Dosen Pengampu:
Di susun oleh:
1. Khoirun Nisa (212020100026)
2. Syari Nur Zahro (212020100027)
3. Siti Devi Kurniawati (212020100040)
4. Ivan Eko H.P (212020100047)
5. Nur Arivah Endah P (212020100049)
6. Muhammad Prayoga A (212020100050)
7. Putri Amalia F (212020100051)
8. Ari Yohanes D (212020100059)
9. Filosovi Tri A (212020100133)
10. Angelina Alda R (212020100134)
11. Manisha Aprilia (212020100137)
12. Naila Trisna Sa’adah (212020100139)
Suatu perencanaan merupakan bagian dari manajemen pembangunan yang terdiri dari
dua hal yaitu pertama penentuan pencapaian tujuan konkret atas dasar nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat bersangkutan dalam jangka waktu tertentu, yang kedua alternatif
pemilihan secara rasional dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
Mustopadidjaja, 2012. Pembangunan meliputi banyak aspek dan multidimensi karena
mengakomodir banyak kebutuhan dan kepentingan masyarakat, seperti yang disampaikan
oleh Mallick, 2005. Pembangunan seharusnya dilaksanakan dengan sinkronisasi antara
berbagai kebutuhan dan keinginan masyarakat serta sumber daya yang dimiliki kemudian
disesuaikan dengan jadwal waktu dan sumber daya yang tersedia. Dalam pelaksanaan
pembangunan juga perlu dilakukan evaluasi untuk menilai apakah pembangunan yang
dilakukan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan serta mengidentifikasi
permasalahan selama proses pembangunan.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan kawasan strategis nasional untuk wilayah
kepulauan dan perbatasan. Provinsi yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Evaluasi Perencanaan Pembangunan Wilayah. Kesenjangan pembangunan antar wilayah dan
optimalisasi penanganan wilayah perbatasan, pulau-pulau terdepan dan pulau-pulau kecil
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Tentu saja konektivitas turut menjadi isu strategis dalam pemerataan
pembangunan. Jika konektivitas dapat dilaksanakan dengan baik maka pembangunan di
Provinsi Kepulauan Riau akan merata mengingat kondisi geografisnya. Hal ini juga dapat
dilakukan pada daerah-daerah yang bermasalah dengan kelistrikan, akses pendidikan,
kesehatan dan sebagainya.
Wilayah kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah-daerah yang
memiliki daratan yang luas. Wilayah kepulauan harus mampu mengakomodir dan
menyesuaikan perencanaan pembangunan yang berorientasi pada potensi maritim. Hal ini
guna mendukung konsep Poros Maritim Dunia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo
Prasetyo, 2016. Perencanaan pembangunan wilayah kepulauan selama ini belum mendapat
perhatian dari pemerintah pusat Suawa, 2018. Paradigma maritim atau yang disebut sebagai
wawasan nusantara atau wawasan kelautan merupakan konsep pembangunan
yangmemperhatikan potensi geografis Indonesia sebagai bangsa maritim Sulistiyono, 2016.
Interpretasi saat ini menjadi penting untuk diimplementasikan dalam perencanaan
pembangunan daerah. Selama ini distribusi penganggaran dari pusat hanya didasari pada luas
wilayah daratan sehingga daerah yang didominasi lautan mengalami kekurangan dalam
mendapatkanalokasi dana APBN Puspitawati, 2020.
Menurut Al Syahrin, 2018 kebijakan poros maritim dunia membutuhkan banyak
sinergitas untuk mendukung keberhasilannya. Dibutuhkan juga arah, orientasi, strategi dan
antisipasi pembangunan yang efektif, konsisten dan berkelanjutan Junef, 2019. Namun
terdapat kesulitan dalam pembangunan dengan karakteristik daerah kepulauan dengan
menggunakan pendekatan pembangunan ocean approachyang membutuhkan strategi khusus
dan biaya yang besar Ginting, 2013. Strategi maritim diarahkan untuk mempertahankan
wilayah maritim Indonesia Ampun Purba, 2021.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini, didapatkan beberapa temuan penelitian yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Proses yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam
Penyusunan RKPD tahun 2019, mulai dari pentahapan dan penjadwalan dilakukan
sesuai dengan tahapan dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017.
2. Di dalam proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan melalui
Musrenbang tingkat Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018, dihadiri peserta sebanyak
800 orang yang terdiri dari Gubernur dan Bupati/Walikota se-Kepulauan Riau,
Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kepulauan Riau, Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah, Sekretaris Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-
Kepulauan Riau, seluruh Kepala OPD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kepulauan
Riau, Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, Pimpinan Lembaga Adat Melayu, Pimpinan Organisasi, Tokoh Pemuda,
Pimpinan Perguruan Tinggi dan Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat serta
Perwakilan Masyarakat Kepulauan Riau di Jakarta, Pekanbaru, Bandung, dan
Yogyakarta serta menghasilkan 3.579 usulan kegiatan.
3. Jika dilihat antara penyusunan rencana pembangunan dengan realisasi kegiatan
pembangunan di dalam implementasi APBD tahun 2019 belum terlaksana secara
maksimal.