DOSEN PENGAMPU :
SUPRIADI TAKWIM, ST., M. Eng
OLEH :
DHYMAS RENDI PRAYOGA
F 231 21 003
Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dan upaya yang dilakukan pemerintah melalui
upaya-upaya seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi (Edogbanya Iet al, 2013). Menurut Akudugu
(2012), menyatakan bahwa pembangunan sosial ekonomi yang mencerminkan kesejahteraan
masyarakat diharapkan dapat terwujud melalui upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Kesejahteraan
masyarakat dapat dilihat melalui perkembangan pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
teknologi dan pengetahuan yang bukan hanya di atas faktor fisik dan menurut Akonji et al. (2013),
sebagian besar belanja publik dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat, salah satunya yaitu upaya
pelaksanaan pembangunan yang pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah sehingga pemerintah
memiliki peran yang besar dalam pembangunan kesejahteraan.
Sebelum mewujudkan pelayanan kepada publik, pemerintah daerah terlebih dahulu menyusun
alokasi dan realisasi pada APBD diartikan sebagai daftar terperinci mengenai pendapatan dan
pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun. APBD terdiri dari berbagai komponen yaitu: pendapatan
asli daerah (PAD) dan dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU,DAK, serta pengeluarann yang
meliputi belanja-belanja. Salah satu komponen terpenting dalam APBD adalah belanja modal, kerena
melalui belanja modal pelayanan kepada publik khususnya pemenuhan sarana dan prasarana atau
infraktruktur dapat terwujud sehingga pemerintah daerah perlu meningkatkan belanja daerah. Belanja
modal dibiayai dari dana PAD, DBH, DAU ,DAK.
Menurut, Abdul Halim dan Syam Kusufi (2012), menyatakan bahwa APBD dapat didefinisikan
sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana pada satu pihak menggambarkan
perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan kegiatan dan proyek-proyek
daerah selama satu tahun anggaran tertentu dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-
sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Kusreni (2009)
menyatakan bahwa peran strategis pemerintah daerah melalui APBD sebagai impleinentasi dari
kebijaksanaan keuangan daerah diharapkan berperan efisien damefektif dalam mendorong
tercapainya kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Tercermin dalam tiga kebijaksanaan pokok, yakni
kebijaksanaan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.Penting untuk mengamati seberapa besar
ketiga kebijaksanaan APBD tersebut berperan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Maimunah (2006), menyatakan bahwa kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan
kepada pemerintah daerah sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana alokasi umum (DAU), Dana
alokasi khusus (DAK) di dapat dari Anggaran Pemerintah Daerah, di dalam anggaran pemerintah
daerah terdapat Belanja Modal yang merupakan komponen belanja yang sangat penting karena
realisasi atas Belanja Modal yang dilaksanakan pemerintah daerah. Oleh sebab itu, semakin tinggi
angka rasio Belanja Modal dalam struktur APBD, diharapkan akan semakin baik pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin berkurang
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin
berkurang pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Dana Alokasi Umum yaitu dana transfer dari pemerintah pusat yang bertujuan untuk
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah. Berdasarkan
konteks desentralisasi fiskal, transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Dana Alokasi Umum merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah
satu komponen pendapatan pada APBD. Dana transfer pemerintah ini menunjukan tingkat
kemandirian suatu daerah Semakin besar Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah
daerah. maka hal tersebut menunjukan daerah itu masih bergantung pada pemerintah pusat.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum merupakan
salah satu dana perimbangan atau pendapatan transfer yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna
mencapai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan
memenuhi kebutuhan daerah masing-masing.
Setiap daerah memperoleh besaran DAU yang tidak sama, karena harus dialokasikan atas besar
kecilnya celah fiskal dan alokasi dasar. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan
daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan pendanaan daerah diukur
secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, produk
domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Adapun pendapat Para Ahli, mengenai pengertian dari Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu;
- Menurut Halim (2016), DAU adalah transfer dana yang bersifat block grant, sehingga pemerintah
daerah mempunyai keleluasaan di dalam penggunaan DAU sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masing-masing daerah.
- Menurut Awaniz (2011), DAU adalah jenis transfer dana antar tingkat pemerintahan yang tidak
terikat dengan program pengeluaran tertentu.
- Menurut Solihin (2011), DAU adalah dana perimbangan Pemerintah Pusat yang memiliki persentase
paling besar di antara jumlah dana perimbangan lainnya yang diberikan kepada Pemrintah Daerah
dalam APBN.
- Menurut Sjafrizal (2014), DAU adalah dana yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah atau untuk mengurangi ketimpangan keuangan antar daerah melalui penerapan formula
yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi di suatu daerah.
Tujuan Dana Alokasi Umum menurut Halim (2016), adalah untuk mengurangi ketimpangan
dalam kebutuhan pembiayaan daerah. DAU akan memberikan kepastian bagi daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing daerah dengan
proporsi sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang telah ditetapkan dalam
APBN.
Adapun menurut Indraningrum (2011), beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan Dana
Alokasi Umum (DAU) dalam block grant kepada pemerintah daerah antara lain adalah sebagai
berikut:
Prinsip-prinsip Dana Alokasi Umum (DAU) Menurut Siregar (2016), ada beberapa prinsip
dasar yang harus diperhatikan dalam pembentukan dan penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU),
yaitu sebagai berikut:
- Kecukupan, Sebagai suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah dana
yang cukup kepada daerah. Hal ini berarti, perkataan cukup harus diartikan dalam kaitannya
dengan beban fungsi. Sebagaimana diketahui, beban finansial dalam menjalankan fungsi
tidaklah statis, melainkan cenderung meningkat karena satu atau berbagai faktor. Oleh karena
itulah maka penerimaan pun seharusnya naik sehingga pemerintah daerah mampu membiayai
beban anggarannya. Bila alokasi DAU mampu merespon terhadap kenaikan beban anggaran
yang relevan, maka sistem DAU dikatakan memenuhi prinsip kecukupan.
- Netralitas dan Efisiensi, Sebagai desain dari sistem alokasi harus netral dan efisien. Netral
artinya suatu sistem alokasi harus diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru
memperbaiki (bukannya menimbulkan) distorsi dalam harga relatif dalam perekonomian
daerah. Efisien artinya sistem alokasi DAU tidak boleh menciptakan distorsi dalam struktur
harga input, untuk itu sistem alokasi harus memanfaatkan berbagai jenis instrumen finansial
alternatif relevan yang tersedia.
- Akuntabilitas, Sebagai Dana Alokasi Umum, maka penggunaan terhadap dana fiskal ini
sebaiknya dilepaskan ke daerah, karena peran daerah akan sangat dominan dalam penentuan
arah alokasi, maka peran lembaga DPRD, pers dan masyarakat di daerah bersangkutan
amatlah penting dalam proses penentuan prioritas anggaran yang perlu dibiayai DAU. Format
yang seperti ini, format akuntabilitas yang relevan adalah akuntabilitas kepada elektoral
(accountability to electorates) dan bukan akuntabilitas finansial kepada pusat (financial
accountability to the centre).
- Relevansi, Sebagai pemberian alokasi sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang.
Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai sebagian dari beban fungsi yang dijalankan, hal-
hal yang merupakan prioritas dan target-target nasional yang harus dicapai. Perlu diingat
bahwa kedua Undang-Undang telah mencantumkan secara eksplisit beberapa hal yang
menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat program desentralisasi.
- Keadilan, Sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.
- Objektivitas dan Transparansi, Sebagai upaya untuk meminimumkan kemungkinan
manipulasi, maka sistem alokasi DAU harus dibuat sejelas mungkin dan formulanya pun
dibuat setransparan mungkin. Prinsip transparansi akan dapat dipenuhi bila formula tersebut
bisa dipahami oleh khalayak umum. Oleh karena itu maka indikator yang digunakan sedapat
mungkin adalah indikator yang sifatnya obyektif sehingga tidak menimbulkan interpretasi
yang ambivalen.
