Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON 2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas Rahmat dan perkenaan-Nya saya dapat menyelesaikan
“Proposal Teknis Studio Perencanaan Wilayah dan Kota Kecamatan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah” dengan baik dan tepat pada waktu yang
ditentukan. Proposal ini diajukan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan survei lokasi pada Kecamatan Leihitu dalam implementasi
mata kuliah Studio Perencanaan Wilayah dan Kota.
Pada kesempatan ini,kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Adnan A.A Botanri. ST. M.Eng, Bapak Risal
Rasyid, ST, M.PWK, dan Bapak Kreisson P. Larwuy, ST.M.Ars. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Studio Analisis Wilayah dan Kota, yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk mengembani
tugas dan tanggung jawab ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang dengan berbagai caranya, telah turut membantu dan
mendukung kami dalam pengkajian literatur dan hingga pada akhirnya
proposal teknis ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Akhirnya, kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik
Sang Pencipta dan ini adalah awal yang baik dalam proses studi kami. Besar
harapan kami ,kiranya proposal teknis ini dapat diterima dan pada akhirnya
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana rinci tata ruang. Di
Indonesia, terdapat dua jenis perencanaan utama yaitu Rencana Pembangunan dan
Rencana Tata Ruang (RTR) yang menjadi pedoman bagi pemerintah untuk mencapai
target pembangunan dalam jangka waktu dan lingkup tertentu. Tata ruang wilayah
adalah wujud susunan dari suatu tempat atau kedudukan wilayah yang berdimensi
luas, dengan isi/ komponen yang memiliki struktur dan pola, baik berdasarkan
sumber daya alam maupun buatan. Secara umum, setiap ruang memiliki fungsi
administratif dan fungsional dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
demi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Rencana Tata Ruang
terbagi menjadi 2, yakni rencana umum yang terdiri dari Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota dan rencana
rinci yang terdiri dari RTR Pulau, RTR Kawasan Strategis Nasional,dan RDTR
Kabupaten dan Kota.
Penyusunan RDTR sendiri terdapat dalam Undang-Undang Penataan Ruang
serta diatur lebih jauh di dalam peraturan Menteri agraria dan Tata Ruang Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Pada peraturan tersebut diatur mengenai hal-
hal serta muatan substansi yang harus dipenuhi dalam menyusun dokumen
RDTR, yang terdiri dari dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ).
RDTR juga berfungsi untuk menentukan kesesuaian dokumen perencanaan
umum dengan implementasi pembangunan di lapangan. RDTR merupakan dasar
acuan dari diterbitkannya dokumen perizinan terkait bangunan. Jika
sebelumnya untuk mendirikan bangunan diperlukan IMB, maka kini telah
berganti menjadi PBG (Persetujuan Bangunan Gedung) yang merujuk RDTR.
Meskipun telah berganti istilah, namun tetap memiliki fungsi pengendalian yang
sama.
Kecamatan Leihitu terletak di Pulau Ambon bagian utara, Kecamatan Leihitu
mempunyai wilayah kerja Pemerintahan Negeri terdiri dari 11 Negeri, dengan
1
jumlah penduduk pada tahun 2021 yang terdiri dari laki-laki 23.813 jiwa dan
Perempuan 24.153jiwa.
Hasil kajian literatur terkait Kecamatan Leihitu, diketahui bahwa Kecamatan
Leihitu memiliki beberapa isu permasalahan seperti beberapa desa rentan terjadi
bencana longsor, gelombang laut yang tinggi pada wilayah pesisir, prasarana
jaringan jalan arteri pada beberapa titik di Kecamatan Leihitu telah mengalami
kerusakan, prasarana lingkungan seperti jaringan persampahan dan sanitasi belum
memadai, jarak dari Kecamatan Leihitu ke Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah
cukup jauh sehingga sulit untuk diakases yang mengakibatkan masyarakat kesulitan
memperoleh layanan pemerintahan seperti mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Kartu Kelurga (KK) dan surat-surat penting dari lembaga pemerintah serta tingginya
angka pengangguran di Kecamatan Leihitu. Adapun potensi di Kecamatan Leihitu
yang dapat dioptimalkan seperti wisata alam, wisata bahari dan wisata sejarah pada
beberapa desa yang diantaranya, Benteng Amsterdam yang ada pada Desa Hila,
Masjid Tua Waupaue di Desa Kaitetu, Benteng Mawane dan Benteng Kapahaha yang
ada pada Desa Morela, dan Kerajaan Tua Hitu yang berada Pada Desa Hitu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan analisis aspek fisik
dan nonfisik di Kecamatan Leihitu sebagai input untuk proses penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Leihitu, sehingga potensi yang ada dapat
dioptimalkan dan isu permasalahan pada beberapa aspek tersebut dapat
diminimalisir atau diatasi dengan baik.
2
Kecamatan Leihitu khususnya desa Wakal, Hitu Lama dan Hitu Messing
menyebabkan wilayah tersebut sering mengalami bencana abrasi. Pada Tahun 2021
bencana abrasi di Desa Wakal mengakibatkan rusaknya infrastruktur berupa badan
jalan dengan Tingkat kerusakan mencapai 70%, kerugian material berupa rumah
warga dan perahu. (Antara Maluku, 2021)
b. Prasarana
Prasarana merujuk pada infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
mendukung berbagai kegiatan dan proyek pembangunan. Prasarana ini mencakup
jaringan transportasi, sistem air bersih, sistem sanitasi, listrik, dan lainnya yang
menjadi dasar bagi pembangunan suatu wilayah. Permasalahan prasarana pada
Kecamatan Leihitu yakni prasarana jaringan jalan pada Desa Wakal akibat
gelombang laut sehingga akses menuju Dusun Pasir Putih tidak dapat terlayani
dengan baik. Prasarana lampu jalan pada kecamatan Leihitu, di Desa Asilulu masih
terbilang minim dan kurang diperhatikan oleh pemerintah, Hal ini justru menjadi
masalah bagi masyarakat setempat dalam beraktivitas pada Malam hari yang mana
dapat meningkatkan risiko kecelakaan, tidak dapat melihat lingkaran dan lintasan
jalan raya, juga dapat mengurangi kenyamanan dalam pengguna jala raya. Selain itu,
prasarana persampahan dan sistem sanitasi pada hampir seluruh wilayah
Kecamatan Leihitu.(Antara Maluku, 2021)
c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Kondisi sosial dan ekonomi berarti keadaan yang berkenaan dengan
kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses
sosial dimana proses sosial ini terjadi karena adanya interaksi sosial. Di Kecamatan
Leihitu terdapat 485 jiwa dari 85 kepala keluarga yang dikategorikan sebagai
Masyarakat kurang mampu (BPS Kabupaten Maluku Tengah, 2016-2020).
Di Kecamatan Leihitu diketahui suatu budaya dari Desa Mamala dan Desa
Morella yang dikenal dengan ‘Pukul Manyapu’. Tradisi ini dilakukan setiap tahun
dan memiliki peminat yang cukup banyak baik dari warga local maupun manca
negara yang kebetulan sedang berwisata. Namun, tidak ada Balai Pelestarian
Kebudayaan (BPK) yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk
penyelanggaraan tradisi ini. Sehingga kadang dalam penyelenggaran tradisi ini
terkendala oleh cuaca yang tidak menentu.
3
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Menyusun arahan dan konsep rencana tata ruang berdasarkan analisis
aspek fisik lingkungan, sosial dan ekonomi dengan mengacu pada pedoman
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang.
1.3.2 Sasaran
Adapun Sasaran dari penulisan proposal ini yaitu ;
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan aspek fisik dan non fisik wilayah
studi
2. Menganalisis Struktur Internal Wilayah Perencanaan
3. Menganalisis Kedudukan dan Peran Wilayah Perencanaan
4. Menganalisis Sumber Daya Alam dan Lingkungan serta Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan Hidup
5. Menganalisis Kondisi Sosial dan Kependudukan
6. Menganalisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana serta Sistem Pergerakan
7. Menyusun Konsep dan arahan Rencana Tata Ruang
8. Menyusun Peraturan Zonasi
4
5. Kondisi Sosial dan Kependudukan
6. Kebutuhan Sarana dan Prasarana serta Sistem Pergerakan
7. Konsep dan arahan Rencana Tata Ruang
8. Peraturan Zonasi
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa desa yang memiliki
luas terbesar yaitu Desa Seith dengan luasan 33,02 km2 dan desa yang memiliki luas
terkecil adalah Desa Hitu Lama dengan luasan 8,86 km2 . Berikut ini merupakan
batas-batas asministrasi Kecamatan Leihitu :
5
Sebelah Selatan : Kota Ambon
Sebelah Timur : Kecamatan Salahutu
Sebelah Barat : Kecamatan Leihitu Barat
6
Peta 1.1 Peta Administrasi Wilayah Kecamatan Leihitu
7
1.5 Kerangka Pikir
8
1.6 Tabel Kebutuhan Data & Metode Analisis
Dalam pengumpulan data, kami melakukan pengumpulan sumber data yang terdiri dari dsurvey sekunder dan survey primer.
Berikut tabel kebutuhan data yang di perlukan oleh kelompok.
Tabel 1.2 Kebutuhan Data
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
Analisis Struktur - Panjang jalan yang ada di Deskripsi dan Survey BPS Terbaru Ariel Farfar
Internal wilayah kecamatan leihitu tabel sekunder Kab.Maluku
Perencanaan -RTRW Provinsi Maluku Tengah
Analisis -RTRW Kabupaten Maluku Deskripsi dan Survey PUPR Kab. Terbaru Ardhianto Sulkan
kedudukan & Tengah Peta sekunder Maluku
peran wilayah -RPJPD Kabupaten Maluku Tengah,
Perencanaan tengah BAPPEDA
dalam wilayah -RPJMD Kabupaten Kab. Maluku
yang lebih luas MalukuTengah Tengah
Analisis Sistem -RTRW Kabupaten Maluku Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Alief M K. Rumatiga
Penggunaan Lahan Tengah, Peta, Tabel, sekunder, Maluku
-Luas dan jenis Dokumentasi Survey Primer Tengah,
penggunaan Lahan Secara BAPPEDA
Eksisting Kab. Maluku
Tengah
Analisis Sumber -Persebaran air permukaan Deskripsi Survey BPS Terbaru Evans A. Laisina
daya alam dan dan air tanah, Peta, Tabel, sekunder , Kab.Maluku Mohammad Fitra
fisik atau -Jumlah curah hujan dan dan Survey Primer Tengah, BWS
lingkngan hari hujan, dokumentasi Kab.Maluku
9
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
-Luas dan sebaran Daerah Tengah
aliran sungai
Luas, jenis dan sebaran Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Evans A. Laisina
Tanah Peta, Tabel, sekunder, Maluku Mohammad Fitra
dan Survey Primer Tengah, BPS
dokumentasi Kab.Maluku
Tengah
Bencana alam yang pernah Deskripsi Survey PUPR Kab. 5 tahun terakhir Evans A. Laisina
terjadi dan luas daaerah Peta, Tabel, sekunder, Maluku Mohammad Fitra
terdampak bencana dan Survey Primer Tengah,
dokumentasi BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah
Peta topografi dan peta Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Evans A. Laisina
kemiringan lereng Peta, Tabel, sekunder, Maluku Mohammad Fitra
dan Survey Primer Tengah,
dokumentasi BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah
Potensi bahan galian Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Evans A. Laisina
golongan C, potensi Peta, Tabel, sekunder, Maluku Mohammad Fitra
sumberdaya lainnya dan Survey Primer Tengah,
dokumentasi BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah
10
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
Curah Hujan, hari hujan, Deskripsi Survey BPS 5 tahun terakhir Evans A. Laisina
intensitas hujan, Peta, Tabel, sekunder, Mohammad Fitra
temperatur rata- dan Survey Primer
rata,kelembapan relatif, dokumentasi
dan lama penyinaran
matahari.
Jenis, luas dan potensi Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Evans A. Laisina
pertanian, perikanan, Peta, Tabel, sekunder, Maluku Mohammad Fitra
perkebunan dan pariwisata dan Survey Primer Tengah,
dokumentasi BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah, BPS
Kab. Maluku
Tengah
Analisis Kapasitas Data penggunaan lahan, Deskripsi Survey PUPR Kab. Terbaru Alfonsa Naryemin
Daya Dukung & luas dan jenis penggunaan Peta, Tabel, sekunder, Maluku Andar Suswanto
Daya Tampung lahan, jumlah penduduk, dan Survey Primer Tengah,
Lingkungan Hidup dan luas wilayah secara dokumentasi BAPPEDA
keseluruhan Kab. Maluku
Tengah, BPS
Kab. Maluku
Tengah
Jumlah rumah per desa di Deskripsi dan Survey PUPR Kab. Terbaru Alfonsa Naryemin
kecamatan, jumlah backlog, Tabel sekunder, Maluku Andar Suswanto
jumlah penduduk, jumlah Survey Primer Tengah,
kebutuhan rumah BAPPEDA
11
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
Kab. Maluku
Tengah, BPS
Kab. Maluku
Tengah
Jumlah debit, produksi dan Deskripsi dan Survey PUPR Kab. Terbaru Alfonsa Naryemin
kehilangan air berdasarkan Tabel sekunder, Maluku Andar Suswanto
desa, Survey Primer Tengah,
BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah, BPS
Kab. Maluku
Tengah
Analisis Sosial Data budaya, adat istiadat Deskripsi Survey Kantor Terbaru Giocindy Huawae
Budaya dan negeri atau desa yang sekunder, Kecamatan
masih menganut sistem Survey Primer Leihitu
adat
Analisis -Jumlah penduduk Deskripsi, Survey BPS Kab. 10 tahun Hasnawati Z. Rumakey
Kependudukan berdasarkan desa dari Tabel dan Sekunder Maluku terakhir Helena K I. Heatubun
tahun ke tahun, Peta Tengah dan
-jumlah penduduk Kantor
berdasarkan jenis kelamin, Kecamatan
umur, agama, tingkat Leihitu
pendidikan dan jenis
pekerjaan,
-jumah penduduk lahir,
mati berpindah dan masuk
12
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
kecamatan per tahun
-Kepadatan penduduk
-Komposisi Penduduk
Analisis Ekonomi - Produk Domestik Deskripsi, Survey PUPR Kab. Terbaru Gallang Renwarin
dan Sektor Regional Bruto (PDRB dan Tabel Sekunder Maluku
Unggulan harga berlaku, PDRB harga Tengah,
konstan, pendapatan BAPPEDA
perkapita, laju PDRB Kab. Maluku
berdasarkan pengeluaran, Tengah
laju
- pertumbuhan PDRB
berdasarkan lapangan
usaha) administrasi yang
termasuk dalam wilayah
perencanaan dirinci
berdasarkan lapangan
usahanya,
-volume komoditi dari
masing masing sector basis
wilayah,
- Volume ekspor komoditi
yang sama di wilayah
pembanding, Kontribusi
produk domestic regional
bruto (PDRB) sektor
terhadap perekonomian
13
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
wilayah,
Sektor/komoditas,
potensial yang
terpengaruh oleh
kebijakan pemerintah
sehingga diharapkan
dapat menjadi Potensi
pasar untuk komoditas
sektor
komoditas unggulan
Analisis Jumlah angkutan umum, Deskripsi, Survey PUPR Kab. Terbaru Annisa S P. Maharani
Transportasi jenis kendaraan yang dan Tabel sekunder, Maluku
(Pergerakan) digunakan, jarak antara Survey Primer Tengah,
pusat kegiatan, BAPPEDA
Kab. Maluku
Tengah
Analisis Kondisi Data KDB, KLB, Ruang Deskripsi, Survey Lapangan Risal Salawano
Lingkungan terbuka hijau, peta Tabel dan sekunder, Milenia Nahumarury
Binaan kawasan, panjang dan luas Peta Survey Primer
pedestrian
Analisis Luas, sebaran dan jumlah Deskripsi Survey BPS Kab. Terbaru Andri S. Munte
Ketersediaan ruang terbuka hijau dan Peta, Tabel, sekunder, Maluku
ruang terbuka non hijau, dan jumlah dan Survey Primer Tengah,
hijau dan nonhijau penduduk dokumentasi Lapangan
Analisis Sarana Jumlah sebaran sarana Deskripsi Survey BPS Kab. Terbaru Viona M. Tethool
dan Prasarana kesehata, pendidikan, Peta, Tabel, sekunder, Maluku Patricia J. Entamoing
14
Analisis Kebutuhan Data Jenis Data Metode Instansi Tahun Penanggung Jawab
pengumpulan
data
pemerintahn, peribadatan, dan Survey Primer Tengah,
perekonomian dan dokumentasi Lapangan
pelayanan umum
Ketersediaan dan Deskripsi Survey BPS Kab. Terbaru Viona M. Tethool
kondisi prasarana Peta, Tabel, sekunder, Maluku Patricia J. Entamoing
(jaringan jalan, dan Survey Primer Tengah,
jaringan transportasi, dokumentasi Lapangan
jaringan drainase,
jaringan persampahan,
jaringan
telekomunikasi, jaringan
air bersih, jaringan listrik,
dan jaringan pedestrian
Analisis Deskripsi Survey BAPPEDA Terbaru Viona M. Tethool
Karakteristik Peta, Tabel, sekunder, Kab.Maluku
Peruntukan Zona dan survey primer Tengah,
dokumentasi Lapangan
Sumber : Kelompom 3, 2024
15
Metode Analisis
Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mengumpulkan data dengan tujuan mendeskripsikan, membuktikan,
mengembangkan, dan menemukan pengetahuan serta teori guna memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia.
