OLEH :
201503013
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
HARI :
TANGGAL :
TEMPAT :
MAHASISWA
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi...........................................................................................4
2.2 Konsep Dasar KB Suntik...........................................................................................10
2.3 Konsep Dasar Asuhan kebidanan Manajemen Varney.............................................15
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................25
3.1 Pengkajian.................................................................................................................25
3.2 Interpretasi Data Dasar..............................................................................................28
3.3 Intervensi...................................................................................................................29
3.4 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial...........................................................31
3.5 Identifikasi Kebutuhan Segera...................................................................................31
3.6 Implementasi.............................................................................................................31
3.7 Evaluasi.....................................................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................33
BAB V PENUTUP...................................................................................................................34
5.1 Kesimpulan................................................................................................................34
5.2 Saran..........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kuasa-Nya
karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Terhadap Ny “H” Usia 38 Tahun Di PMB Bidan Lilik Mindajatiningtyas Diwek Kabupaten
Jombang” tanpa halangan apapun.
Dalam kesepatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
2. Erika Agung M.,SST.,M.Kes. selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKES Pemkab
3. Jombang.
5. Hani Dwi Kustanti selaku Pembimbing Klinik Praktik PMB Tahun 2023 Di PMB
Bidan Lilik Mindajatiningtyas Diwek Jombang
Jombang, 03-03-2023
Penulis
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut data BKKBN tahun 1011, prevalensi PUS peserta KB di Indonesia sebesar
57,4 % mengalami penurunan dibanding tahun 2021 sebesar 67,6 %. Penurunan ini bisa
dikarenakan beberapa faktor diantaranya, pelayanan KB masih kurang berkualitas,
penyampaian konseling maupun KIE belum dilaksanakan dengan baik, hambatan
budaya, kelompok waita yang sudah tidak ingin mempunyai anak namun tidak mau KB
(unmet need), kelompok wanita yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada
saat ini maupun pada waktu yang akan datang (Hariyani Putri, 2014). Angka prevalensi
pemakaian KB tertinggi pertama diraih oleh Kalimantan Selatan (67,9%), kedua
Kepulauan Bangka Belitung (67,5%), dan ketiga Bengkulu (65,5%). Sedangkan
1
prevalensi pemakaian KB terendah adalah Papua (15,4%), Papua Barat (19,4%), dan
Maluku (33,9%). Sebagian besar akseptor memilih menggunakan KB suntik yakni
2
sebesar 59,9 %, diikuti pil sebesar 15,8%, implan 10.0%, IUD/AKDR 8.0%, MOW
4,1%,kondom 1.8%, MOP 0,1%, dan MAL 0,1% (Kemenkes RI, 2021). Ini menunjukkan
peserta KB lebih banyak memilih metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Dilihat dari efektifitasnya KB suntik dan pil
tentu termasuk kedalam kategori pengendalian kehamilannya lebih rendah dibanding
menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Sehingga tidak heran jika orang yang
menggunakan kontrasepsi jangka pendek sering mengalami kegagalan seperti kehamilan
yang tidak direncanakan, dikarenakan metode kontrasepsi jangka pendek butuh
keteraturan/ kedisiplinan, dan daya ingat yang kuat bagi calon akseptornya. Jika jumlah
akseptor KB aktif terus mengalami penurunan, maka secara tidak langsung berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
dapat berdampak pada kemiskinan, kerusakan lingkungan, ketahanan pangan terancam,
pengangguran, kriminalitas, tingginya angka kematian ibu dan bayi, rendahnya kesehatan
masyarakat, dan besarnya biaya pelayanan kesehatan serta pendidikan (Susiloningtyas et
al., 2021). Oleh karena itu, Pemerintah wajib menjamin tersedianya fasilitas informasi
dan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam KB dimaksudkan
untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi yang
sehat dan mendatang cerdas. Sehingga PUS bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di
tempat-tempat yang melayani program keluarga berencana.
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan keluarga berencana secara komprehensif.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
3
A. Melakukan pengkajian data subyektif akan akseptor kb suntik 3 bulan.
B. Melakukan pengkajian data obyektif akan akseptor kb suntik 3 bulan.
C. Membuat diagnose asuhan akseptor kb suntik 3 bulan.
D. Melakukan plan of action guna asuhan akseptor kb suntik 3 bulan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis, dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
1.3.2 Bagi Institusi Kesehatan Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
akseptor kb implant.
1.3.3 Bagi Pasien, Pasien mendapatkan pelayanan sesuai hak dan kewajibannya dalam
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Tujuan akhir dari program KB adalah :
6
b. Bayi yang baru lahir di inginkan dan direncanakan akan banyak mendapat
perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup
4. Dampak terhadap anak-anak yang telah ada, adalah:
7
bulan. Efektif sampai 6 bulan, dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu penundaan/penekanan ovulasi.
(Prawirohardjo, 2011)
2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode untuk mengatur
kehamilan secara alamiah, tanpa menggunakan alat apapun. Metode ini
dilakukan dengan menentukan periode/masa subur yang biasanya terjadi
sekitar 14 hari sebelum menstruasi sebelumnya, memperhitungkan masa
hidup sperma dalam vagina (48-71 jam), masa hidup ovum (11-14 jam),
dan menghindari senggama selama kurang lebih 7-18 hari termsuk masa
subur dari setiap siklus. Kb alamiah terdiri dari metode kalender,
metode suhu badan basal (termal), metode lendir serviks (Bilins),
metode simto termal, dan koitus interuptus (Yuhedi & Kurniawati,
2015).
3. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet 18 sintetis yang
tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu. Berbagai bahan yang ditambahnkan pada kondom
baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan
spermisida) maupun berbagai aktivitas seksual. Kondom ini tidak
hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS. Pada umunya standar ketebalan adalah 0,01 mm.
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom
yaitu 1-11 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
(Prawirohardjo, 2011). Cara kerja kondom adalah menghalangi
spermatozoa agar tidak masuk kedalam traktus genitalia interna
wanita.
2) Kontrasepsi barier intra vagina
8
Jenis konrasepsi barier intra-vagina, yaitu diafragma, kap serviks,
spons, dan kondom wanita.
3) Kontrasepsi hormonal
1) Pil KB
a) Pil Kombinasi
Pil kombinasi ini dapat diminum setiap hari, efektif dan reversibel,
pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan
bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang, efek samping
serius jarang terjadi, dapat dipakai semua ibu usia reproduki, baik
yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat dimulai diminum
setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan pada ibu
yang mnyusui dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Pil kombinasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pil monofasik yaitupil
yang tersedia dalam kemasan 11 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif, sedangkan pil bifasik yaitu pil yang tersedia
dalam kemasan 11 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosisi yang berbeda, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif, dan pil trifasik, yaitu pil yang tersedia
dalam kemasan 11 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif. (Prawirohardjo, 2011).
b) Mini Pil (Pil Progestin)
Kontrasepsi minipil ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
memakai pil KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak
menurunkan produksi ASI, tidak memberikan efek samping estrogen,
efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan
bercak, atau perdarahan tidak teratur, dan dapat dipakai kontrasepsi
darurat. Kontrasepsi mini pil dibagi menjadi 1 jenis, yaitu kemasan
dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretindron, dan
kemsan dengan isi 18 pil 75µg desogesterel. Kontrasepsi mini pil
sangat efektif (98,5%), pada pengguna mini pil jangan sampai ada
tablet yang terlupa, tablet digunakan pada jam yang sama (malam
9
hari), dan senggama sebaiknya dilakukan 3-10 jam setelah
penggunaan mini pil. (Prawirohardjo, 2011 ).
c) Kontrasepsi suntik
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan
suntik KB 3 bulan (DMPA. Efek sampinya terjadi gangguan haid,
depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaina
jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
Cara kerjanya mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki
efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per
tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah di tentukan. (Prawirohardjo, 2011 )
d) Kontrasepsi Implant
Implan adalah alat kontarsepsi yang disusupkan di bawah kulit,
biasanya di lengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implan
mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implan ini
antara lain tanah sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera
setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.
e) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ adalah alat kontrasepsi
yangdimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam,
terdiri dari plastik (polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada
pula yang tidak, ada pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag).
Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormone progesterone
(Suratun, dkk, 2013:87). Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya
1%.
f) Kontrasepsi mantap
a. Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang
tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan
10
tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Tubektomi
termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping
jangka panjang, Jarang sekali tidak ditemukan efek samping, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. (Prawirohardjo, 1011:
MK-89). Sterilisasi pada wanita atau tubektomi merupakan
metode pengikatan dan pemotongan tuba fallopi agar ovum tidak
dapat dibuahi oleh sperma, cara kerja tubektomi adalah perjanan
ovum terhambat karena tuba fallopi tertutup (Yuhedi &
Kurniawati, 2015 ).
b. Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak
ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan
vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini
(Prawirohardjo, 2011 ).
11
setelah menstruasi, maka klien harus menggunakan metode kontrasepsi
penunjang selama beberapa minggu karena kemungkinan ovulasi tidak dapat
dicegah pada bulan pertama tersebut. Mekanisme kerja yang ke dua adalah
pengentalan lendir serviks, yang kemudian menjadi penghambat sperma, dan
perubahan kondisi endometrium sehingga endometrium tidak lagi merupakan
lingkungan yang sesuai bagi ovum yang telah dibuahi (Varney, Helen, dkk. 2019).
Kontrasepsi suntik atau progestin merupakan kontrasepsi yang cara
kerjanya menghambat ovulasi, mencegah implantasi, memperlambat transportasi
gamet / ovum, dalam pemberian jangka panjang progesteron saja mungkim
menyebabkan fungsi korpus luteum tidak adekuat, lendir serviks yang kental
setelah 48 jam pemberian progesteron menyebabkan motilitas dan daya penetrasi
spermatozoa terhambat (Saroha Pinem, 2010).
1. Suntik Kombinasi
Ada dua jenis kontrasepsi kombinasi :
a. Suntikan kombinasi yang berisi 1 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg esterogen sipionat yang diberikan secara injeksi IM.
b. Suntikan yang berisi 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estrodiol
valerat yang diberikan secara injeksi IM.
2. Suntik Progestin
Tersedia 1 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a. Depo medroksiprogesteron asetat (depo provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik secara IM.
b. Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 100 mg
noretdron enantat, diberikan setiap 1 bulan dengan cara disuntik secara
IM.
2.2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik Depoprogestin
Menekan ovulasi, kadar progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi sehingga
kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
menurun dan tidak terjadi lonjakan LH. Pada keadaan normal terjadi puncak
sekresi LH pada pertengahan siklus sehingga menyebabkan pelepasan ovum dari
12
folikel. Sedangkan dengan kadar LH yang menurun maka tidak akan terjadi
lonjakan folikel dan produksi sel telur akan berkurang sehingga menyebabkan
tidak terjadinya pelepasan ovum dari folikel dan menyebabkan tidak terjadi
ovulasi. Perubahan pada endometrium (atrofi) dan selaput rahim tipis, hormon
progesteron mengganggu perubahan fisiologis endometrium yaitu mengganggu
kadar puncak FSH dan LH sehingga meskipun terjadi produksi progesteron yang
berasal dari korpus luteum menyebabkan endometrium mengalami keadaan
istirahat dan atrofi sehingga menyebabkan penghambatan dari implantasi.
Lendir serviks yang kental, Kontrasepsi suntik depo progestin bekerja
menghambat terjadinya pembuahan dengan cara menghalangi naiknya sperma ke
dalam kavum uteri dengan membuat lender serviks menjadi kental sehingga
sperma tidak mampu untuk menembus serviks dan pembuahan tidak akan terjadi.
Menghambat transportasi gamet/ovum oleh tuba, kontrasepsi kontrasepsi suntik
progestin menyebabkan perubahan peristaltic tuba fallopi sehingga pergerakan
gamet dihambat dan konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma) akan
dihambat maka kemungkinan terjadinya perubahan kecil. Luteulisis Pemberian
jangka panjang progesterone dapat menyebabkan fungsi luteum yang tidak
adekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi (Firdayanti, 2011: 101-103).
2.2.4 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari suntikan depo progestin diantaranya yaitu hamil atau
dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran), perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid, terutama amenorhea, menderita penyakit kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi (Affandi, 2013:
MK-51).
2.2.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan suntikan Depo Progestin yaitu :
sangat efektif,
pencegahan kehamilan jangka panjang,
tidak terpengaruh pada hubungan suami istri,
tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,
sedikit efek samping
klien tidak perlu menyimpan obat suntik
13
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
menurunkan krisis anemia bulan sabit.
kerugian/keterbatasan suntik depo progestin yaitu :
gangguan siklus haid
haid memendek atau memanjang
perdarahan yang banyak atau sedikit
spotting atau tidak haid sama sekali
tidak dapat diberhentikan sewaktu-waktu
permasalahan berat badan efek yang paling sering
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
pada penggunaan jangka pangjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan
jerawat (Rahma, 1011: 181).
2.2.6 Cara Penggunaan
Penggunaan suntik depo progestin yaitu kontrasepsi suntikan DMPA
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular di daerah bokong.
Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari atau
injeksi diberikan setiap 11 minggu. selanjutnya bersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropy alkohol 60-90%, biarkan
kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik, kocok dengan
baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak
perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkanya (Affandi, 2013: MK-47).
2.2.7 Waktu Pemberian
Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil,
14
Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, ibu yang tidak haid,
injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak
hamil, selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal (pil) dapat diberikan
selama ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tanpa
menunggu haid yang akan datang.
Ibu menggunakan kontrasepsi jenis lain, jenis suntikan dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasespi suntikan 3 bulan, kontrasepsi suntikan
yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasespsi suntikan yang
sebelumnya,
ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal dapat
segera diberikan asal tidak hamil,
ibu disuntik setelah hari ke tujuh haid, ibu tersebut selama tujuh hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual, ibu ingin mengganti
AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama diberikan pada hari
pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke tujuh siklus haid, asal saja ibu yakin ibu tidak dalam kondisi
hamil,
ibu tidak hamil atau ibu dengan pendarahan tidak teratur, suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama tujuh
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Affandi, 2013:
MK-45).
2.2.8 Efek Samping
Efek samping dari suntikan depo progestin yaitu
gangguan haid seperti amenorhea yaitu tidak datang minimal 3 bulan berturut-
turut yang dipengaruhi kandungan hormon progesteron dalam suntikan, yang
menghambat terjadinya ovulasi.
spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan kontrasepsi suntikan
metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
15
perubahan berat badan, biasanya berat badan bertambah atau turun beberapa
kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntik KB,
sakit kepala rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua
sisi atau keseluruhan dari bagian kepala. Insiden sakit kepala adalah sama
pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada kurang dari 1-17% akseptor
disebabkan peningkatan hormon progesteron yang mempengaruhi peredaran
darah (plasma) termasuk pembuluh darah yang menuju ke kepala (saraf)
sehingga menyebabkan gangguan sakit kepala
Hematoma bengkak pada daerah suntikan dan berwarna kebiruan disertai rasa
nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan dibawah kulit dan bisa juga
akibat pemakaian spoit yang berulang atau kesalahan tehnik penyuntikan
(Marfuah, 2011).
2.3 Konsep Dasar Asuhan kebidanan Manajemen Varney
1. Pengkajian
1) Data Subjektif
A. Identitas
a. Nama ibu dan suami
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan pananganan.(Mahardika, 2016)
b. Umur ibu dan suami
Umur ibu dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 10 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. (Mahardika, 2016)
c. Agama
Untuk mengetahui kenyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Mahardika, 2016)
d. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. (Mahardika,
2016)
e. Pendidikan ibu dan suami
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya. (Mahardika, 2016)
16
f. Perkerjaan ibu dan suami
Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Mahardika,
2016)
g. Alamat
Dinyatakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Mahardika, 2016)
B. Alasan Datang
Sesuatu yang mendasari ibu untuk datang ke layanan kesehatan.(Mahardika,
2016)
C. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang dan keluhan yang
dirasakan (Sumiaty, 2013). Keluhan utama pada akseptor Kontrasepsi suntik 3
bulan ialah penambahan/penurunan berat badan, Amenorea (tidak terjadi
perdarahan/spotting), perdarahan/perdarahan bercak.
D. Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya. Beberapa data yang diperoleh dari riwayat menstruasi
adalah menarche, siklus, volume darah yang keluar saat menstruasi, keluhan-
keluhan saat mensruasi. (Mahardika, 2016)
E. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya, sehingga akan berpengaruh pada kehamilan.(Mahardika, 1016)
F. Riwayat Keluarga Berencana
Menanyakan kepada ibu : jenis kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan
nya, keluhan nya selama menggunakan Kontrasepsi suntik (Rismalinda,
2014). Pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan peningkatan berat
badan, masalah yang dihadapai pasien adalah ibu mengatakan adanya
peningkatan berat badan (Sulistyawati,2011).
G. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB Yang Lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak
yang hidup sekarang, cara persalinan yang lalu normal atau operasi adakah
penyulit saat persalinan atau tidak, penolong persalinan, keadaan nifas yang
17
lalu apakah ada masalah saat masa nifas, keadaan KB yang lalu untuk
mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi, jenis alat
kontrasepsi yang digunakan, berapa lama penggunaan alat kontrasepsi, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi. (Mahardika, 2016)
H. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi riwayat kesehatan ibu, penyakit yang sedang diderita,
apakah pernah dirawat, berapa lama dirawat, dengan penyakit apa
dirawat, Riwayat kesehatan keluarga : penyakit menular,penyakit
keturunan /genetic. Pada kasus akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan,
pasien yang mempunyai riwayat Diabetes Melitus (DM) dan
hipertensi (>180/110 mmHg) tidak diperbolehkan menggunakan
Kontrasepsi suntik 3 bulan (Saifuddin, 2003).
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut kronis, seperti: jantung, diabetes/kencing manis ,
hipertensi/darah tinggi, asma yang berhungan dengan alat kontrasepsi
implan.(Mahardika, 2016)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada keluarga yang menyertainya, misalnya penyakit menurun
seperti asma, hepatitis, dan diabetes/kencing manis, serta penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS (penyakit menular seksual).
(Mahardika, 2016)
I. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, dan pantangan makanan.(Mahardika, 2016)
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.
18
3. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang
4. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam
perawatan kebersihan diri diantaranya adalah sebagai berikut jumlah
berapa kali pasien mandi, berapa kali pasien keramas, dan berapa kali
pasien ganti pakaian dalam sehari
5. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien dalam sehari- hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Pada pasien dengan
amenore di tanyakan apakah ibu melakukan olahraga yang melelahkan
atau aktivitas yang membutuhkan kemampuan fisik.
2) Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui kadaan umum pasien secara keseluruhan/ kondisi baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan
Untuk mengetahui status gizi pasien. Pada kasus ibu dengan
akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan mengalami kenaikan berat
badan rata-rata antara 1-5 kg pada tahun pertama pemakaian.
Rata-rata tiap tahun naik antara 1,3-1,9 kg meskipun penyebab
pertambahan tidak terlalu jelas dan nampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak dalam tubuh, kurangnya olahraga, serta
asupan makanan yang berlebihan(Rahmawati, 2014)
d. Tinggi Badan : Tinggi badan harus >145 cm
e. Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan dinilai hipertensi
dengan satuan mmHg. Batas tensi normal ialah 90/60 – 130/90 mmHg.
19
Ibu yang dapat diberikan suntik progestin yaitu apabila tekanan darah
˂180/110 mmHg.
f. Nadi : Nadi berkisar antara 60-100 x/menit
g. Suhu : Suhu badan normal adalah 36,50C sampai 37,50C
h. Respirasi : Pernafasan normal sekitar 16-20 x/menit. Tidak diperbolehkan
memberikan kb suntik 3 bulan pada pasien yang sedang mengalami sesak.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Muka : Tidak tampak pucat
b. Mata : Konjungtiva tampak merah muda, sklera putih
c. Leher : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
d. Dada : Pernapasan teratur, tidak tampak retraksi dinding dada
e. Payudara : Tidak tampak benjolan abnormal
f. Abdomen : Tidak tampak pembesaran uterus, tidak tampak
benjolan abnormal,
g. Genetalia : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada infeksi.
Palpasi
20
Diagnosa : Ny. “X” usia…tahun akseptor KB Suntik 3 Bulan
DS : Keluhan yang dirasakan seperti penambahan/penurunan berat badan,
Amenorea (tidak terjadi perdarahan/spotting), perdarahan/perdarahan
bercak.
DO : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : >145 cm
BB : 45-65 kg
N : 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5 °C
RR : 16 – 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik
21
3. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain, yang
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasikan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiapsiap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi dilakukan asuhan yang aman. Masalah yang bisa
timbul dari pemakaian kontrasepsi suntikan depo progestin dengan amenorhea
yaitu drop out.
4. Interverensi
Dx : Ny. “X” usia…tahun akseptor KB Suntik 3 Bulan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana selama ± 15
menit diharapkan ibu dalam keadaan fisiologis dan ibu telah di berikan suntikan
KB
Intervensi :
22
150mg/ml
Kapas alkohol Spuit 3 cc
b. Melakukan tindakan
Mempersiapkan lingkungan pasien (pasien tengkurap)
Kocok 1 vial KB Suntik 3 bulan, memasukkan 1 vial KB suntik 3
bulan pada spuit 3 cc.
Menyingkap pakaian bawah pasien
Menentukan area penyuntikan pada ⅓ SIAS (Spina Iliaka Anterior
Superior) dan coccyx
Melakukan teknik aspetik menggunakan kapas alkohol pada titik yang
akan diinjeksi.
Lakukan penyuntikan pada daerah ⅓ SIAS, sebelum obat dimasukkan
ke dalam bokong lakukan aspirasi terlebih dahulu.
Lakukan penyuntikkan secara hati-hati
Usap dengan kapas alkohol
Buang jarum di safety box, spuit disampah medis
Rasional : Agar kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan pelayanan
6) Beritahu jadwal kunjungan ulang pada ibu akseptor kb suntik 3 bulan yakni
pada tanggal 24-05-2023
Rasional : Untuk melakukan kontrol kb suntik 3 bulan selanjutnya
5. Implementasi
23
5) Memberikan Suntikan KB 3 Bulan Depoprogestin
c. Menyiapkan alat dan obat
6. Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 1 Maret 1013 Jam : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Lilik Mindajatiningtyas
1. Data Subyektif
a. Identitas ibu dan suami
Ibu Suami
Nama : Ny.”H” Nama : Tn “A”
Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Warga Negara Indonesia Suku/bangsa : Warga Negara Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ceweng, Diwek Alamat : Ceweng, Diwek
b. Alasan datang
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar bercak darah ketika sudah mendekati jadwal suntik
kembali.
d. Riwayat menstruasi
25
Siklus : 31 hari
Lamanya: 5-7 hari
Keluhan : tidak ada
e. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan sejak anak terakhir lahir, dan
mulai menggunakan setelah 40 hari nifas dan belum melakukan hubungan
seksual.
g. Riwayat perkawinan
26
tidak diketahui penyebabnya. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap obat-
obatan.
1. Nutrisi
Makan 3 x sehari, nafsu makan baik.
Pola makan nasi, sayur, dan lauk-pauk
Minum 5-7 gelas/ hari
2. Eliminasi
BAB 1-1 x sehari
BAK 3-4 x sehari
Tidak ada gangguan saat BAB dan BAK
3. Personal Hygiene
Mandi 1 x sehari
Sikat gigi 1 x sehari
Cuci rambut 1-3 x seminggu
Ganti baju 1 x sehari
4. Istirahat
Tidur siang ± 1-1 jam sehari
Tidur malam ± 7-8 jam sehari
5. Aktivitas
Aktivitas sebagai ibu rumah tangga memasak, menyapu, mengepel, mencuci,
dan mengurus anak dan bekerja.
6. Pola Seksualitas
27
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual jika ingin melakukannya.
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 65 kg
Tinggi Badan : 155 cm
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 10 x/menit
Suhu : 36.6°C
c. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak tampak pucat
Mata : Konjungtiva tampak merah muda, sklera putih
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak teraba
adanya bendungan vena juguralis
Dada : Pernapasan teratur, tidak tampak retraksi dinding dada
Payudara : Tidak teraba adanya massa/ benjolan abnormal dan tidak
ada nyeri tekan
Abdomen : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
tanda kehamilan.
Genetalia : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada infeksi.
TB : 155 cm
28
BB : 65 kg
N : 86 x/menit
S : 36,6 °C
RR : 10 x/menit
Pemeriksaan Fisik
3.3 Intervensi
Dx : Ny. “H” usia 38 tahun akseptor KB Suntik 3 Bulan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana selama ± 15
menit diharapkan ibu dalam keadaan fisiologis dan ibu telah di berikan suntikan KB
Intervensi :
29
3) Lakukan pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
bahwa kondisinya saat ini baik.
Rasional : pasien mengetahui bagaimana kondisinya saat ini
4) Berikan KIE tentang efek samping Kb Suntik 3 Bulan
Rasional : Agar mengetahui efek samping yang terjadi selama memakai Kb
Suntik 3 Bulan.