- Kesederhanaan, Sebagai rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan
tidak boleh terlampau kompleks sehingga sulit dimengerti orang, namun tidak boleh pula
terlalu sederhana sehingga menimbulkan perdebatan dan kemungkinan ketidak-adilan.
Rumusan sebaiknya tidak memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah variabel
yang dipakai menjadi relatif terlalu besar ketimbang jumlah dana yang ingin dialokasikan.
Tahapan Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), Menurut Yovita (2011) sebagai berikut:
1. Tahapan Akademis
2. Tahapan Administratif
3. Tahapan Teknis
4. Tahapan Politis
Ketentuan Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah sebagai berikut:
1. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.
2. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
3. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot
daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi.
4. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung berdasarkan
perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
daerah kabupaten/kota.
5. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi
dasar.
6. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari
alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah fiskal.
7. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar
dari alokasi dasar tidak menerima DAU.
Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk mendanai
kebutuhan-kebutuhan daerah yang bersifat khusus. Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004, yang
dimaksuddengan kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan
daereah lain, contohnya kebutuhan di daerah transmigrasi, pembangunan jalan di daerah terpencil,
saluran irigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, menyebutkan
pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK memainkan peran penting
dalam dinamika pembangunan sarana dan prasarana pelayanan dasar di daerah karena sesuai dengan
prinsip desentralisasi tanggung jawab dan akuntabilitas bagi penyediaan pelayanan dasar masyarakat
telah dialihkan kepada pemerintah daerah.
Kebutuhan khusus yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang sulit untuk diperkirakan dengan
rumus alokasi umum dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau sebagai prioritas nasional. DAK
digunakan untuk menutup kesenjangan pelayanan publik antar daerah dengan memberi prioritas pada
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah
daerah, dan lingkungan hidup.
Adapun pendapat Para Ahli, mengenai pengertian dari Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu;
- Menurut Rachim (2015), DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
- Menurut Kuncoro (2004), DAK adalah dana yang ditujukan untuk daerah khusus yang
terpilih untuk tujuan khusus. Alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat
sepenuhnya merupakan wewenang pusat untuk tujuan nasional khusus. Kebutuhan khusus
tersebut sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan APBN.
- Menurut Subekan (2012), DAK adalah salah satu mekanisme transfer keuangan Pemerintah
Pusat ke daerah yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana fisik daerah sesuai prioritas nasional serta mengurangi kesenjangan laju
pertumbuhan antar daerah dan pelayanan antar bidang.
- Menurut Halim (2004), DAK adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan pemerintah daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Tujuan Dana Alokasi Khusus, menurut Departemen Keuangan RI (2007) sebagai berikut:
Ketentuan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang
dialokasikan dari APBN ke daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan khusus pada daerah tersebut,
seperti pembangunan jalan di daerah terpencil dan kebutuhan beberapa jenis prasarana lainnya. Hanya
daerah tertentu yang memenuhi kriteria yang ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi
DAK. Dengan demikian, tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK.
Menurut Kuncoro (2004), persyaratan suatu daerah mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah sebagai berikut:
1. Daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai seluruh pengeluaran
usulan kegiatan tersebut dari PAD, Bagi Hasil Pajak dan SDA, DAU, Pinjaman Daerah dan
lain-lain penerimaan yang sah.
2. Daerah menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10% dari kegiatan yang diajukan
(kecuali untuk DAK dari Dana Reboisasi).
3. Kegiatan tersebut memenuhi kriteria teknis sektor/kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri
Teknis/Instansi terkait.
Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
dan Pemerintahan Daerah, ketentuan dalam menerima Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah:
Kriteria dan Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut Yani (2004), sebagai berikut:
2.2 Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Service Contract, Management Contract, Leasing,
BOT, dan Concession)
Bentuk-bentuk kerjasama P3 atau Pengelolaan terbagi banyak, namun pada paper ini yang akan
dijelaskan lebih lanjut yaitu service Contract, Management Contract, Leasing, BOT, serta
Concession. Berikut adalah penjelasannya :
- Service Contract
Service Contract adalah Kontrak untuk penyediaan layanan. Ini mungkin layanan rutin, seperti
inspeksi, perawatan rutin, atau pembersihan. atau layanan darurat seperti perbaikan setelah kerusakan,
atau penyediaan staf sementara untuk menutupi ketidakhadiran karyawan tetap pada service contract
atau contract service terbagi atas Operations and Maintenance dan Operations, Maintenance,
Management.
Mitra public melakukan kontak kerjasama dengan swasta untuk mengoperasikan, memelihara,
dan mengelola fasilitas atau sistem untuk meningkatkan pelayanan. Berdasarkan kontrak/perjanjian
ini, mitra publik mempertahankan kepemilikan tetapi pihak swasta boleh menginvestasikan modalnya
pada fasilitas atau sistem tersebut. Swasta mana pun sangat berhati-hati dalam memperhitungkan
investasi pada setiap kerjasama dengan operasional yang efisien dan tabungan selama waktu kontrak.
Dengan kontrak yang rata-rata lebih lama, pihak swasta memiliki kesempatan besar untuk
memperoleh keuntungan dan pengembalian yang sesuai. Pemerintah di Amerika Serikat biasanya
menggunakan bentuk kerjasama ini untuk pelayanan perawatan sampah cair.
- Management Contract
Manajemen kontrak, atau biasa disebut manajemen kontrak, mengacu pada proses pengelolaan
semua hal atau aspek dari suatu perjanjian antara dua pihak. Ditinjau dari segi hukum kontrak, ada
beberapa asas yang mendasari penerapan dalil-dalil. Asas atau asas adalah landasan, pilar atau dasar
dari suatu kontrak, yaitu :
Kontrak seringkali sulit untuk diamankan. Beberapa faktor yang mencegah pelaksanaan kontrak
atau perjanjian meliputi:
1. Terjadinya perselisihan karena penafsiran yang berbeda terhadap perjanjian dan pokok
perselisihan belum diatur dalam perjanjian
2. Salah satu pihak melakukan ingkar janji atau wanprestasi
3. Keadaan memaksa (overmacht atau force majeur)
1. Pembukaan: judul kontrak, identifikasi para pihak, latar belakang dan tujuan.
2. Isi akta atau kontrak: lingkup kerja & nilai (IDR) jangka waktu, syarat tenaga ahli & mutu
hak kewajiban, cara pembayaran dan sanksi.
3. Penutup: wanprestasi, perselisihan, tempat, tanggal, dan tanda tangan.
4. Lampiran (kesatuan kontrak): satuan biaya atau hal khusus hasil negosiasi, jadwal laporan
atau pertemuan, kriteria kinerja pemasok capaian K3LL.
Dalam manajemen kontrak, manajemen kontrak adalah upaya untuk mengelola kontrak selama
pelaksanaannya agar kewajiban dan hak para pihak dapat dipenuhi sebagaimana yang ditentukan
dalam kontrak. Manajemen kontrak harus dalam:
Kontrak dilaksanakan sepenuhnya.
Kelola kontrak selama pelaksanaan proyek untuk mencapai tujuan pelaksanaan dalam hal biaya,
kualitas dan waktu, citra perusahaan yang baik dan profesionalisme dalam pelaksanaan.
Mengelola kontrak selama pelaksanaan proyek untuk mendapatkan hasil pelaksanaan berupa
bangunan dan peralatan sebagaimana diatur dalam kontrak.
Bagi kontraktor, manajemen kontrak selama pelaksanaan proyek memerlukan manajemen kontrak
untuk mencapai tujuan ini. Bagi pengguna jasa pengurusan akad perlu dilakukan pengelolaan akad
selama pelaksanaannya.