Metode penelitian bermanfaat untuk mempermudah peneliti dalam
menentukan langkah-langkah dalam pengumpulan dan pengolahan data serta cara
analisis atas data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu
menemukan sebuah jawaban ilmiah atas suatu masalah. Secara umum metode
penelitian yang sering digunakan adalah metode kuantitatif yang menggunakan data
berupa angka dengan analisa data yang bersifat statistik, dengan tujuan untuk
menguji dan membuktikan hipotesis yang telah ditentukan, kemudian metode
kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah seperti perilaku, persepsi,
motivasi, dll yang dialami populasi atau sampel.
16
Tabel 1.3 Metode Analisis
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
1. Kuantitatif Sumber Daya Deskripsi dan Interpretasi Peta Mengetahui sumber sumber mata air, serta sumber
Alam dan Fisik daya lainnya. Mengetahui klasifikasi jenis tanah
Lingkungan pada wilayah menurut luasannya, topografi atau
penampakan wilayah serta dapat
mengklasifikasikan jenis lereng/kemiringan area
wilayah. Mengetahui iklim dan curah hujan pada
wilayah.
17
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
Kapasitas Daya Kemampuan Lahan untuk Alokasi Pemanfaatan Mengetahui klasifikasi kemampuan dan ketersedian
Dukung & Ruang serta kebutuhan lahan dalam suatu wilayah,
Daya Tampung mendapatkan hasil perhitungan daya dukung dan
Lingkungan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan daya tamping lahan untuk permukiman. Mengetahui
Hidup ketersediaan air juga kebutuhannya dalam suatu
Daya Dukung Lahan untuk Permukiman wilayah
50 % (n % x luaslahan ( m2 ) )
Daya tampung x
100
5(jiwa)
18
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
Kepadatan Penduduk Kasar
Jumlah penduduk
Luas wilayah
Kepadatan Pemukiman
Luas lahan permukiman
Luas wilayah
Kepadatan Rumah
Jumlah luas rumah
Luas lahan pemukiman
[ ]
(1+ gj)
(1+Gj)
DLQ = t
(1+ gi)
(1+Gi)
19
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
mencakup semua aktivitas yang terkait
dengan perjalanan, baik itu untuk tujuan
pribadi, komersial, atau logistik)
Sistem Jaringan
(Sistem jaringan transportasi meliputi semua
infrastruktur fisik seperti jalan, rel kereta api,
jalur udara, dan jalur air yang saling
terhubung untuk memungkinkan pergerakan
orang dan barang dari satu tempat ke tempat
lain)
Sistem Pergerakan
(Sistem pergerakan lalu lintas mencakup
rekayasa dan manajemen lalu lintas yang
bertujuan untuk mengatur aliran kendaraan
secara efisien dan aman di jalan raya serta
infrastruktur transportasi lainnya)
Kondisi Figure Ground Dapat mengidentifikasikan ikon-ikon suatu wilayah,
Lingkungan mengetahui tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
Binaan Aksesibilitas Pejalan Kaki dan Pesepeda maksimum bangunan terhadap lahan/tapak
peruntukannya. Terdiri dari: Koefisien Dasar
Intensitas Pemanfaatan Ruang Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
KDB: Garis Sempadan Bangunan(GSB), dan Koefisien
Luas Lantai Bangunan Dasar Daerah Hijau (KDH)
¿ x 100 %
Luas Tanahatau Blok
KLB:
Angka perbandingan jumlah seluruh luas
lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun
20
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
dengan luas lahan yang dikuasai
Luas seluruh lantai bangunan
x 100 %
Luas Tanah atau Blok
GSB:
Dikaji menurut Pasal 13 Undang-undang
No.28 Tahun 2002. GSB diukur dari sisi
terdekat lebar jalan dengan bangunan rumah
1
lebar jalan
2
KDH:
Merupakan angka persentase perbandingan
antara luas seluruh ruang terbuka diluar
bangunan gedung yang diperuntukan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas lahan
yang dikuasai
Luas area hijau
x 100 %
Luas lahan
Ketersediaan Perbandingan Luasan RTH dan Ruang Terbuka Mengetahui persentase RTH (ruang terbuka hijau)
Ruang Terbuka Non-hijau dan Ruang Terbuka Non-hijau serta dapat
Hijau dan Non mengetahui ketersedian juga kesesuaian
Hijau berdasarkan penggunaan lahan pada wilayah
Sarana dan Kebutuhan Sarana Wilayah Mengetahui kebutuhan eksisting sarana prasarana
Prasarana Pendidikan: juga kebutuhan proyeksi nya.
Jumlah Penduduk Menurut Usia Per Tahun
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Kesehatan:
21
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
J umlah Penduduk Per Tahun
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Peribadatan:
Jumlah Penduduk Menurut Agama
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Perkantoran:
Jumlah Penduduk Per Tahun
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Perdagangan:
Jumlah Penduduk Per Tahun
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Ruang Terbuka:
Jumlah Penduduk Per Tahu n
¿
Jumlah Penduduk Pendukung
Jaringan Drainase:
(Penyediaan jaringan drainase mengacuh
pada SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara
perencanaan umum drainase perkotaan)
Jaringan Persampahan:
22
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
SNI 3242-2008 (Kota Besar 3L/orang/hari,
Kota Kecil 2,5 L/orang/hari)
Proyeksi Timbulan:
¿ Vol Sampah X Jumla h Jiwa
Jaringan Telekomunikasi:
P=X% x Pt
Ket: P=Jumlah pelanggan seluler
X=Telendensitas Seluler (63,85%. BPS Maluku
2022) Pt=Jumlah penduduk pada tahun t
Jaringan Listrik:
(Dikaji berdasarkan SNI 03-1733-2004
Tentang tata cara perencanaan lingkungan
perumahan diperkotaan secara minimal
sebesar 450 VA per jiwa)
Struktur Sistem Pusat Pelayanan & Sistem jaringan jalan
2. Kualitatif Internal
Wilayah (Menggunakan analisis skalogram, Indeks
Perencanaan sentralitas dan Sociogram/Christaller untuk
menentukan hirarki dan orde-orde pusat
pelayanan daerah)
23
Metode Sasaran
No. Analisis Output
Analisis Analisis
Kedudukan &
Peran Wilayah
Perencanaan
dalam Wilayah
yang Lebih
Luas
Sistem Simpangan Pola Ruang RTRW & Kondisi eksisting
Penggunaan (Dikaji berdasarkan Peraturan Daerah Kab.
Lahan Maluku Tengah No.1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Maluku
Tengah Tahun 2011-2031)
Tutupan Lahan
(Klasifikasi Permen PU No 20 Tahun 2007)
Sosial Budaya Elemen Kota (Historis/Kebudayaan) Analisis ini menjadi landasan dalam penyusunan
(Mengklasifikasikan elemen-elemen kota/ rencana tata ruang wilayah serta dalam
bangunan- bangunan yang mempunyai nilai pembangunan sosial budaya masyarakat, serta
sejarah dan nilai kebudayaan, serta anggaran dapat mengetahui dan mendata struktur sosial dan
pemeliharaan elemen kota tersebut) budaya dalam kehidupan masyarakat.
24
1.7 Rencana Kerja
25
Tabel 1.4 Rencana Kerja
33
NO. MATERI FEBRUARI MARET APRIL MEI
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
3. Kondisi Kependudukan
IV PENGOLAHAN DATA & ANALISIS
1. Analisis Struktur Wilayah
Perencanaan
2. Analisis Kedudukan & Peran
Wilayah Perencanaan dalam
Wilayah yang Lebih Luas
3. Analisis Sistem Penggunaan Lahan
4. Analisis Sumber Daya Alam &
Fisik atau Lingkungan
5. Analisis Kapasitas Daya Dukung &
Daya Tampung Lingkungan Hidup
6. Analisis Sosial Budaya
7. Analisis Kependudukan
8. Analisis Ekonomi dan Sektor
Unggulan
9. Analisis Transportasi
10. Analisis Kondisi Lingkungan
Binaan
11. Analisis Ketersediaan Ruang
Terbuka Hijau & Non Hijau
12. Analisis Sarana dan Prasarana
V RENCANA PENATAAN RUANG
WILAYAH/KOTA
1. Tujuan Penataan Wilayah & Kota
2. Rencana Struktur Ruang
3. Rencana Pola Ruang
VI PERATURAN ZONASI
Sumber : Kelompok 3, 2024
34
1.8 Pembagian Tugas
Struktur pembagian tugas merupakam sistem yang digunakan untuk mendefinisikan
hierarki dalam sebuah kelompok atau organisasi dengan tujuan menetapkan cara
sebuah kelompok dapat beroperasi, dan membantu organisasi tersebut dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
35
Adapun dalam penyusunan laporan ini terbagi atas beberapa materi dengan
penangung jawab sebagai berikut:
36
4.5.1 Analisis Kemampuan Lahan Untuk Alokasi
Pemanfaatan Ruang Alfonsa Naryemin
4.5.2 Analisis Perbandingan antara Ketersediaan dan
Kebutuhan Lahan
4.5.3 Analisis Daya Dukung Lahan untuk Permukiman Andar Suswanto
4.5.4 Analisis Antara Ketersediaan dan Kebutuhan Air
4.6 Analisis Sosial Budaya Geocindi Huwae
4.7 Analisis Kependudukan
4.7.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk
4.7.2 Pertumbuhan Penduduk
4.7.3 Kepadatan Penduduk Hasnawati Rumakey
4.7.4 Komposisi Penduduk
4.7.5 Dinamika Penduduk Helena K. I Heatubun
37
1.9 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam penulisan laporan ini, terdiri dari enam bab yang digunakan untuk
mempermudah pembaca dalam memahami isi dari laporan secara keseluruhan. Adapun
sistematika dalam penulisan laporan Studio Perencanaan Wilayah dan Kota sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang, Isu Permasalahan Pada Wilayah Studi, Tujuan dan sasaran, Ruang
Lingkup yang mencakup Ruang Lingkup Materi dan Ruang Lingkup Wilayah, Kerangka
Pikir Studi, Kebutuhan Data dan Metode Analisis, Rencana Kerja, Pembagian Tugas,
Sistematika Penulisan Laporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN TATA RUANG & PEMBANGUNAN
Berisi Arah Kebijakan RPJPD Kota Ambon/ Kab. Maluku Tengah, Arah Kebijakan RPJMD
Kota Ambon/ Kab. Maluku Tengah, Review RTRW Kota Ambon, Review RDTR (Lokasi
kawasan yang sudah memiliki RDTR -> RTDR Pusat Kota Ambon, dan Ketentuan
Sektoral terkait Pemanfaatan Ruang di Kota Ambon/ Kab. Maluku Tengah.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Berisi Kondisi geografis dan administratif, kondisi penggunaan lahan dan kondisi
kependudukan.
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Berisi Analisis Struktur Internal Wilayah Perencanaan, Analisis Kedudukan & Peran
Wilayah Perencanaan dalam Wilayah yang Lebih Luas, Analisis Sistem Penggunaan
Lahan (Land Use), Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan, Analisis
Kapasitas Daya Dukung & Daya Tampung Lingkungan Hidup, Analisis Sosial Budaya,
Analisis Kependudukan, Analisis Ekonomi & Sektor Unggulan, Analisis
Transportasi/Pergerakan, Analisis Kondisi Lingkung Binaan, Analisis Ketersediaan
Ruang Terbuka Hijau dan Non Hijau, Analisis Sarana dan Prasarana, Karakteristik
Peruntukan Zona.
BAB V RENCANA PENATAAN RUANG WILAYAH/KOTA
38
Berisikan tentang Tujuan Penataan Wilayah & Kota, Rencana Struktur Ruang , Rencana
Pola Ruang, dan Ketentuan Pemanfaatan Ruang.
BAB VI PERATURAN ZONASI
Berisi tentang Ketentuan penggunaan lahan & Intensitas Pemanfaatan Ruang.
DAFTAR PUSTAKA & LAMPIRAN
39
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN TATA RUANG DAN PEMBANGUNAN
40
unggulan berdasarkan potensi sumberdaya alam dan karakteristik wilyah kepulauan
untuk mempertinggi taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat".
41
pemerintahan yang efektif, efisien dan akuntabel serta akomodatif terhadap
kemajemukan etnis, ras dan agama".
h. Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Maluku Tengah tahun 2005-
2025 dilakukan dengan sasaran untuk "mewujudkan tegaknya supremasi hukum yang
memenuhi aspek keadilan, ketegasan dan kepastian hukum, menghormati hak asasi
manusia, serta mengakomodasi nilai-nilai hukum adat yang dianut masyarakat".
42
segala bidang. Upaya penataan dan pembangunan kembali daerah ini antara lain melalui
penstabilan kondisi sosial dan kemananan, pemantapan perencanaan pembangunan
daerah, pembangunan infrastruktur pembangunan, peningkatan fasilitas pendidikan
dan kesehatan, dan penguatan partisipasi publik dalam pembangunan politik daerah
dan nasional. Dengan kata lain, pembangunan Maluku Tengah pada tahapan ini
ditujukan untuk menata kembali dan menciptakan pra kondisi makro daerah
menghadapi tantangan pembangunan yang makin kompleks pada tahapan
pembangunan berikutnya. Pertumbuhan ekonomi selama tahapan pembangunan ini
bukan merupakan tujuan utama, dan diperkirakan akan berkisar antara 3-5 persen per
tahun.
2. Tahap Kedua : RPJMD ke-2 (2010-2014)
Berdasarkan pencapaian pembangunan pada tahap pertama, maka pembangunan
daerah Kabupaten Maluku Tengah pada RPJMD ke-2 diarahkan untuk lebih mempermantap
fundamental kehidupan masyarakat Maluku Tengah, yang secara umum akan terindakasi
pada peningkatan mulai berfokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang makin
ditandai dengan keseimbangan peran investasi pemerintah dan swasta domestik, serta
perbaikan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk. Pada tahapan ini, pertumbuhan
ekonomi daerah diharapkan dapat berkisar antara 5-6 kabupaten Maluku Tengah akan
menikmati layanan pendidikan dan kesehatan secara lebih baik, akibat peningkatan daya beli
atau pendapatan ril per kapita sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang
diperkirakan akan mencapai 7-7,5 persen per tahun.
3. Tahap Ketiga: RPJMD ke-3 (2015-2019)
Berdasarkan capaian pembangunan pada tahap sebelumnya, maka pembangunan
daerah Kabupaten Maluku Tengah pada tahap ke-3 ini ditujukan untuk lebih
mengoptimalkan hasil-hasil pembangunan pada berbagai bidang, terutama yang
berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas kehidupan penduduk di daerah ini,
baik dari aspek daya beli, pendidikan, maupun kesehatan. Pada tahap ini,
sebagian besar penduduk.
4. Tahap Keempat: RPJMD ke-4 (2020-2024)
43
Berdasarkan capaian pembangunan pada tahap sebelumnya, maka
pembangunan daerah Kabupaten Maluku Tengah pada tahap yang keempat ini
ditujukan untuk memperteges langkah perwujudan visi pembangunan jangka panjang
daerah Kabupaten Maluku Tengah, yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat Maluku
Tengah yang maju, mandiri dan berkeadilan. Pada tahapan ini, pertumbuhan ekonomi
daerah diperkirakan akan mencapai lebih dari 7 persen per tahun, yang terutama
diperankan oleh pembentukan modal domestik regional bruto (termasuk investasi
asing). Layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas diharapkan dapat dinikmati
secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat dengan biaya ekonomi dan sosial yang
relatif terjangkau.
44
berdasarkan visi Kepala Daerah yang telah terpilih melalui proses Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Maluku Tengah pada periode masa jabatan
Tahun 2017-2022, yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2017-2022. Bertolak dari RPJPD Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2005-
2025 dan pencapaian RPJMD lima tahun sebelum serta memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis, permasalahan dan isu-isu strategis daerah
maka dirumuskan Visi Misi Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2017-2022 yaitu
”Mewujudkan Maluku Tengah yang lebih Maju, Sejahtera, dan Berkeadilan
dalam Semangat Hidup Orang Basudara” Penjabaran dari Visi tersebut:
Maju : Maluku Tengah yang maju dicirikan oleh masyarakat yang berkualitas, terampil
dan inovatif dengan ketahanan dan daya juang yang tinggi, taat aturan, kooperatif dan
inovatif, didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Kita ingin
mewujudkan Kabupaten Maluku Tengah yang maju dan menjadi jendela dari Indonesia
Timur (The Window of The East Indonesia). Maluku Tengah secara proaktif akan terus
kita dorong untuk melepas belenggu ketergantungan dan ketertinggalan yang
memasung potensinya, yang selalu bergerak, tumbuh dan berkembang sehingga dapat
mensejajarkan diri dengan masyarakat daerah lain yang telah lebih dahulu berkembang.
