2
IDENTIFIK
ASI rumusan
masalah masalah
Permasalahan yang terjadi di Kecamatan Tawaeli pasca 1. Berapa luas lahan yang sesuai untuk dijadikan sebagai
bencana yaitu, meningkatnya jumlah permintaan lahan lahan permukiman di Kecamatan Tawaeli pasca
untuk permukiman dan masih banyaknya bangunan
bencana?
perumahan yang ditempati masyarakat berada dalam
zona merah rawan bencana, dampak dari bencana yang 2. Bagaimana daya dukung serta daya tampung untuk lahan
terjadi menyebabkan kurangnya daya dukung dan daya permukiman di Kecamatan Tawaeli pasca bencana?
tampung lahan untuk permukiman di Kecamatan
Tawaeli.
3
TUJUAN
1. Mengetahui luas lahan yang sesuai untuk dijadikan
TUJUAN
sebagai lahan permukiman di Kecamatan Tawaeli.
DAN
permukiman di Kecamatan Tawaeli.
SASARAN SASARAN
1. Menganalisis proyeksi jumlah penduduk hingga 20 tahun
4
RUANG
LINGKUP
SUBSTANSI
Mengidentifikasi kesesuaian penggunaan lahan dengan menggunakan data -
data aspek fisiografis dalam proses pengolahan data spasial
6
DAYA DUKUNG
LAHAN
Daya dukung (carrying capacity) adalah daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan
oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem
tanpa merusak ekosistem tertentu. Carrying Capacity merupakan kemampuan optimum lingkungan
untuk memberikan kehidupan yang baik dan memenuhi syarat kehidupan terhadap penduduk yang
mendiami lingkungan tersebut. Apabila kemampuan optimum telah terpenuhi, sedangkan populasi
cenderung meningkat maka akan terjadi persaingan dalam memperebutkan sumberdaya.
7
DAYA TAMPUNG
LAHAN
Konsep daya tampung menggunakan perbandingan atau standar yang ada tentang kebutuhan lahan.
Menurut Yeates (1980) dalam Muta’Ali (2012) daya dukung lahan dapat diidentifikasi dari daya
tampung dan dihitung berdasarkan luasan fungsi lahan dibagi dengan jumlah penduduk eksisting
dihitung dari kebutuhan lahan per kapita. Daya tampung lahan dihitung dengan menggunakan variabel
luasan fungsi lahan dibagi dengan jumlah penduduk eksisting, dengan rumus sebagai berikut
A = L/P
A = Daya Tampung Lahan
L = Luas Lahan (ha)
P = Populasi Penduduk (jiwa)
8
DAYA DUKUNG LAHAN
PERMUKIMAN
Daya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan
permukiman guna menampung jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak. Dalam menyusun formulasi daya dukung
wilayah untuk permukiman, selain diperlukan besaran luas lahan yang cocok dan layak untuk permukiman tetapi juga dibutuhkan
standard dan kriteria kebutuhan lahan tiap penduduk. (Muta’ali L. 2015)
9
DAYA DUKUNG LAHAN
PERMUKIMAN
Formula yang dapat digunakan untuk menghitung daya dukung wilayah untuk permukiman (Muta’ali,
2015) yaitu dengan menggunakan tiga variabel perhitungan yaitu jumlah penduduk, standard luas
kebutuhan ruang/kapita, dan luas lahan yang layak untuk permukiman. Maka formula yang digunakan
sebagai berikut
Keterangan:
DDPm = daya dukung permukiman
JP = jumlah penduduk
𝛼 = koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m2/kapita), menurut SNI 03-1733- 2004 sebesar 26 m2
LPm = luas lahan yang layak untuk permukiman (m2), area yang layak untuk permukiman adalah di
luar kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.
10
KRITERIAA Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40%
- 60% dari luas lahan yang ada
BATASAN
TEKNIS C Memanfaatkan ruang yang menyediakan lingkungan yang
sehat dan aman dari bencana alam
KAWASAN
PERMUKIM D Dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah dan hujan,
prasarana air bersih, dan pembuangan sampah sesuai standar
AN E
Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di
permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang
disediakan
kawasan
11
KRITERIA F
Penyediaan kebutuhan
peruntukan permukiman
sarana kesehatan di kawasan
BATASAN
lapangan olahraga di kawasan peruntukan permukiman
KAWASAN I
Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03-1733-
2004, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
PERMUKIM 1987
J
Perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang
12
Topografi datar sampai bergelombang (lereng
a 0-25%);
KESESUAIA b
Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang
diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang
N LAHAN cukup;
PERMUKIM
Tidak berada pada daerah rawan bencana
c (longsor, banjir, erosi, abrasi, tsunami);
AN
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
d Drainase baik sampai sedang;
untuk permukiman diantaranya yaitu: Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/
e pantai/ waduk/ danau/ mata air/ saluran pengairan/
rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
13
f Tidak berada pada kawasan lindung;
KESESUAIA g
Tidak terletak pada kawasan lindung
N LAHAN
budidaya pertanian/penyangga;
AN
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
untuk permukiman diantaranya yaitu:
14
ZONA RUANG RAWAN BENCANA KOTA
PALU DAN SEKITARNYA
Berdasarkan peta zona rawan bencana (ZRB) kota palu ada beberapa definisi sebagai berikut :
15
PENELITIAN TERDAHULU
No Nama penulis Judul penelitian Hasil
Metode penelitian
1
(Bambang Suharto, Evaluasi Daya Dukung Dan Daya Untuk mendapatkan kesesuain lahan untuk Metode kuantitatif
Bambang Rahadi , Ari Tampung Ruang Permukiman Di Kota permukiman, sehingga dapat diketahui kesesuain
Sofiansyah, 2016) Kediri lahan untuk permukiman pada masing- masing area
yang diidentifikasi
2
(Marsela Pantow, Ingerid Daya Dukung Permukiman Dalam Bertujuan menghitung daya dukung lingkungan Metode Deskriptif
Moniaga, Esli Konsep Pengembangan Wilayah di permukiman dalam perencanaan tata ruang yang
Takumnsang, 2018) Kecamatan Langowan Timur berorientasi pada masa yang akan datang dengan
memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan dan
sumber daya alam yang berkelanjutan.
3
(Runtukahu Pricylia Maria, Daya Dukung dan Daya Tampung Untuk mendapatkan peruntukan kawasan lahan yang Metode Deskriptif
Sangkrtadi, Suryadi Lahan di Kecamatan Malalayang Kota efektif sehingga bisa di fungsikan sbagai kawasan
Supardjo, 2018) Manado permukiman atau kawasan budidaya untuk
mendukung daya tampung yang semakin padat.
16
SINTESIS TEORI
Sintesis Teori merupakan perumusan variabel yang digunakan dalam penelitian Evaluas Daya Dukung dan Daya Tampung
Lahan Permukiman di Kecamatan Tawaeli Pasca Bencana. Variabel ini nantinya akan dijadikan acuan dalam menentukan
metode penelitian. Berikut ini adalah tabel sintesis teori berdasarkan kajian pustaka:
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan Penelitiann
Metode Penelitiann
Analisis
Hasil
18
METODE
PENELITIAN
Jenis metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode
kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam
menjawab masalah. Metode ini sebagai metode ilmiah
yang konkret/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Metode ini menggunakan data penelitian dalam
bentuk angka dan analisis menggunakan statistik
(Sugiyono, 2008).
19
LOKASI
PENELITIA
N
Lokasi penelitian ini sendiri berada di Kecamatan Tawaeli dengan
memiliki luas 59,75 Km2, adapun batas administrasi Kecamatan
Tawaeli berbatasan langsung dengan :
Waktu Penelitian
22
DATA PRIMER
a) Observasi lapangan yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan
yang langsung pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk
memahami kondisi dan keadaan lahan di Kecamatan Tawaeli.
DATA SEKUNDER
PENGUMPUL Data yang dikumpulkan dari beberapa literatur, dokumen maupun dari dinas yang
terkait, seperti pada tabel berikut :
AN DATA
No. Jenis data Bentuk data Sumber
1 Jumlah penduduk 5 tahun BPS Kota Palu
Dokumen
terakhir Kecamatan Tawaeli
- Peta kemiringan lereng
2 - Peta jenis batuan - BAPPEDA
- Peta jenis tanah Kota Palu
- Peta air tanah
- Peta penggunaan lahan - Dinas Tata
- Peta Zona Rawan Bencana Dokumen Ruang dan
(ZRB)
Permukiman
Kota Palu
- BAPPENAS
23
PENGOLAHAN DAN
PENYAJIAN DATA
PENGOLAHAN DATA PENYAJIAN DATA
Pengolahan data dapat diartikan sebagai kegiatan pendahuluan Data yang telah dikumpulkan untuk keperluan penelitian atau
analisis data, hal ini merupakan suatu proses yang mencakup analisis perlu diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas
dan mudah dipahami. Dalam penelitian ini data yang disajikan
tahapan pemilihan data yang tepat atau relevan dengan
dalam bentuk deskripsi berupa kalimat yang menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti serta menggolongkan atau
gambaran hasil penelitian, selain itu juga disajikan dalam
mengklarifikasikan data berdasarkan kategori tertentu sesuai bentuk tabel yang disusun menurut kategori-kategori tertentu
dengan kebutuhan analisis. Adapun langkah- langkah dalam suatu daftar. Selain itu, peta dan foto juga disajikan
pengolahan data yang akan digunakan yaitu: untuk memberikan gambaran kondisi eksisting yang ada di
lokasi penelitian. Adapun peta yang disajikan mengenai peta
- Verifikasi
ketersediaan lahan kawasan lindung dan budidaya.
- Klasifikasi
- Validasi
24
VARIABEL
PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2009:60), Variabel Penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan
hasil sintesis teori, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Daya Dukung Lahan Kemiringan lereng
Jenis batuan
Jenis tanah
Curah hujan
Air tanah
Rawan bencana
25
METODE
ANALISIS DATA
Adapun metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu kuantitatif deskriptif dengan metode analisis skoring dan
perhitungan matematis, terdapat beberapa tahap yaitu analisis
pertumbuhan penduduk yang didalamnya termasuk analisis proyeksi
DATA penduduk untuk 20 tahun yang akan datang, analisis kesesuaian lahan
permukiman dengan metode Overlapping Map (tumpang tindih) dan
pembobotan terhadap kriteria permukiman serta skoring, terakhir
yaitu perhitungan nilai daya dukung untuk lahan permukiman dengan
menggunakan rumus perhitungan DDPm.
26
ANALISIS
PERTUMBUHAN
PENDUDUK
Dalam analisis ini, Analisis proyeksi penduduk menggunakan metode
aritmatika digunakan untuk menghitung jumlah penduduk yang ada di
Kecamatan Tawaeli dari tahun awal hingga 20 tahun ke depan, berikut
rumus yang akan digunakan :
Pn = P0 {1 + (r.n)}
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun
27
Analisis daya dukung lahan
permukiman
Daya dukung lahan perumahan memiliki variabel dalam penetapan kriteria kelayakan yaitu dari faktor kondisi fisik ini sangat
mempengaruhi jenis guna lahan yang akan dikembangkan, karena menyangkut pemeliharaan dan perawatan, daya dukung
pengembangan berikutnya bila diperlukan, serta minimumnya dampak yang dapat merugikan wilayah sekeliling ataupun terhadap
dirinya sendiri. Daya dukung lahan merupakan analisis dari faktor fisik lahan yang dapat mengetahui lahan potensial yang dapat
dikembangkan dengan melihat faktor fisik yang menguntungkan dan faktor fisik yang merugikan. Dalam analisis daya dukung
lahan perumahan dibagi menjadi 3 bagian yaitu daya dukung lahan, neraca pemanfaatan lahan dan kesesuaian lahan peruntukan
perumahan. 28
KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN
Daya dukung lahan merupakan suatu analisis lahan untuk mengetahui
daya dukung fisik lahan suatu wilayah dengan menggabungkan beberapa
peta kondisi fisik dengan penentuan bobot. Metode yang digunakan yaitu
metode skoring, tumpang tindih (Superimpose) dan metode deskriptif.
Berdasarkan Output yang akan dihasilkan dari analisis ini akan
dipergunakan sebagai analisis lanjutan dalam menentukan daya dukung
Analisis daya permukiman serta daya tampungnya. Adapun variabel dalam analisis
variabel daya dukung lahan permukiman sebagai berikut:
dukung lahan
• Kemiringan lereng
• Jenis batuan
• Air tanah
• Rawan bencana
29
ANALISIS DAYA DUKUNG PERMUKIMAN
Formula yang dapat digunakan untuk menghitung daya dukung wilayah untuk
permukiman (Muta’ali, 2012) yaitu sebagai berikut.
Keterangan:
Analisis daya
DDPm = daya dukung permukiman
JP = jumlah penduduk
𝛼 = koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m2/kapita), menurut SNI 03-1733-
dukung lahan
2004 sebesar 26 m2
LPm = luas lahan yang layak untuk permukiman (m2), areal yang layak untuk
permukiman adalah di luar kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.
permukiman
Kisaran nilai indeks daya dukung permukiman adalah:
- Apabila DDPm > 1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi, masih
mampu menampung penduduk untuk bermukim dalam wilayah tersebut.
- Apabila DDPm < 1, berarti bahwa daya dukung permukiman rendah, tidak
mampu menampung penduduk untuk bermukim dalam wilayah tersebut.
30
Identifikasi masalah
31
KESIMPULAN sARAN
Kesesuaian lahan permukiman sebelum terjadinya bencana, lahan yang Adapun dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan karena
sesuai seluas 2.651,22 Ha atau 44% sedangkan yang tidak sesuai penelitian ini hanya membahas secara spasial mengenai kondisi
kesesuaian lahan dan daya tampung permukiman. Penulis berharap agar
3.432,86 Ha atau 56%, dan setelah melakukan overlay pada peta,
pembangunan nantinya tidak dilakukan pada kawasan yang berpotensi
Kesesuaian lahan permukiman pasca terjadinya bencana, lahan yang
bencana, di Kecamatan Tawaeli terdapat wilayah yang kondisi
sesuai seluas 2.576,25 Ha atau 42% dan yang tidak sesuai 3.507,83 Ha eksistingnya terlihat sesuai untuk dijadikan kawasan permukiman namun
atau 58%, Kondisi lahan yang tidak sesuai untuk dijadikan lahan jika dilihat dari segi tata ruang tidak sesuai untuk dijadikan kawasan
permukiman meningkat 2% atau sekitar 74,97 Ha. permukiman dikarenakan terdapat potensi bencana pada kawasan
tertentu.
Berdasarkan hasil proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Tawaeli dari tahun 2021 - 2041, pertumbuhan penduduk mencapai 7.597
jiwa.