Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan adalah suatu media di mana
makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki
karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait
secara timbal balik dengan keberadaan makhluk
hidup yang menempatinya, terutama manusia
yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan
riil (Elly M. Setiadi,2006). Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan
dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Lingkungan dapat
berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik.
Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan
fisik. Sedangkan lingkungan nonfisik adalah
lingkungan sosial budaya di mana manusia itu

1
berada. Lingkungan alam adalah keadaan yang
diciptakan oleh Allah untuk manusia.
Lingkungan buatan adalah dibuat oleh manusia.
Lingkungan sosial adalah wilayah tempat
berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu
interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta
pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait
dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan
alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang
(sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).
Kehidupan manusia tak lepas dari
lingkungan sosialnya, sehingga manusia disebut
sebagai makhluk sosial. Dalam lingkungan sosial
tersebut manusia selalu dihadapkan kepada
permasalahan sosial yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan. Masalah sosial tersebut timbul
dari hubungannya dengan sesama manusia lain,
maupun dari tingkah laku manusia itu sendiri,
yang sifatnya berbeda antara manusia satu
dengan lainnya. Hal itu akibat adanya perbedaan
tingkat perkembangan budaya, sifat dari
penduduk, dan keadaan kondisi lingkungan alam

2
yang juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial
budaya manusia. Permasalahan sosial berbeda
dengan permasalahan lain, karena kaitannya
dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata
sosial dalam masyarakat, serta berkaitan juga
dengan hubungan antar sesama manusia.
Kelurahan Gading Kasri dengan
penggunaan lahan mayoritas permukiman tentu
menjadikan kelurahan ini memiliki keadaan
lingkungan yang berbeda dan tentunya memiliki
permasalahan terkait penggunaan lahan. Selain
itu adanya Universitas Negeri Malang dekat
kelurahan Gading Kasri bahkan berbatasan
langsung tentu akan mendapat imbas misalnya
kos – kosan ataupun pertokoan dan penyedia jasa
akan banyak tumbuh untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa. Interaksi sosial akan juga berjalan
berbeda karena adanya pendatang. Dengan
mengetahui tipologi pada suatu tempat akan
menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan ataupun kebijakan.

3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana tipologi Kelurahan Gading Kasri?
2. Bagaimana penggunaan lahan di Kelurahan
Gading Kasri?
3. Apa saja permasalahan yang timbul terkait
penggunaan lahan di Kelurahan Gading
Kasri?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah bertujuan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui tipologi Kelurahan Gading
Kasri
2. Untuk mengetahui penggunaan lahan di
Kelurahan Gading Kasri
3. Dapat meganalisis permasalahan yang timbul
terkait penggunaan lahan di Kelurahan
Gading Kasri
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian ini bersifat diskriptif
kualitatif, bertujuan mendiskripsikan dengan
tulisan secara tersistematis dan menggunakan

4
kalimat yang mudah menggambarkan keadaan
nyata dari hasil penelitian yang diperoleh. Bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Peta batas administrasi di Kelurahan Gading
Kasri
2. Data penggunaan lahan yang diperoleh dari
peta RBI dan peta RTRW di wilayah
Kelurahan Gading Kasri.
3. Data hasil observasi kesesuaian sampel
penggunaan lahan Kelurahan Gading Kasri
pada peta RBI dan peta RTRW dengan
kenyataannya dilapangan.
4. Data statistik kependudukan Kecamatan
Klojen dalam Angka Tahun 2017.
5. Hasil wawancara pada beberapa masyarakat
setempat

5
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2104


Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang
tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor


28 Tahun 2006 yang dimaksud dengan kelurahan adalah
wilayah kerja lurah sebagai perangkat kabupaten/kota
dalam wilayah kerja kecamatan. Tujuan pembentukan
kelurahan adalah untuk meningkatkan kegiatan
penyeleggarakan pemerintahan secara berdaya guna dan
berhasil guna serta meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat kota sesuai dengan tingkat perkembangan
pembangunan.

Pembentukan kelurahan baru itu terutama di


kota-kota dimana desa-desa yang telah ada sebelumnya

6
sudah kurang selaras dan serasi dengan perkembangan
masyarakatnya yang telah nyata mempunyai ciri dan
sifat” masyarakat kota/urban”.

1.1 Tipologi Kelurahan Gading Kasri


1.1.1 Identifikasi Wilayah Kelurahan Gading
Kasri
Identifikasi wilayah merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui topografi, tata guna lahan,
kependudukan dan informasi mengenai
gambaran umum kondisi wilayah dan
sosial daerah tersebut (Jayadinata, 1999).
Dengan mengetahui gambaran tentang
kondisi keruangan dan sosial maka kita
dapat mengetahui potensi sekaligus
permasalah yang timbul, yang nantinya
hal ini akan menjadi dasar kebijakan
terhadap daerah tersebut.
1.1.1.1 Lokasi Geografis
Konsep lokasi merupakan konsep
utama geografi yang menjadi ciri

7
khusus dalam keilmuan geografi.
Secara umum lokasi dibagi menjadi
dua yaitu lokasi absolut dan lokasi
relatif. Lokasi absolut menunjukan
letak yang tetap terhadap sistem grid
atau kisi- kisi koordinat. Lokasi
absolut disebut juga dengan letak
astronomis. Lokasi relatif adalah
lokasi suatu obyek yang nilainya
ditentukan berdasarkan obyek atau
obyek lain diluarnya. Lokasi relatif
disebut juga letak geografis
Kelurahan Gading Kasri
merupakan kelurahan yang terletak di
wilayah Kecamatan Klojen, Kota
Malang. Kelurahan ini dibentuk pada
tahun 1980 dengan dasar hukum
Perda Kota Malang N0.8 Tahun 1980.
Kelurahan ini terdiri dari 6 RW
(Rukun Warga) dan 50 RT (Rukun
Tetangga).