Sejahtera : yaitu kondisi kehidupan masyarakat Maluku Tengah yang terpenuhi
kebutuhan dasar sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja,
juga bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, bebas dari ketakutan dan belenggu
diskriminasi, dengan sumber daya manusia yang makin berkualitas secara fisik, psikis
maupun intelektualitas. Kehidupan masyarakat Maluku Tengah lebih sejahtera tidak
hanya berdimensi material atau jasmaniah, tetapi juga spiritual atau rohaniah, yang
memungkinkan rakyat menjadi manusia yang utuh dalam menggapai cita-cita, dan
berpartisipasi dalam proses pembangunan secara kreatif, inovatif, dan konstruktif.
Berkeadilan : yaitu kondisi dimana hasil pembangunan menyentuh seluruh lapisan,
elemen dan komponen masyarakat Maluku Tengah. Kesejahteraan merata bagi semua
orang, bukan kesejahteraan orang-seorang maupun sekelompok orang. Semua warga
masyarakat di Kabupaten Maluku Tengah memiliki peluang dan kesempatan yang sama
untuk hidup, berusaha dan berkembang serta menikmati hasil-hasil pembangunan,
45
memperoleh rasa aman, berpartisipasi dalam politik, kesetaraan gender, serta kepastian
hukum melalui penegakan hukum yang tegas dan tidak diskriminatif.
Semangat Hidup Orang Basudara : yaitu terpeliharanya tatanan kehidupan sosial dan
kearifan lokal masyarakat Maluku Tengah yang religius dan berbudaya, toleran, rasional,
dan bijak. Masyarakat Maluku Tengah harus hidup dalam situasi dan kondisi aman dan
damai, serta berakhlak mulia. Kehidupan masyarakat Maluku Tengah ditandai dengan
kuatnya empati sosial, toleransi sosial, solidaritas sosial, dan sikap demokratis dalam
menghadapi perbedaan, serta menjunjung tinggi supremasi hukum, dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia, yang akan bermuara pada terciptanya harmoni sosial
dalam kehidupan masyarakat Maluku Tengah sehari-hari, melalui budaya gotong royong
(Masohi), yang menjunjung tinggi semangat Siwalima dan Pela Gandong.
Pencapaian Visi RPJMD Kabupaten Maluku Tengah berdampak/berimplikasi
pada pembangunan Provinsi Maluku serta pembangunan Nasional sehingga sinergitas
antara pembangunan di tingkat Kabupaten dengan pembangunan di tingkat Provinsi
serta Nasional haruslah selaras. Visi RPJMD Provinsi Maluku untuk periode
pemerintahan 2014 - 2019 adalah sebagai berikut : “Mantapnya Pembangunan Maluku
Yang Rukun, Religius, Damai, Sejahtera, Aman, Berkualitas dan Demokratis Dijiwai
Semangat Siwalima Berbasis Kepulauan Secara Berkelanjutan” Dalam rumusan visi ini
terdapat penguatan pada dua pokok visi yakni Maluku Yang Rukun, Religius, Damai,
Sejahtera Dan Aman Dijiwai Semangat Siwa Lima Berbasis Kepulauan Secara
Berkelanjutan, dan; Maluku Yang Berkualitas Dan Demokratis Dijiwai Semangat
Siwalima Berbasis Kepulauan Secara Berkelanjutan. Agenda pembangunan nasional
disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yaitu:
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;
b. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya;
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan;
d. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
46
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional;
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik;
h. Melakukan revolusi karakter bangsa; dan RPJMD Kabupaten Maluku Tengah
2017-2022
i. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Hubungan antara Visi RPJMD Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2017-2022 dengan
Pokok Visi RPJMD Provinsi Maluku 2014-2019 dan Agenda Nasional Nawacita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Hubungan antara Visi RPJMD Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2017-2022 dengan Pokok
Visi RPJMD Provinsi Maluku 2014-2019 dan Agenda Nasional Nawacita
47
Semangat Hidup Maluku Yang Rukun, a. Menghadirkan kembali
Basudara Religius, Damai, negara untuk melindungi
Sejahtera Dan Aman segenap bangsa dan
Dijiwai Semangat memberikan rasa aman
Siwalima Berbasis kepada seluruh warga
Kepulauan Secara negara;
Berkelanjutan. b. Melakukan revolusi karakter
bangsa
c. Memperteguh kebhinekaan
dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia
Sumber: Hasil Analisis Bapplitbangda, 2017
48
Misi I Membangun Masyarakat Maluku Tengah Yang Lebih Sehat, Cerdas dan
Profesional
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sumber daya manusia adalah aset
utama pembangunan bangsa, sumber daya manusia selalu dijadikan tolak ukur
keberhasilan kualitas pembangunan. Meningkatkan sumber daya manusia melalui
sektor pendidikan, pemerintah Kabupaten Maluku Tengah telah menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan di seluruh kecamatan, meskipun dalam
penyebarannya belum merata di seluruh wilayah. Peran sektor pendidikan dalam
kesehatan akan menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan secara
langsung berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Ketersediaan
tenaga medis, keterjangkauan pelayanan, dan ketersedian sarana prasarana
kesehatan merupakan upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, agar pelayanan kesehatan relevan dengan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, diperlukan berbagai kebijakan daerah dalam pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Maluku Tengah.
Misi II Meningkatkan perekonomian Maluku Tengah yang mandiri, berdaya
saing, kuat, yang berpihak kepada masyarakat miskin
Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan
beranekaragam, baik di lautan maupun di daratan. Potensi ini tentu memiliki
peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan mampu
menambah nilai guna ekonomi bagi masyarakat. Nilai guna tersebut dapat diperoleh
melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah yang mendorong daya saing,
daya tahan dan kemandirian perekonomian daerah sehingga dapat menekan tingkat
kemiskinan serta memberi peluang kerja dan berusaha bagi masyarakat. Potensi
sumber daya alam senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan sebagai produk
unggulan dan diharapkan dapat mendorong pencapaian konsep One Village One
Product (OVOP).
Misi III Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana
wilayah yang berwawasan lingkungan
Dalam upaya mendukung keberhasilan pembangunan di semua sektor maka
ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana wilayah memiliki peran yang sangat
49
penting. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik tentu akan mendorong
pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya sehingga dapat memberi
sumbangan dan kontribusi terhadap peningkatan dan pertumbuhan ekonomi
daerah. Pencapaian misi ini didorong melalui peningkatan sarana dan prasarana
jalan, transportasi dan telematika, sumber daya air, peningkatan sarana dan
prasarana permukiman perkotaan dan perdesaan dengan tetap memperhatikan
kualitas lingkungan hidup serta meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan bencana.
Misi IV Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Bentuk pemerintahan yang berlandas pada prinsip good and clean governance
sangatlah penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dengan beragam
kebutuhan yang ada. Hal ini didorong melalui peningkatan akuntabilitas
pemerintahan yang didukung oleh aparatur sipil negara yang profesional, disiplin
dan memenuhi standar kompetensi. Peningkatan kualitas pelayanan publik terus
diupayakan sehingga terwujud perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas,
berkembangnya tata kelola pemerintahan berbasis e-Governance serta
meningkatkan kemajuan dan kemandirian negeri. Tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersinergi sampai ke tingkat negeri diharapkan mampu mendorong
pencapaian kemajuan dan peningkatan status desa mandiri.
Misi V Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Maluku Tengah Yang Berakhlak
Mulia, Rukun, Harmonis, dan Berbudaya.
Akhlak adalah nilai-nilai dasar yang membimbing seseorang dalam berperilaku.
Seseorang dikatakan berakhlak apabila perilakunya mengikuti kaidah-kaidah
kehidupan yang dikehendaki atau dibenarkan dalam agama, masyarakat dan hati
nuraninya. Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berakhlak mulia, maka
peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembinaan akhlak sangat
dibutuhkan, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik,
yang akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan
manusia, lahir dan batin karena akhlak merupakan kunci lahirnya masyarakat yang
damai, adil, dan sejahtera. Kondisi kehidupan masyarakat yang rukun dan harmonis
menjadi salah satu variabel yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
50
pembangunan. Kondisi yang cenderung aman dan damai serta kondusif memberi
ruang gerak yang luas bagi pelaksanaan program kegiatan pembangunan. Selain itu
Maluku Tengah sangat terkenal dengan keanekaragaman budaya dan tradisi yang
tentunya menjadi salah satu modal pembangunan yang harus dikembangkan.
