Anda di halaman 1dari 13

HIERARKI

PENGELOLAAN SAMPAH
PERKOTAAN
(TEKNIS DAN NON
TEKNIS)
HIERARKI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

Hirarki pengelolaan sampah merupakan kondisi


ideal berisi alternatif upaya. Hierarki sampah
menujuk pada 3R, yaitu Reuse, Reduce, dan
Recycle yang mengklasifikasikan strategi
manajemen sampah menurut apa yang sesuai.
Urutan hierarki sampah dari yang tertinggi ke yang
terbawah yaitu pencegahan, pengurangan sampah,
penggunaan kembali, daur ulang, penghematan
energi, dan pembuangan.
Tujuan Utama Hierarki Sampah :

Untuk memanfaatkan produk sebesar-besarnya dan


menghasilkan sampah yang sesedikit mungkin,
karena pencegahan sampah adalah titik tertinggi dari
piramida hierarki sampah. Beberapa ahli manajemen
sampah megkonsepkan 4R dengan menambah satu
R, diantaranya adalah :
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang
atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang


yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang
disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu
pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Daur ulang sampah
melalui pemisahan dan pengelompokan sampah, persiapan sampah
untuk diguna ulang, diproses ulang, dan difabrikasi ulang; penggunaan,
pemrosesan dan fabrikasi sampah.

3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah


tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur
ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri
rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari.


Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang
yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-
barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek
kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
hierarki kegiatan pengelolaan sampah, semakin rendah biaya yang
dibutuhkan. Tingkat hierarki terendah dalam penanganan sampah
kota konvensional adalah pembuangan akhir.

Pada hierarki ini, sampah dianggap tidak memiliki nilai dan


harus dibuang atau dimusnahkan. Sebagai konsekuensinya,
dibutuhkan biaya investasi dan operasional yang tinggi, termasuk
biaya untuk mengatasi berbagai dampak lingkungan yang terjadi.
Penerapan pengelolaan sampah kota yang menekankan semua
bentuk buangan padat merupakan residu yang harus dibuang,
tidak mendukung MDGs keenam, yaitu sustainabilitas lingkungan.

Teknologi pembuangan sampah yang dilaksanakan di


kebanyakan kota di Indonesia masih menyebabkan terjadinya
emisi bau, metana, serta gas-gas lainnya ke atmosfir. Selain itu,
juga timbul pencemaran tanah dan air tanah akibat lindi yang
terbentuk, serta terjadinya perkembang-biakan vektor-vektor
penyakit, seperti lalat dan tikus.
Pengelolaan Sampah Secara Teknis

1. Penimbulan sampah (solid waste generated)


Disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak
diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh karena itu dalam
menentukan metode penanganan yang tepat,
penentuan besarnya timbulan sampah sangat
ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan
kegiatannya.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua
perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum
sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan
pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya
meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali
(reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan
kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya
timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya
menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan
menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah
menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi
pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan
sampah, di antaranya adalah :
a. Transformasi fisik,meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya
adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas,
sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan
teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran
udara

利用现有生
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan
bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau
产制造能力
bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun
energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada
instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan
pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.

6. Pembuangan akhir
Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada
hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini
sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Pengelolaan Sampah Secara Non-teknis

1. Peraturan/hukum:
Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain
adalah yang mengatur tentang :
a) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan
sampah
b) Rencana induk pengelolaan sampah kota -Bentuk
lembaga dan organisasi pengelola -Tata-cara
penyelenggaraan pengelolaan
c) Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
d) Kerjasama dengan berbagai fihak terkait, diantaranya
kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan fihak
swasta.
2. Kelembagaan dan organisasi:
Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
a) Peraturan pemerintah yang membinanya
b) Pola sistem operasional yang diterapkan
c) Kapasitas kerja sistem
d) Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
3. Pembiayaan / retribusi:
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan
sistem pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan :
e) Biaya investasi
f) Biaya operasi dan pemeliharaan -Biaya manajemen
g) Biaya untuk pengembangan
h) Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.
i) Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda
sistem pengelolaan
4. Peran serta masyarakat:

Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program


pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat
kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain
menyangkut :
a) Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah
yang tertib dan Teratur
b) Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat
c) Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
d) Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan persampahan, yaitu di antaranya :
e) Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata
f) Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga
lingkungan
g) Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan
h) Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan
penyuluhan dalam programnya
i) Kehawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai
dengan konsep pengelolaan yang ada.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai