Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berkembangnya suatu kota akan mendorong peningkatan pertumbuhan


penduduk serta kebutuhan akan permukiman. Pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat akan berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan baik lahan, air, maupun udara, oleh karena
itu pemanfaatan penggunaan lahan harus memperhatikan karakteristik lahan,
seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula jumlah permintaan
terhadap kebutuhan lahan yang digunakan untuk kebutuhan social dan ekonomi
terutama permukiman. Pemilihan kawasan permukiman yang tidak sesuai akan
berakibat penurunan kualitas lingkungan dan bencana alam, bahkan dapat
berakibat kerusakan dan korban jiwa yang lebih besar apabila terjadi bencana.
Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dan kebutuhan akan
permukiman baru yang semakin meningkat, akan menyebabkan semakin
menyusutnya lahan – lahan produktif seperti lahan pertanian baik sawah ataupun
yang lainnya menjadi lahan - lahan terbangun untuk permukiman dan perumahan
(Lestari dan Djumiko, 2017).
Daya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu wilayah dalam penyediaan lahan permukiman guna
menampung jumlah penduduk tertentu untuk dapat bertempat tinggal secara
layak. Analisis daya dukung (Carrying Capacity Ratio/CCR) dapat memberikan
informasi yang diperlukan oleh para perencana dalam menilai tingkat kemampuan
lahan dalam mendukung segala aktivitas yang ada di wilayah yang bersangkutan.
Mengetahui tingkat dukungan dari suatu area/lahan sangat penting bagi seorang
perencana pembangunan, karena ia akan bisa memperkirakan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi atau memperkirakan tingkat kebutuhan penduduk
yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada (Muta’ali, 2012).
Permukiman akan dengan sendirinya berkembang secara terus menerus
selama kehidupan manusia berlangsung, untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal
yang layak bagi semua orang, mengatur penggunaan lahan untuk permukiman

dengan daya dukung lahan permukiman sesuai dengan aktivitas diatasnya. Dalam

1
kegiatan perencanaan, aspek fisik lahan memiliki pengaruh yang besar dalam
mendukung pemanfaatan ruang diatasnya (Arief, 2018).
Seiring dengan berkembangnya beragam aktivitas perkotaan dan
meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan lahan dan penyediaan fasilitas
perkotaan semakin meningkat. Faktor penduduk menjadi salah satu kontribusi
terbesar bagi terbentuknya aktivitas perkotaan, dan untuk menampung aktivitas
penduduk membutuhkan lahan yang tidak sedikit sehingga pada akhirnya terjadi
persaingan lahan kota yang luasannya terbatas.

Kota Palu adalah salah satu kota yang terus mengalami perkembangan, di
sisi lain Kota Palu merupakan daerah yang rawan bencana sehingga dalam
penentuan kawasan permukiman harus memperhatikan potensi bencana di daerah
tersebut. Kota palu merupakan wilayah administratif dengan memiliki 8
kecamatan dan 46 kelurahan dengan luas Kota Palu yaitu 39.506 ha dengan jumlah
penduduk kota palu pada tahun 2021 yaitu 373.218 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk per tahun yaitu 1,05 %. (Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2021).

Kecamatan Tawaeli merupakan wilayah yang terletak di Kota Palu yang


memiliki ciri aktivitas penduduk beragam, Kecamatan Tawaeli memiliki 5
kelurahan yaitu Kelurahan Baiya, Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara,
Kelurahan Pantoloan Dan Kelurahan Pantoloan Boya dengan luas Kecamatan
Tawaeli yaitu 59,75 Km2 dan memiliki jumlah penduduk yaitu 22.568 jiwa pada
tahun 2020. (Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2021).

Berdasarkan data jumlah penduduk Kecamatan Tawaeli dalam kurun waktu


5 tahun terakhir yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu
bahwa pada tahun 2016 jumlah penduduk Kecamatan Tawaeli berjumlah 20.057
jiwa sedangkan di tahun 2020 berjumlah 20.706 jiwa. Ini berarti jumlah penduduk
dari tahun 2015 sampai 2020 mengalami peningkatan sebesar 649 jiwa dengan
kepadatan penduduk tahun 2020 mencapai 347 jiwa/km2.