- Leasing
Sewa Guna Usaha atau disingkat dengan SGU adalah kegiatan pembiayaan dengan menyediakan
barang atau modal yang dilakukan selama jangka waktu tertentu, baik dengan hak opsi maupun tanpa
hak opsi untuk digunakan oleh penyewa guna usaha berdasarkan pembayaran secara angsuran.
Leasing terbagi dari Enhanced Use Leasing (EUL), Lease-Develop-Operate (LDO) or Build-
Develop-Operate (BDO), Lease/Purchase, sale/Leaseback, dan Tax-Exempt Lease.
EUL di AS adalah manajer aset untuk Departemen Urusan Internasional Urusan Veteran (VA)
yang mencakup banyak perjanjian sewa (misalnya sewa, didorong oleh pertumbuhan, didorong oleh
pertumbuhan). EUL juga bisa Departemen ini menangani penyewaan properti jangka panjang
Perorangan atau instansi pemerintah untuk keperluan di luar departemen Urusan Veteran
LDO atau BDO merupakan kerjasama swasta menyewa atau membeli prasarana public dari
pemerintah, dan mengembangkannya serta melengkapinya, lalu mengoperasikan berdasarkan kontrak
dalam waktu tertentu. Selama kontrak berlangsung, pihak swasta dapat mengembangkan prasarana
yang ada dan mengoperasikannya sesuai dengan perjanjian kontrak.
3. Lease/Purchase
Bentuk kerjasama ini terjadi ketika pemerintah mengadakan kontrak dengan pihak swasta untuk
merancang dan membiayai dan membangun infrastruktur publik, tapi Setelah selesai, infrastruktur
menjadi milik pemerintah. Lalu pesta Sektor swasta menyewakan infrastruktur kepada pemerintah
untuk beroperasi dalam jangka waktu tersebut sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan Dalam
perjanjian ini, pengoperasian fasilitas dapat dilakukan oleh kedua belah pihak (publik-swasta) selama
masa sewa. Sewa / beli telah digunakan pada Administrasi Pelayanan Umum pada pembangunan
gedung perkantoran pemerintah negara bagian dan pembangun gedung penjara di Amerika Serikat.
4. Sale/Leaseback
Sale-leaseback adalah bentuk kerjasama keuangan Pemilik fasilitas menjual kepada pihak lain
dan kemudian menyewakannya kembali kepada pemilik baru. Baik pemerintah maupun swasta
diperbolehkan masuk dalam pengaturan penjualan-sewa kembali, tapi sangat banyak disertakan.
Inovasi dalam pemanfaatan bentuk kerjasama ini adalah dengan menjual fasilitas umum perusahaan
sektor publik atau swasta dengan memperhatikan pembatasan obligasi pemerintah. Berdasarkan
kesepakatan tersebut, pemerintah menjual fasilitas, menyewakannya, dan melanjutkan operasi.
5. Tax-Exempt Lease
Turnkey adalah bentuk kerjasama di mana pemerintah mendanai proyek dan sektor swasta
melaksanakan desain, konstruksi dan pengoperasian dalam kerangka waktu yang disepakati.
Persyaratan standar dan Kinerja ditentukan oleh pemerintah dan kepemilikan tetap di tangan
pemerintah. Bentuk kerjasama KPBU di atas dapat dibedakan satu sama lain-lainnya dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kepemilikan Aset
Kepemilikan aset adalah hak untuk memiliki properti kerjasama, terlepas dari apakah aset
berada di tangan pemerintah atau sektor swasta, untuk jangka waktu tertentu. Keterlibatan yang lebih
besar dari sektor swasta dalam kepemilikan aset mereka akan lebih tertarik pada mereka
kerjasama/investasi. Kepemilikan aset dapat dibedakan jika diinginkan milik pemerintah, milik
swasta, atau milik pemerintah dan milik swasta (kepemilikan bersama).