8
1.1.1.2 Luas Wilayah
Luas wilayah keseluruhan
Kelurahan Gading Kasri yaitu 65Km²
yang merupakan 10,31% dari wilayah
Kecamatan Klojen
1.1.1.3 Batas Wilayah
Batas administrasi wilayah Kelurahan
Gading Kasri
1. Utara : Kelurahan
Sumbersari
2. Selatan : Kelurahan Bareng
3. Barat : Kelurahan Karang
Besuki
4. Timur : Kelurahan Oro –
Oro Dowo
1.1.1.4 Topografi
Keadaan topografi adalah
keadaan yang menggambarkan
kemiringan lahan, atau kontur lahan,
semakin besar kontur lahan berarti
lahan tersebut memiliki kemiringan
lereng yang semakin besar (Endy,

9
2005). Tinggi rata – rata wilayah
Kelurahan Gading Kasri menurut BPS
Kota Malang yaitu 448 mdpl yang
menjadikan Kelurahan Gading Kasri
sebagai keluruhan dengan ketinggian
tertinggi. Namun pada jalan jombang
topografi cenderung menurun
dibandingkan wilayah sekitarnya.
Secara keseluruhan topografi pada
wilayah Kelurahan Gading Kasri
tergolong landai.
1.1.1.5 Sarana dan Prasarana
Memiliki fasilitas yang berbeda
dengan daerah lain akan
mempengaruhi keruangan wilayah
tersebut lalu sosial, budaya, dan
ekonomi pada wilayah tersebut akan
mengikuti bagaimana fasilitas tersebut
berjalan
a. Sarana Edukasi Museum Brawijaya
Usaha untuk pendirian Museum
Brawijaya telah dilakukan sejak tahun

10
1962 oleh Brigjend TNI (Purn)
Soerachman (mantan Pangdam
VIII/Brawijaya tahun 1959-1962).
Pembangunan gedung museum
kemudian mendapat dukungan
pemerintah daerah kotamadya Malang
dengan penyediaan lokasi tanah seluas
10.500 meter persegi, dan dukungan
biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel
di Tretes Pandaan. Arsitek museum
adalah Kapten Czi Ir.Soemadi.
Museum dibangun pada tahun 1967
dan selesai 1968.
Nama Museum Brawijaya
ditetapkan berdasarkan keputusan
Pangdam VIII/Brawijaya tanggal
16 April 1968 dengan sesanti
(wejangan) 'Citra Uthapana
Cakra' yang berarti sinar (citra)
yang membangkitkan (uthapana)
semangat/kekuatan (cakra).

11
Sedangkan museum diresmikan
pada tanggal 4 Mei 1968.
Peranan museum Brawijaya
a. Sebagai media
pendidikan
b. Sebagai tempat
rekreasi
c. Sebagai tempat
penelitian ilmiah
d. Sebagai tempat
pembinaan mental
kejuangan dan
pewarisan nilai-
nilai '45 dan TNI
'45 bagi prajurit
TNI dan
masyarakat umum
e. Sebagai tempat
pembinaan mental
kejuangan dalam
rangka pembinaan
wilayah

12
Setelah mengetahui sejarah
dan peranan museum brawijaya
yang kental dengan peranan TNI-
nya kita dapat mengetahui
bagaimana dengan adanya
museum ini aspek sosial, budaya,
serta ekonominya terbentuk.
Dengan adanya sarana edukasi
museum brawijaya bisa jadi
masyarakat sekitar tahu tentang
setidaknya sekilas tentang
museum brawijaya. Peranan TNI
pada museum brawijaya
memberikan dampak interaksi
seperti masyarakat lebih kenal
dekat dengan TNI, lalu ada
fenomena dimana para TNI
memberikan ruang untuk
berdagang bagi para PKL sekitar.
Para petugas museum
memberikan ruang di halaman
depan untuk para PKL dan

13
membiarkan pintu gerbang
terbuka untuk konsumen PKL
tersebut walaupun jam operasi
museum Brawijaya sudah tutup.
Terjadinya interaksi yang baik
memberikan ikatan yang baik
antara TNI dengan masyarakat
sekitar.

Gambar 2.1 Museum


Brawijaya

Sumber : dokumentasi pribadi

14
b. Pasar buku Wilis
Sebagai kota pendidikan,
Malang harus didukung oleh
sarana salah satunya adalah
ketersediaan buku bacaan sebagai
bahan belajar. Maka tak heran di
Malang ada lumayan banyak toko
buku salah satunya yaitu toko –
toko buku di di Jalan Wilis kota
Malang, termasuk Kelurahan
Gading Kasri kecamatan Klojen.
Sejatinya, dahulu, tempat
berburu buku bekas ini berlokasi
di Jalan Majapahit. Toko buku
bekas ini disebut juga “Splendit”,
lantaran terletak di daerah sebelah
selatan Balai Kota Malang.
Namun karena keberadaannya
tekesan semrawut, dan dianggap
sebagai penyebab kemacetan
lantaran berada di sepanjang
trotoar jalan, maka Pemerintah

15
Kota Malang merelokasinya ke
Jalan Wilis. Sekedar informasi,
Wilis merupakan sebuah jalan
arteri yang terletak di sebelah
barat Museum Brawijaya. Untuk
mengaksesnya cukup mudah,
yakni melalui Jalan Kawi, Jalan
Ijen, atau Jalan Galunggung.
Penjual di Toko Buku Wilis ini
juga selalu mengajukan harga
penawaran yang lebih tinggi.
Tawar-menawar ini yang menjadi
salah satu seni dalam berbelanja
buku di Wilis.
Gambar 2. 2 Pasar Buku
Wilis

16
Sumber : dokumen pribadi

c. Sarana RTH dan rekreasi Taman


Slamet
Taman Slamet Malang
adalah taman yang berada dalam
lingkungan perumahan yang ada
di wilayah Kelurahan Gading
Kasri, tepatnya di Jalan Taman
Slamet, Kelurahan Gading Kasri,
Kecamatan Klojen, Malang
Berdasarakan keterangan
yang ada, Taman ini pada awalnya

