Anda di halaman 1dari 35

USULAN KERJASAMA PENELITIAN

PROGRAM BANGGA KENCANA

PENGARUH PEMBATASAN PELAYANAN KB DI MASA PANDEMI


TERHADAP KEPUTUSAN DROP OUT KONTRASEPSI DI KOTA
MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

TIM PENGUSUL DAN MITRA

Ketua Peneliti : Drs. Singgih Susilo, M.S, M.Si


Anggota Peneliti : 1. Nindy Ayu Isdiana Putri
2. Nonik Virda Purnomo
3. Septi Nuriliana

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JUNI 2020
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pengaruh Pembatasan Pelayanan KB di Masa


Pandemi terhadap Keputusan Drop Out
Kontrasepsi di Kota Mojokerto Provinsi Jawa
Timur.

2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Singgih Susilo, M.S, M.Si.
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIP/NIK : 195708151986031004
d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Malang
e. No.Telp/Fax/HP : 081333786954

3. Anggota Peneliti
No Nama Lengkap Instansi
1 Nindy Ayu Isdiana Putri Universitas Negeri Malang
2 Nonik Virda Purnomo Universitas Negeri Malang
3 Septi Nuriliana Universitas Negeri Malang

Malang, 26 Juni 2020

Menyetujui,
Ketua Peneliti, Ketua Lembaga Penelitian

Drs. Singgih Susilo, M.S, M.Si. Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si.
NIP. 195708151986031004 NIP. 196612211991031001

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Dr. Singgih Susilo, M.S, M.Si.
NIP : 195708151986031004

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya yang berjudul


“Pengaruh Pembatasan Pelayanan KB di Masa Pandemi terhadap Keputusan
Drop Out Kontrasepsi di Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur” yang diusulkan
dalam tim Penelitian Kerjasama Program Bangga Kencana Tahun 2020 bersifat
original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya.

Malang, 26 Juni 2020

Mengetahui,
yang menyatakan, Ketua Lembaga Penelitian

Drs. Singgih Susilo, M.S, M.Si Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si
NIP. 195708151986031004 NIP. 196612211991031001

iii
ABSTRAK

Kata Kunci :

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................
ABSTRAK.........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI.....................


2.1 ................................................................................................................
2.2 ................................................................................................................
2.3 ................................................................................................................
2.4 ................................................................................................................
2.5 Kerangka Teori.......................................................................................

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL VARIABEL ........................................................
3.1 Kerangka Konsep...................................................................................
3.2 Hipotesis.................................................................................................
3.3 Jabaran Variabel.....................................................................................
3.4 Definisi Operasional...............................................................................

BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................


4.1 Desain Penelitian....................................................................................
4.2 Sumber Data...........................................................................................
4.3 Sampel dan Populasi..............................................................................
4.4 Pengolahan dan Analisis Data................................................................
BAB V. RINCIAN ANGGARAN DAN JADWAL.........................................
5.1 Biaya Penelitian......................................................................................
5.2 Jadwal.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, misalnya
kelahiran (Saputra & Munandar 2017), kematian, serta penduduk yang datang
dan penduduk yang pergi dari wilayahnya (Soebyakto & Saputra 2015;
Soebyakto, Sukmaniar, & Saputra 2016; Sukmaniar, Romli, & Sari 2017).
Sementara itu, pertumbuhan penduduk merupakan aspek utama dalam
menjalankan proses pembangunan nasional. Menurut BPS (2014: 15), salah satu
masalah pada proses pembangunan adalah kependudukan yang mencakup,
antara lain, jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Oleh karena itu,
diperlukan data mengenai penduduk menurut lokasi dan kesejahteraannya,
seperti kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, keamanan, dan fertilitas.
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan salah satu
upaya dalam mengendalikan dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk
dengan cara meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi. Salah satu indikator
tercapainya program KB yaitu meningkatnya jumlah akseptor KB. Setiap
pasangan yang menggunakan kontrasepsi dilandasi permintaan KB yang jelas,
baik untuk menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan atau tidak ingin
punya anak lagi. Kejelasan maksud tersebut terkait dengan tersedianya teknologi
kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase
kesuburan, efektivitas, dan efisiensi metode kontrasepsi.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yaitu akses yang
terdiri dari sumber pelayanan dan biaya yang dikeluarkan; nilai anak dan
keinginan anak; faktor sosial yang terdiri dari status ekonomi dan tempat tinggal;
serta faktor individu meliputi umur dan pendidikan. Permintaan dipengaruhi
oleh paritas yaitu PUS yang bertujuan membatasi kehamilan paling besar di
antara perempuan pada paritas empat. Permintaan KB sangat terkait dengan
faktor sosial dan budaya berupa tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, status
pekerjaan dan tingkat pembangunan suatu daerah.

1
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Jawa
Timur menjadi salah satu yang terbanyak, yaitu sebesar 37,476 juta orang dan
mengalami peningkatan hingga tahun 2016 sebesar 39,075 juta orang (BPS,
2017). Cakupan jumlah PUS di Jawa Timur yang menjadi akseptor KB dalam 3
(tiga) tahun terakhir berfluktuasi sebesar 72,77% pada tahun 2014, 84,44% pada
tahun 2015, dan mengalami penurunan menjadi 68,79% pada tahun 2016
(Dinkes, 2017).
Pasangan Usia Subur atau biasa di singkat PUS yang menjadi peserta KB
aktif di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 63,22%, sedangkan yang tidak
pernah ber-KB sebanyak 18,63%(Kemenkes RI, 2018).Jenis kontrasepsi yang
rata-ratadigunakan di Indonesia antara lain suntik(27,8%), pil (13,2%), Intra
Uterine Devices(6,2%), implan (4,3%), Metode OperatifWanita (MOW) (3,7%),
Metode Operatif Pria(MOP) (0,4%), metode kalender (1,6%),metode senggama
terputus (1,5%), dankondom (0,9%) (BKKBN, 2015).
Berdasarkan hasil evaluasi BKKBN Jawa Timur sampai dengan bulan
Februari tahun 2017 cakupan peserta KB aktif berdasarkan kontrasepsi yang
digunakan sebesar 74,39%. Alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh
peserta KB aktif adalah jenis non MKJP yang terdiri dari suntik, pil, dan
kondom, sedangkan untuk MKJP masih cukup rendah yang terdiri dari IUD,
MOP, MOW dan implan.
Akseptor drop out KB adalah akseptor yang menghentikan kontrasepsi
lebih dari 3 bulan. Dampak yang ditumbulkan dari meningkatnya angka drop out
KB adalah meningkatya jumlah penduduk sehingga akan berdampak pada
tingkat kesejahteraan, kualitas pendidikan, pembangunan, dan kesehatan
sahingga akan menurunkan kualitas penduduk suatu negara. Terdapat beberapa
alasan drop out antara lain takut efek samping dari program KB yang digunakan,
menginginkan kehamilan, biaya yang mahal, rasa tidak nyaman dari alat
kontrasepsi yang digunakan, perceraian,frekuensi hubungan seksual yang jarang
dan kegagalan alat kontrasepsi yang digunakan, dan kondisi lingkungan yang
tidak memungkinkan untuk mendapatkan pelayanan KB.
Jumlah kejadian drop out KB di Indonesia mengalami peningkatan, dari
11,46% pada tahun 2008 meningkat menjadi 15,09% pada tahun 2012 (BKKBN,

2
2012). Sampai saat ini, angka drop out kontrasepsi masih dinyatakan tinggi.
Meskipun sudah mengalami penurunan sampai 25%, namun angka ini belum
memuaskan dari angka idealnya yang berada di bawah 20%. Hasil temuan SDKI
Tahun 2017 tentang putus pakai alat/cara KB dinyatakan bahwa selama 5 tahun
sebelum survei, 37% episode pemakaian alat/cara KB dihentikan dalam waktu
12 bulan dengan alasan berhenti memakai alat/cara KB paling umum adalahefek
samping/masalah kesehatan sebesar 3% dan ingin hamil 27%(Aini, 2016).
Angka Drop out akseptor kontrasepsi di Indonesia tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 2,7%.10 peningkatan angka drop out akan berdampak pada
penurunan CPR dimana angka CPR di Indonesia pada tahun 2018 mengalami
penurunan sebesar 0,69% (DinKes Jawa Tengah, 2017).
Kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi lainnya
merupakan carabagaimana akseptor diperlakukan oleh sistem pelayanan yang
tersedia. Kualitas pelayanan mencakup enam aspek, yaitu ketersediaan metode
kontrasepsi, kualitas informasi yang diberikan kepada klien (akseptor),
hubungan interpersonal antara pemberi layanan dan akseptor, kemampuan teknis
petugas pelayanan, mekanisme pelayanan lanjutan, dan ketepatan pemberian
layanan.Akses terhadap pelayanan keluarga berencana yang berkualitas
merupakan suatu unsur penting dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan
reproduksi sebagaimana tercantum dalam program ICPD, Kairo tahun 1994.
Dalam hal ini, dijelaskan bahwa hak setiap orang untuk memperoleh informasi
dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau
dan akseptabel.
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO. Dalam
menghadapi wabah bencana non alam COVID-19 ini dilakukan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan penularan Covid-
19. Kondisi ini menyebabkan dampak terhadap kelangsungan pelayanan
kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
(Kemenkes RI, 2020).
Kondisi pandemi ini diharapkan PUS terutama PUS dengan 4 Terlalu (4T)
diharapkan tidak hamil sehingga petugas kesehatan perlu memastikan mereka
tetap menggunakan kontrasepsi. Untuk itu, dalam menghadapi pandemi covid 19

3
ini, pelayanan tetap dilakukan tetapi dengan menerapkan prinsip pencegahan
pengendalian infeksi dan physical distancing (Kemenkes RI, 2020).
Tingkat kemandirian KB merupakan inisiatif dan kesadaran kepesertaan
KB dan bersedia mengeluarkan biaya pelayanan KB yang diterimanya.Tingkat
kemandirian KB diantaranya pra mandiri, mandiri parsial dan mandiri penuh.
Tingkat kemandirian KBmerupakan inisiatif dan kesadarankepesertaan KB dan
bersedia mengeluarkan biaya pelayanan Kb yang diterimanya (Setyowanto. H,
2015). Berdasarkan data dari BKKBN, yaitu data capaian Program Bangga
Kencana dari bulan Maret 2020 menunjukkan aangka Prevalensi Kontrasepsi
Modern turun 0,07% ( dari 74,85 menjadi 74,78). Presentase Unmeet need turun
0,12% (dari 10,44 menjadi 10,32). Dan presentase drop out naik 4,68 % (dari
4,68 menjadi 7,07).
Pandemi Covid-19 ini dikhawatirkan memicu terjadinya Baby Boom yang
dikarenakan terbatasnya akses pelayanan KB. Sehingga banyak terjadi drop out
peserta KB, kemudian terjadi putus pakai alat kontrasepsi pada PUS. Kondisi ini
berdampak pula pada pelaksanaan program KB mengalami penurunan karena
kurang optimalnya pelayanan KB dan terbatasnya akses masyarakat ke fasilitas
kesehatan selama pandemi.
Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2020 bulan Februari bahwa Jawa
Timur memiliki PUS denganjumlah PUS yang drop out KB atau putus KB
sebanyak 1,34 %, kemudian pada bulan Maret meningkat menjadi 4,6 % dan
bulan April 7,07 %. Pada bulan April 2020 PUS berjumlah 7.849.073 orang.
Data tersebut menunjukkan Kota Mojokerto memiliki angka drop out KB
17,34% paling tinggi setelah Kabupaten Sampang. Berdasarkan kondisi tersebut
yang diuraikan mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai topik
dengan judul “Pengaruh Pembatasan Pelayanan KB di Masa Pandemi Terhadap
Keputusan Drop Out Kontrasepsi di Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

4
a. Bagaimana kondisi pelayanan KB di Kota Mojokerto selama masa
pandemi ?
b. Bagaimana Kota Mojokerto memiliki angka drop out kontrasepsi yang
tinggi?
c. Bagaimana pengaruh pembatasan pelayanan KB terhadap keputusan
drop out kontrasepsi di Kota Mojokerto?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kondisi pelayanan KB di Kota Mojokerto selama
masa pandemi.
b. Untuk mengetahui penyebab Kota Mojokerto memiliki angka drop out
kontrasepsi yang tingi.
c. Untuk mengetahui pengaruh pembatasan pelayanan KB terhadap
keputusan drop out kontrasepsi di Kota Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran atau informasi
tentang pengaruh pembatasan pelayanan KB terhadap drop out
kontrasepsi yang terjadi di Kota Mojokerto selama masa pandemi
berlangsung.
b. Manfaat Praktis
Penelitian kerjasama antar lembaga yang diselenggarakan BKKBN ini
akanmenghasilkan suatu modal ilmiah dan karya yang bermanfaat bagi
peningkatan daya saing dan pemecahan permasalahan bangsa. Dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengadakan

5
penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Dan digunakan sebagai
perbandingan studi penelitian.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Pelayanan Publik


Komaruddin (1997 : 394) mengartikan pelayanan merupakan
suatu prestasi yang dilakukan atau di korbankan agar dapat memuaskan
permintaan atau kebutuhan pihak lain. P engertian yang lain
menyatakan bahwa pelayanan adalah sesuatu hal yang dapat menolong,
menyambut, membalas, mengindahkan, memuaskan, menghidangkan,
menyuguhkan, membantu, menanggapi,menyediakan segala sesuatu
yang menjadi kebutuhan atau sesuatu hal yang diperlukan oleh pihak lain
(Syafii, 1998: 39). Pelayanan publik adalah segala aktivitas yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun swasta dalam mendistribusikan barang
atau jasa dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat atau warga Negara (Syahrir, 1996 : 11).
Gronroos (1990: 27) dalam Ratminto (2005:2) “Pelayanan adalah
suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan
untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan”. Keputusan
MENPAN Nomor 63/2003dalam Ratminto (2005:5) “Pelayanan umum
sebagaisegala bentuk aktivitas yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau
jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
publik adalah segala kegiatan yang tidak kasat mata yang dilaksanakan
oleh pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta
dalam memberikan, mendistribusikan barang dan jasa kepada
masyarakat dalam rangka memenuhi segala kebutuhan dan

7
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta
memecahkan permasalahan yang terdapat pada konsumen atau
masyarakat.
Pelayanan Publik dari pemerintah salah satunta adalah pelayanan
kesehatan. Pelayanan Kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan
derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan. 5 Defenisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang
dalam Undang-Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU
Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk
pelayanan kesehatan yaitu :
a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) Pelayanan kesehatan
ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care),
dankeluarga (family care) ataukelompok anggota masyarakat yang
bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan tersebut
dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah
sakit,klinik bersalin, praktik mandiri.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) Pelayanan
kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat
yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan
masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat kesehatan
masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:

8
a. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
c. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
2.2 KB (Keluarga Berencana)
Program KB (Keluarga Berencana) merupakan program nasional
yang dikeluarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) yang bertujuan untuk menekan angka kelahiran di Indonesia.
Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga menjelaskan bahwa tujuan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya terbatas pada
pengendalian penduduk saja, melainkan juga berfokus pada peningkatan
kualitas pembangunan keluarga. Menurut BKKBN (2014), Tujuan Keluarga
Berencana (KB) diantaranya:
1. Mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan dan
bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan
pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal. Usia menikah ideal menurut
BKKBN adalah 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Umur tersebut merupakan umur yang cocok karena pada masa tersebut

9
kondisi fisik dan mental telah dianggap matang untuk menghadapi
kehidupan berumahtangga.
2. Mengatur jumlah, jarak dan usia melahirkan anak. Upaya yang dilakukan
BKKBN untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mempromosikan
gerakan menghindari “4 Terlalu” yang diantaranya terlalu dini, terlalu tua,
terlalu rapat dan terlalu banyak.
3. Mengatur kehamilan. Pasangan subur diharapkan mengatur kehamilan
agar anak yang dilahirkan memperoleh perhatian dan gizi yang cukup dari
orang tua. Apabila kehamilan terlalu rapat dikhawatirkan pertumbuhan
anak terutama pada masa emas tidak dapat optimal.
4. Membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Program Keluarga
Berancana (KB) diharapakan menjadi sutau media untuk merencanakan
kehidupan baik aspek ekonomi, sosial dan psikologis yang bersifat jangka
panjang.
Program KB (Keluarga Berencana) memberikan berbagai manfaat bagi
ibu, anak dan keluarga. Manfaat yang diperoleh ibu dengan mengikuti
Program KB diantaranya mencegah anemia sehingga kesehatan fisik dan
reproduksi dapat terjaga, terhindar dari pendarahan yang terlalu banyak pasca
melahirkan, terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan, mendekatkan ibu
pada pelayanan kesehatan dan meningkatkan keharmonisan keluarga. Manfaat
yang diperoleh anak apabila orang tua mengikuti Program KB adalah
pemenuhan gizi tercukupi, tumbuh kembang anak dapat optimal dan
kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi sehingga anak memiliki kesehatan yang
baik. Selain itu, manfaat yang diperoleh keluarga adalah biaya kebutuhan
rumah tangga tercukupi dan meningkatnya pendapatan ekonomi keluarga
karena ibu memiliki kebebasan dan peluang untuk bekerja.
Pemilihan jenis alat kontrasepsi dipengaruhi oleh fungsi alat maupun
tujuan pengguna. Alat kontrasepsi digunakan oleh pasangan usia subur
dengan berbagai tujuan yang diantaranya ingin menunda kehamilan, ingin
menjarangkan kehamilan dan tidak ingin hamil lagi. Penggunaan kontrasepsi
merupakan faktor terbesar/dominan dalam pengendalian tingkat fertilitas
(Putuamar dalam Handayani, 2010). Keikutsertaan pasangan usia subur

10
dalam Program KB dipengaruhi oleh keterjangkauan pelayanan.
Keterjangkauan pelayanan kontrasepsi yang lemah dikhawatirkan akan
meningkatkan angka fertilitas.
Pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi harus memperhatikan 3
hal penting yang diantaranya rasionalitas, efektivitas dan efisiensi
(Handayani, 2010). Apabila ke-3 hal tersebut diperhatikan oleh setiap
pasangan usia subur, maka fungsi dan kegunaan alat kontrasepsi menjadi
optimal. Menurut BKKBN (2016), semakin menurunnya peserta Intra
Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan
meningkatnya pengguna pil dan suntik serta animo yang tinggi terhadap
implant merupakan salah satu bukti kesertaan masyarakat dalam ber-KB
belum mempertimbangkan ketiga poin penting tersebut. Selain itu, walaupun
tingkat pengetahuan masyarakat tinggi namun pengetahuan masyarakat
tentang keluarga berencana masih minim. Informasi penting sebelum
masyarakat memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu seperti efek
samping, kontra indikasi, kelebihan dan kekurangannya belum dipahami
sepenuhnya oleh masyarakat.
Pasangan suami istri yang sudah tidak menginginkan anak lagi akan
lebih memilih jenis alat kontrasepsi yang sangat efektif, bekerja lama atau
permanen yang bersifat jangka panjang seperti MOW, MOP, AKDR dan
Implan (Pendit, 2006). Sedangkan pasangan suami istri yang hanya ingin
menunda untuk memiliki anak maupun menjarangkan kehamilan akan lebih
memilih jenis alat kontrasepsi yang bersifat praktis yakni metode kontrasepsi
jangka pendek seperti pil, suntik, kondom dan lainnya. Setiap alat
kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda-beda sehingga
mempengaruhi tingkat keberhasilan penggunaan alat kontrasepsi.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih efektif
dibandingkan dengan Non-metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP),
namun Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih praktis
dibandingkan dengan Non-metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
2.3 Fertilitas

11
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas,
sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan
lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas
hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Arti dari fertilitas
sendiri merupakan kelahiran hidup (live birth), dimana terjadinya pelepasan
bayi dari rahim seorang wanita yang ditandai dengan adanya kehidupan
setelahnya, seperti bernafas, bergerak, jantung yang berdetak, berteriak dan
lainnya. Apabila seorang anak lahir tanpa adanya tanda-tanda kehidupan ,
dapat disebut juga dengan lahir mati (still live) atau natalitas. Peristiwa ini
tidak dapat dikatakan sebagai kelahiran. Kemampuan fisiologis wanita
untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal
dengan istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut
infekunditas, sterilitas atau infertilitas fisiologis. (Fitria Anis, 2018)
Fertilitas penduduk dipengaruhi beberapa faktor, antara lain norma
besar keluarga (misalnya jumlah anak yang diinginkan), variabel antara
(misalnya lama perkawinan, pemakaian alat kontrasepsi) dan variabel
nondemografi (misalnya status sosial dan ekonomi). Fertilitas merupakan
istilah yang digunakan pada bidang demografi untuk menggambarkan
jumlah anak yang dilahirkan hidup. Model Easterlin yang digunakan untuk
menganalisa tingkah laku fertilitas di negara berkembang, menggabungkan
ukuran yang banyak digunakan oleh ekonom (melihat fertilitas dari sisi
jumlah anak yang diinginkan) dengan yang sering digunakan oleh
demografer (fertilitas dipahami sebagai fertilitas alamiah). (Febryanti
Lusiana, 2017)
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu
kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu
seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu

12
orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi.sebaliknya seorang
perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko
melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Memperhatikan kompleksnya
pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran
terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan :pertama,
Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua,
Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History). (Raharja, M. 2017)
Pengendalian penduduk adalah suatu usaha yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk kearah suatu angka pertumbuhan penduduk yang
diinginkan. Lazimnya usaha yang dilakukan adalah melalui kebijakan
pemerintah di bidang kependudukan. Secara umum, pertumbuhan penduduk
di suatu wilayah (suatu negara atau daerah) dipengaruhi oleh tiga faktor
demografi yaitu jumlah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
migrasi. Dari tiga faktor demografi tersebut ada diantaranya yang
berpengaruh positif (menambah jumlah penduduk dan ada yang
berpengaruh negatif (mengurangi) jumlah penduduk. (Syah, K. 2017)
Fertilitas adalah suatu faktor demografi yang dapat menambah jumlah
penduduk. Makin tinggi angka kelahiran, maka pertambahan penduduk
makin tinggi. Sebaliknya angka kematian (mortalitas) maka semakin besar
angka penurunan jumlah penduduk sehingga selisih antara angka kelahiran
dan angka kematian memberikan kontribusi bersih terhadap pertambahan
penduduk yang disebut pertambahan alamiah. Pada sisi lain migrasi terdiri
atas dua komponen yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar. Selisih antara
angka migrasi masuk dengan angka migrasi keluar disebut migrasi netto
yang memberikan kontribusi bersih terhadap pertambahan penduduk yang
bersumber dari faktor migrasi. Dari tiga faktor demografi tersebut, faktor
yang paling besar pengaruhnya pada pertumbuhan penduduk di negara-
negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah fertilitas. Semakin
tinggi tingkat kemajuan yang dicapai oleh suatu negara di bidang
pembangunan sosial ekonomi, maka tingkat kesehatan masyarakat semakin
baik ekonomi semakin maju dan kesejakteraan masyarakat semakin
meningkat sehingga kesehatan semakin baik dan angka kematian semakin

13
menurun demikian juga angka fertilitas menurun. Tetapi penurunan angka
kelahiran lebih lambat dari angka kematian karena perubahan kelahiran
tidak hanya dipengaruhi oleh kemajuan yang dicapai dalam pembangunan
sosial ekonomi tepi juga oleh perubahan perlaku dan persepsi masyarakat
terhadap nilai anak. Oleh karena itu, penelitian ini lebih menekankan pada
kajian pengendalian penduduk melalui pengendalian kelahiran di era
otonomi daerah. Di Indonesia, pengendalian penduduk dilakukan melalui
pelaksanaan program KB yang ditujukan untuk mencapai tingkat kelahiran
tertentu di masa yang akan datang. (Arif, M. 2015)
Sejak diterapkannya otonomi daerah terutama sejak penyerahan
sebagian kewenangan penyelenggaraan program Kependudukan dan KB ke
kabupaten dan kota tahun 2017, maka penanganan masalah pengendalian
penduduk dan KB di tingkat kabupaten dan kota menjadi tidak prioritas dan
terabaikan dan berdampak operasional yang kurang mendapatkan dukungan
pembiayaan. Demikian juga dukungan Sumber Daya Manusia baik jumlah
dan kualitasnya semakin terbatas karena banyak petugas KB (PLKB) dialih
tugaskan dan dimanfaatkan untuk jabatan strategis pada urusan urusan atau
bidang lain. Permasalahan ini menyebabkan program BKKBN pada tingkat
Kabupaten dan kota tidak optimal dan tentu hal ini berpengaruh pada usaha
pengendalian kuantitas penduduk. (Tanyid, M. 2017)

2.4 Drop Out Kontrasepsi


Drop out KB adalah suatu tindakan menghentikan kontrasepsi lebih
dari 3 bulan. Dampak yang ditumbulkan dari meningkatnya angka
drop out KB ini adalah meningkatnya jumlah penduduk sehingga akan
berdampak pada tingkat kesejahteraan, kualitas pendidikan,
pembangunan, dan kesehatan sahingga akan menurunkan kualitas
penduduk suatu negara. Berhenti Pakai (drop out) adalah kejadian
berhentinya menjadi akseptor pada PUS yang sebelumnya menjadi
akseptor KB. Status berhenti pakai didapat dari pengakuan responden
yang pernah pakai alat KB tetapi saat survei sudah tidak menggunakan
dengan berbagai alasan utama berhenti (Kurniawati, R. 2016).

14
Jika dilihat variabel waktu lama tidak menggunakan kontrasepsi
hanya pada mereka yang berhenti memakai kontrasepsi hampir 50%
dari yang berhenti pakai sudah tidak menggunakan kontrasepsi lebih dari
2 tahun yang lalu. Bahkan rentang maksimum sampai 500 bulan atau 40
tahunan yang lalu. Ini berarti cukup besar recall bias responden untuk
mengingat riwayat sejak awal berhenti pakai menggunakan kontrasepsi.
Analisa data survey nasional rumah tangga pada perempuan dengan status
menikah usia reproduktif di Kuwait dengan analisa life table
menghasilkan angka ketidaklangsungan sebesar 30% untuk jenis kontrasepsi
modern dan 40% jenis kontrasepsi tradisional setelah pemakaian 12 bulan
(Ariska, P. 2016.). Jika dibandingkan dengan angka ketidaklangsungan di
Kuwait ini, angka proporsi yang dihasilkan penelitian ini akan mendekati
untuk waktu pemakaian selama 12 bulan. Pada penelitian Ariska (2016)
tersebut, alasan terbanyak berhenti pakai alat/cara KB adalah tidak
memerlukan lagi dengan yaitu proporsinya sebesar 30,9%. Alasan tidak
memerlukan bagi wanita yang sudah tidak produktif tentu tidak menjadi
masalah, namun jika alasan tersebut juga terjadi pada wanita kelompok
usia muda dan produktif yaitu kelompok usia 11–26 tahun (1,1%), usia 27–
31 tahun (1,7%), usia 32–36 tahun (2,6%) dan 37–42 tahun (7,55%), yang
secara biologis mereka masih bisa melahirkan/hamil, maka perlu menjadi
perhatian. Proporsi alasan terbanyak kedua pada mereka yang berhenti
pakai menggunakan alat/cara KB adalah karena ingin punya anak lagi
yaitu proporsinya sebesar 26,05%.

15
2.5 Kerangka Teori Penelitian

Pelayanan KB Di Masa Pandemi

Pelayanan KB Dibatasi Pelayanan KB Tidak Dibatasi

Akseptor Kb Drop Out KB Akseptor Kb Meningkat Drop Out Kb Menurun


Menurun Meningkat

Meningkatnya Jumlah Menurunnya Jumlah


Kelahiran Bayi Kelahiran Bayi

Fertilitas

1
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL

3.1 Kerangka Konsep

Aksesibilitas
- Jarak dari rumah ke tempat
pelayanan KB
- Ketersediaan tempat pelayanan KB
yang buka Drop Out
- Berhenti mamakai
Pembatasan Layanan alat kontrasepsi
- Berkurangnya layanan tatap muka tertentu selama
- Berhentinya Pemberian KB Gratis kurang lebih 3
bulan
- sudah tidak memakai
Biaya
kontrasepsi lagi
- Besaran biaya yang dihabiskan
untuk KB mandiri
- Kenaikan biaya yang dihabiskan
untuk pembelian alat kontrasepsi
yang langka

3.2 Hipotesis
a. Kondisi pelayanan KB saat masa pandemi tidak maksimal dan banyak
layanan yang dibatasi
b. Tingginya angka drop out di Kota Mojokerto karena kurangnya
kesadaran dan inisiatif masyarakat untuk melakukan KB mandiri
c. Pembatasan pelayanan KB berpengaruh terhadap keputusan drop out
kontrasepsi di Kota Mojokerto

3.3 Definisi Operasional Variabel


a. Variabel aksesibilitas dalam penelitian ini diukur berdasarkan selisih
jarak dari rumah menuju tempat pelayanan KB yang buka sebelum
dan semasa pandemi.

1
b. Variabel pembatasan layanan dalam penelitian ini diukur berdasarkan
selisih banyaknya intensitas kunjungan ke tempat pelayanan KB
dalam kurun waktu 3 bulan sebelum dan semasa pandemi.
c. Variabel biaya dalam penelitian ini diukur berdasarkan selisih besaran
biaya yang dikeluarkan untuk mengakses layanan kontrasepsi sebelum
dan semasa pandemi.
d. Variabel drop out dalam penelitian ini diukur berdasarkan lama waktu
tidak memakai alat kontrasepsi selama masa pandemi.

2
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini didesain sebagai penelitian asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio yang
disusun kedalam tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Data yang digunakan
dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari
hasil penelitian di lapangan seperti observasi dan kuesioner, sedangkan data
sekunder didapatkan dari pengumpulan data-data terkait yang diambil dari
penelitian-penelitian sebelumnya, publikasi online lembaga-lembaga
kependudukan, dan dari instansi lain yang berkaitan. Penelitian ini dilakukan
untuk mencari tahu pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel tetap (y).

4.2 Sumber Data


a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli yakni didapat dari hasil observasi dan kuesioner. Data
primer pada penelitian ini mencakup informasi mengenai identitas
responden, pola pemakaian kontrasepsi dan keaktifan KB sebelum dan
semasa pandemi COVID-19.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
atau didapatkan dari pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan
penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data dari puskesmas dan posyandu setempat.

4.3 Sampel dan Populasi


a. Populasi dan Sampel Wilayah
Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah Kota Mojokerto. Sampel
wilayah ditentukan dengan menggunakan Quota Sampling, yakni

3
mengambil sampel pada masing-masing kecamatan yang ada di Kota
Mojokerto dengan perbandingan jumlah yang sama.
b. Populasi dan Sampel Responden
Populasi responden dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB
di Kota Mojokerto. Sampel responden ditentukan dengan random
sampling yakni pengambilan sampel secara acak. Besaran sampel
dihitung menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

n = N / (1 + (N x e²))

n = 15176 / (1 + (15176 x 0,1²))


n = 15176 / (1 + (15176 x 0,01))
n = 15176 / (1 + 151,76)
n = 15176 / 152,76
n = 99

Apabila dibulatkan menjadi 100 responden dengan derajat


kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data


a. Tabulasi Tunggal dan Tabulasi Silang
Tabulasi tunggal digunakan untuk melihat karakteristik masing-
masing variabel, menghitung distribusi, frekuensi data dan rata-rata
kategori. Tabulasi silang untuk mencari kecenderungan keterkaitan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dihitung rata-
ratanya.
b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
 Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu hasil penelitian. Setelah data penelitian diperoleh,
maka selanjutnya dilakukan uji validitas yang dihitung dengan
menggunakan rumus product moment.