Operasi dan manajemen aset adalah kriteria mengidentifikasi pendelegasian tanggung jawab
untuk mengelola aset bekerja sama untuk jangka waktu tertentu. Pihak pengelola kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dari aset koperasi. operasional dan kepemilikan aset dapat dibedakan
menjadi tanggung jawab pemerintah, pribadi, atau tanggung jawab bersama.
Investasi modal merupakan kriteria berkaitan dengan siapa yang akan menanamkan modal
tersebut pada aset yang akan dikerjasamakan. Investasi modal dapat dibedakan menjadi investasi
pemerintah, swasta, atau investasi dengan modal bersama.
Risiko komersial merupakan rekayasa yang berhubungan dengan siapa yang akan dibebani
dengan risiko-risiko komersial tersebut yang nantinya akan muncul selama pembangunan dan
pengelolaan aset yang dikerjasamakan. Risiko komersial yang akan terjadi dapat dibebankan kepada
pemerintah, swasta, atau menjadi beban bersama.
e. Durasi kerjasama
Durasi pengerjaan merupakan batasan yang berkaitan dengan jangka waktu kerjasama yang
disepakati. Semakin lama jangka waktu kerjasama akan memberikan peluang yang lebih besar bagi
pengembalian. Durasi pengerjaan dapat dibedakan menjadi jangka pendek, jangka menengah, atau
jangka panjang.
- BOT
Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama P3 dimana pihak swasta membangun fasilitas sesuai
dengan perjanjian tertentu dengan pemerintah, mengoperasikan selama periode tertentu berdasarkan
kontrak, dan kemudian mengembalikan fasilitas tersebut kepada pemerintah. Pada banyak kasus yang
lain, swasta selalu menyediakan sebagian atau seluruh dana pembiayaan pembangunannya sehingga
pada periode kontrak harus sesuai dengan perhitungan dalam pengembalian investasi melalui
pengguna fasilitas tersebut. Pada akhir kontrak, pihak pemerintah dapat menilai tanggung jawab
pengoperasian, memperpanjang masa kontrak dengan pihak yang sama, atau mencari pihak (swasta)
baru sebagai mitra untuk mengoperasikan atau memelihara. BTO hampir sama dengan BOT.
Perbedaannya terletak pada waktu pengembalian atau penyerahan fasilitas. Kalau BOT dari pihak
swasta mengembalikan setelah memiliki dalam jangka waktu tertentu, sebaliknya, pada BTO, pihak
swasta menyerahkan fasilitas kepada pemerintah setelah proyek pembangunan selesai.
a. Concession
Konsesi memberikan peluang tanggung jawab yang lebih besar kepada swasta tidak hanya
untuk mengoperasikan dan memelihara aset tersebut namun juga investasi. Kepemilikan aset masih
berada di tangan pemerintah, tetapi keseluruhan hak guna berada ditangan private hingga berakhirnya
kontrak (biasanya 25 – 30 tahun). Konsesi biasanya ditawarkan melalui lelang dengan penawaran
terendah akan keluar sebagai pemenang. Konsesi diatur dengan kontrak yang mencakup kondisi
seperti target kinerja (kualitas), kinerja standar, perjanjian investasi modal, mekanisme penyelarasan
tarif, dan penyelesaian arbitrase atau perselisihan yang berpotensi muncul. Keuntungan bentuk
konsesi adalah seluruh pengelolaan dan investasi yang dilakukan oleh pribadi untuk tujuan efisiensi.
Konsesi sesuai untuk menarik investasi dalam skala besar.
Operasi TPS
✓ ✓ ✓ ✓
Transportasi ke
TPA ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Operasi TPA
✓ ✓ ✓
Dalam Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta, terdapat 5 Pilihan Kerjasama yang dilakukan
dalam aktivitas pengelolaan Layanan Sarana dan Prasarana, yaitu Services Contract, Management
Contract, Leasing, BOT, dan Consession. Pilihan Kerjasama dilakukan untuk menentukan peran yang
akan dilakukan pihak swasta.