5) Berikan Suntikan KB 3 Bulan Depoprogestin
e. Menyiapkan alat dan obat
30
3.5 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak Ada
3.6 Implementasi
Tanggal : 01-03-1013 Jam : 10.35 WIB
31
Buang jarum di safety box, spuit disampah medis
Hasil : Tindakan telah dilakukan dan pasien merasa nyaman
6) Memberitahu jadwal kunjungan ulang pada ibu akseptor kb suntik 3 bulan
yakni pada tanggal 24-05-2023
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh
bidan
3.7 Evaluasi
Tanggal : 01-03-1013 Jam : 10.40 WIB
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian didapatkan data subjektif alasan kunjungan klien yaitu ingin
menggunakan Kb suntik 3 bulan lagi, karena sudah keluar bercak darah ketika sudah
mendekati jadwal suntik kembali. Pada data objektif setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil diantaranya seperti TD : 110/70 mmHg, N : 86×/menit, S : 36,6⁰ C, RR :
10×/menit, BB : 65 kg. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa keadaan umum ibu baik. Melalui data terebut didapatkan tidak ada
perbedaan antara tinjauan teori dan kasus.
Asuhan yang dapat diberikan kepada ibu berdasarkan kondisi diatas yang masuk
dalam fisiologis diantaranya memberikan konseling tentang efek samping Kb suntik 3 bulan,
kapan ibu boleh melakukan hubungan seksual ketika baru di suntik kb 3 bulan, serta
memberitahu kapan ibu harus kontrol kembali.
33
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis menguraikan pembahasan asuhan kebidanan keluarga berencana pada ibu
akseptor kb suntik 3 bulan di PMB Bidan Lilik Mindajatiningtyas Diwek Jombang tanggal
01, Maret 2023, maka penulis dapat menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Data subjektif yang muncul pada asuhan kebidanan keluarga berencana pada ibu
akseptor kb suntik 3 bulan adalah keluhan utama, riwayat kontrasepsi, riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga, pola
kebiasaan sehari-hari.
5.1.2 Data Objektif yang muncul pada asuhan kebidanan keluarga berencana pada ibu
akseptor kb suntik 3 bulan meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
5.1.3 Pada asuhan kebidanan tanggal 01-03-2023 jam 10.30 wib, Dari hasil pengkajian
pada kasus kebidanan diatas dapat disimpulkan bahwa Ny “H” usia 38 tahun
akseptor kb suntik 3 bulan dimana pasien ingin menggunakan kb suntik 3 bulan
karena sudah keluar bercak darah ketika sudah mendekati jadwal suntik kembali.
Setelah dilakukan pemasangan kb suntik 3 bulan tetap dilakukan suatu rencana
tindakan atau intervensi supaya tidak terjadi komplikasi dan efek samping yang
patologis, serta mengevaluasi keadaan ibu setelah dilakukan implementasi atau
pelaksanaan suatu tindakan. Setelah dilakukan evaluasi maka dilakukan proses
pendokumentasian sebagai bukti secara nyata
5.2 Saran
5.2.1 Kepada klien dan masyarakat diharapkan lebih terbuka sehingga segala
permasalahan yang ada dapat segera teratasi dengan baik. Mengenal tanda-tanda
abnormal sehingga bila ibu mengalami akan segera datang ke pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan tindakan segera.
5.2.2 Kepada mahasiswa diharapkan untuk dapat memperbaiki dan mempertahankan
asuhan berkesinambungan pada ibu agar setiap pasien terlayani sesuai dengan teori
dan kebijakan yang ada.
34
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Handayani, Sri. 1014. Buku Ajara Pelayanan Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Ayu, Suci Musvita (2019). Sosialisasi Tentang Keluarga Berencana dan Jenis Kontrasepsi di
Desa. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat. Vol.3
(1).
Koba, Maria T.E, Frans G.Mado, Yoseph Kenjam (2019). HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DAN PERAN TENAGA
KESEHATAN DENGAN MINAT PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI
JANGKA
PANJANG (MKJP). Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1.
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Maryunani,
Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Buku Kesehatan
Mulyani, S.ST, 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta: Nuha Medika
_____________. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Purba, Ledis Pebriani, (2018). Faktor Terbesar Rendahnya Minat Ber-KB ( Keluarga
Berencana ) Dengan Metode ELECTRE II. Hal: 369 - 374 Faktor.
Prijatni, Ida dan Rahayu, Sri. 2016. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Jakarta
Selatan.
35
Setyaningrum, Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : CV Infomedia
Susiloningtyas, L., Wulandari, R. F., & Dinastiti, V. B. (2011). Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana Tentang Metode Kontrasepsi Di Wilayah Ngadiluwih dan Ngancar
Kabupaten Kediri. 4(1).
Suratun, dkk. 2014 Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans
Info Medika WHO. 2013. Maternal Mortality. http://www.who.int/mediacentre/.
(diakses 16 Mei 2018).
36