Kearifan lokal dan budaya daerah seperti budaya Siwalima, Pela Gandong dan
Masohi merupakan kekayaan dan keanekaragaman adat istiadat yang dapat
menunjang bertumbuhnya keharmonisan hidup orang basudara berlandaskan
budaya siwalima, pela gandong dan Masohi. Berkembangnya tradisi dan budaya
tentunya dapat menunjang peningkatan promosi dan prestasi kesenian daerah di
tingkat provinsi dan nasional serta meningkatnya ketertiban dan kerukunan dalam
kehidupan orang basudara sebagai salah satu nilai dasar dan perekat yang harus
dipertahankan dan dilestarikan. Pengembangan seni juga mendapat perhatian
khusus sehingga ke depan Kabupaten Maluku Tengah dapat bersaing dengan daerah
lain di bidang olahraga dan seni
Dalam rangka pencapaian Misi VI - Memperkuat peran Perempuan dan
Pemuda serta peningkatan prestasi olahraga, ditetapkan 2 (dua) tujuan
sebagai berikut :
51
dan pemberdayaan pemuda dan olahraga. Untuk menjawab sasaran ini dapat
dicapai melalui indikator Persentase prestasi olahraga di tingkat regional.
2.3 Review RTRW Kabupaten Maluku Tengah
Hasil Review Berdasarkan Dokumen Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tengah
nomor 01 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tengah
tahun 2011-2031. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan sebuah
rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten. Tujuan RTRW
Kabupaten Maluku Tengah yaitu “Mengarahkan pembangunan di Kabupaten Maluku
Tengah dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,
selaras, seimbang, dan berkelanjutan” maka disusunlah Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah.
Dalam RTRW Kabupaten Maluku Tengah terdapat Struktur Ruang dan Pola Ruang
pada Kabupaten Maluku Tengah yaitu :
A. Rencana Struktur Ruang
a) Dalam RTRW Maluku Tengah Kecamatan Leihitu direncanakan sebagai PPK,
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf (a), yaitu Hila dan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15 huruf (b), yaitu fungsi satuan wilayah pengembangan
sebagaimana dimaksud Kecamatan Leihitu merupakan Wilayah
Pengembanagan (WP)-IV
b) Sistem Jaringan Transportasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3)
yaitu Jalan Provinsi Sebagai Jalan Kolektor Primer 2 meliputi ruas jalan Durian
Patah-Hitu, Hitu-Kaitetu, Hitu-Morella, Kaitetu-Negeri Lima, Negeri Lima-
Asilulu, Asilulu-Wakasihu, Morella-Liang.
c) Rencana Pengembangan Terminal Penumpang Sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 ayat (6) yaitu Terminal Tipe C di Kecamatan Leihitu di Kota Hitu dan
Hila
d) Rencana Pengembangan prasarana transportasi penyebrangan meliputi arahan
pengembangan pelabuhan penyebrangan sebagaimana dimaksud dalam pasal
20 bagian (d) yaitu di Kecamatan Leihitu (lokasi antara Negeri Lima-Asilulu)
52
yang menghubungkan Pulau Ambon (Maluku Tengah)- Pulau Seram (Bagian
Barat) dan Pulau Buru.
e) Rencana Pengembangan Prasarana transportasi laut meliputi pengembangan
pelabuhan lokasl sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 yaitu
1) Pelabuhan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a) Pelabuhan Hitu di Kecamatan Leihitu
2) Pengembangan Pelabuhan local sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a) Pelabuhan Tohuku di Kecamatan Leihitu
b) Pelabuhan Ureng di Kecamatan Leihitu
f) Rencana Pengembangan energy baru dan terbarukan oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (4) meliputi Energi Surya di
wilayah pedesaan dan terpencil di Kecamatan Tehoru, Banda Seram Utara, dan
Leihitu
53
b. Kawasan resapan air terletak di semua kecamatan.
Pasal 31
54
a. Cagar Alam Tanjung Sial di Kecamatan Leihitu dan Kecamatan Leihitu
Barat dengan luas kurang lebih 3.206 ha,
Pasal 34
1) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf e, meliputi
a. Lingkungan non bangunan,
b. Lingkungan bangunan non gedung,
c. Lingkungan bangunan gedung dan halamannya,
2) Lingkungan non bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi
a. Di Kecamatan Leihitu meliputi Air Terjun Waimananahu, Batu Layar, Batu
Suanggi, Batu Lubang, Pantai Namain, Pulau Tiga, Pantai Manuala, Taman
Laut Tanjung Setan, Kuburan Portugis, Pukul Sapu, Semut Warna;
3) Lingkungan bangunan non gedung sebagiamana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. Di Kecamatan Leihitu meliputi Benteng Amsterdam di Negeri Hila, Benteng
Rotterdam di Negeri Larike, Benteng Wawane di Negeri Morela, Benteng
Kapapaha di Negeri Morela;
4) Lingkungan bangunan gedung dan halamannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. Di Kecamatan Leihitu: Mesjid Tua Waupauwe di Negeri Kaitetu, Kerajaan
Tua Hitu di Negeri Hitu;
Pasal 35
1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 (1) huruf
f, meliputi:
a. Kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan gelombang pasang; dan
c. Kawasan rawan banjir,
d. Kawasan rawan bencana alam geologi.
55
2) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b,
meliputi Kecamatan Seram Utara Barat, Kecamatan Seram Utara, Kecamatan
Seram Utara Timur Kobi, Kecamatan seram Utara Timur Seti, Kecamatan
Tehoru, Kecamatan Teluti, Kecamatan Amahai, Kecamatan Teluk Elpaputih,
Kecamatan Nusalaut, Kecamatan Pulau Haruku, Kecamatan Banda, Kecamatan
Saparua, Kecamatan Leihitu Barat dan Kecamatan Leihitu..
Pasal 36
1) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Kawasan rawan letusan gunung berapi;
b. Kawasan rawan gempa bumi;
c. Kawasan rawan gerakan tanah:
d. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif,
e. Kawasan rawan tsunami;
f. Kawasan rawan abrasi; dan
g. Kawasan rawan bahaya gas beracun.
2) Kawasan rawan gempa bumi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi Kecamatan Seram Utara Barat, Kecamatan Seram Utara, Kecamatan
Tehoru, Kecamatan Teluti, Kecamatan Amahal, Kecamatan Kota Masohi,
Kecamatan Teon Nila Serua, Kecamatan Teluk Elpaputih, Kecamatan Banda,
Kecamatan Salahutu, Kecamatan Leihitu, dan Kecamatan Leihitu Barat
3) Kawasan rawan tsunami sebagamana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi
Kecamatan Teluk Elpaputih, Kecamatan Teon Nila Serua, Kecamatan Amahai,
Kecamatan Tehoru, Kecamatan Telutih, Kecamatan Seram Utara Barat,
Kecamatan Seram Utara, Kecamatan Leihitu Barat, Kecamatan Leihitu dan
Kecamatan Banda.
4) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi
Kecamatan Leihitu, Kecamatan Leihitu Barat, Kecamatan Elpaputih,
Kecamatan Amahai, Kecamatan Teon Nila Serua, Kecamatan Tehoru dan
Kecamatan Teluti.
56
5) Kawasan rawan bahaya gas beracun sebagaiamana dimaksud pada ayat (1)
huruf g meliputi Kecamatan Seram Utara, Kecamatan Banda, Kecamatan
Salahutu, Kecamatan Leihitu, dan Kecamatan Amahai
6) Ketentuan mengenai ketentuan pengendalian perkembangan wilayah
kabupaten dari kondisi rawan bencana tersebut selanjutnya diatur dalam
indikasi program utama untuk struktur dan pola ruang di wilayah Kabupaten
Maluku Tengah:
7) Indikasi program utama struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Maluku
Tengah mendukung bagi upaya melindungi resiko gangguan dan ancaman
langsung/tidak langsung dari terjadinya bencana lingkungan serta melindungi
asset-aset ekonomi masyarakat yang berupa prasarana, permukiman dan
kawasan budidaya dari gangguan dan ancaman bencana:
8) Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan tindakan preventif dalam
penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana melalui mitigasi
bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan RTR, kesiapsiagaan masyarakat
yang berada di kawasana rawan bencana, tanggap darurat, serta pemulihan dan
pembangunan kembali pasca bencana,
9) Penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam rangka penetapan
kawasan rawan bencana lingkungan dan wilayah pengaruhnya dapat diatur
dengan kajian yang lebih rinci dengan mengacu peraturan perundang-undangan
terkait.
Paragraf 2
Pola Ruang Untuk Kawasan Budidaya
Pasal 37
Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, meliputi
a. kawasan hutan produksi: kawasan pertanian: kawasan perairan peisisir dan
perikanan,
b. kawasan pertambangan mineral:
c. kawasan industri,
d. kawasan pariwisata:
57
e. kawasan permukiman: serta
f. kawasan perdagangan.
Pasal 38
1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf meliputi
a. kawasan hutan produksi terbatas,
b. kawasan hutan produksi tetap: dan
c. kawasan hutan yang dapat dikonversi.
