Anda di halaman 1dari 7

ACARA III

PETA SATUAN LAHAN

1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan Peta Satuan Lahan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis hasil Peta Satuan Lahan.
c. Mahasiswa mampu menyimpulkan dari analisis Peta Satuan Lahan.

2. ALAT DAN BAHAN


a) Alat :
1) Laptop
2) ArcGis
b) Bahan :
1) Peta jenis tanah Kota Malang.
2) Peta penggunaan lahan Kota Malang.
3) Peta kemiringan lereng Kota Malang.

3. DASAR TEORI
Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari
bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik
termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi
alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) lahan
sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen
biosfer, termasuk atmosfer serta segala akibat yang ditimbulkan oleh
manusia di masa lalu dan sekarang.
Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative
terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau
derajat. Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanaya
akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.

Tabel 1. kelas kemiringan lereng dan nilai skor kemiringan lereng


KELAS KEM IRINGAN (%) KLASIFIKASI
I 0-8 DATAR
II >8-15 LANDAI
III >15-25 AGAK CURAM
IV >25-45 CURAM
V >45 SANGAT CURAM
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.

Bentuk lahan sendiri merupakan bentukan pada permukaan bumi


sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses
geomorfologis yang beroperasi di permukaan bumi Proses geomorfologis
diakibatkan oleh adanya tenaga yang ditimbulkan oleh medium alami yang
berada di permukaan bumi.
Lillesand dan Kiefer (1997) mendefinisikan penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian.
Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan pertanian dibedakan atas
tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan
sebagainya, sedangkan penggunaan lahan nonpertanian dibedakan dalam
penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan
dan sebagainya.
Satuan lahan adalah suatu wilayah dari lahan yang mempunyai
kualitas dan karakteristik lahan yang khas dan dapat ditentukan batasnya
pada peta (FAO, 1976). Penggunaan satuan lahan ini didasarkan atas
beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut apabila
digabung dalam satu satuan lahan akan menjadi karakteristik yang
membedakan dengan satuan lahan yang lain. Faktor-faktor tersebut
meliputi bentuk lahan, tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan.

4. LANGKAH KERJA

Langkah kerja pembuatan kemiringan lereng :


1. Add data pilih shp wilayah administrasi Kota Malang dan data
DEMNAS lembar 1607 dan 1608
2. Kemudian potong DEM dengan wilayah administrasi Kota Malang,
caranya masuk ke ArcToolbox, kemudian pilih Spatial Analyst
Tools>Extraction>Extract By Mask.
3. Selanjutnya buat kemiringan lerengnya dengan masuk ke
ArcToolBox, pilih 3D Analyst Tools>Raster Surface>Slope.
Sehingga akan terbentuk raster baru dengan tampilan berdasarkan
kemiringan lereng. (input : data DEM yang sudah dipotong
sebelumnya , output: nama yang diinginkan dan tempat
penyimpanannya , degree di ganti percent_rise)
4. Cara untuk menentukan kelas kemiringan tersebut, masuk ke
properties>symbology>Classified>Classify. ( klasifikasi simbol
persen (%) di centang dan angka diganti 3 ,15,25,40,100
5. Kemudian ubah menjadi poligon dengan conversion tools – from
raster – raster to polygon
6. Tambahkan field baru pada untuk mengisi luas dengan blok tabel
luas klik kanan lalu calculate geometri
7. Lakukan eliminasi pada poligon yang sangat kecil Klik data
management tools – generalization – eliminated ( input: polygon ,
output : eliminated. Jangan di ok dulu, klik selection-select
attribute lalu masukkan rumus >= 1
8. Perhalus poligon dengan memilih Cartography tool – generalized-
smooth polygon dan peta kelas lereng sudah selesai dibuat
Langkah kerja pembuatan landuse :
1. Add data peta RBI 1607-433, 1607-434, 1608-111, dan 1608-112
dan shp wilayah kota malang
2. Beri warna hollow pada shp wilayah kota malang
3. Lakukan cut poligon pada masing – masing landuse
4. Beri keterangan tiap poligon dengan add field pilih text lalu beri
nama tiap poligon misal sawah diberi nama sw dan seterusnya pada
semua poligon dan shp landuse kota malang sudah selesai dibuat
Langkah kerja peta jenis tanah :
1. Add data shp wilayah kota malang,peta jenis tanah jatim.
2. Lalu clip,klik geoprosesing – clip. Isi input dengan jenis tanah dan
output shp wilayah kota malang.
3. Kemudian kilk kanan pada layer yang sudah di clip,pilih open
atribut table tambahkan tabel baru dengan jenis text beri kode pada
masing – masing jenis tanah untuk memudahkan dalam pembuatan
peta satuan lahan nanti, misal andosol diberi nama “ad”.
Langkah Kerja satuan lahan :
1. add data kelas lereng, landuse, dan jenis tanah
2. Lakukan overlay dengan klik geoprocessing – intersect- (input :
kelas lereng, landuse, dan jenis tanah. Output : peta satuan lahan)
3. Beri keterangan pada satuan lahan dengan klik kanan open attribute
table, kemudian tambah tabel add field dengan jenis text
4. Isi tabel yang baru dibuat tadi dengan keterangan gabungan dari
kelas lereng, landuse, dan jenis tanah, pertama klik pada table
optioans pilih select by attributes lalu isi rumus misal
“GRIDCODE” = 1 AND “landuse”=’sw’ AND “tanah” = ‘ad’ lalu
klik field calculator dan isi “1SWad” lakukan seperti ini pada
semua jenis satuan lahan hingga selesai
5. Beri warna berdasarkan satuan lahan dan lakukan layouting
5. HASIL PRAKTIKUM
a. Peta Satuan Lahan
6. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara ini berupa proses pembuatan “peta satuan
lahan” pada kota Malang. Sumber data lereng yang digunakan ini bukan
dari peta kelas lereng, melainkan dari DEMNAS lembar 1607-1608.
DEMNAS ini berisi interpretasi relief permukaan antara titik-titik yang
diketahui ada permukaan bumi.
Satuan lahan adalah suatu wilayah lahan yang mempunyai
karakteristik dan kualitas lahan tertentu yang dapat dibatasi dipeta (FAO,
1979). Berdasarkan hasil dari pembuatan peta menunjukan bahwa di Kota
Malang terdapat 62 satuan lahan, yang masing-masing didapat dari
penggabungan antara keterangan kelas lereng, kelas tanah, dan
penggunaan lahan. Contoh pembacaan pada satuan lahan seperti 1Kal
yang berarti : suatu lahan dengan kelas lereng 1 (0-3% kemiringan lahan),
penggunaan lahan berupa kebun dengan jenis tanah aluvial, begitupun
seterusnya.
Satuan-satuan lahan yang terbentuk pada peta satuan lahan
didasarkan pada jenis overlay yang digunakan dalam penggabungan
karakteristik unit lahan dari peta tentative yang dioverlay, seperti kelas
lereng, jenis tanah, bentuk lahan, dan penggunaan lahan. Setiap unit lahan
baru yang terbentuk diberi simbol angka atau huruf dan di cantumkan
dalam suatu legenda pada peta sesuai kaidah kartografi.
Dalam pembuatan peta satuan lahan langkah yang digunakan sama
dengan pembuatan peta satuan bentuk lahan. Peta yang akan digunakan
dalam pembuatan peta satuan lahan jumlahnya lebih banyak dibadingkan
dengan peta satuan bentuk lahan, yaitu pada data atribute table-nya
terdapat 234 polygon. Peta yang digunakan dalam peta satuan lahan adalah
peta kelas lereng, pata tanah dan peta penggunaan lahan. dengan
mengoverlay ketiga peta tersebut dengan cara pada pembuatan peta
sebelumnya.
Kota Malang merupakan kota kedua terbesar setelah Kota
Surabaya di Provinsi Jawa Timur. Penggunaan lahan di wilayah ini berupa
hutan belukar yang menempati bagian barat, utara, dan timur. Tanah
persawahan menempati bagian selatan yang merupakan pedataran, tanah
perkebunan, dan selebihnya merupakan tanah permukiman penduduk
perkotaan dan pedesaan. Penggunaan lahan dipengaruhi oleh kondisi
medan dan jenis tanah yang berada di wilayah tersebut.
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
2. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation .Soil Resources
Management andConservation Service Land and Water
Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-
UNO, Rome.
3. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Tanah. Bogor: Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian.
4. Lillesand, T.M., dan kiefer, R.W., 1997, Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra (Terjemahan ), Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
5. Sitorus, S.R.P. 2004. Analisis Keragaman Lateral Sifat-sifat Tanah
dalam Satuan Peta Kesesuaian Lahan dan Implikasinya untuk
Perencanaan Penggunaan Pertanian. Jurnal AGRIVITA
22:68-76.
6. Thornbury, W.D. 1958. Principle of Geomorphology. London:
John Wiley andsons Inc

Anda mungkin juga menyukai