OLEH:
ALIFTYA KURNIATI
11811223238
PENDIDIKAN GEOGRAFI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah geografi ekonomi yaitu
tentang“Pengertian,Ruang Lingkup dan Geografi Perdesaan”ini dengan tuntas . Shalawat
serta salamtidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW,
atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang
salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah geografi ekonomi yang
telah memberikan saya kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan, dan
sumber belajar.
Akhir kata, Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari
segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah berikutnya.
Aliftya Kurniati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A.Latar Belakang..................................................................................1
B,Rumusan Masalah.............................................................................2
C.Tujuan Masalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Konsep Permukiman........................................................................3
B. Bentuk Wilayah Perdesaan..............................................................5
C. Pola Permukiman di Wilayah Perdesaan.........................................5
D. Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Pola Permukiman..............8
A. KESIMPULAN...............................................................................10
B. SARAN...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu pula di daerah pedesaan baik disekitar kota maupun jauh dari kota. Hal
tersebut juga terjadi di Kecamatan Kendal yang setiap tahunnya mengalami
pertumbuhan penduduk. Menurut data Monografi KecamatanKendal pada tahun 2007
jumlah penduduk mencapai 54.031 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.965 jiwa/km2,
pada tahun 2008 jumlah penduduk mencapai 54.286 jiwa dengan kepadatan penduduk
1.975 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduk mencapai 55.651 jiwa
dengan kepadatan penduduk 2.025 jiwa/km2. Bertambahnya jumlah penduduk
maupun kegiatan penduduk telah menuntut bertambahnya ruang untuk
mengakomodasi permukiman maupun bangunan-bangunan yang dapat mewadahi
kegiatan tersebut. Dengan adanya variasi topografi yang beragam di Kecamatan
Kendal sendiri menjadikan daerah tersebut menarik untuk diteliti. Dengan begitu, pola
persebaran permukiman yang terdapat di daerah penelitian dapat beragam. Karena
permukiman sendiri merupakan salah satu wujud adaptasi dari masyarakat sekitar
terhadap kondisi fisik lingkungannya. Pola permukiman yang terdapat di daerah yang
memiliki kemiringan lereng yang terjal dengan yang terdapat pada lereng yang lebih
landai akan berbeda.Pola persebaran permukiman di jadikan objek penelitian
dikarenakan urgensi pemecahan masalah yang berkaitan dengan permukiman seperti
penempatan sarana dan prasarana permukiman masih sering tidak sesuai dengan
persebaran konsentrasi penduduk dan pembangunan permukiman tidak mengindahkan
tempat yang layak untuk dihuni. Hal ini berakibat pada tidak seimbangnya
ketersediaan sarana dan prasarana dengan pelayanan terhadap penduduk sehingga
terbentuk pola persebaran permukiman tertentu dan berbeda.
َ َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن بُيُوتِ ُك ْم َس َكنًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن جُ لُو ِد اأْل َ ْن َع ِام بُيُوتًا تَ ْستَ ِخفُّونَهَا يَوْ َم
ظ ْعنِ ُك ْم َويَوْ َم إِقَا َمتِ ُك ْم ۙ َو ِم ْن
ين َ
ٍ ارهَا أثاثا َو َمتَاعًا إِل ٰى ِح ً َ َ ِ ارهَا َوأَ ْش َع
ِ َأَصْ َوافِهَا َوأَوْ ب
B, Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Konsep Permukiman
Rumah tidak dapat dipandang secara sendiri-sendiri, karena ia terkait dan harus
perduli dengan lingkungan sosialnya, maka perumahan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem sosial lingkungannya. Perencanaan perumahan harus
dipandang sebagai unit yang menjadi satu kesatuan dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga harus terdapat ruang-ruang sosial (ruang bersama) untuk masyarakat
berinteraksi satu sama lain. Unit-unit rumah adalah pengorganisasian kebutuhan
akan privasi dan kebutuhan untuk berinteraksi sosial.
Beberapa kriteria permukiman atau kawasan permukan yang layak adalah sebagai
berikut;
Tempat tinggal yang layak harus memiliki fasilitas tertentu yang penting bagi
kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan nutrisi. Semua penerima manfaat dari
hak atas tempat tinggal yang layak harus memiliki akses yang berkelanjutan
terhadap sumber daya alam dan publik, air minum yang aman, energi untuk
memasak, suhu dan cahaya, alat-alat untuk menyimpan makanan, pembuangan
sampah, saluran air, layanan darurat.
c. Keterjangkauan.
Biaya pengeluaran seseorang atau rumah tangga yang bertempat tinggal harus
pada tingkat tertentu dimana pencapaian dan pemenuhan terhadap kebutuhan
dasar lainnya tidak terancam atau terganggu. Tindakan harus diambil oleh
Negara Pihak untuk memastikan bahwa persentasi biaya yang berhubungan
dengan tempat tinggal, secara umum sepadan dengan tingkat pendapatan.
