Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PAPER MATA KULIAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

METODE DAN MODEL PERENCANAAN WILAYAH KEPULAUAN


RIAU PADA TAHUN 2019-2022

Dosen Pengampu:

Eni Rustianingsih, ST. MT. Dr.

Di susun oleh:
1. Khoirun Nisa (212020100026)
2. Syari Nur Zahro (212020100027)
3. Siti Devi Kurniawati (212020100040)
4. Ivan Eko H.P (212020100047)
5. Nur Arivah Endah P (212020100049)
6. Muhammad Prayoga A (212020100050)
7. Putri Amalia F (212020100051)
8. Ari Yohanes D (212020100059)
9. Filosovi Tri A (212020100133)
10. Angelina Alda R (212020100134)
11. Manisha Aprilia (212020100137)
12. Naila Trisna Sa’adah (212020100139)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS BISNIS, HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
OKTOBER 2023
PENDAHULUAN

Suatu perencanaan merupakan bagian dari manajemen pembangunan yang terdiri dari
dua hal yaitu pertama penentuan pencapaian tujuan konkret atas dasar nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat bersangkutan dalam jangka waktu tertentu, yang kedua alternatif
pemilihan secara rasional dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
Mustopadidjaja, 2012. Pembangunan meliputi banyak aspek dan multidimensi karena
mengakomodir banyak kebutuhan dan kepentingan masyarakat, seperti yang disampaikan
oleh Mallick, 2005. Pembangunan seharusnya dilaksanakan dengan sinkronisasi antara
berbagai kebutuhan dan keinginan masyarakat serta sumber daya yang dimiliki kemudian
disesuaikan dengan jadwal waktu dan sumber daya yang tersedia. Dalam pelaksanaan
pembangunan juga perlu dilakukan evaluasi untuk menilai apakah pembangunan yang
dilakukan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan serta mengidentifikasi
permasalahan selama proses pembangunan.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan kawasan strategis nasional untuk wilayah
kepulauan dan perbatasan. Provinsi yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Evaluasi Perencanaan Pembangunan Wilayah. Kesenjangan pembangunan antar wilayah dan
optimalisasi penanganan wilayah perbatasan, pulau-pulau terdepan dan pulau-pulau kecil
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Tentu saja konektivitas turut menjadi isu strategis dalam pemerataan
pembangunan. Jika konektivitas dapat dilaksanakan dengan baik maka pembangunan di
Provinsi Kepulauan Riau akan merata mengingat kondisi geografisnya. Hal ini juga dapat
dilakukan pada daerah-daerah yang bermasalah dengan kelistrikan, akses pendidikan,
kesehatan dan sebagainya.
Wilayah kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah-daerah yang
memiliki daratan yang luas. Wilayah kepulauan harus mampu mengakomodir dan
menyesuaikan perencanaan pembangunan yang berorientasi pada potensi maritim. Hal ini
guna mendukung konsep Poros Maritim Dunia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo
Prasetyo, 2016. Perencanaan pembangunan wilayah kepulauan selama ini belum mendapat
perhatian dari pemerintah pusat Suawa, 2018. Paradigma maritim atau yang disebut sebagai
wawasan nusantara atau wawasan kelautan merupakan konsep pembangunan
yangmemperhatikan potensi geografis Indonesia sebagai bangsa maritim Sulistiyono, 2016.
Interpretasi saat ini menjadi penting untuk diimplementasikan dalam perencanaan
pembangunan daerah. Selama ini distribusi penganggaran dari pusat hanya didasari pada luas
wilayah daratan sehingga daerah yang didominasi lautan mengalami kekurangan dalam
mendapatkanalokasi dana APBN Puspitawati, 2020.
Menurut Al Syahrin, 2018 kebijakan poros maritim dunia membutuhkan banyak
sinergitas untuk mendukung keberhasilannya. Dibutuhkan juga arah, orientasi, strategi dan
antisipasi pembangunan yang efektif, konsisten dan berkelanjutan Junef, 2019. Namun
terdapat kesulitan dalam pembangunan dengan karakteristik daerah kepulauan dengan
menggunakan pendekatan pembangunan ocean approachyang membutuhkan strategi khusus
dan biaya yang besar Ginting, 2013. Strategi maritim diarahkan untuk mempertahankan
wilayah maritim Indonesia Ampun Purba, 2021.
PEMBAHASAN