Pada tanggal 28 September 2018, Kota Palu dilanda bencana yang sangat
dahsyat yang mengakibatkan sebagian wilayah di Kota Palu mengalami kerusakan
yang sangat parah. Kecamatan Taweli menjadi salah satu kecamatan yang terkena
dampak dari bencana yang terjadi, bencana gempa dan tsunami yang melanda
pesisir pantai Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara, Kelurahan Baiya, Kelurahan
Pantoloan, dan Kelurahan Pantoloan Boya menghancurkan Kawasan permukiman
2
yang berada di pesisir pantai Kecamatan Tawaeli.
Permukiman yang dibangun pada lahan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya dapat memunculkan permasalahan terkait keseimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan lahan. Lahan yang terbatas tidak dapat mengimbangi
kebutuhan akan pembangunan fisik seperti perumahan, perkantoran, dan kegiatan
komersial.
Dampak yang di akibatkan dari bencana tersebut menyebabkan daya
dukung lahan untuk permukiman di Kecamatan Tawaeli berkurang, dan lahan
permukiman yang ditempati masyarakat juga masih ada yang berada dalam zona
rawan bencana. Karena itu dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengangkat judul
penelitian yaitu “Evaluasi Daya Dukung & Daya Tampung Lahan
Permukiman Di Kecamatan Tawaeli Pasca Bencana”

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi di Kecamatan Tawaeli pasca bencana yaitu,


meningkatnya jumlah permintaan lahan untuk permukiman dan masih banyaknya
bangunan perumahan yang ditempati masyarakat berada dalam zona merah rawan
bencana, dampak dari bencana yang terjadi menyebabkan kurangnya daya dukung
dan daya tampung lahan untuk permukiman di Kecamatan Tawaeli.
1.3 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang pada penelitian ini yang telah diuraikan
sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa luas lahan yang sesuai untuk dijadikan sebagai lahan permukiman
di Kecamatan Tawaeli pasca bencana?

2. Bagaimana daya dukung serta daya tampung untuk lahan permukiman di


Kecamatan Tawaeli pasca bencana?
1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian
1.4.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian mengenai daya dukung dan daya tampung untuk
lahan permukiman di Kecamatan Tawaeli Pasca Bencana yaitu :

1. Mengetahui luas lahan yang sesuai untuk dijadikan sebagai lahan


permukiman di Kecamatan Tawaeli.
3
2. Mengevaluasi daya dukung dan daya tampung untuk permukiman di Kecamatan
Tawaeli.

1.4.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan penelitian, sasaran penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan analisis peta kesesuaian lahan di Kecamatan
Tawaeli.

2. Menganalisis proyeksi jumlah penduduk hingga 20 tahun mendatang di


Kecamatan Tawaeli.

3. Mengeluarkan rekomendasi untuk kawasan yang layak untuk dijadikan


tempat permukiman di Kecamatan Tawaeli

1.5 Ruang Lingkup Substansi

Adapun ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kesesuaian penggunaan lahan dengan menggunakan data


- data aspek fisiografis dalam proses pengolahan data spasial

b. Melakukan pengumpulan data dan informasi terkait berupa data primer


maupun data sekunder dalam proses analisis sehingga dapat menghasilkan
data yang akurat mengenai daya dukung dan daya tampung lahan
permukiman di Kecamatan Tawaeli.

c. Menganalisis daya dukung serta daya tampung permukiman pasca bencana


di Kecamatan Tawaeli.

1.6 Ruang Lingkup Spasial

Ruang lingkup penelitian berada di Kecamatan Tawaeli yang memiliki


5 kelurahan yaitu Kelurahan Baiya, Kelurahan Panau, Kelurahan Lambara,
Kelurahan Pantoloan, dan Kelurahan Pantoloan Boya dengan luas Kecamatan
Tawaeli yaitu 59,75 Km2.

1.7 Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian

4
ini adalah hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk
pemerintah maupun masyarakat dalam melakukan perencanaan pembangunan
permukiman, sekaligus mengetahui daya dukung serta daya tampung lahan untuk
permukiman pasca bencana di Kecamatan Tawaeli.

Anda mungkin juga menyukai