2) Kawasan hutan yang dapat dikonversi sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) meliputi
a. Kecamatan Leihitu, dengan luas kurang lebih 2.832 ha.
3) Sepanjang menyangkut perubahan kawasan hutan akan diproses sesuai
mekanisme yang tercantum dalam Pasal 19 Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 dan Peraturan Menteri Kehutanan Pasal 28/Menhut-II/2009.
Pasal 39
1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf meliputi
kawasan tanaman pangan, kawasan hortikultura, kawasan perkebunan dan
kawasan peternakan.
2) Kawasan tanaman pangan diarahkan sebagai berikut
a. Kawasan pertanian lahan kering yang dapat berupa sawah tadah hujan dan
lahan yang tidak beririgasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak di
semua Kecamatan.
3) Kawasan perkebunan dan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi
a. Kecamatan Leihitu (Kelapa, Cengkeh, pala dan kakao, jeruk, durian dan
rambutan):
4) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan total luas
areal peternakan adalah sebesar kurang lebih 66.840 ha, yang terdiri dari luas
padang penggembalaan sebesar kurang lebih 44.440 ha dan luas areal ternak
besar dan unggas sebesar kurang lebih 22.400 ha dan meliputi: peternakan
ternak besar di Kecamatan Amahai, Seram Utara, Seram Utara Barat, Teon Nila
58
Serua, Tehoru, dan Teluk Elpaputih, peternakan ternak kecil di Kecamatan
Amahai, Seram Utara, Seram Utara Barat dan Teon Nila Serua, Tehoru, dan
Teluk Elpaputih, Kecamatan Saparua, Salahutu, Leihitu, Pulau Haruku,
peternakan unggas di Kecamatan Salahutu dan Leihitu.
Pasal 40
59
1) Pemanfaatan kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e,
terdiri atas: kawasan industri, dan kawasan industri tertentu.
2) Kawasan industri Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Kawasan industri kecil dan menengah (IKM) minyak Atsiri di Kecamatan
Seram Utara Barat, Seram Utara, Tehoru, Amahai, Kota Masohi, Banda,
Salahutu, Leihitu, dan Saparua:
b. Kawasan industri kecil dan menengah (IKM) berbagai macam makanan
tepung dari padi-padian, kacang- kacangan dan ubi-ubian di kecamatan
Seram Utara Barat, Seram Utara, Seram Utara Timur Kobi, Seram Utara
Timur Seti, Tehoru, Teluti, Amahai, Kota Masohi, Teon Nila Serua, Teluk
Elpaputih, Banda, Salahutu, Leihitu, Leihitu Barat, Saparua, Pulau Haruku
dan Nusalaut
c. Kawasan Industri Kecil menengah (IKM) berbagai macam makanan olahan
hasil perikanan di kecamatan Banda, Tehoru, Seram Utara, Seram Utara
Barat, Leihitu, Salahutu, Saparua, Pulau Haruku dan Amahai:
d. Kawasan Industri Kecil Menengah (IKM) pengasinan/pemanisan buah-
buahan di Kecamatan Banda dan Leihitu.
e. Kawasan industri pembuatan kapal ikan dari bahan kayu di Kecamatan
Leihitu.
Pasal 43
60
2) Pengembangan kawasan budidaya permukiman senantiasa aman dari bahaya
bencana alam, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana permukiman,
memperhatikan sanitasi lingkungan permukiman, membuka kesempatan
berusaha, serta meningkatkan ketersediaan kebutuhan lahan permukiman bagi
penduduk:
3) Pemanfaatan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.
4) Rencana pengelolaan kawasan permukiman meliputi
a. Pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan
fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai
pusat pelayanan antar desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat
pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman,
b. Peningkatan kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan
pertanian,
c. Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap menjaga
fungsi dan hirarki kawasan perkotaan,
d. Pengembangan kluster-kluster permukiman perkotaan untuk menghindari
penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara
kluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau,
e. Kluster-kluster permukiman perkotaan sebagaimana disebut pada butir d,
salah satunya melalui program transmigrasi yang direncanakan
dikembangkan di Kecamatan Seram Utara, Seram Utara Barat, Amahai, dan
Tehoru.
f. pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan skala kabupaten dan perkotaan kecamatan
yang ada di kabupaten,dan
g. pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat
peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru
sebagai akibat dari perkembangan kegiatan sentra ekonomi dan kegiatan
industri yang dilakukan dengan tetap memperhatikan keseimbangan
lingkungan hidup.
61
Bagian Ketiga Penetapan Kawasan Strategis Pasal 45
1) Rencana pengembangan kawasan strategis merupakan kawasan strategis yang
ditetapkan dalam skala kabupaten meliputi kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya, kawasan strategis dari sudut kepentingan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.
2) Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi
a. Kecamatan Saparua, Pulau Haruku, Nusalaut, Salahutu, Leihitu dan Leihitu
Barat adalah sentra perkebunan cengkeh dan pala.
62
2. Keinginan kuat seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan sektor
pariwisata sebagai sektor unggulan mensyaratkan adanya kerangka rencana
yang sinergis, terpadu dan aplikatif.
3. Sinkronisasi arah kebijakan, strategi dan program lintas sektor berjangka waktu
secara utuh agar sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional (RIPPARNAS)
Atas pertimbangan itulah kedudukan RIPPARDA menjadi sangat penting.
Kedudukan dokumen Kaji Ulang RIPPARDA Kabupaten Maluku Tengah sebagai
pedoman, arahan dan acuan bagi pengembangan kepariwisataan secara umum.
Pedoman ini lebih lanjut dapat dipergunakan untuk menyusun Rencana
Pengembangan Kawasan Wisata, Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata
(RIPOW), maupun Detil Engineering Design (DED) Objek Wisata. Lebih lanjut,
dalam kaji ulang RIPPARDA Maluku Tengah memberikan arahan dan strategi
dalam mengembangkan kepariwisataannya melalui keluarannya berupa:
a) Perwilayahan pembangunan pariwisata daerah yang mencakup : penetapan
wilayah destinasi pariwisata kabupaten (DPK) dan wilayah kawasan strategis
pariwisata kabupaten (KSPK);
b) Pengembangan destinasi pariwisata yang mencakup: penetapan dan
pengembangan daya tarik wisata, aksesibilitas, prasarana umum dan fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, pengembangan investasi.
c) Pengembangan pemasaran pariwisata yang mencakup : pengembangan pasar
wisatawan; pengembangan citra pariwisata; pengembangan promosi pariwisata
dan pengembangan kolaborasi pemasaran antar pemangku kepentingan
pariwisata
d) Pengembangan industri pariwisata yang mencakup: penguatan industri
pariwisata; strategi peningkatan daya saing pariwisata; pengembangan
kemitraan usaha pariwisata; mendorong kredibilitas bisnis; pengembangan
tanggung jawab lingkungan.
e) Pengembangan kelembagaan kepariwisataan kabupaten: penguatan organisasi
kepariwisataan kabupaten; pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
63
f) Pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata : pengembangan potensi,
kapasitas dan partisipasi masyarakat/ulayat melalui Pembangunan
Kepariwisataan
Semakin pentingnya sektor pariwisata bagi peningkatan pendapatan
daerah dan masyarakat menyebabkan persaingan dalam menjual produk
semakin ketat. Karena itu daerah tujuan wisata di Kabupaten Maluku Tengah
harus lebih mengembangkan produk dan atraksi wisata yang dimiliki.
b. Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL)
Kabupaten Maluku Tengah tahun 2019-2023
Arah kebijakan Pemerintah Maluku Tengah dalam pencapaian target air minum
dan sanitasi yang layak yakni meningkatnya cakupan akses air minum yang layak dan
berkelanjutan dari 81,39% pada tahun 2017 menjadi 100% pada tahun 2023, sehingga
cakupan akses air minum yang layak dan berkelanjutan dapat tercapai serta
meningkatnya cakupan akses sanitasi yang layak dan berkelanjutan dari 52,04% pada
tahun 2017 menjadi 100% pada tahun 2023, sehingga target cakupan akses sanitasi
yang layak dan berkelanjutan dapat tercapai. Untuk mencapai hal tersebut maka target
kinerja pelayan air minum dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Maluku Tengah
sampai dengan tahun 2023 dapat dilihat dalam table berikut:
64
No Tujuan Sasaran Indikator Target Tahun Kerja
Kinerja 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Meningkatkan Meningkatnya Persentase 52.04% 60.84% 68.10% 76.39% 83.99% 92.05% 100.00%
cakupan akses cakupan akses air rumah tinggal 220,578 jiwa 270,680 325,685 393,246 466,068 551,285 647,192
air minum dan minum yang bersanitasi jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa
sanitas yang layak dan
layak dan berkelanjutan
berkelanjutan. Meningkatnya Persentase 81.39% 84.03% 86.67% 89.31% 91.95% 94.59% 100.00%
cakupan akses penduduk
sanitasi yang berakses air
layak dan minum
berkelanjutan 344,981 jiwa 373,853 414,495 459,776 510,246 566,513 647,192
jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2019 (RAD AMPL) Kab Maluku Tengah tahun 2019-2023
65
Untuk mencapai tujuan pelayanan air minum yang layak, pemerintah Kab Maluku
Tengah harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:
1. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta harga yang
terjangkau oleh Masyarakat.