17
hanya berupa taman biasa dengan
beberapa pohon yang di tengahnya
terdapat jalur pejalan kaki, namun
selanjutnya direnovasi dengan
konsep yang lebih unik sehingga
tak hanya sebagai tempat bersantai
saja melainkan dapat pula
dijadikan tempat berolahraga.
Taman Slamet termasuk
dalam tempat wisata gratis di Kota
Malang, untuk masuk ke tempat
ini tidak perlu membayar tiket
masuk atau sejenisnya.
Pengunjung hanya perlu
menyiapkan uang untuk bayar
parkir dengan harga standar parkir
di Kota Malang diantaranya Rp.
2000/motor dan Rp. 5000/mobil.
Gambar 2. 3 Taman
Slamet

18
Sumbe : dokumentasi
pribadi
1.1.2 Karakteristik Sosial Kelurahan Gading
Kasri
1.1.2.1 Kondisi Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Penduduk adalah orang-
orang yang berada di dalam
suatu wilayah yang terikat
oleh aturan-aturan yang
berlaku dan salingberinteraksi
satu sama lain secara terus
menerus / kontinu.
Dalamsosiologi, penduduk
adalah kumpulan manusia
yang menempati wilayah

19
geografi dan ruang tertentu.
Jumlah Penduduk di
Kelurahan Gading Kasri pada
tahu 2017 yaitu 10846 jiwa
b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk
adalah perbandingan jumlah
penduduk dengan luas wilayah
yang menunjukkan rata-rata
penduduk yang menempati
setiap 1 km². Semakin besar
angka kepadatan penduduk
menunjukkan bahwa semakin
padat penduduk yang wilayah
tersebut. Tingginya kepadatan
penduduk pada suatu wilayah
menyebabkan meningkatnya
jumlah pengangguran karena
penduduk jumlahnya
bertambah sementara
kesempatan kerja tidak
bertambah. Terjadinya

20
pengangguran juga
menyebabkan kemiskinan
yang berdampak pada
kelaparan, menurunnya tingkat
kesehatan, dan menurunnya
kualitas masyarakat karena
kurangnya ilmu pengetahuan.
Kepadatan Penduduk Gading
Kasri yaitu 11919 jiwa/km².

c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk
Kelurahan Gading Kasri
berdasarkan jenis kelamin
yaitu sebagai berikut
Laki – laki : 5. 183 jiwa
Perempuan: 5.663 jiwa
Dari komposisi jumlah
penduduk tersebut didapat
rasio jenis kelamin 91,52%
yang artinya dalam 100
penduduk perempan terdapat

21
91 samapai 92 penduduk laki
– laki.
d. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk
digunakan untuk mengetahui
perubahan jumlah penduduk
antara 2 tahun yaitu antara tahun
ini dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Artinya jumlah
penduduk tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu pada daerah
tertentu apakah mengalami
kenaikan atau penurunan dan
seberapa banyak atau berapa
persen kenaikan atau penurunan
tersebut.
Tabel 2. 1 Pertumbuhan
Penduduk
Jumla Jumla Pertumb
h h uhan
pendu pendu Pendudu

22
duk duk k (%)
2016 2017

Gadi 10.897 10.846 -0,47


ng
Kasr
i
Sumber : BPS Kota Malang

1.1.2.2 Pemukiman
Dalam undang- undang Nomor 1
tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman, yaitu
permukiman adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
Sedangkan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun
23
perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni. Permukiman
Menurut Hadi Sabari Yunus (1987)
dapat diartikan sebagai bentukan baik
buatan manusia ataupun alami dengan
segala kelengkapannya yang
digunakan manusia sebagai individu
maupun kelompok untuk bertempat
tinggal baik sementara maupun
menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya.
Berikut adalah karakteristik pokok
dari permukiman wilayah kelurahan
Gading Kasri.

a. Pola pemukiman :
mengelompok
b. Bahan dasar : dinding
bata semen

24
c. Kualitas : sudah
cukup baik
d. Pemanfaatan : banyak
digunakan sebagai kos-kosan dan
ruko

1.1.2.3 Sosial Budaya


a. Tata Kehidupan
Penyelenggaraan pemerintahan di
Kelurahan Gading Kasri
mempunyai peranan penting
dalam menyelenggarakan tugas –
tugas umum pemerintah, tugas –
tugas pembangunan maupun di
dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat.

Tabel 2.2 Data Aparat


Pemerintahan Kelurahan
Gading Kasri
NO NAMA DAN NIP PANGKAT/JAB ALAMAT

25
ATAN RUMAH
1 PRASETYO Pembina (IV/a) Jl. Gadang 3
MULYO, Lurah C Mlg
SE.MM. 0819459238
NIP. 19600210
198501 1 004
2 TJATUR TYAS Penata (III/c) Jl. D. Sentan
NOVENTARA,S Sekretaris Dalam XI/21
H Mlg
NIP. 19601121 0812327828
199212 1 001
3 NIP. 19720321 Penata Tk.I (III/d) Jl. Simpang
Kasi Kesmas Sulfat Utara
200003 2 001
VII/18 Mlg
0812525281
4 EDY SUBEKTI Penata (III/c) Jl Mayjen
NIP. 19590205 Kasi Pem dan Sungkono V
Tramtib Mlg
198212 1 001
0812175245
5 NIP. 19680831 Penata Muda Tk.I Jl. Kaliurang
199202 1 003 (III/b) Barat I/1556
Kasi PMP Mlg
0812521101
6 WIYONO Pengatur Muda Jl. Raya Can
NIP. 19740815 (II/a) VI / 75 Mlg
200901 1 002 Pengadministrasi 0851001664
Umum

26
7 SUGIONO CPNS Pengatur Jl. Mgr.
NIP. 19671209 Md (II/a) Sugiopranoto
200701 1 018 Staff IV/1166 Mlg
0818051434
8 SUWONO CPNS Juru (I/c) Jl. Raya Can
NIP. 19670509 Staff Vb/640 Mlg
201407 1 001 087859700
Sumber : profil Kelurahan Gading
Kasri Tahun 2018

b. Kegiatan Sosial Budaya


1. Kegiatan Pelatihan membatik
Berbagai upaya
pengentasan kemiskinan telah
dilakukan, salah satunya
dengan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan
dapat dimaknai sebagai suatu
proses menuju berdaya, atau
proses untuk memperoleh
daya/ kekuatan/ kemampuan,
dan atau proses pemberian
daya/ kekuatan/ kemampuan
dari pihak yang memiliki daya