Pada contoh tabel di atas, Kerjasama dalam bentuk Services Contract yang dilakukan oleh pihak
swasta adalah penyediaan layanan Persampahan dalam aktivitas Pengumpulan dan Transport, Operasi
TPS, Transportasi ke TPA, dan Operasi TPA. Dalam Management Contract pada pilihan Kerjasama
di atas, pihak swasta mengatur jalannya aktivitas operasi TPS, transportasi ke TPA, dan operasi TPA.
Untuk Kerjasama dalam bentuk Leasing, pihak swasta membayar biaya sewa dalam jangka waktu
tertentu dalam pengoperasian TPS dan transportasi ke TPA. Dalam Kerjasama BOT, pihak swasta
memiliki hak penggunaan fasilitas Transportasi ke TPA dalam jangka waktu tertentu, dan akan
dikembalikan ke pihak pemerintah ketika masanya selesai. Dalam Kerjasama Consession, pihak
swasta diberikan hak untuk mengelola dan mengembangkan aset yang digunakan dalam aktivitas
operasi TPS, transportasi ke TPA, dan operasi TPA, dengan semua dampak kerugian ditanggung oleh
pihak swasta.
2.4 Menjelaskan Bagan Dari Tipologi
Barang dan jasa diklarifikasikan secara rinci oleh Savas karena berkaitan dengan hakikat dari
barang dan jasa tersebut menentukan kondisi yang dibutuhkan dalam penyediaannya. Savas membuat
tipologi barang dan jasa yang dikelompokan kedalam Barang publik, Barang Privat, Barang Common
Good, dan Club Good. Berikut bagannya.
BARANG SEMI-
BARANG SWASTA
EXCLUDABLE SWASTA
(PRIVAT GOODS)
(CLUB GOODS)
BARANG SEMI-
BARANG PUBLIK
NON-EXLUDABLE PUBLIK
(PUBLIC GOODS)
(COMMON GOODS)
Barang Publik adalah barang yang apabila di konsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Barang publik yang disediakan pemerintah
merupakan barang milik pemerintah yang dibiayai melalui anggaran belanja negara. Berdasarkan
bagan di atas, barang public memiliki karakteristik non-rivalty dan non-excludable. Non-rivalty
berarti penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Sedangkan non-excludable Berarti apabila
suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat
dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke barang tersebut.
Barang Swasta merupakan barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan dengan barang
publik. Barang Swasta itu sendiri adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana
titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh karena itu, kepemilikan
barang Swasta biasanya dapat teridentifikasi dengan baik. Berdasarkan bagan di atas, barang swasta
memiliki karakteristik yang berkebalikan dengan barang public, yaitu rivalty dan excludable. Rivalty
artinya konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain
untuk melakukan hal serupa. Sedangkan Excludable artinya konsumsi suatu barang dapat dibatasi
hanya pada mereka yang memenuhi persyaratan tertentu.
- Barang Semi-publik (Common Goods)
Barang semi-publik adalah barang yang digunakan dan dimiliki secara umum. Barang semi-
publik sendiri memiliki permasalahan dalam hal penyediaannya. Dengan tiada keharusan membayar
dan dengan tiadanya cara untuk mencegah konsumsinya, barang-barang ini akan dikonsumsi, bahkan
dihabiskan sepuas-puasnya, sepanjang biaya pengumpulan, pemungutan, pemerasan, atau cara
lainnya dalam memiliki barang-barang bebas tersebut tidak melampaui nilai barang tersebut bagi
konsumen. Berdasarkan bagan di atas, barang semi-publik memiliki karakteristik rivalty dan non-
excludable.
Club goods adalah barang yang digunakan bersama-sama dengan membayar biaya penggunaan.
Club goods dapat disediakan oleh pasar seperti halnya individual goods. Karena eksklusi dapat
dilakukan, maka pengguna harus membayar barang dan jasa yang disediakan oleh supplier.