Negara Pihak harus menyediakan subsidi untuk tempat tinggal bagi mereka
yang tidak mampu memiliki tempat tinggal, dalam bentuk dan tingkat kredit
perumahan yang secara layak mencerminkan kebutuhan tempat tinggal. Dalam
kaitannya dengan prinsip keterjangkauan, penghuni harus dilindungi dengan
perlengkapan yang layak ketika berhadapan dengan tingkat sewa yang tidak
masuk akal atau kenaikan uang sewa. Di masyarakat, dimana bahan-bahan
baku alam merupakan sumber daya utama bahan baku pembuatan rumah,
Negara Pihak harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan
ketersediaan bahan baku tersebut.
d. Layak huni.
Tempat tinggal yang layak harus dapat diakses oleh semua orang yang berhak
atasnya. Kelompok-kelompok yang kurang beruntung seperti halnya manula,
anak-anak, penderita cacat fisik, penderita sakit stadium akhir, penderita HIVpositif,
penderita sakit menahun, penderita cacat mental, korban bencana alam,
penghuni kawasan rawan bencana, dan lain-lain harus diyakinkan mengenai
standar prioritas untuk lingkungan tempat tinggal mereka.
f. Lokasi.
Tempat tinggal yang layak harus berada di lokasi yang terbuka terhadap akses
pekerjaan, pelayanan kesehatan, sekolah, pusat kesehatan anak, dan fasilitasfasilitas
umum lainnya. Di samping itu, rumah hendaknya tidak didirikan di lokasi-lokasi yang
telah atau atau akan segera terpolusi, yang mengancam hak
untuk hidup sehat para penghuninya.
g. Kelayakan budaya.
Dari pola keruangannya, desa bisa dibedakan menjadi empat. Berikut empat pola desa
menurut Daldjoeni dalam Geografi Kota dan Desa (1987):
1. Desa linear
Pola ruang desa linear Lihat Foto Pola ruang desa linear(Nyoman Beratha)
Bentuk desa linear biasanya memanjang mengikuti alur jalan atau alur sungai.
Pola ini bisa ditemukan di desa dataran rendah. Misalnya desa dengan banyak
sawah. Dengan bergantung pada sarana transportasi, desa linear punya mobilitas
yang mudah.
2. Desa memanjang
Desa memanjang biasanya ditemukan di desa nelayan yang hidup di pinggir
laut. Pembangunannya mengikuti garis pantai. Setelah pantai, biasanya ada
daerah kawasan industri kecil. Di belakangnya baru rumah-rumah penduduk.
3. Desa terpusat
Pola ruang desa memusat Lihat Foto Pola ruang desa memusat(Nyoman
Beratha) Bentuk terpusat biasa ditemukan di wilayah pegunungan. Warga di desa
ini biasanya punya garus keturunan yang sama.
Ada banyak jenis pola pemukiman atau keruangan desa. Berikut ini contohnya:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.Dari pola keruangannya, desa bisa dibedakan menjadi empat. Berikut
empat bentuk desa menurut Daldjoeni dalam Geografi Kota dan Desa (1987):
1.Desa linear
2.Desa memanjang
3.Desa terpusat
4.Desa mengelilingi fasilitas tertentu
Ada banyak jenis pola pemukiman atau keruangan desa. Berikut ini contohnya:
1. Clustered Rural Settlements
2. Circular Rural Settlements
3. Linier Rural Settlements
4. Dispersed Rural Settlements
B. Saran
Demikanlah makalah ini kami buat kalau ada kesalahan baik dalam hal
pengetikkan maupun penyampaian kami minta maaf dan kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini dan kami berharap saran dan kritik dari teman dan
dosen pengampu mengenai makalh kami ini
Dengan demikian saya ucapkan terimakasih kepada sumber baik buku maupun
internet,teman,dan dosen pengampu yang telah menyukseskan pembuatan makalah ini
sehingga berjalan dengan lancar dan juga terimakasih atas saran dan kritikannya
tehadap makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
Staff.Uny.Ac.Id › Sites › Default › Files › Diktat Geografi Perdesaan Diakses Pada Tanggal
26 Maret 2020 Pukul 13.30 Wib
Nibras Nada Naufar,Https://Www.Kompas.Com/Skola/Read/2020/01/09/140000069/Bentuk-
Desa-Dan-Klasifikasinya?Page=All Diakses Pada Tanggal 1 April 2020 Pukul 20.00 WIB
Https://Www.Gurugeografi.Id/2017/03/4-Tipe-Pola-Pemukiman-Pedesaan.HtmlDiakses
PadaTanggal 1 April 2020 Pukul 20.00 WIB