27
kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya.
Pemberdayaan yang
dilakukan Pemerintah
Kelurahan Gading Kasri yaitu
salah satunya dengan pelatihan
membatik. Batik dianggap
mencirikan daerah tersebut
dengan kekhasan batiknya
masing-masing. Motif batik
malang yang menjadi ciri khas
tersebut dibuat berdasarkan
ilustrasi candi-candi hindu
peninggalan Kerajaan
Kanjuruhan dari abad ketujuh.
Salah satu motif batik malang
yang paling populer diantara
motif batik lainnya yaitu motif
batik bunga teratai. Motif
batik malang yang lain yaitu
motif batik malang kucecwara.
Motif batik tersebut

28
mempunyai komposisi
perpaduan motif diantaranya,
Mahkota, gambar Tugu
Malang, Rumbai Singa, Arca,
Bunga Teratai, sulur-sulur
juga isen-isen berbentuk belah
ketupat.
Beberapa pelatihan telah
difasilitasi oleh Pemerintah
Kelurahan Gading Kasri .
Jenis kegiatanyang dilakukan
yaitu penetapan kelembagaan,
pelatihan motivasi, desain,
teknik pewarnaan,
permodalan, sampai pada
kegiatan promosi.
Faktor-faktor pendukung
di dalam pelatihan membatik
meliputi: Pembangunan
Prasarana Sebagai Pendukung
Pengembangan Kegiatan
Sosial Ekonomi Rakyat;

29
Penguatan Kelembagaan
Sosial Ekonomi Rakyat;
Pengembangan Sumber Daya
Manusia perajin batik; Adanya
Komitmen
Stakeholder;Lingkungan
Politik yang Stabil; Masih
mempertahankan Keaslian
Batik tulis; Kesadaran akan
teknologi; dan adanya
partisipasi masyarakat.
Faktor penghambat di
dalam pelatihan membatik
berasal dari kelemahan-
kelemahan lingkungan internal
maupun ancaman-ancaman
lingkungan eksternal.
Berdasarkan hal tersebut,
identifikasi faktor penghambat
antara lain: Tidak tersedianya
Bantuan Dana Sebagai Modal
Usaha; Terbatasnya

30
Penyediaan Sarana untuk
Memperlancar Pemasaran;
SDM yang Kurang Memadai
baik Secara Kuantitas maupun
Kualitas; Minimnya Anggaran
Dinas, Perlunya Pelatihan-
pelatihan spesialisasi dan
Penambahan Personil; Sarana
Penunjang Kurang Memadai;
Tidak adanya Peraturan
Daerah yang mengatur tentang
Batik; Faktor Ekonomi Perajin
batik; Belum Adanya
Kerjasama dengan Berbagai
Sektor Usaha.
Langkah yang dilakukan
setelah mengidentifikasi faktor
penghambat dan pendukung
pelatihan membatik adalah
mengidentifikasi isu-isu
strategis T. isu-isu strategis
tersebut sebagai berikut:

31
a) Informasi dan Pameran
perdagangan dengan
membuat agenda pameran.
b) Pembentukan Lembaga
sosial ekonomi khusus.
c) Diversifikasi Produk serta
menggunakan teknologi
inovatif.
d) Pembentukan dan
penguatan Agen
Pembaharu.
e) Peningkatan arus
koordinasi antara dinas.
f) Penyeragaman Nilai Antar
Stakeholder
g) Pembentukan Kemitraan.
h) Menghidupkan Kembali
Koperasi batik

32
Gambar 2.4 Kegiatan
Pelatihan Membatik

Sumber:
https://kelgadingkasri.malan
gkota.go.id
/foto-dan-video/
2. Bersih desa
Bagi Kelurahan Gading
Kasri , makna tradisi bersih
desa atau bersih massal ini
adalah simbol yang mereka
gunakan untuk
mengungkapkan rasa syukur

33
kepada Allah Yang Maha Esa,
atas semua anugerah yang
telah diberikan kepada
masyarakat, seperti kesehatan
dan keselamatan lahir batin,
rezeki, dan juga untuk sarana
mengirim doa kepada leluhur
untuk memohonkan ampunan
atas dosa-dosa leluhur pada
Yang Maha Kuasa. Tradisi
bersih desa sebagai tradisi
penyelaras, seperti
meningkatkan silaturahmi,
toleransi, adanya kebersamaan
antar warga sehingga
menguatkan persatuan dan
kesatuan,serta wujud
pelestarian adat istiadat.
Terjadi perubahan kegiatan
menyembelih kambing,
membakar kemenyan menjadi
membaca doa bersama dalam

34
bentuk tahlilan,yasinan.
Pengetahuan masyarakat atas
tradisi bersih desa yaitu tradisi
peninggalan babad keislaman
dalam bentuk ziarah kubur,
sikap yang terbentuk yakni
tradisi bersih desa dimaknai
untuk menghormati dan
berbakti kepada leluhur,
keselamatan, silaturahmi, dan
tindakan masyarakat atas
tradisi dilakukan secara
spontanitas berdasarkan naluri
dan keyakinan akan
ketenangan serta terdapat pula
pengenalan kepada anak cucu
untuk menjaga kelanggengan
tradisi.
Gambar 2.5 Bersih Desa

35
Sumber:
https://kelgadingkasri.malan
gkota.go.id
/foto-dan-video/

1.1.2.4 Perekonomian
a. Pendapatan
Pendapatan rata – rata
perbulan penduduk Kelurahan
Gading Kasri per 2017 yaitu
Rp. 1.680.000,- per jiwa.

b. Mata Pencaharian

36
Mata pencaharian adalah
pekerjaan pokok yang
dilakukan manusia untuk
hidup dan sumber daya yang
tersedia untuk membangun
kehidupan yang memuaskan
(peningkatan taraf hidup),
dengan memperhatikan faktor
seperti mengawasi
penggunaan sumber daya,
lembaga dan hubungan politik.
Dalam perkembangannya,
mata pencaharian seseorang
seringkali berubah baik karena
faktor internal, eksternal,
ataupun kombinasi dari
keduanya(Supriyadi, 2007).
Berdasarkan data BPS
Kota Malang 2017 berikut
adalah mata pencaharian atau
pekerjaan penduduk wilayah
Kelurahan Gading Kasri.

37
PNS : 320 orang
ABRI : 70 orang
Swasta : 5420
orang
Wiraswasta : 4450
orang
Pertukangan : 3310
orang
Pensiunan : 342 orang
Pemulung : 30 orang
Jasa : 236 orang

c. Sektor Unggulan
Kebijakan pembangunan
wilayah pada dasarnya
merupakan keputusan dan
intervensi pemerintah, baik
secara nasional maupun
regional untuk mendorong
proses pembangunan daerah
secara keseluruhan.Analisis ini
sangat penting guna

38
mempercepat pertumbuhan
ekonomi daerah,
meningkatkan penyediaan
lapangan kerja dan
penanggulangan kemiskinan
pada wilayah-wilayah
terbelakang. Semua ini
diperlukan untuk dapat
meningkatkan proses
pembangunan wilayah dan
sekaligus untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
setempat.
Dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan ekonomi
daerah, kebijakan utama yang
perlu dilakukan adalah
mengusahakansemaksimal
mungkin agar prioritas
pembangunan daerah
sesuaidenganpotensi yang
dimiliki oleh daerah.Hal ini

39
terkait dengan potensi
pembangunanyang dimiliki
setiap daerah sangat
bervariasi,maka setiap daerah
harus menentukan sektor
ekonomi yang dominan
(Sjafrizal 2014).
Sektor unggulan wilayah
Gading Kasri yaitu sektor
perdagangan. Hal ini dapat
dilihat dari mata pencaharian
penduduknya yang mayoritas
sebagai pedagang. Sarana dan
prasarana juga menunjang
untuk meningkatkan sektor
perdagangan wilayah gading
Kasri, seperti adanya pasar
wilis, akses jalan yang baik.
Selain itu masyarakat juga
mampu memanfaatkan lahan
yang ada sebagai pertokoan
terutama pada jalan

40
galunggung. Adanya
konsumen yang potensial di
sekitar wilayah Gading Kasri
menjadikan sektor
perdagangan terus
berkembang.
Selain memalalui tempat
yang sudah ada perdagangan
juga dilakukan pada jalan
seperti pasar di jalan jombang.
Adanya peluang perdagangan
pada wilayah jalan jombang
menyebabkan banyaknya
pedagang yang berasal dari
luar, mayoritas pedagang
berasal dari desa. Mereka
menjual hasil pertanian dari
desanya sebagai mata
pencahariannya. Dengan
adanya antusias warga yang
baik, pemkot akhirnya
memperbolehkan dan

41
memberikan ruang pada
pedagang dan setelah pasar
selesai maka diwajibkan bagi
pedagang untuk
membersihkan. Perdagangan
semakin berkembang karena
lingkungan yang mendukung,
adanya pedagang dari luar
daerah yang menjadi
mayoritas dibanding warga
lokal menjadi cermin
tersendiri bahwa dapat
disimpulkan warga lokal tidak
merasa keberatan dan terjadi
interaksi yang baik antara
pedagang dengan warga lokal
yang menjadi minoritas.

1.2 Penggunaan Lahan di Kelurahan Gading Kasri


Definisi lahan menurut Sitorus (2004)
merupakan bagian dari bentang alam (landscape)

42
yang mencakup pengertian lingkungan fisik
termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi
termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya
secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan . Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2001) lahan sebagai suatu wilayah
di permukaan bumi, mencakup semua komponen
biosfer, termasuk atmosfer serta segala akibat
yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan
sekarang.
Lillesand dan Kiefer (1997)
mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan
dengan kegiatan manusia pada suatu bidang
lahan. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan
dalam dua golongan besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan non-
pertanian. Menurut Arsyad (1989) penggunaan
lahan pertanian dibedakan atas tegalan, sawah,
kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan
lindung dan sebagainya, sedangkan penggunaan
lahan non- pertanian dibedakan dalam

43
penggunaan kota atau desa (pemukiman),
industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.
Berikut adalah peta penggunaan lahan di
Kelurahan Gading Kasri, Klojen, Kota Malang.

Gambar 2.6 Peta Penggunaan Lahan dan


Resiko Bencana

44
1.2.1 Penggunaan Lahan
Pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat di kawasan perkotaan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan
prasarana dan sarana dasar perkotaan
seperti perumahan, pendidikan,

45
transportasi, pasar, air bersih, drainase
dan pengendalian banjir, sarana
persampahan, pengolahan air limbah
dan sebagainya. Pertambahan penduduk
kota yang tinggi, baik yang alami
maupun migrasi harus dapat diimbangi
dengan perkembangan dan pertumbuhan
kota yang dinamis, yang biasanya
selalu diikuti dengan perubahan lahan
(Budihardjo, 1993).
Pembangunan di Indonesia telah
sering dilakukan sejak dahulu sampai
sekarang. Pembangunan dilakukan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan
penduduk yang semakin banyak pula,
serta untuk mengatasi masalah yang
disebabkan pula. Bisanya masalah
tersebut terkait dengan masalah fisik
lingkungan, sehingga diperlukan rencana
proyek pembangunan untuk mengatasi
masalah tersebut. Gading Kasri
merupakan salah satu kelurahan yang ada

46
di Kota Malang dan dijadikan sebagai
tujuan migrasi dari penduduk di daerah
lain maupun pendatang , dimana
kelurahan ini dekat dengan kawasan
sekolah maupun kampus-kampus yang
ada di daerah Malang dan menjadi daya
tarik dan pendorong tersendiri bagi
penduduk daerah lain untuk bermukim.
Peningkatan jumlah penduduk
akan berpengaruh terhadap tingginya
permintaan akan kebutuhan ruang, berupa
kebutuhan permukiman, sarana prasrana,
dll. Permintaan ruang yang semakin
banyak tentu memerlukan lahan untuk
menampung kebutuhan dan keinginan
penduduk. Tetapi, lahan yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat memiliki
luas yang terbatas, karena tidak semua
jenis lahan dapat dimanfaatkan. Apabila
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai tetap
diterapkan, maka akan menimbulkan
permasalahan lingkungan karena

