PENGELOLAAN SAMPAH
PERKOTAAN
(TEKNIS DAN NON
TEKNIS)
HIERARKI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN
b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas,
sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan
teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran
udara
利用现有生
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan
bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau
产制造能力
bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun
energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada
instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan
pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada
hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini
sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Pengelolaan Sampah Secara Non-teknis
1. Peraturan/hukum:
Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain
adalah yang mengatur tentang :
a) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan
sampah
b) Rencana induk pengelolaan sampah kota -Bentuk
lembaga dan organisasi pengelola -Tata-cara
penyelenggaraan pengelolaan
c) Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
d) Kerjasama dengan berbagai fihak terkait, diantaranya
kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan fihak
swasta.
2. Kelembagaan dan organisasi:
Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
a) Peraturan pemerintah yang membinanya
b) Pola sistem operasional yang diterapkan
c) Kapasitas kerja sistem
d) Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
3. Pembiayaan / retribusi:
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan
sistem pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan :
e) Biaya investasi
f) Biaya operasi dan pemeliharaan -Biaya manajemen
g) Biaya untuk pengembangan
h) Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.
i) Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda
sistem pengelolaan
4. Peran serta masyarakat: