Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Detubuya

The Indonesian Journal of the Social Sciences


doi: xxxxxx/xxxx.xxxx.xxxx

ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN DAN


PENGANGGARAN KEUANGAN APBD PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT TAHUN ANGGARAN 2018-2019

Jihadul Islami1; Indra Afriansyah2;Irna Faradilla3;Inka Nusamuda


Pratama4
1,2,3,4,
Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Mataram, Indonesia
1
Correspondence Email: jihadhad991@gmail.com

Received: Filled Out by the Editor Accepted: Filled Out by the Editor Published: Filled Out by the Editor

Abstract
APBD is a regional financial action plan that outlines income and expenditure to
finance routine and development expenditures during a budget year. By
implementing the NTB Provincial APBD, it aims to further increase regional
income to cover operational costs and encourage development, community
empowerment and public services. This research aims to find out how the financial
planning and budgeting of the West Nusa Tenggara provincial APBD compares
with the applicable laws and regulations. . The data collection method, namely
using a qualitative descriptive analysis research method, is words and actions, the
rest is complementary data such as documents and so on. The analysis in this
research is based on secondary data. Secondary data is information that the author
received from NTB SATU DATA in West Nusa Tenggara. The research results
showed that the implementation of financial budgeting in NTB Province is still
experiencing a decline in the amount of the NTB APBD from 2018 to 2019,
reflecting a decline in regional finances. This can be a warning signal regarding
regional economic conditions or regional financial policies that need attention.
Possible impact on development and infrastructure. APBD reduction policies can
affect development plans and infrastructure projects.
Keywords: Apbd; Revenue; Expenditure; Financing

p-ISSN: xxxx-xxxx e-ISSN: xxxx-xxxx JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {1
p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

A. Pendahuluan
Tujuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Peraturan Pemerintah adalah untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan partisipasi masyarakat, serta meningkatkan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, kesetaraan. ,
keadilan, dan keunikan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Undang-undang ini merupakan perubahan terhadap
berbagai undang-undang sebelumnya yang secara jelas mengamanatkan
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara efisien dan sukses dengan
menitikberatkan pada interaksi antara pusat dan daerah, serta antar
daerah.(Hendrawati & Pramudianti, 2020). Undang-undang ini juga
merupakan upaya perbaikan sistem perencanaan dan penganggaran
daerah, yang kemungkinan besar akan mempengaruhi tingkat kualitas
otonomi daerah. Oleh karena itu, unsur esensial dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 adalah aspek perencanaan dan penganggaran.
(Sridarnilawati et al., 2021).
Beberapa peraturan yang ada menuntut adanya konsistensi
antara perencanaan dan penganggaran pada skala daerah. Beberapa
peneliti seperti (Amelia, 2019), (Talangamin et al., 2019), (Kemala et al.,
2020), (Ardani, 1992), (R. A. S. Pratama et al., 2021), dan (Mariyana, 2017)
menunjukkan bahwa konsekuensi pembangunan daerah yang efektif
tidak dapat dipisahkan dari optimalisasi perencanaan dan penganggaran
bidang. Hal ini dimungkinkan jika pembangunan daerah tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Memang benar bahwa
pemerintah daerah dianggap mempunyai informasi yang lebih baik
mengenai potensi dan kesulitan yang dimiliki daerahnya. Dengan
demikian, apabila sebagian tugas pengelolaan pembangunan
dilimpahkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan
hukumnya, maka kesejahteraan masyarakat di daerah tentu akan lebih
cepat terwujud. Perencanaan pembangunan mempunyai arti penting baru
dalam konteks ini (I. N. Pratama et al., 2021).
Setelah reformasi tahun 1998, Republik Indonesia memberlakukan
desentralisasi sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang

2} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian diperbarui menjadi Undang-


undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Selain itu,
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah juga disahkan sebagai
reformasi atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. Undang-undang
ini memberikan kewenangan kepada daerah untuk menggali dan
mengembangkan potensi lokal yang ada sekaligus meningkatkan kinerja
keuangan daerah. rangka mencapai kemandirian daerah. (Ilat &
Kusumadewi, 2016)
Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2013 pasal 3 meliputi
kewenangan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan susunan
APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan
penetapan APBD daerah yang belum mempunyai DPRD, pelaksanaan
APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pemeriksaan keuangan daerah,
pemeriksaan keuangan daerah keuangan daerah pengelolaannya harus
dikelola secara tertib, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab,
dengan tetap memperhatikan nilai-nilai keadilan, kepatutan, dan
kemaslahatan masyarakat (Fadillah et al., 2020).
Perencanaan atau penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) merupakan langkah awal dalam proses pengelolaan
keuangan daerah. Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah
(APBD) ditetapkan dengan peraturan daerah dan dipertimbangkan serta
ditetapkan bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD (Nusamuda &
Subandi, 2022). Oleh karena itu, APBD merupakan hasil kesepakatan
bersama antara pemerintah dan legislatif, yang dirinci dalam peraturan
daerah dan dituangkan dalam peraturan bupati. APBD dirancang untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah. RKPD menjadi pedoman penyusunan APBD dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pemenuhan tujuan negara (Kuntadi et al., 2022).

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {3


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

APBD merupakan rencana operasional keuangan daerah yang


menggambarkan penerimaan pendapatan dan pengeluaran untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan dalam satu tahun
anggaran. APBD juga merupakan alat untuk membangun kedisiplinan
dalam proses pengambilan keputusan program pendapatan dan belanja
daerah. (HAMTA, 2016).Dengan otonomi daerah, Kabupaten mempunyai
tugas memberikan inovasi dalam sistem pemerintahan agar lebih mandiri
dalam mengelola dan meningkatkan kinerja keuangan dan non keuangan
pemerintahannya, yang akan bertanggung jawab kepada pemerintah
pusat bahkan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pemerintah kabupaten Minahasa Utara harus mampu
mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara efektif.
(Saknosiwi et al., 2021).
Pemerintah daerah harus imajinatif dan inovatif ketika membuat
anggaran karena tantangan alokasi secara umum mungkin timbul.
Tantangan alokasi sumber daya ini sebagian besar berkaitan dengan
sumber daya. Tidak semua daerah diberkahi dengan sumber daya dan
potensi yang melimpah. Pemerintah daerah dengan sumber daya yang
terbatas harus mampu mengalokasikan dana untuk belanja daerah yang
efektif (Nuryati et al., 2021).
Menurut Mahmudi, (2016), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) merupakan tulang punggung atau kerangka
pembangunan daerah bagi pemerintahan daerah. APBD memegang
peranan penting dalam distribusi, alokasi, dan stabilisasi keuangan
daerah. Oleh karena itu, proses penyusunan APBD menjadi sangat
penting bagi daerah, karena dapat mewakili arah dan orientasi
pembangunan daerah.
Belanja modal merupakan salah satu pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Belanja modal didefinisikan sebagai
pengeluaran untuk aset tetap. Tujuan pembangunan aset tetap seperti
sarana, prasarana, dan prasarana adalah untuk meningkatkan
produktivitas perekonomian melalui penyediaan pelayanan publik yang
memadai. Apabila suatu tempat mempunyai infrastruktur yang memadai,

4} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

maka dapat menarik investor untuk berinvestasi dan masyarakat untuk


melakukan aktivitasnya. (HUWAIDA, 2022)

B. Metode
Menurut Lexy J. Moleong, (2019), sumber data utama dalam
penelitian analisis deskriptif kualitatif adalah perkataan dan tindakan,
selebihnya merupakan data pelengkap seperti dokumen dan sebagainya.
Analisis dalam penelitian ini didasarkan pada data sekunder. Data
sekunder merupakan informasi yang penulis terima dari NTB SATU
PINTU di Nusa Tenggara Barat.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
Hasil yang ditemukan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya penurunan Anggaran Pendaptan Dan Belanja
Daerah Provinisi Nusa Tenggara Barat dari tahun 2018 ke tahun
2019 yang meliputi PAD,Belanja dan Pembiayaan.

2. Pembahasan
Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah
sebuah provinsi di Indonesia yang berada di bagian tengah Kepulauan
Nusa Tenggara di antara provinsi Bali di sebelah barat dan provinsi Nusa
Tenggara Timur di sebelah Timur. Pusat pemerintahan dan ibu
kota provinsi ini berada di Kota Mataram. Nusa Tenggara Barat memiliki
8 Kabupaten dan 2 Kota, termasuk kota Mataram. Pada pertengahan
tahun 2023, penduduk Nusa Tenggara Barat berjumlah 5.576.992 jiwa,
dengan kepadatan 264 jiwa/km. Dengan kepadatan penduduk berjumlah
5.576.992 jiwa, tentu saja dengan jumlah tersebut NTB memerlukan
anggaran yang tidak sedikit dalam memnuhi kebutuhan pelayanan publik
dan inprastuktur yang layak. Berikut perbandingan perencanaan dan
penganggaran NTB tahun 2018-2019 :

TABEL 1 APBD 2018-


2019

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {5


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada peningkatan APBD dari tahun


2018 ke 2019 yang di mana dari 49% menjadi 51%. Adapun sumber yang
menjadi peningkatan APBD NTB seperti dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Belanja dan Pembiayaan. Pendapatan asli daerah (PAD) Nusa
Tenggara Barat melipitu pajak daerah,retribusi daerah,hasil pengelolaan
kekayaan daerah dan lain lain PAD yang sah. Pendapatan Asli
Daerah merupakan salah satu sumber pembiyaan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah yang akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah.
1. Pendapatan Asli Derah (PAD)

Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2014 : 101)


“Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah” Sedangkan Rudy
Badrudin (2017:100) menyatakan “Pendapatan Asli Daerah merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah, dan
lainlain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi”. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah segala
penerimaan/pendapatan daerah yang bersumber dari ekonomi asli

6} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

daerah yaitu terdiri dari hasil pajak daerah, hasil distribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.

Tabel 2 Pendapatan 2018 sebesar 5.403.971.042.675,00

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {7


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

Tabel 3 Pendapatan 2019 sebesar 5.346.185.181.053,00

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

PAD tahun 2018 adalah 1.767.746.421.040,00 sedangkan tahun 2019


1.708.660.958.875,00. Di tahun 2019 PAD Nusa Tenggara Barat mengalami
penurunan dari tahun 2018 tetapi pada pajak daerah tahun 2019
mengalami peningkatan,retribusi daerah mengalamni penurunan di ikuti
oleh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang juga mengalami penurunan
dan lain-lain PAD yang sah mengalami juga mengalami penurunan.
Adapun disni dana perimbangan yang meliputi dana bagi hasil dan
bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana
kontijensi. Dana perimbangan tahun 2018 sebesar 3,317,992,760,368.00
tahun 2019 sebesar 3,604,324,958,800.00 dana perimbangan ini mengalami
peningkatan pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.

Tabel 4 Dana Perimbangan Tahun 2018


Dana Perimbangan 3,317,992,760,368.00

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 325,952,748,368.00

8} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

- Dana Alokasi Umum ( DAU ) 1,537,777,886,000.00

- Dana Alokasi Khusus ( DAK ) 1,454,262,126,000.00

- Dana Kontijensi -
Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

Tabel 5 Dana Perimbangan 2019


Dana Perimbangan 3,604,324,958,800.00

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 366,759,335,800.00

- Dana Alokasi Umum ( DAU ) 1,583,746,053,000.00

- Dana Alokasi Khusus ( DAK ) 1,653,819,570,000.00

- Dana Kontijensi -

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

Dana perimbangan adalah dana yang disalurkan oleh pemerintah


pusat kepada pemerintah daerah atau badan lain di seluruh tanah air.
Tujuan pengalokasian dana perimbangan adalah untuk memenuhi tujuan
pembangunan daerah sekaligus menjamin seluruh daerah dapat
memenuhi kebutuhan penduduknya (Chen et al., 2020).
Yang dimaksud dengan “dana perimbangan” adalah proses
pendistribusian dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam
rangka menyeimbangkan tingkat pembangunan antar daerah di
Indonesia. Dana perimbangan ini diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Nasution, 2022).

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {9


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

Tabel 4 dan 5 menunjukkan pada tahun tahun 2019 dana bagi hasil
pajak dan bukan pajak mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya
yaitu tahun 2018 sebesar 325,952,748,368.00 dan pada tahun 2019 sebesar
366,759,335,800.00 . Dana alokasi umum juga mengalami kenaikkan pada
tahun 2019 dan dana alokasi khusus juga mengalami kenaikan. Jadi dana
perimbangan lebih mengalami kenaikkan pada tahu 2019 di bandingan
pendapatan asli daerah.

Tabel 6 lain lain pendapatan daerah.

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

10} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

Tabel 7

Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)


Tabel 6 menunjukkan bahwa lain lain pendapatan daerah turun
sangat derastis pada tahun 2019 yaitu 26% dari 2018 yaitu sebesar 74%.
Pendapatan lain-lain yang sah meliputi pendapatan hibah mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, ada juga dana penyesuaian otonomi
khusus yang mengalami peningkatan di tahun 2019 dibandingkan tahun
2018 dan bantuan keuangan dari pemda lainnya kembali mengalami
penurunan pada tahun 2019 yaitu sebesar 4.638.697.000,00 dari tahun 2018
sebesar 28.260.165.000,00 .

Tabel 8 2018 2019


BELANJA 5.778.854.829.776,73 5.499.754.766.128,49
Belanja Tidak Langsung 3.015.515.004.599,90 3.219.248.730.182,43
Belanja Pegawai 1.388.416.619.599,00 1.478.558.338.556,43
Belanja Subsidi - -
Belanja Hibah 1.004.274.654.773,00 926.662.601.000,00
Belanja bantuan Sosial 18.906.140.000,00 20.526.640.000,00
Belanja Bagi Hasil Kab / Kota 590.514.685.626,90 770.305.263.571,00
Belanja Bantuan Keuangan Kab/Kota 5.052.514.400,00 19.195.486.600,00
Belanja Tidak Terduga 8.350.390.201,00 4.000.400.455,00
Belanja Langsung 2.763.339.825.176,83 2.280.506.035.946,06

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {11


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

Belanja Pegawai 190.895.007.351,00 195.828.663.052,38


Belanja Barang Jasa 1.595.771.764.142,83 1.375.405.098.008,28
Belanja Modal 976.673.053.683,00 709.272.274.885,40
Surplus / Defisit (432.669.648.723.73) (95.783.723.453,49)
Sumber Data : Satu Data NTB ( di olah)

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa nilai belanja pada tahun 2019


mengalami penurunan dari tahun 2018,belanja tidak langsung mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.219.248.730.182,43,
belanja subsidi tidak ada,belanja hibah pada tahun 2018 yaitu sebesar
1.004.274.654.773,00 yang dimana pada tahun 2019 dana hibah menglami
penurunan,belanja bantuan sosial dari tahun 2018 sampai 2019
mengalami peningkatan,belanja bagi hasil kab/kota mengalami
peningkatan anggran dari tahun sebelumnya yaitu 2018 berjumlah
590.514.685.626,90 dan pada tahun 2019 yaitu sebesar
770.305.263.571,00,belanja bantuan keuangan kab/kota mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu 19.195.486.600,00 dari tahun
sebelumnya dan belaja tidak terduga mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Belanja langsung pada tahun 2018 yaitu sebesar
2.763.339.825.176,83 yang di mana pada tahun 2019 terjadi
penurunan,belanja pegawai pada tahun 2019 menunjukkan kenaikkan
angrgran walaupun tidak terlalu tinggi,belanja barang jasa menglami
penurunan anggaran dan belanja modal pada tahun 2019 juga mengalami
penurunan dari tahun 2018. Surplus/defisit pada tahun 2018 lebih besar
dari pada tahun 2019. Sehinggga APBD pada tahun 2018-2019 mengalami
penurunan.

Tabel 9 Pembiayaan
TAHUN
PEMBIAYAAN
2018 2019
Penerimaan Pembiayaan 432.669.648.723,73 95.783.723.453,49
Sisa Perhitungan Anggaran 253.179.648.723,73 95.133.723.453,49
Penerimaan Kembali 650.000.000,00 650.000.000,00
Pemberian Pinjaman
Pengembalian Investasi Non - -
Permanen
Hasil Penjualan Kekayaan 178.840.000.000 -

12} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

Daerah
Pengeluaran Pembiayaan - -
Penyertaan Modal - -
( Investasi) Daerah
Pembiayaan Pokok Hutang - -
Sumber Data : Satu Data NTB (di olah)

Tabel 9 adalah tabel pembiayaan APBD 2018-2019 bisa kita lihat


bahwa pada penerimaan pembiayaan tahun 2018 ke 2019 mengalami
penurunan penerimaan Pembiayaan,sisa perhitungan anggran pada
tahun 2018 yaitu sebesar 253.179.648.723,73 juga mengalami penurunan di
tahun 2019 sebesar 95.133.723.453,49, hasil penjualan kekayaan daerah
hanya ada di tahun 2018 yaitu sebesar 178.840.000.000.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil artikel yang menyatakan bahwa jumlah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Nusa Tenggara Barat
(NTB) pada tahun 2018 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2019, maka
beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Penurunan jumlah APBD NTB dari tahun 2018 ke tahun 2019


mencerminkan adanya penurunan keuangan daerah. Hal ini dapat
menjadi sinyal peringatan terkait dengan kondisi ekonomi regional
atau kebijakan keuangan daerah yang memerlukan perhatian.Potensi
Pengaruh Terhadap Pembangunan dan Infrastruktur. Kebijakan
penurunan APBD dapat mempengaruhi pembangunan dan proyek-
proyek infrastruktur yang direncanakan. Kurangnya dana dapat
menimbulkan kendala dalam merealisasikan proyek-proyek penting
yang mungkin dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
2. Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat. Jika APBD menurun,
pemerintah daerah NTB mungkin menghadapi tantangan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Penurunan anggaran dapat
mengakibatkan penurunan pelayanan publik, pendidikan, dan
kesehatan, serta proyek-proyek sosial yang mendukung kesejahteraan
masyarakat.Diperlukan evaluasi dan efisiensi pengelolaan keuangan.
Pemerintah daerah perlu mengevaluasi kebijakan pengelolaan

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {13


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

keuangan dan mencari cara efisien untuk memaksimalkan


penggunaan dana yang tersedia. Ini mungkin melibatkan peninjauan
ulang prioritas anggaran dan upaya penghematan.
3. Dampak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi yaitu penurunan APBD
dapat memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi regional.
Peran pemerintah dalam mendukung sektor-sektor kunci melalui
alokasi anggaran menjadi kritis, dan penurunan ini dapat
menghambat potensi pertumbuhan. Dengan demikian, penurunan
jumlah APBD NTB dari tahun 2018 ke tahun 2019 menunjukkan
adanya tantangan ekonomi dan keuangan daerah yang perlu
ditanggapi. Pemantauan yang cermat terhadap dampak kebijakan ini
pada masyarakat dan upaya untuk memperbaiki kondisi keuangan
daerah mungkin diperlukan untuk memastikan keberlanjutan
pembangunan dan kesejahteraan.

Persembahan
Terima kasih sekali lagi kepada Dosen Inka Nusamuda Pratama
atas kesabaran, arahan konstruktif, dan inspirasi yang diberikan. Semua
kontribusi Anda telah membantu memperkaya pengetahuan kami dalam
bidang ini. Kami berharap artikel ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik kepada pembaca mengenai dinamika perencanaan dan
penganggaran di tingkat daerah.

Daftar Pustaka
Amelia, L. J. (2019). Benturan Budaya Dalam Etika Administrasi Negara
(Studi Kasus Tentang Gratifikasi). Jurnal Ilmiah Magister Administrasi.

Ardani, A. (1992). Analysis of Regional Growth andDisparity : the Impact


Analysis of the Inpres Project on IndonesianDevelopment. Disertasi
Yang Tidak Dipublikasikan.

Chen, N., Zhou, M., Dong, X., Qu, J., Gong, F., Han, Y., Qiu, Y., Wang, J.,
Liu, Y., Yuan, W., Xia, J., Takata, Y., Zhang, X., & Zhang, L. (2020).
Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel
coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study. The
Lancet, 395(10223), 507–513. https://doi.org/10.1016/s0140-
6736(20)30211-7

14} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences


Title of Papers (Filled Out by the Editor)
Author Name (Filled Out by the Editor)

Fadillah, A. Y., Aziza, N., & Martiah, L. (2020). Pengaruh Sinkronisasi


Perencanaan dan Penganggaran, Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah ….
Jurnal Fairness.

HAMTA, F. (2016). PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA


NELAYAN SKALA KECIL DI PESISIR BATAM. Jurnal Equilibria.

Hendrawati, E., & Pramudianti, M. (2020). Partisipasi, Transparansi Dan


Akuntabilitas Perencanaan Dan Penganggaran Dana Desa. Jurnal
Riset Akuntansi ….

HUWAIDA, R. S. F. (2022). Analisis Sinkronisasi Proses Perencanaan dan


Penganggaran di Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2018-
2022. eprints.pknstan.ac.id.

Ilat, V., & Kusumadewi, W. (2016). Analisis Kinerja Keuangan Pada


Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2012-2014. Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(1), 634–644.

Kemala, A., Aini, K., & Mamesah, E. D. (2020). Jakarta athletics training
during the covid-19. International Journal of Human Movement and
Sports Sciences. https://doi.org/10.13189/saj.2020.080710

Kuntadi, C., Wahyuni, K. E., & Mansawan, C. M. (2022). Literature


Review: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penganggaran
Pada Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen ….

Lexy J. Moleong, D. M. A. (2019). Moleong, Lexi J, 2014. ” Metodologi


Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”. Bandung : Remaja Rosdakarya. PT.
Remaja Rosda Karya.

Mahmudi. (2016). Mahmudi, 2016. Pemanfaatan GeoGebra Dalam


Pembelajaran Matematika.

Mariyana, M. (2017). Pengaruh belanja daerah, investasi dan


pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Jambi. E-Jurnal Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan.
https://doi.org/10.22437/jels.v6i1.4184

Nasution, Z. (2022). Implementasi Kebijakan Proses Perencanaan dan


Penganggaran pada Biro Sistem Informasi, Perencanaan dan
Pengembangan Universitas Sumatera Utara Medan. repositori.uma.ac.id.

JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences {15


p-ISSN: xxxx-xxxx
Jurnal Ilmiah
Vol. Filled Out by the Editor e-ISSN: xxxx-xxxx

Nuryati, N., Muthmainnah, M., Lubis, H. Z., Talango, S. R., Ibrohim, B., &
Nadjih, D. (2021). Metode Role Playing Dalam Meningkatkan
Motivasi Berprestasi Anak Usia Dini Selama Masa Learning From
Home. As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
https://doi.org/10.32678/as-sibyan.v6i2.4649

Nusamuda, I., & Subandi, A. (2022). Policy Stream Dalam Tax Amnesty
Undang-Undang Nomor. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 10(2), 183–
188.

Pratama, I. N., Zitri, I., Hadi, A., Lestanata, Y., & Umami, R. (2021).
Inovasi Kebijakan Pemerintah Kota Mataram Dalam
PenangananCovid-19 Di Kota Mataram. Journal of Government and
Politics (JGOP), 3(2), 138–147.

Pratama, R. A. S., Irawan, T., & Indrawan, R. D. (2021). KINERJA


KEUANGAN SUB SEKTOR BUILDING CONSTRUCTION NON-
BUMN SEBELUM DAN SETELAH PRIORITAS INFRASTRUKTUR.
Jurnal Proaksi. https://doi.org/10.32534/jpk.v8i1.1842

Saknosiwi, Y. S., Kalangi, J. B., & ... (2021). Analisis Efektivitas Dan
Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Dampaknya Terhadap
Pembangunan Ekonomi Di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Berkala Ilmiah ….
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jbie/article/view/3609
7

Sridarnilawati, S., Suhairi, S., & ... (2021). Analisis Konsistensi


Perencanaan dan Penganggaran Urusan Pendidikan di Kota Solok
Tahun 2016-2019. Eksis: Jurnal Ilmiah ….

Talangamin, O. B., Kindangen, P. ., & Koleangan, R. A. M. (2019).


PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA
ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TOMOHON. JURNAL
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH.
https://doi.org/10.35794/jpekd.19897.19.7.2018

16} JID-The Indonesian Journal of the Social Sciences

Anda mungkin juga menyukai