PENDAHULUAN
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sebagaimana
tertulis dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28, bahwa rumah adalah salah satu hak
dasar rakyat dan oleh karena itu setiap Warga Negara berhak untuk bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu rumah juga merupakan kebutuhan
dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta
sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan
watak, karakter dan kepribadian bangsa.
Saat ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga muncul
pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang disebut dengan
proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar dari kota (urban sprawl). Akibat
selanjutnya adalah di daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial berupa
proses densifikasi permukiman dan transformasi sosial ekonomi sebagai dampak lebih lanjut dari
transformasi sosial. Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota
merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan (Giyarsih,
2001).
2. Faktor-faktor fisik seperti apa yang menjadi penentu dalam pemilihan lokasi perumahan di
daerah penelitian?
3. Mengapa kondisi fisik wilayah mempengaruhi masing-masing pola keruangan perumahan dan
bagaimanakah kesesuaiannya dengan RTRW setempat?
METODE PENELITIAN
Kendari adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kota Kendari terletak dijazirah
Tenggara pulau Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan, mengelilingi
teluk kendari dan terdapat satu pulau, yaitu pulau Bungkutoko. Lokasi penelitian di Kecamatan
Abeli, Kelurahan Talia, RT/RW 004/002.
Penelitian di lakukan pada hari minggu tanggal 17 Oktober 2021 di jam 13.00-17.30. Penelitian
di lakukan dengan komunikasi dengan beberapah warga, Pak Camat Abeli, dan Pak RT 004.
Sehingga pada penelitian memudahkan bagi kami untuk mengetahui beberapah data yang ada di
lokasi
b) Jalan
c) Air Bersih
d) Air Limbah
e) Air Hujan
f) Pembuangan Sampah
h) Fasilitas Sosial
i) Ruang Terbuka Hijau
Pada tahap ini yang dilakukan adalah untuk melihat fenomena yang terjadi dalam suatu objek.
Memberikan pemahaman bahwasanya fenomena social yang ada suatu masalah social yang
layak diteliti.
Pada tahap ini pekerjaan lapangan focus pada bagaimana mendapatkan data yang sebanyak-
banyaknya dan seakurat mungkin. Hal-hal yang diperlukan sebelum meneliti langsung adalah
surat perizinan, karena prosedur seorang peneliti adalah adanya surat izin dari objek yang akan
diteliti.
Setelah semua data terkumpul kemudian melakukan klarifikasi data, pada proses ini pemilihan
data untuk menyesuaikan data yang sesuai kebutuhan. Kemudian data yang sudah terkumpul
maka yang dilakukan adalah memilih teori yang sesuai sebagai alat analisis masalah yang
terungkap dilapangan.
Penulisan laporan merupakan taap terakhir setelah semua hal yang terkait dengan data-data dan
hasil analisa data serta mencapai suatu kesimpulan peneliti mulai menulis laporan.
Observasi adalah kegiatan yang setiap saat manusia lakukan dengan perlengkapan panca indra.
Karl mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean
serangkaian perilakudan suasana yang berkenaan dengan orgastnisme (in situ). .Teknik ini
didasarkan atas pengamatan langsung yang memungkinkan peneliti melihat dan mengamati
sendiri,dapat mencatat peristiwa dalam situasi yang berkenaan dengn pengetahuan yang
diperoleh dari data. Peneliti dapat mengecek benar atau tidaknya informan yang memberikan
informasi.
b. Metode Wawancara
c. Studi Pustaka
Teknik menumpulkan data dengan menggunakan buku atau refrensi sebagai penunjang
penelitian. Dengan melengkapi dan mencari data-data yang dibutuhkan dari literature, makalah
dan lain sebagainya. Disini peneliti memperoleh data-data yang tertulis telaah bacaan yang ada
kaitannya dengan masalah penelitian.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pencarian data dilapangan yang berbentuk gambar/arsip dan data-
data tertulis lainnya.
BAB 4
Provinsi Sulawesi tenggara terletak di jazirah tenggara pulau Sulawesi , secara geografis
terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02˚45’-06˚15’ lintang selatan dan 120˚30’
Bujur timur serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km2 (3.814.000 ha) dan
perairan (laut) sluas 110.000 km2 (11.000.000 ha).