Berdasarkan bagan di atas, Club goods memiliki karakteristik non-rivalty dan excludable
Penerima dan
No. Jenis Barang dan Jasa Pembayar Pembiayaan
Manfaat
1. Private Goods and Services Privat Privat Uang Privat
2. Public Goods and Services Public Pembayar Pajak Pajak
3. User Fee/User
Join Toll Goods and Service Sevice User Service User
Charge
4. Common Pool Goods and Degradasi
Pengguna Lingkungan
Service Lingkungan
Private goods and servie dalam penerima dan manfaatnya hanya bersifat privat adalah barang
yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah
mekanisme harga. Oleh karena itu, kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentifikasi dengan
baik. Privat goods merupakan suatu barang ekonomi yang telah umum, contoh privat goods yaitu
pakain, makanan, handphone, mobil, motor dan lain sebagainya. Untuk memperoleh barang private
goods diperlukan pengorbanan dan dikosumsu secara individua tau kelompok, karena hal itulah
private goods lebih mudah ditentukan nilai atau harganya. Penentuan nilai barang privat goods terdiri
dari biaya produksi, marketing dan transportasi
Public Goods and Services (Public)
Public goods adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure
public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang
sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Satu terminologi lain yang agak mirip adalah barang
kolektif. Bedanya, barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara
barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan hanya
berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut.
Public goods dapat diartikan barang yang dapat dinikmati oleh semua orang. Barang publik tidak
dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisamungkin tidak perlu mengeluarkan biaya untuk dapat
menggunakan barang publiktersebut. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Pembayaran dan
pembiayaan nya di dapatnya dari uang pajak.
Join Toll Goods and Service
Toll goods dapat disuplai melalui mekanisme pasar, tetapi karenakarakteristiknya yang sangat
eklusif maka para pengguna harus membayarterlebih dahulu sebelum memanfaatkannya. Barang atau
jasa yang termasuk kedalam toll goods dapat dimiliki atau dibeli baik secara pribadi, kelompok yang
berorientasi profit (swasta) dan kelompok yang bersifat non-profit (LSM).Beberapa kasus terjadi
dalam penyediaan barang dan jasa yang bersifat toll goods melalui mekanisme pasar monopoli.
Common Pool Goods and Service
Common pool adalah barang dan jasa yang bersifat tidak dapat dipisahkan (non-excludable)
tetapi dapat dibagi (divisible) contohnya adalah kolam renangdi mana jika digunakan, maka orang
lain tidak dapat menggunakan tetapi aksesuntuk mendapatkannya terbuka untuk siapapun.
Common-pool goods adalah barang atau jasa yang dapat diperoleh tanpaharus membayar dan/atau
tanpa ada halangan yang berarti, contoh adalah ikan dilaut. Mekanisme pasar tidak efektif jika
digunakan untuk mensuplai barang- barang tersebut karena pemanfaatannya sangat bersifat
individual dan mudahuntuk mendapatkannya. Common-pool goods tidak diproduksi oleh para
supplier (pemasok) melainkan tersedia dengan sendirinya secara alamiah.Untuk mengatur dan
menjamin ketersediaan barang-barang yang bersifat common-pool goods dalam waktu yang relatif
lama maka ada tindakan-tindakan bersama (collective action) untuk mengatur secara tegas tentang
batas- batas pemanfaatan dan cara-cara yang digunakan untuk memperoleh barang tersebut.
Daftar Pustaka
Mudjiyono Ridjan, S.T., M.M, CISCP. 2021. Supplychainindonesia. 19 August.
https://supplychainindonesia.com/manajemen-kontrak/.
Putra, Ida Bagus Dwi. 2018. "Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus dan
Pendapatan Asli Daerah Provinsi Bali." Tugas Menajemen 1-17.
Riadi, Muclisin. 2020. Dana Alokasi Umum. 04 November.
https://www.kajianpustaka.com/2020/11/dana-alokasi-umum-dau.html.