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan perencanaan pembangunan di daerah. Mekanisme perencanaan
dilaksanakan melalui mekanisme forum yang disebut dengan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan secara berjenjang yakni
mulai dari tingkat desa/ kelurahan, kemudian dilanjutkan dengan forum-forum serupa di
tingkat yang lebih tinggi hingga ke tingkat nasional.Berbagai tahapan Musrenbang
berfungsi untuk menjaring aspirasi masyarakat, mengidentifikasi permasalahan,
menampung usulan-usulan kegiatan pembangunan, membahas dan menghasilkan
daftar prioritas usulan-usulan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya. Melalui Musrenbang, masyarakat berpeluang menyampaikan aspirasi
mereka dan berpartisipasi dalam menghasilkan dokumen perencanaan
pembangunan yang mampu menjawab berbagai permasalahan masyarakat. Dengan
mekanisme tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu perencanaan
pembangunan yang mencakup semua bidang pembangunan secara proporsional. Prinsipnya,
proses perencanaan yang terbentuk melalui Musrenbang akan menghasilkan
rencana pembangunan daerah yang berkorelasi erat dengan penetapan APBD sebagai salah
satu sumber pembiayaan pembangunan di daerah. Namun realitanya setelah APBD
ditetapkan terdapat banyak usulan yang dibahas dalam Musrenbang tidak terakomodir dalam
APBD yang telah ditetapkan.
1. Proses Perencanaan Musrenbang
Mengacu pada tahapan dan jadwal penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) sesuai dengan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, waktu pelaksanaan penyusunan
perencanaan awal rencana kerja dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai
dengan Januari 2018. Rancangan awal rencana kerja tersebut dikompilasi menjadi
rancangan awal RKPD yang selanjutnya dibahas pada Forum Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) mulai minggu pertama sampai dengan minggu ke-empat bulan
Februari 2018. Forum OPD merupakan forum yang mempertemukan antara Bappeda dan
OPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi dengan Bappeda dan OPD di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam Forum OPD dibahas renja OPD Provinsi yang
diselaraskan dengan usulan rencana kerja dariOPD Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan yang tercantum dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Hasil
Forum OPD tersebut akan menjadi bahan Rancangan RKPD dan dibahas pada Forum
Musrenbang Provinsi yang dilaksanakan pada tanggal 27-29 Maret 2018. Dalam
Musrenbang tersebut, sesuai Pasal 78 ayat (2) Permendagri Nomor 86 Tahun 2017,
disampaikan dan dibahas mengenai pokok-pokok pikiran DPRD Provinsi Kepulauan Riau.
2. Perhitungan Dana Perimbangan dalam Rancangan Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) dan Rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan salah
satunya adalah Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU. DAU merupakan
salah satu transfer dana yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang alokasinya ditujukan guna
meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat “Block
Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas
dan kebutuhan daerahuntuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan merupakan dasar hukum pengalokasian DAU untuk
daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.
Proporsi DAU untuk daerah Provinsi dan untuk daerah Kabupaten/Kota ditetapkan
sesuai dengan imbangan kewenangan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3. Kekhasan Perencanaan Provinsi Kepulauan Riau
Penyusunan dokumen perencanaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 dilakukan
dengan kaidah normatif perencanaan sesuai dengan ketentuan peraturan. Akan tetapi,
mengingat Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah dengan karakteristik kepulauan maka
kaidah normatif tersebut dianggap belum sesuai. Hal ini, ditunjukkan dengan belum
terlihatnya Indikator Kinerja Utama terkait pengembangan sektor kemaritiman yang menjadi
acuan bagi Kepala Daerah dalam membuat kebijakan.
4. Kesesuaian Rencana Anggaran dengan Visi-Misi Gubernur Kepulauan Riau
Mengacu pada ringkasan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) APBD Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019, dapat dilihat bahwa antara APBD murni tahun 2019
dan realisasi belanja APBD tahun 2019 tidak mengalami perubahan signifikan,
walaupun realisasi pendapatan tahun anggaran 2019 meningkat sebesar 286 Milyar Rupiah.
Hal ini menunjukkan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau belum maksimal dalam
melakukan penyerapan anggaran. Hal ini terlihat dari peningkatan APBD-P tahun 2019
menjadi 3,834 Triliun Rupiah, sementara realisasi belanja hanya sebesar 3,654 Triliun