Wilayah kecamatan Abeli, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada
di antara 3’’58’’34’’-4’’02 lintang selatan dan membentang dari barat ketimur 122’’34’’13-
122’’39’’14’’ bujur timur . Letak wilayah Kecamatan Abeli, sebelah utara berbatasan dengan
kecamatan kendari, sebelah selatan erbatasan dengan kabupaten Konawe Selatan, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Poasia
Sesuai dengan peruntukan pengembangan yang meliputi seluruh kecamatan Abeli, wilayah ini di
fungsikan untuk fungsi perumahan dan pemukiman,perhubungan serta perdagangan. Pola
pemanfaatan lahan di kecamatan Abeli, kelurahan Talia, RT 004/002 lebih banyak dimanfaatka
sebagai lahan terbangun dan pekarangan yang berupa perumahan, perhubungan dan
perdagangan. Rencana penyebaran penduduk pada kecamatan Abeli, kelurahan Talia, RT
004/002 diarahkan pada desa yang memiliki tingkat tingkat kepadatan penduduk tinggi/padat
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Talia, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Sedangkan berdasarkan Profil Kelurahan Talia Tahun 2021 tercatat bahwa jumlah penduduk
kelurahan Talia sebanyak 1919 jiwa yang terdiri dari 985 jiwa penduduk laki laki atau sebesar
51% dan 934 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 48% yang tersebar di 8 RT dan 4 RW.
Jumlah
Penduduk
Alamat Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
RT Laki-Laki
RT
RT
RT
RT
RT
RT
RT
4.1.3 Perbandingan antar Wilayah Terbangun (Buiid Up Area) dengan Wilayah Terbuka (Open
Space)
Menurut program Pembangunan Perumahan (PROPERNAS) dan semua dengan RT/RW dan
RUTRK Kota Kendari. Peraturan yang harus dipenuhi oleh pengembang dalam membangun
suatu perumahan adfalah pengembang harus memebagi daerah peruntukan dan wilayah terbuka
60%:40%. Realisasi dari aturan ini pembagian antara luasan hunian total sebesar 60% dan luas
wilayah terbuka (jalan dan ruang terbuka) sebesar 40%
Tujuan ketentuan luasan total hunian sebesar 60% adalah untuk menjaga keseimbanagan dan
kelestarian lingkungan. Dampak yang dirasakan paling nyata dalam hal ini adalah terkait dengan
pasokan air bersih dilahan kita. Semakin kecil luasan hunian, berarti semakin luas lahan yang
tidak terbangun, yang berarti semakin luas permukaan lahan lokasi yang berpotensi untuk
meresapkan air ke dalam tanah. Banyaknya air yang meresappada tanah tersebut akan
mempengaruhi pasokan air bersih di sumur yang berada dikawasan tersebut .
PERBANDINGAN
1. Terbangun 80%
2. Terbuka 20%
Sumber: Profil RT/RW 004/002 Talia Tahun 2021
Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada saat itu.
Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan bangunan yang
berkembang pada masa pra-aksara saat itu. Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah
mengenal berburu dan melakukan pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan
adanya pola pemukiman yang telah menetap.
Perumahan yang ada di kelurahan talia terlihat bahwa sebagian besar rumah penduduk
menggunakan lantai Keramik, sisanya menggunakan lantai semen dan lantai tanah. Lantai
keramik yang dapat menjadi salah satu indikator kemakmuran penduduk mendominasi terpasang
pada rumah masyarakat di kelurahan talia. Sebagian besar rumah penduduk di kelurahan talia
menggunakan atap seng. Terlihat bahwa sebagian besar rumah penduduk menggunakan dinding
permanen, kemudian menggunakan tembok semi permanen dan sebagian kecil menggunakan
papan.
4.1.6.1 Jalan
Terdapat dua jalan yang ada di RT 004 yaitu jalan Skunder dan Gang kecil
Sumber air bersih masyarakat kelurahan talia berasal dari air ledeng, walaupun terdapat
beberapa masyarakat yang memilih menggunakan air PDAM. Adapun kualitas airnya bila ditinjau
dari segi fisik, airnya jernih namun terdapat partikel seperti debu dan serangga kecil. Untuk
keperluan air minum, masyarakat biasanya menggunakan air yang berasal dari air ledeng lalu
mengolahnya dengan cara memasak air tersebut dan ada juga yang menggunakan depot air
minum isi ulang dan tanpa dimasak lagi karena menurut masyarakat kelurahan talia airnya
sudah bersih.
Pada umumnya masyarakat dikelurahan talia khusunya di RT 004 sebagian besar sudah memiliki
jamban yang sesuai dengan syarat jamban sehat. Kebanyakan warga menggunakan jamban
jongkok dan sebagian kecil ada juga yang menggunakan wc cemplung. Pada umumnya
masyarakat sudah memiliki jamban dengan septic tank sendiri.
Untuk Saluran Pembuangan Air hujan, sebagian besar dialirkan langsung di belakang rumah
penduduk, dan saluran itu menuju drainase besar dan dialirkan langsung ke laut ada yang
memiliki SPAL tertutup yaitu berupa pipa.
Untuk jaringan Listrik terhubung langsung ke semua perumahan warga , dan pada kabel listrik di
RT 004 sebagian terhalang oleh pepohonan, jaringan listrik yang di gunakan pada RT 004 ini
yaitu jaringan PLN
Sarana umum olahraga memberikan ruang bagi masyarakat Kelurahan Talia yang memiliki kegemaran
berolahraga. Adapun sarana olahraga yang tersedia di Kelurahan Talia berupa lapangan lapangan futsal
dan lapangan bulutangkis