47
ketidakseimbangan dalam pertumbuhan,
seperti masalah banjir yang selalu terjadi
karena air tidak mampu meresap ke dalam
tanah akibat jumlah permukiman yang
semakin banyak. Banjir juga kerap terjadi
di daerah ini karena terlalu banyaknya
penduduk yang menyebabkan banyknya
huniah di kawasan ini. Saat ini di dalam
kawasan sudah terbentuk pola-pola ruang
hunian yang dipisah kan oleh jalan-jalan
kawasan dan gang-gang kecil yang
sifatnya lebih private karena
hanyadipergunakan oleh penghuni yang
bermukim disepanjang gang-gang kecil
tersebut. Cluster-cluster hunian yang
terbentuk terlihat bertumbuh tanpa
perencanaan ruang tertentu tetapi
berkembang secara sprawl tergantung
pada kecepatan pertumbuhan saat itu dan
mengikuti pola ruang-ruang hunian yang
telah ada terlebih dahulu di dalam
kawasan.

48
1.2.2 Permasalahan terkait Penggunaan Lahan
di Kelurahan Gading Kasri
1. Banjir pada permukiman padat
penduduk
Masalah banjir menjadi keluhan
pertama warga melalui berbagai jejaring
media sosial saat hujan mulai turun. Di
berbagai titik kota, genangan air kerap
menimbulkan ketidaknyamanan warga.
Mulai dari lumpuhnya lalu lintas, fasilitas
umum yang tidak dapat digunakan,
hingga masuknya air ke rumah-rumah
penduduk. Pada wilayah kelurahan
Gading Kasri banjir menggenangi daerah
permukiman padat penduduk jalan
jombang yang merupakan daerah dengan
topografi relatif lebih rendah
dibandingkan di daerah sekitarnya. Selain
itu banjir juga melanda daerah sekitar
jalan Galunggung yang merupakan jalan
besar dan banyak pertokoan.

49
Debit dan curah hujan yang tinggi
dengan tidak sepadannya jumlah dan
luasan saluran drainase menyebabkan
banjir terus meluap. Pada bagian dengan
topografi rendah juga mendapatkan
kiriman banjir dari daerah yang lebih
tinggi jadi pada topografi rendah banjir
juga dipengaruhi oleh wilayah dengan
ketinggian yang lebih tinggi. Jika pada
daerah dengan topografi tinggi hujan
deras dapat dipastikan akan terjadi banjir
kiriman pada daerah dengan topografi
rendah seperti jalan Jombang. Namun jika
hujan deras mengguyur daerah dengan
topografi rendah dan drainase dapat
mengalirkan maka tidak akan terjadi
banjir, air akan mengalir begitu saja.
Adanya banjir tidak hanya
menciptakan kondisi lingkungan yang
sedimikian rupa namun juga menciptakan
interaksi sosial. Dengan adanya banjir
masyarakat lokal dan pendatang yang

50
merupakan kalangan mahasiswa bekerja
sama membersihkan sisa banjir, namun
mahasiswa dengan daerah yang tidak
terkena banjir tetap tidak peduli.
Ibarat masalah klasik, setiap
musim hujan datang, banjir masih
menjadi momok. Bukannya berkurang,
justru tekesan bertambah jumlah titik
banjir setiap tahunnya. Dari warga
setempat tidak ada upaya pencegahan
hanya membersihkan sisa banjir setelah
terjadi banjir. Pemkot sempat memiliki
program penambahan drainase namun
proyek belum selesai pembangunan ini
tiba – tiba berhenti tak beralasan.
2. Permasalahan sosial ekonomi
Tingkat pertumbuhan
pemanfaatan lahan perkotaan sangat
ditentukan oleh tingkat pertumbuhan
penduduk, tingkat pendapatan, dan
keberpihakan kebijakan pembangunan
dalam satu wilayah tertentu. Pada sisi

51
lain, persediaan lahan perkotaan yang
bersifat konstan (tetap) bahkan
cenderung berkurang (terutma didaerah
pantai yang terkena abrasi), secara
ekonomis menuntut pemanfaatan dan
perencanaan guna lahan yang optimal.
Hadjisarosa (1974) berpendapat
bahwa kriteria yang digunakan dalam
menyatakan tingkat pertumbuhan suatu
daerah ditentukan oleh ‘tingkat
kemudahan’ masyarakat dalam
memperoleh 24 kebutuhan hidupnya.
Semakin besar tingkat kemudahan pada
suatu tempat, berarti semakin kuat daya
tariknya untuk menarik sumber daya
kegiatan ekonomi untuk datang ke tempat
tersebut. Diantara kegiatan-kegiatan
tersebut, jasa distribusi merupakan unsur
yang sangat penting, oleh karena itu kota-
kota pada umumnya merupakan pusat
kegiatan industri usaha distribusi, yang
selanjutnya oleh Hadjisarosa disebut

52
sebagai ‘simpul jasa distribusi’. Manusia
merupakan faktor utama dalam merubah
fungsi suatu lahan baik dalam
kapasitasnya sebagai pengguna langsung
lahan tersebut maupun sebagai penentu
kebijakan terhadap fungsi dari sebidang
lahan. Penggunaan sebindang lahan dapat
membawa pertentangan karena dapat
menimbulkan eksternalitas non ekonomi
terhadap pemakaian lahan lainnya. Dalam
hal ini Barlowe (1986) mengungkapkan
pula bahwa kekhawatiran akan terjadinya
pertentangan fungsi lahan tertentu
disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
hampir semua aktivitas manusia
melibatkan penggunaan lahan. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa membuat
keputusan tentang penggunaan lahan
merupakan aktivitas politik yang sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial dan
ekonomi (Sitorus, 1985).