4
n ( ∑ xy )−(∑ x ∑ y)
r= 2
√ n ∑ x−( ∑ x ) ¿ ¿ ¿

Keterangan :
r = koefisien validitas
∑x = Jumlah skor dalam sebaran x
∑y = Jumlah skor dalam sebaran y
∑ x2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
∑ y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
∑ xy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan
n = Jumlah responden

 Uji reliabilitas adalah tahap yang dilakukan setelah uji validitas.


Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang
sama. Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi
apabila diperoleh hasil yang stabil. Uji reliabilitas dihitung
menggunakan rumus Alpha Cronbach.

∑σ 2

r11 = [ ][
k
k−1 1- V 2
t
b
]
Keterangan :
r11 = reliabilitas permanen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σ 2 = jumlah varian butir / item


b
2
V = varian total
t

5
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas yaitu kemudahan akses (x1), pembatasan layanan (x2),
dan biaya (x3) terhadap variabel terikat yakni drop out (y).

Y = α + b1x1 + b2x2 + b3x3

Keterangan :
Y = Variabel drop out
a = konstanta
b1 = koefisien regresi kemudahan akses
b2 = koefisien regresi pembatasan layanan
b3 = variabel biaya
x1 = variabel kemudahan akses
x2 = variabel pembatasan layanan
x3 = variabel biaya

d. Uji Asumsi Klasik


Mode regresi linier dapat dikatakan model yang baik apabila
memenuhi asumsi klasik. Statistik, baik itu normalitas,
multikolinearitas, atau heteroskedastisitas.
 Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
dianggap baik adalah data yang memiliki distribusi normal.
 Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.
Jika terjadi korelasi yang kuat, maka dapat dikatakan terjadi
masalah multikolinearitas dalam model regresi.
 Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan dengan yang lain.

6
e. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat kelayakan
penelitian yang dilakukan dengan melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, koefisien deteminasi R2
digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel variasi dependen.
f. Uji F atau Uji Simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara serentak atau
bersama-sama variabel independen berpengaruh secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen yang dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :

R 2(n−( k−1 ) )
F=
( 1−R )( K)

Keterangan :
R = Koefisien korelasi berganda
K = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel

g. Uji T
Pengujian secara individu (uji t) bertujuan untuk menguji koefisien
regresi secara parsial dengan menentukan formula statistik yang akan
diuji. Ada beberapa langkah untuk melakukan uji t :
 Menentukan hipotesis
 Menentukan tingkat signifikansi
 Menentukan nilai t-hitung dan t-tabel
 Menarik keputusan
 Menarik kesimpulan

7
BAB V
RINCIAN ANGGARAN DAN JADWAL

5.1 Biaya Penelitian

5.2 Jadwal

8
DAFTAR PUSTAKA

Aini, A. N., Mawarni, A., & Dharminto, D. 2016. Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Drop Out Akseptor KB di Kecamatan
Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4)
: 169-176
BKKBN, 2002, Pengayoman Medis Keluarga Berencana, Jakarta: BKKBN.
BPS. 2017. Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2016. BPS.
BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2014. Statistik Kesejahteraan Rakyat Sumatera
Selatan 2014. Palembang: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Selatan.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2017. Semarang; 2017. 46 p.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi Dalam Situasi Pandemi Civid-19. Jakarta.
Saputra, Wahyu and Badrun Munandar. 2017a. “Keputusan Mempunyai Anak
Bagi Penduduk Migran Di Pemukiman Kumuh Kota Palembang.”
Seminar Nasional Kependudukan & Kebijakan Publik 1(1):82–99.
Soebyakto, Bambang Bemby, Sukmaniar, and Wahyu Saputra. 2016.
“Actualization Social Migration and Intensity of Education : A Case Study
in Developed and Developing Countries.” Proceeding Sriwijaya Economic
and Business Conference 2016 692–98.
Sukmaniar, Moch Edward Romli, and Devi Novita Sari. 2017. “Faktor
Pendorong dan Penarik Migrasi pada Mahasiswa dari Desa untuk Kuliah
di Kota Palembang.” Demography Journal of Sriwijaya 5(1):1– 10.
Setyowanto H. Galakkan Kembali Program KB.

9
10
11
35

Anda mungkin juga menyukai