kegiatan
kebersihan kota.

Pokok-pokok permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Malinau, sebagai


berikut :
 Persoalan persampahan perkotaan saat ini cukup menyita perhatian, tidak
hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh seluruh komponan masyarakat
sebagai pemberi andil dalam produksi sampah. Hal ini tidak lepas dari dampak
yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri yang membutuhkan pengelolaan yang
komprehensif, menyeluruh, bersinergi dan sustainable.
 Pengumpulan dan pembuangan sampah perkotaan sejak dahulu dianggap
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Seiring perkembangan kawasan
perkotaan yang cukup pesat, lonjakan jumlah penduduk, tingkat pendapatan
dan aktifitas masyarakat yang semakin kompleks serta aktifitas sosial lainnya,
menimbulkan pergeseran pola pikir bahwa masyarakat juga mempunyai
tanggung jawab besar dan memiliki peranan penting serta terkoordinasi untuk
membentuk dan membuat suatu sistem penanganan sampah yang efisien dan
efektif.
 Saat ini Malinau Kota, pengelolaan persampahan menjadi prioritas pertama.
Perencanaan dan fungsi pengawasan yang sangat lemah serta pendanaan yang
tidak proporsional membuat pengelolaan persampahan sangat memprihatinkan
dan kurang efisien.
 Pengumpulan yang kurang memadai, dimulai pada tingkat individu masyarakat,
rumah tangga, sampai wilayah terkecil, kemudian penanganan akhir dari semua
produksi sampah yang ada masih kurang benar dan tidak maksimal, baik
sampah perkotaan maupun jenis sampah lainnya bisa mengancam kesehatan
masyarakat, mengurangi keindahan dan kenyamanan kawasan perkotaan serta
menurunkan derajat kebersihan lingkungan perkotaan.
 Salah satu masalah utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan
persampahan di wilayah perkotaan adalah biaya pengelolaan yang tinggi, yang

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 11
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

diperparah lagi oleh produktivitas yang rendah mengakibatkan beban keuangan


yang berat pada pemerintah daerah. Situasi ini, akan semakin diperburuk lagi
oleh kurang efektifnya kebijakan dan strategi secara nasional untuk jangka
pendek dan panjang dalam pengelolaan persampahan.
 Sebagai imbas dari kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pengelolaan persampahan, juga mengakibatkan kurang maksimalnya
sampah yang terangkut.
 Melihat keberpihakan anggaran yang bersumber dari APBD II terhadap kegiatan
pengelolaan persampahan yang cukup minim, maka sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja pelayanan, mengingat kebutuhan sarana dan
prasarana penunjang yang tidak bisa terpenuhi karena jumlah pendanaan yang
kurang.

2.2.1.2 Arahan Pentahapan Pencapaian Sub Sektor Persampahan

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM),


wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2
(dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini
yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas
umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan
kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Malinau terdapat 3 (tiga) zona yang
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
 Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung yakni
dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat
Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka
menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 39 desa / kelurahan dalam zona ini. Dalam
peta diberi warna Kuning.
 Zona 2, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD)
yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu pendek dengan
system layanan langsung dari sumber ke TPA. Terdapat 7 (tujuh) desa / kelurahan
dalam zona ini; Desa Malinau Kota, Batu Lidung, Malinau Hilir, Tanjung Keranjang,
Tanjung Lapang, Kuala Lapang dan Desa Uli. Dalam peta diberi warna merah.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 12
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Peta 2.1b: Peta Tahapan Pengembangan Persampahan

Zona pengembangan dengan


system Full coverage (kawasan
perkotaan)

Zona pengembangan dengan


system tidak langsung
coverage > 70 %

Zona pengembangan dengan


system tidak langsung
coverage > 70 %

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 13
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

2.2.3. Sub Sektor Drainase

Dilihat dari fungsi layanan drainase lingkungan, sistem dan cakupan pelayanan
drainase lingkungan di Kabupaten Malinau belum memenuhi haparan. Pada lingkup wilayah
kota (Kota Benteng), perencanaan dan penyusunan program pada prinsipnya sudah
mengacu kepada fungsi layanan drainase, yaitu dari saluran persil/tersier, sekunder dan
primer, akan tetapi implementasi di lapangan tidak berkembang sebagaimana diharapkan,
sistem pengaliran drainase belum berfungsi secara optimal, yaitu dari saluran
persil/tersier ke saluran sekunder hingga ke saluran primer. Pada lingkup wilayah
perdesaan sistem saluran drainase lingkungan belum terencana dengan baik, penyusunan
perencanaan, program dan target pencapaian umumnya disusun berdasarkan kebutuhan
program dan anggaran yang tersedia.

Tabel 2.4: Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten


Cakupan
Target Cakupan layanan (%)
Layanan
No. Sistem
Jangka Jangka Jangka
Eksisting (%)
Pendek Menengah Panjang
a b c d e f
Pembangunan
1.
Drainase 13,8% 24% 30% 40%
Pembangunan
2.
Drainase Induk 1 Drainase 2 Drainese

Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud
atas total penduduk

2.2.3.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor Drainase

Beberapa isu pokok terkait pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Malinau,


dikemukakan sebagai berikut :

- Bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan didukung oleh berbagai
prilaku yang beragam dalam kehidupan bermasyarakat membawa dampak terhadap
pertumbuhan perumahan/permukiman dengan berbagai aktivitasnya, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya bahwa bertambahnya jumlah
penduduk diharapkan proses produksi bagi peningkatan kesejahteraan dan
perbaikan lingkungan perumahan/permukiman akan semakin baik, namun dampak

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 14
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

negatif tentunya tidak dapat dihindari bahwa pertumbuhan penduduk dengan


munculnya berbagai prilaku hidup yang tidak bersahabat dengan lingkungan akan
menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat pula dengan kesehatan lingkungan
itu sendiri, baik dilingkungan permukiman maupun alam sekitarnya.

- Bahwa tatanan kelembagaan yang lemah membawa pengaruh besar terhadap


tingkat layanan drainase atau sistem sanitasi pada umumnya, sementara kebutuhan
masyarakat atas lingkungan yang bersih dan sehat merupakan hal mendasar yang
harus dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu tatanan kelembagaan yang tegas dan
kuat dalam penyediaan prasarana drainase maupun dalam pemeliharaannya,
sehingga tercipta lingkungan kehidupan perumahan dan permukiman yang layak
huni.

- Bahwa untuk merangsang peningkatan pola hidup yang bersih dan sehat, diperlukan
dukungan penyediaan prasarana drainase lingkungan yang memadai dan
terstruktur, dukungan prasarana drainase lingkungan yang baik merupakan cermin
bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat pula.

- Bahwa lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik dan terstruktur
tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat, diperlukan prilaku
atau pola hidup yang baik dan tertata ditingkat masyarakat, peran serta seluruh
lapiran masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sangat diharapkan untuk
mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan,
prasarana drainase lingkungan adalah merupakan milik bersama yang harus
dibangun dan dipelihara sebagai pencerminan dari adanya peningkatakan kesadaran
atau kepedulian di dalam pengelolaan drainase lingkungan masing-masing.

- Bahwa untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan


sistem sanitasi drainase lingkungan, maka peran media komunikasi sangat
diperlukan guna mendukung kegiatan publikasi dan sosialisasi pengelolaan drainase,
yaitu dalam kerangka peningkatan kapabilitas kelembagaan sistem sanitasi, sistem
dan cakupan layanan, dan peningkatan kesadaran seluruh komponen masyarakat
dan dunia usaha.

Permasalahan yang dihadapi di dalam pengelolaan sistem sanitasi drainase


lingkungan di Kabupaten Malinau menunjukkan bahwa :

- Sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Malinau masih


sangat lemah, yang ditunjukan oleh lemahnya penyusunan perencanaan,
program/target dan penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan
POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU
II- 15
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

prasarana drainase, rendah sistem dan cakupan layanan sistem drainase, lemahnya
kekuatan publikasi dan sosialisasi, dan rendahnya kesadaran masyarakat, dunia
usaha maupun pemerintah dalam pengelolaan drainase.

- Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di


daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata
dan dikelola dengan baik, belum terstruktur atau belum ada sistem pengaliran yang
baik dan terstruktur, kondisi fisik drainase yang tidak layak, sebagian besar saluran
drainase yang ada belum permanen.

- Kesadaran masyarakat maupun jender dan kemiskinan dalam pengelolaan drainase


masih sangat rendah, terlihat dari rendahnya tingkat pemeliharaan dan rasa
mimiliki atas prasarana yang ada dan rendahnya layanan drainase lingkungan.

- Dukungan media komunikasi khususnya media lokasi dalam pubilikasi dan sosialisasi
sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih
rendah.

2.2.3.2 Arahan Pentahapan Pencapaian Sub Sektor Drainase


Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas
pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5
(lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan
(perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat
resiko kesehatan. Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
 Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat
diatasi dalam jangka panjang mencakup 58 desa/kel. yang tersebar hampir
diseluruh Kecataman di Kabupaten Malinau. Dalam peta diberi warna hijau.
 Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi
dalam jangka menengah dan panjang mencakup 39 desa/kelurahan;. Dalam peta
diberi warna kuning.
 Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan
kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus
diatasi dalam jangka menengah, mencakup 7 Desa/kelurahan; Desa Malinau Kota,
Batu Lidung, Malinau Hilir, Tanjung Keranjang, Tanjung Lapang, Kuala Lapang dan
Desa Uli. Dalam peta diberi warna merah.

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 16
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Peta 2.1b: Peta Tahapan Pengembangan Drainage

Zona pengembangan
Zona pengembangan jangka panjang
jangka pendek

Zona pengembangan
jangka menengah

Zona pengembangan
jangka panjang

Zona pengembangan
jangka panjang

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 17
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

2.3 Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Malinau Tahun 2008 - 2012
Perkiraan Kebutuhan (Rp) Rata-rata
Pertumbuhan
No. Item 2009 2010 2011 2012 2013
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
1.1 Air Limbah Domestik

1.2 Sampah rumah tangga 4,171,795,000.00 2,168,816,165.00 5,987,570,000.00

1.3 Drainase lingkungan 3,024,885,450.00 9,406,209,425.00 20,275,929,500.00

1.4 PHBS 125,000,000.00 290,856,550.00

2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )


2.1 DAK Sanitasi
2.2 DAK Lingkungan Hidup
2.3 DAK Perumahan dan Permukiman
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)
Total Belanja langsung
% APBD Murni Terhadap Belanja Langsung
Komitmen Pendanaan APBD untuk Pendanaan Sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 18
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan

Total
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)
Pendanaan
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Perkiraan Belanja
1 Langsung
Perkiraan Belanja
2 Sanitasi
Perkiraan Pendanaan
Sanitasi Berdasarkan
3 Komitmen

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 19
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi
Pendanaan (Rp)
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Total
1 Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten
2 Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi
3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten
Perkiraan Total kebutuhan Pendanaan Sanitasi
4 (4a+4b)
4.a Perkiraan total Investasi Sanitasi
4.b Perkiraan Total OM Sanitasi
5 Proporsi keebutuhan pendanaan sanitasi terhadap:
5.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
5.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
5.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0
6 Proporsi total investasi sanitasi terhadap:
6.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
6.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
6.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0
7 Proporsi Total OM Sanitasi terhadap:
7.a Perkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten 0
7.b Perkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi 0
7.c Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten 0

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 20
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2017
Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp) Total
Pendanaan
No. Item 2013 2014 2015 2016 2017
1 Air Limbah (1a+1b+13)
1.a Perkiraan pendanaan investasi air limbah
Perkiraan pendanaan biaya
1.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
1.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
2 Sampah (2a+2b+2c)
2.a Perkiraan pendanaan investasi persampahan
Perkiraan pendanaan biaya
2.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
2.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
3 Drainase (3.a+3.b+3.c)
3.a Perkiraan pendanaan investasi drainase
Perkiraan pendanaan biaya
3.b operasional/pemerilharaan (baru)
Perkiraan pendanaan biaya
3.c operasional/pemerilharaan (eksisting)
4 Aspek PHBS
Perkiraan Total Kebutuhan Pendanaan Sanitasi
5 (1+2+3+4)
6 Perkiraan Total Investasi Sanitasi (1a+2a+3a+4)
7 Perkiraan Total OM (1b+1c+2b+2c+3b+3c)

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 21
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

8 Perkiraan Belanja Langsung APBD


Perkiraan Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja
9 Laangsung (5/8)
Perkiraan Proporsi Investasi - Belanja Langsung
10 (6/8)

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 22
STRATEGI SANITASI KABUPATEN MALINAU 2013

Tabel 2.9 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten/Kota dalam Mendanai Program/Kegiatan


SSK

Total
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)
Pendanaan
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Perkiraan Kebutuhan
1 Opersional / Pemeliharaan
Perkiraan APBD Murni untuk
2 Sanitasi
Perkiraan Komitmen
3 Pendanaan Sanitasi
Kemampuan Mendanai SSK
4 (APBD Murni) (2-1)
Kemampuan Mendanai SSK
5 (Komitmen (3-1)

POKJA AMPL PPSP KABUPATEN MALINAU


II- 23

Anda mungkin juga menyukai