53
Penggunaan lahan ini juga
berimbas pada masalah sosial dan
kemiskinan. Pengentasan kemiskinan
perlu dilakukan secara bertahap, terus–
menerus, dan terpadu yang didasarkan
pada kemandirian. Artinya yaitu
kemampuan penduduk miskin untuk
menolong diri mereka sendiri. Ini berarti
program pengentasan kemiskinan harus
dilandaskan pada peningkatan
kemampuan masyarakat miskin untuk
melakukan kegiatan produktif. Sehingga
mampu menghasilkan nilai tambah yang
lebih tinggi dan pendapatan yang lebih
besar dari suatu kegiatan. Dalam hal ini
istilah peranan merupakan hal yang
sangat penting untuk memberikan
motivasi dalam kemajuan dalam rangka
mengentaskan kemiskinan pada
masyarakat. Oleh sebab itu, berkaitan
pula dengan hal di atas sebuah peranan
menjadi suatu arti yang penting untuk

54
diperhatikan dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang sejahtera khususnya
pengentasan kemiskinan pada masyarakat
pinggiran perkotaan. Peranan disini
adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang atau
sekelompok orang sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan baik secara formal
maupun secara informal. Peranan
didasarkan pada ketentuan dan harapan
peran yang menerangkan apa yang harus
dilakukan oleh individu dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-
peran tersebut (Friedman, 1998). Di
dalam suatu lembaga atau organisasi
peranan merupakan suatu hal yang
berpengaruh terhadap kemajuan
organisasi atau lembaga tersebut. Peran
dapat merubah segala sesuatu termasuk
lingkungan di tempat tersebut. Istilah

55
peranan pada Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
berfokus pada pengaruh program tersebut
pada kesejahteraan masyarakat. Pada
tahun 2007 pemerintah Indonesia mulai
meluncurkan sebuah program berbasis
pemberdayaan masyarakat secara mandiri
yang bernama PNPM. PNPM
merumuskan mengenai mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinan yang
melibatkan unsur masyarakat mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemantauan, dan evaluasi.
Di dalam pelaksanaan
pemberantasan kemiskinan pemerintah
melaksanakan program– program dalam
upaya untuk mengentaskan angka
kemiskinan di Kota Malang dari tahun ke
tahun. Pemerintah khususnya TKPK telah
memiliki berbagai macam program
dalam rangka mengurangi angka
kemiskinan pada masyarakat Kota

56
Malang. Bantuan itu pun bermacam-
macam dari bantuan langsung sampai
bantuan dana bergulir untuk masyarakat
yang nantinya akan digunakan sebagai
motivasi usaha mereka atau yang disebut
sebagai masyarakat mandiri. Bantuan
langsung dapat berupa sembako, jaminan
kesehatan, bedah rumah, bantuan
pembangunan toilet umum untuk warga,
jembatan, dan sarana prasarana yang
lainnya. Di setiap kelurahan yang diteliti
oleh penulis, yaitu Kelurahan Tlogowaru
dan Kelurahan Gading Kasri terdapat
masing-masing 1 Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM). Ketua BKM bertugas
untuk mengkoordinasikan anggota-
anggotanya agar pelaksanaan PNPM dari
Pemerintah Pusat dapat terkoordinir
dengan baik. Selain itu dana yang
didapatkan dari pemerintah secara cermat
digunakan untuk pembangunan fasilitas
umum dan keperluan yang sangat

57
dibutuhkan bagi masyarakat yang
tergolong di dalam warga yang sangat
tidak mampu contohnya yaitu bedah
rumah. Bapak Moch. Zainurridho, SH,
MM. Beliau menyampaikan bahwa angka
kemiskinan di Kota Malang setiap
tahunnya mengalami penurunan yang
signifikan. Artinya disini adalah usaha
pemerintah Kota Malang untuk
mengentaskan kemiskinan di Kota
Malang dapat dikatakan berhasil. Selain
itu Kota Malang menempati urutan nomor
dua setelah Kota Batu di tingkat Provinsi
dalam hal mengentaskan kemiskinan
secara drastis.
Usaha mendorong kemandirian
dan kemitraan masyarakat dalam
menanggulangi kemiskinan di perkotaan
khususnya di Kelurahan Gading Kasri
Kecamatan Klojen Kota Malang telah
dilakukan melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

58
Perkotaan. Yang mana misi dari PNPM
adalah membangun masyarakat mandiri
yang mampu menjalin kebersamaan dan
sinergi dengan pemerintah maupun
kelompok peduli setempat dalam
menanggulangi kemiskinan secara efektif
serta mampu mewujudkan terciptanya
lingkungan pemukiman yang tertata,
sehat, produktif dan berkelanjutan.
BKM Gading Kasri sebagai
lembaga masyarakat mampu menjadi
wadah perjuangan kaum miskin, yang
mandiri dan berkelanjutan dalam
menyuarakan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat Kelurahan Gading Kasri,
terutama untuk warga miskin. Melihat
kondisi dan perkembangan waktu dari
pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan
Gading Kasri sampai saat ini telah
berjalan cukup baik yang kesemuanya
merupakan hasil kerja keras dari
partisipasi warga Kelurahan Gading Kasri

59
umumnya, dan Pimpinan Kolektif (PK)
BKM dan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) khususnya. Namun
tidak ada satupun program yang
sempurna dilihat dari aspek
keberhasilannya begitu juga dengan
pelaksanaan PNPM–MP di wilayah
Kelurahan Gading Kasri juga memiliki
banyak kekurangan dan hambatan dalam
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan penanggulangan
kemiskinan serta mempertahankan
keberlanjutan dalam proses pembelajaran
bagi masyarakat, BKM Gading Kasri
memiliki unit–unit pengelola kegiatan
sebagai unit pelaksana kebijakan dan
keputusan yang telah ditetapkan BKM
Gading Kasri yaitu Unit Pengelola
Keuangan (UPK). Unit Pengelola
Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola
Sosial (UPS).

60
Dalam upaya pelaksanaan
Program Penanggulangan Kemiskinan,
BKM Gading Kasri bersama–sama
dengan masyarakat telah melalui tahapan
review partisipatif yang merupakan
media masyarakat untuk merefleksi dan
mereview kembali perjalanan
pelaksanaan program tersebut. Lingkup
dan aspek– aspek review partisipatif
tersebut adalah Review Program Review
Keuangan dan Review Kelembagaan.
Melalui Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM), BKM Gading Kasri telah
melaksanakan beberapa kegiatan, baik
kegiatan infrastruktur, sosial dan ekonomi
produktif.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

61
a. Kelurahan Gadingkasri merupakan salah
satu kelurahan di Kecamatan Klojen, kota
Malang. Denga luas wilayah 65 Km²
Kepadatan penduduk di kelurahan
Gadingkasri sebesar 167 jiwa/km². Mata
pencaharian masyarakat Gadingkasri
bersifat heterogen, yaitu dengan sebagian
besar sebagai karyawan, baik karyawan
pemerintah maupun karyawan swasta. Hal
tersebut berkaitan dengan tinggat
pendidikan masyarakat yaitu jumlah
terbanyak masyarakat lulusan SMP.
Fasilitas-fasilitas baik sosial maupun
kesehatan pada kelurahan Gading kasri
juga sudah baik, yaitu adanya posyandu ,
puskesmas yang merata. Lalu adanya
organisasi sosial yang mampu
menampung masyarakat.
b. Ciri khas yang ada pada kelurahan
Gadingkasri yaitu adanya pemanfaatan
ruang sebagai sarana ekonomi. lalu
adanya pasar Buku Willis, pertokoan

62
wilayah jalan galunggung dan Pasar Pagi
Pasar Jombang, yang digunakan
masyarakat sekitar sebagai mata
percaharian.
c. Permasalahan yang terjadi pada
Kelurahan Gadingkasri ini berupa daerah
padat penduduk sehingga dapat memicu
adanya banjir. Karena wilayah tersebut
drainase-nya memang sangat kurang
sekali ditambah pemukiman yang sangat
padat karena dibuatnya kos-kos an,
sehingga ketika musim hujan tiba banjir
akan terjadi. Sedangkan permasalahan
sosial ekonomi yang ada yaitu berupa
kemiskinan

Saran:

a. Dari permasalahan pendidikan


disarankan kepada pemerintah desa
untuk melaksanakan sosialisasi
pendidikan kepada masyarakat supaya
mereka dapat memahami jika

63
pendidikan itu penting dan
menumbuhkan minat masyarakat untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang lebih
tinggi, karena pendidikan berpengaruh
pada kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.
b. Dari permasalahan lingkungan yang
terjadi karena banyaknya penduduk di
wilayah Gadingkasri dimana sebagian
besar penduduknya adalah para
pendatang. Sebaiknya pemerintah desa
membatasi pendatang yang bertempat
tinggal di daerah Gadingkasri sendiri,
sehingga tidak bertambahnya
penduduk yang memicu adanya banjir
pada daerah tersebut.

64
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit


Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Budiharjo, Eko.1993. “Kota Berwawasan Lingkungan”.


Penerbit
Alumni.Bandung

Eman, Rustiadi. 2009. Perencanaan dan Pengembangan


Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta

Hadjisarosa P. 1982. Konsep dasar pengembangan


wilayah di indonesia.
Jakarta: BadanPenerbit Pekerjaan Umum.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian


Lahan dan
Perencanaan Tataguna Tanah. IPB. Bogor

65
Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalam
Perencanaan Pedesaan,
Perkotaan dan Wilayah. Penerbit ITB. Bandung.

Lillesand,T.M,KieferR. W.,1994. Penginderaan Jauh dan


Interpretasi Citra,
Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Sastra M., Suparno dan Marlina, Endy. 2005.


Perencanaan Dan
Pengembangan Perumahan ,C.V Andi Offset,
Jogjakarta.

Setiadi, Elly M. dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar.


Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri
Sjafrizal, 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam Era Otonomi, Jakarta: Rajawali Pers.
Sitorus, S. 2004 .Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung
:Tarsito

Yunus, Hadi Sabari. 1987.Geografi Permukiman dan


Beberapa
Permasalahan Permukiman di Indonesia.
Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

BPS kota Malang, ( https://malangkota.bps.go.id/ )

66
DAFTAR GAMBAR

Tabel
Halaman
2.1. Museum Brawijaya
........................................................ 8
2.2. Pasar Buku Wilis
........................................................ 9
2.3. Taman Slamet
........................................................ 10
2.4. Kegiatan Pelatihan Membatik
............................................ 18
2.5. Bersih Desa
.................................................................... 19
2.6. Peta Penggunaan Lahan dan Resiko Bencana
.................... 20

67
DAFTAR TABEL

Gambar
Halaman
2.1 Pertumbuhan Penduduk
................................................................... 12
2.2 Data Aparat Pemerintah Kelurahan Gading Kasri
................... 14

68
RIWAYAT PENGKAJI

Nama : Lailatul Mukaromah


Tempat, tanggal lahir : Malang, 7 Januari 1999
Status : Mahasiswa
E-mail : lmukaromah294@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 2005 – 2011 SDN Kotalama 3
Malang
2011 – 2014 SMPN 5 Malang
2014 – 2017 SMAN 4 Malang
2017 – sekarang Universitas
Negeri Malang
Nama : Nonik Virda Pornomo
Tempat, tanggal lahir : Blitar, 8 Juli 1999
Status : Mahasiswa
E-mail : nonikv20@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 2005 – 2011 SDN SIDODADI 2
BLITAR
2011 – 2014 SMPN 1 GARUM
2014 – 2017 SMAN 1 GARUM
2017 – sekarang Universitas
Negeri Malang

69
Nama : Septi Nuriliana
Tempat, tanggal lahir : Kediri 18 September 1999
Status : Mahasiswa
E-mail : jbbud21@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 2005 – 2011 SDN PAPAR 2
KEDIRI

2011 – 2014 SMPN 1


PLEMAHAN

2014 – 2017 SMAN 1 PARE

2017 – sekarang Universitas


Negeri Malang

70

Anda mungkin juga menyukai