2. Memperkuat kelembagaan dan regulasi dengan mengoptimalkan peran
instansi pemerintah, swasta, masyarakat dan lembaga peduli dalam
pemenuhan air minum.
3. Tersedianya air setiap waktu yang dapat diakses oleh masyarakat khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah secara berkesinambungan.
4. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan operasi.
Strategi pencapaian layanan air minum di Kab Maluku Tengah harus mencapai
target 100% pada tahun 2023 dengan terlayaninya air minum yang layak guna
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat.
Strategi pencapaian sanitasi dimana Kab Maluku Tengah harus mencapai sasaran
yakni cakupan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) harus 100% ditahun 2023,
menurunya angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS) sebesar 100% ditahun
2023, meningkatnya peran media dalam promosi PHBS, serta meningkatnya jumlah
dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS sampai tahun 2023.
Dari kedua arah strategi pencapaian air minum yang layak maka pemerintah
kabupaten maluku Tengah akan mencapai target universal akses tahun 2023,
pencapaian harus mencapai 100-0-100 yaitu 100% air bersih, 0% pemukiman
kumuh dan 100% sanitasi.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
36
Berdasarkan tabel di atas Desa yang memiliki wilayah terbesar adalah Desa
Seith dengan luas wilayah 33,02 Km2 dan desa terkecil adalah Desa Hitu Lama
dengan luas 8,86 Km2.
37
38
Kondisi fisik
Hidrologi
35
Berdasarkan tabel di atas Desa Morela dengan jumlah sungai atau kali
terbanyak di Kecamatan Leihitu dan Desa Hitu Lama merupakan desa dengan
jumlah sungai atau kali yang sedikit.
Klimatologi
Iklim di Kabupaten Maluku Tengah adalah iklim laut tropis dan iklim musim,
karena letak wilayah Maluku Tengah yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi
oleh laut luas. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan
berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan
musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim
Pancaroba. Musim Pancaroba merupakan transisi dari kedua musim tersebut.
Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2021, cura hujan tertingi terdapat pada
bulan Juli yaitu sebesar 938,70 mm dan curah hujan terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 32,30 mm.
36
Kondisi Administrasi
Pemerintahan
37
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaan.
Di dalam penggunaan lahan ini terdapat daya dukung lahan yakni daya
dukung menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk lain dan keseimbangan antar keduanya. Analisis
daya dukung lahan perlu dilakukan agar dapat mengetahui dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk dengan kapasitasnya agar tetap seimbang.
Kecamatan Leihitu diliputi oleh hutan, padang rumput, pertanian, semak dan
tanah terbuka. Berikut ini merupakan perhitungan penggunaan lahan pada
Kecamatan Leihitu :
Jika dilihat pada tabel di atas Kecamatan Leihitu didominasi oleh hutan lahan
kering sekunder dengan luas 107,94 Km2 atau 50,14% dan terkecil adalah hutan
lahan kering primer dengan luas 2,65 Km2 atau 1,23%.
38
Pengunaan Lahan Desa Asilulu
Pengunaan Lahan Luas (Km2) Persentase (%)
Hutan Lahan Kering
13,36 58,70%
Sekunder
Permukiman 0,08 0,33%
Pertanian Lahan Kering 4,12 18,09%
Pertanian Lahan Kering
4,30 18,92%
Bercampur Semak
Semak Belukar 0,90 3,95%
Total Keseluruhan 22,76 100%
Sumber : SHP RTRW Kab. Maluku tengah, 2011-2031
Berdasarkan tabel di atas penggunaan lahan pada Desa Hila didominasi oleh
semak belukar dengan luas 10,63 Km2 atau 45,89% dan penggunaan lahan terkecil
adalah tanah terbuka dengan luas wilayah 0,06 Km2 atau 0,26%.
39
Berdasarkan tabel di atas penggunaan lahan pada Desa Hitu Lama
didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan luas wilayah 2,92 Km 2 atau
33,98% dan penggunaan lahan terkecil didominasi oleh semak belukar dengan luas
0,23 Km2 atau 2,70%.
40
Pengunaan Lahan Desa Mamala
Pengunaan Lahan Luas (Km2) Persentase (%)
Hutan Lahan Kering
10,48 58,37%
Sekunder
Permukiman 0,24 1,31%
Pertanian Lahan Kering 1,14 6,35%
Pertanian Lahan Kering
6,10 33,96%
Bercampur Semak
Total Keseluruhan 17,96 100%
Sumber : SHP RTRW Kab. Maluku tengah, 2011-2031
41
Pengunaan Lahan Desa Seith
Pengunaan Lahan Luas (Km2) Persentase (%)
Hutan Lahan Kering Primer 2,65 8,11%
Hutan Lahan Kering
18,34 56,11%
Sekunder
Permukiman 0,68 2,08%
Pertanian Lahan Kering 4,57 13,98%
Semak Belukar 6,45 19,72%
Total Keseluruhan 32,69 100%
Sumber : SHP RTRW Kab. Maluku tengah, 2011-2031
42
Berdasarkan tabel di atas penggunaan lahan pada Desa Wakal didominasi
oleh pertanian lahan kering bercampur semak dengan luas 7,89 Km 2 atau 56,64%
dan yang terkecil didominasi oleh padang rumput atau savana dengan luas 0,05 Km 2
atau 0,32%.
43
35
3.3 Kondisi Kependudukan
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia (UU No.24 Tahun 2013). Kependudukan adalah hal ikhwal yang
berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, kualitas,
kondisi kesejahteraan yang terkait pula dengan politik, ekonomi, sosial budaya,
agama, dan lingkungan penduduk setempat (UU No. 52 Tahun 2009). Berikut ini
merupakan tabel kondidi kependudukan di Kecamatan Leihitu:
35
Tabel Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kecamatan Leihitu
Desa/Negeri Penduduk (Jiwa) Jumlah
Laki-laki Perempuan
Morella 1.771 1.822 3.593
Mamala 1.314 1.358 2.672
Hitumessing 3.670 3.583 7.253
Hitu Lama 2.480 2.508 4.988
Wakal 1.951 2.005 3.956
Hila 3.839 3.871 7.710
Kaitetu 2.206 2.173 4.379
Seith 2.719 2.734 5.453
Negeri Lima 2.271 2.183 4.454
Ureng 2.345 2.342 4.687
Asilulu 2.700 2.849 5.549
Leihitu 27.266 27.428 54.771
Sumber : kecamatan leihitu dalam angka, 2024
36
C. Jumlah Penduduk berdasarkan umur
Penduduk dapat dikelompokkan menurut umur, yang dapat dimanfaatkan
dalam perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk seperti kebutuhan
pangan, papan, sandang, Pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Hal tersebut
disebabkan masing-masing kelompok umur akan memiliki kebutuhan yang berbeda.
Pada umumnya kelompok umur dibedakan menjadi tiga (3), yaitu: (1) umur 0 – 14
tahun yaitu usia muda/ belum produktif; (2) umur 15 – 64 tahun yaitu usia dewasa/
usia produktif/ usia kerja; dan (3) umur 65 tahun ke atas yaitu usia tua/ tidak
produktif. Berikut ini merupakan tabel jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur pada Kecamatan Leihitu.
Tabel Jumlah penduduk Berdasarkan Usia
Di Kecamatan Leihitu
Kelompok umur Jumlah
0-4 2.060
5-9 4.457
10-14 5.212
15-19 6.182
20-24 6.204
25-29 4.602
30-34 4.332
35-39 4.021
40-44 3.750
45-49 3.232
50-54 3.085
55-59 2.392
60-64 1.894
65-69 1.303
70-74 955
75 + 1.090
Sumber : Dukcapil, 2024
37
Tabel Jumlah penduduk Berdasarkan Pendidikan
Di Kecamatan Leihitu
Tingkat Pendidkan Jumlah
Tidak/ Belum Sekolah 9.488
Belum Tamat SD 8.227
Tamat SD 9.767
SLTP 7.371
SLTA 16.628
D1 Dan D2 503
D3 645
S1 2.083
S2 52
S3 7
Sumber : Dukcapil, 2024
38