Rupiah.
5. Anggaran yang Memberikan Manfaat Bagi Organisasi Perangkat Daerah
Terkait pemerataan yang dilakukan, agar alokasi belanja terdistribusi sesuai dengan
tema pembangunan daerah pada tahun 2019. Maka penyusunan APBD tahun 2019 disusun
berdasarkan Permendagri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Penyusunan APBD tahun
2019. Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah
digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah dan pelaksanaan tugas organisasi yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Kebijakan yang Dapat Mendukung dan Memuaskan Stakeholder. Dalam proses
Musrenbang yang dilakukan, keterwakilan Kabupaten/ Kota menjadi sangat penting.
Jumlah stakeholder yang terlibat dalam penyusunan APBD tahun 2019, telah dibahas
sebagai berikut:
a. Stakeholder Internal (DPRD Provinsi Kepulauan Riau)
Dukungan dan kepuasan DPRD dalam proses perencanaan pembangunan yang
tertuang dalam dokumen APBD tahun 2019, dapat dilihat dari keterlibatan berbagai komisi
di DPRD dalam pembahasan anggaran. Lebih lanjut, dapat dilihat juga dari ketepatan
waktu persetujuan Pembahasan KUA/PPAS dan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran
(KUPA)/ PPAS Perubahan, hingga persetujuan bersama Peraturan Daerah tentang APBD
tahun 2019 yang ditetapkan sesuai dengan jadwal.
b. Stakeholder Eksternal (Pemerintah Kabupaten/Kota dan Stakeholderlainnya)
Pemerintah Kabupaten/Kota serta stakeholder lainnya yang turut serta dalam proses
perencanaa pembangunan memahami bahwa usulan yang disampaikan kepada Pemerintah
Provinsi pada saat Musrenbang memiliki peluang untuk tidak diterima karena terdapat
berbagai faktor diantaranya adalah keterbatasan anggaran serta keterbatasan
kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi sesuai dengan peraturan. Untuk
itu salah satu cara mengukur dukungan dan kepuasan dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan
stakeholder lainnya adalah dengan melihat tingkat partisipasi (kehadiran) pada
proses perencanaan pembangunan khususnya Musrenbang. Dari data yang diperoleh
berdasarkan daftar hadir peserta Musrenbang, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
Pemerintah Kabupaten/Kota dan stakeholder lainnya cukup tinggi.
6. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Belum Optimalnya Perencanaan
Pembangunan Wilayah Kepulauan Riau Tahun 2019
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan proses perencanaan pembangunan di
Provinsi Kepulauan Riau belum optimal, diantaranya:
(1) Pendekatan perencanaan masih bersifat normatif berbasis wilayah daratan dan
belum memperhatikan wilayah berkarakteristik kepulauan. Dengan kata lain, pendekatan
perencanaan yang diterapkan di Provinsi Kepulauan Riau masih berupa
pendekatan continental approach;
(2) Dalam proses perencanaan pembangunan, Provinsi Kepulauan Riau belum memiliki
Grand Design Pembangunan Kemaritiman;
(3) Distribusi DAU yang ditransfer ke Provinsi Kepulauan Riau belum dirasakan
berkeadilan terhadap pembangunan wilayah kepulauan, dimana perhitungan DAU masih
menggunakan rumus yang berorientasi pada pembangunan wilayah berbasis darat.
Akibatnya, kapasitas anggaran Provinsi Kepulauan Riau menjadi terbatas dalam
menyelenggarakan urusan wajib.
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, didapatkan beberapa temuan penelitian yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Proses yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam
Penyusunan RKPD tahun 2019, mulai dari pentahapan dan penjadwalan dilakukan
sesuai dengan tahapan dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017.
2. Di dalam proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan melalui
Musrenbang tingkat Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018, dihadiri peserta sebanyak
800 orang yang terdiri dari Gubernur dan Bupati/Walikota se-Kepulauan Riau,
Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kepulauan Riau, Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah, Sekretaris Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-
Kepulauan Riau, seluruh Kepala OPD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kepulauan
Riau, Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, Pimpinan Lembaga Adat Melayu, Pimpinan Organisasi, Tokoh Pemuda,
Pimpinan Perguruan Tinggi dan Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat serta
Perwakilan Masyarakat Kepulauan Riau di Jakarta, Pekanbaru, Bandung, dan
Yogyakarta serta menghasilkan 3.579 usulan kegiatan.
3. Jika dilihat antara penyusunan rencana pembangunan dengan realisasi kegiatan
pembangunan di dalam implementasi APBD tahun 2019 belum terlaksana secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai