Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

OLEH:
GALANG DARU ANGGARA .P
F23121058

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum merupakan salah satu dana
perimbangan atau pendapatan transfer yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna mencapai
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan memenuhi
kebutuhan daerah masing-masing.
Setiap daerah memperoleh besaran DAU yang tidak sama, karena harus dialokasikan atas
besar kecilnya celah fiskal dan alokasi dasar. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan pendanaan daerah
diukur secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi,
produk domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) memberikan pertimbangan atas rancangan
kebijakan formula dan perhitungan DAU kepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan
RAPBN tahun anggaran berikutnya. Menteri Keuangan kemudian melakukan perumusan formula
dan penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD dimaksud. Formula dan
perhitungan DAU disampaikan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RAPBN. DAU
untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.
Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dankapasitas fiskal.
Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks
Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, danIndeks Pembangunan
Manusia. Sedangkan kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi
Hasil. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlahgaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Data yang
digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari lembaga statistik Pemerintah dan/atau lembaga
Pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal data
dimaksud tidak tersedia, maka data yang digunakan adalah data dasar penghitungan DAU tahun
sebelumnya.
Menurut Siregar (2016), terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pembentukan
dan penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu sebagai berikut:
- Kecukupan
Sebagai suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah dana yang cukup
kepada daerah. Hal ini berarti, perkataan cukup harus diartikan dalam kaitannya dengan beban
fungsi. Sebagaimana diketahui, beban finansial dalam menjalankan fungsi tidaklah statis,
melainkan cenderung meningkat karena satu atau berbagai faktor. Oleh karena itulah maka
penerimaan pun seharusnya naik sehingga pemerintah daerah mampu membiayai beban
anggarannya. Bila alokasi DAU mampu merespon terhadap kenaikan beban anggaran yang
relevan, maka sistem DAU dikatakan memenuhi prinsip kecukupan.
- Netralitas dan Efisiensi
Desain dari sistem alokasi harus netral dan efisien. Netral artinya suatu sistem alokasi harus
diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru memperbaiki (bukannya menimbulkan)
distorsi dalam harga relatif dalam perekonomian daerah. Efisien artinya sistem alokasi DAU
tidak boleh menciptakan distorsi dalam struktur harga input, untuk itu sistem alokasi harus
memanfaatkan berbagai jenis instrumen finansial alternatif relevan yang tersedia.
- Akuntabilitas
Sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka penggunaan terhadap dana fiskal
ini sebaiknya dilepaskan ke daerah, karena peran daerah akan sangat dominan dalam
penentuan arah alokasi, maka peran lembaga DPRD, pers dan masyarakat di daerah
bersangkutan amatlah penting dalam proses penentuan prioritas anggaran yang perlu dibiayai
DAU. Format yang seperti ini, format akuntabilitas yang relevan adalah akuntabilitas kepada
elektoral (accountability to electorates) dan bukan akuntabilitas finansial kepada pusat
(financial accountability to the centre).
- Relevansi
Tujuan sistem alokasi DAU sejauh mungkin harus mengacu pada tujuan pemberian alokasi
sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang. Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai
sebagian dari beban fungsi yang dijalankan, hal-hal yang merupakan prioritas dan target-
target nasional yang harus dicapai. Perlu diingat bahwa kedua Undang-Undang telah
mencantumkan secara eksplisit beberapa hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat
program desentralisasi.
- Keadilan
Prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.
- Objektivitas dan Transparansi
Sebuah sistem alokasi DAU yang baik harus didasarkan pada upaya untuk meminimumkan
kemungkinan manipulasi, maka sistem alokasi DAU harus dibuat sejelas mungkin dan
formulanya pun dibuat setransparan mungkin. Prinsip transparansi akan dapat dipenuhi bila
formula tersebut bisa dipahami oleh khalayak umum. Oleh karena itu maka indikator yang
digunakan sedapat mungkin adalah indikator yang sifatnya obyektif sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang ambivalen.
- Kesederhanaan
Rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan tidak boleh terlampau
kompleks sehingga sulit dimengerti orang, namun tidak boleh pula terlalu sederhana sehingga
menimbulkan perdebatan dan kemungkinan ketidakadilan. Rumusan sebaiknya tidak
memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah variabel yang dipakai menjadi relatif
terlalu besar ketimbang jumlah dana yang ingin dialokasikan.

Dana Alokasi Khusus (DAK)


Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Transfer
DAK merupakan konsekuensi lahirnya Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumberdaya Nasional yang Berkeadilan
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Yang
kemudian disempurnakan melalui penerbitan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagai pengganti dari UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Keuangan Negara dan Keuangan Daerah sebagai pengganti UU No.25 Tahun 1999.
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan
bahwa: “Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.” Pasal 162 UU No.32/2004 menyebutkan bahwa DAK dialokasikan dalam APBN untuk
daerah tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang
ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang
diusulkan daerah tertentu.
Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan ditetapkan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah dimaksud. Menteri
teknis kemudian menyampaikan ketetapan tentang kegiatan khusus dimaksud kepada Menteri
Keuangan. Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:
- Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD;
- Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah; dan
- Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat menggambarkan
kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah

Setelah menerima usulan kegiatan khusus dimaksud, Menteri Keuangan melakukan


penghitungan alokasi DAK. Penghitungan alokasi DAK dimaksud dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu
penentuan daerah tertentu yang menerima DAK dan penentuan besaran alokasi DAK masing-masing
daerah. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Sedangkan besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan
dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

- Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi
krietria umum merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiap
tahun.
- Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Kriteria khusus dirumuskan
melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan
dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional danmenteri/pimpinan lembaga
terkait.
- Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai
dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis dimaksud kepada Menteri Keuangan.

Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK
dialokasikan dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional. DAK
dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari
program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi urusan daerah. Daerah Tertentu dimaksud
adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.

Adapun bidang kegiatan yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah sebagai berikut:
- Bidang Pendidikan. DAK dalam hal ini dialokasikan untuk mendukung penuntasan
program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang merata dan bermutu. Kegiatan
DAK diutamakan untuk merehabilitasi ruang kelas, pembangunan ruang kelas baru,
pembangunan ruang perpustakaan, penyediaan buku referensi, pembangunan
laboratorium, dan penyediaan peralatan pendidikan.
- Bidang Kesehatan. Dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas dalam
pelayanan kesehatan yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan
anak, penanggulangan masalah gizi, dan pencegahan penyakit serta penyehatan
lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di
daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan dan daerah bermasalah
kesehatan.
- Bidang Infrastruktur Jalan. Dialokasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kinerja pelayanan prasarana jalan provinsi, kabupaten maupun kota serta menunjang
aksesibilitas keterhubungan wilayah dalam mendukung pengembangan koridor
ekonomi wilayah atau kawasan.
- Bidang Infrastruktur Irigasi. Dialokasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kinerja layanan jaringan irigasi atau rawa yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dalam mendukung pemenuhan sasaran Prioritas Nasional di
Bidang Ketahanan Pangan Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton.
- Bidang Infrastruktur Air Minum. Dialokasikan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan air dalam rangka percepatan pencapaian target Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu penyediaan air minum di kawasan perkotaan dan perdesaan
termasuk daerah yang tertinggal.
- Bidang Infrastruktur Sanitasi. Dialokasikan untuk meningkatkan cakupan dan
keandalan pelayanan sanitasi, terutama dalam pengelolaan air limbah dan
persampahan secara komunal atau terdesentralisasi untuk meningkatkan kualitas
kesehatan di masyarakat.
- Bidang Prasarana Pemerintahan Desa. Dialokasikan untuk meningkatkan kinerja
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yang diutamakan
kepada daerah pemekaran dan daerah yang tertinggal. 8. Bidang Sarana dan Prasarana
Kawasan Perbatasan. Dialokasikan untuk mendukung kebijakan pembangunan
kawasan perbatasan untuk mengatasi keterisolasian wilayah yang dapat menghambat
upaya pengamanan batas wilayah, pelayanan sosial dasar, dan pengembangan
kegiatan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
- Bidang Kelautan dan Perikanan. Dialokasikan untuk meningkatkan sarana prasarana
produksi, pengolahan, mutu, pemasaran, pengawasan, penyuluhan, data statistik untuk
mendukung industrialisasi, serta penyediaan sarana dan prasarana terkait
pengembangan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil.
- Bidang Pertanian. Dialokasikan untuk mendukung pengembangan prasarana dan
sarana air, lahan, pembangunan dan rehabilitasi balai penyuluhan pertanian serta
pengembangan lumbung pangan masyarakat untuk meningkatkan produksi bahan
pangan.
- Bidang Keluarga Berencana (KB). Dialokasikan untuk mendukung kebijakan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana yang merata melalui
berbagai program maupun kegiatan.
- Bidang Kehutanan. Dialokasikan untuk peningkatan fungsi Daerah Aliran Sungai
(DAS) terutama didaerah hulu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan daya
dukung wilayah.
- Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal. Dialokasikan untuk mendukung
kebijakan pembangunan daerah yang tertinggal yang diamanatkan dalam RPJMN
2010-2014 dan RKP 2013.
- Bidang Sarana Perdagangan. Dialokasikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana perdagangan.
- Bidang Energi Perdesaan. Dialokasikan untuk memanfaatkan sumber energi
terbarukan setempat untuk meningkatkan akses masyarakat perdesaan, termasuk
masyarakat di daerah yang tertinggal dan kawasan perbatasan terhadap energi modern.
- Bidang Perumahan dan Pemukiman. Dialokasikan untuk meningkatkan penyediaan
prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka
menstimulasi pembangunan perumahan dan permukiman.
- Bidang Keselamatan Transportasi Darat. Dialokasikan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, terutama keselamatan bagi pengguna transportasi jalan guna menurunkan
tingkat fatalitas (korban meninggal dunia) akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah dan Pemerintahan Daerah, ketentuan dalam menerima Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah: Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% dari
alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Daerah dengan kemampuan fiskal
tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping.
Penjelasan Terkait Service Contract, Management Contract, Leasing, BOT dan Concession

A. Service Contract

Kontrak layanan adalah perjanjian hukum antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau upah,
tergantung pada sifat dokumen. Istilah ini bisa muncul dalam dua pengertian yang sedikit
berbeda. Yang pertama adalah kontrak layanan yang terkait dengan produk seperti mobil atau
peralatan, di mana perusahaan setuju untuk menyediakan perbaikan dan pemeliharaan selama
jangka waktu tertentu dengan biaya tetap. Yang kedua adalah jenis perjanjian kerja, di mana
majikan mempekerjakan seseorang di bawah kontrak untuk melakukan jenis layanan tertentu.
Kontrak layanan adalah perjanjian hukum antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau upah.

Dalam pengertian pertama, kontrak layanan berbeda dari jaminan. Sebuah garansi
memberikan jaminan bahwa produsen akan berdiri di belakang produk cacat dan perbaikan
pegangan atau penggantian dalam jangka waktu selama seseorang menggunakan produk
normal. Ini adalah bagian dari harga jual produk. Kontrak layanan adalah pembelian terpisah,
terkadang menawarkan lebih banyak cakupan, dan orang dapat membelinya kapan saja atau
memperpanjang perjanjian yang ada. Dalam situasi kerja untuk disewa, penyedia layanan
dipandang sebagai kontraktor independen.

Dalam situasi kerja untuk disewa, penyedia layanan dipandang sebagai kontraktor
independen. Saat berbelanja untuk kontrak layanan, orang harus memperhatikan apa yang
tercakup dan apa yang tidak. Hal-hal tertentu dapat dikecualikan berdasarkan persyaratan.
Umumnya, penyedia layanan tidak menangani masalah yang disebabkan oleh kelalaian atau
penggunaan yang tidak tepat. Orang juga harus menyadari bahwa jika perusahaan yang
menawarkan layanan gulung tikar, kontrak layanan mungkin tidak berlaku lagi, karena tidak
ada yang menyediakan layanan yang dijanjikan.

Dalam konteks ketenagakerjaan, kontrak layanan memberikan informasi tentang


layanan yang diberikan seseorang, dan kompensasi yang ditawarkan oleh pemberi kerja. Ini
bisa sangat rinci, dengan rincian termasuk garis waktu dan tujuan proyek tertentu. Orang yang
menawarkan jasa harus memenuhi syarat, selama majikan memenuhi kewajiban seperti
membayar tepat waktu, menanggapi permintaan informasi, dan sebagainya.

Hukum ketenagakerjaan bisa sangat kompleks dan hubungan hukum yang tepat yang
dibuat oleh kontrak layanan dapat bervariasi. Dalam beberapa kasus, ini mengatur situasi
pekerjaan untuk disewa di mana penyedia layanan dipandang sebagai kontraktor independen.
Majikan tidak perlu menyediakan pertanggungan asuransi kewajiban , menangani
pemotongan pajak, pembayaran kepada pengangguran dan dana asuransi kompensasi pekerja,
dan memenuhi tanggung jawab lain yang biasanya terkait dengan karyawan. Sebelum
menandatangani kontrak kerja apa pun, ada baiknya untuk membaca dokumen dengan cermat
dan meminta bantuan hukum jika ada ketidakpastian tentang hak, tanggung jawab, dan
kewajiban berdasarkan ketentuan kontrak.
B. Manajement Contract

Contract management dalam bahasa sehari-hari kita bisa disebut juga dengan istilah
menajemen kontrak. Istilah manajemen kontrak ini memiliki pengertian sebagai proses
pengelolaan segala hal atau aspek yang berhubungan dengan kesepakatan antara dua belah
pihak. Dalam hal ini terdapat negosiasi antara kedua belah pihak yang saling bersepakat.
Tidak hanya negosiasi saja tetapi terdapat pula di dalam manajemen kontrak ini juga terjadi
proses pembuatan kontrak. Proses pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang
berkaitan dengan administrasi dari suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Manajement contract sebagai proses pengelolaan segala hal atau aspek yang
berhubungan dengan kesepakatan antara dua belah pihak. Dalam hal ini terdapat negosiasi
antara kedua belah pihak yang saling bersepakat. Tidak hanya negosiasi saja tetapi terdapat
pula di dalam Manajement contract ini juga terjadi proses pembuatan kontrak. Proses
pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang berkaitan dengan administrasi dari
suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Umumnya prosedur pengadaan kontrak diawali dengan langkah perencanaan. Di


dalam perencanaan ini segala lingkup akan dibahas sehingga pembuatan kontrak nantinya bisa
berjalan dengan lancar dan tidak mengecewakan kedua belah pihak. Dalam hal ini perlu
dilakukan sebuah negosiasi antara kedua belah pihak yang saling mengadakan kontrak
sehingga apa yang nantinya disepakati bersama bisa diperjelas. Kontrak sendiri sebenarnya
merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih.

Tujuan Manejemen kontrak:

- Menyelesaikan pekerjaan secara efektif


pembuatan kontrak ini merupakan suatu cara yang bisa dibilang efektif dalam
hal pengadaan perjanjian antara kedua belah pihak Sebab adanya manajemen
kontrak ini pada dasarnya memang bertujuan untuk membantu Anda dan pihak-
pihak lainnya yang sedang bersepakat dan sedang mengadakan perjanjian atau
suatu negosiasi.
- Memastikan kesepakatan
Kesepakatan yang telah dijalin dan segala upaya untuk mewujudkan
kesepakatan tersebut bila dicantumkan pada surat kontrak. Dengan adanya surat
kontrak ini maka Anda dan pihak lainnya yang terlibat dalam perjanjian kontrak
bisa mengetahui dengan jelas hal yang telah disepakati.
- Memastikan kepatuhan para pihak
Melalui adanya surat kontrak atau surat perjanjian ini tentu dapat dilihat
kepatuhan antara masing-masing pihak. Dalam hal ini masing-masing pihak
sebenarnya harus saling mematuhi apa yang telah tercantum di dalam surat atau
dokumen kontrak.
- Menghindari perselisihan
Terkadang seseorang bisa saja melanggar kesepakatan yang telah dijalin
bersama dengan orang atau pihak lainnya. Oleh karena itu jika memang ada
perjanjian antara satu pihak dengan pihak yang lainnya maka sebaiknya
perjanjian tersebut dituangkan dalam bentuk surat perjanjian yang dilindungi
oleh hukum.
- Melakukan kinerja adil dan transparan
Dalam hal ini kesepakatan yang diputuskan bersama bersifat adil. Selain itu
segala upaya yang harus dicapai untuk bisa mewujudkan kesepakatan tentu akan
ditampilkan secara transparan.
- Mengantisipasi resiko
Dengan adanya kontrak tertulis maka setiap pihak diharapkan dapat melakukan
upaya yang mengarah pada pencapaian kesepakatan yang telah disetujui
bersama sehingga resiko bisa diantisipasi dan dicegah.

Umumnya proses manajemen kontrak meliputi mengelola negosiasi, pelaksanaan,


kinerja, modifikasi, dan pemutusan kontrak dengan pihak-pihak tersebut. Tugas lainnya
adalah memastikan bahwa semua pihak dalam kontrak sepenuhnya memenuhi kewajiban
mereka. Selain itu, pengelolaan juga harus memastikan kontrak telah sesuai dengan kepatuhan
dengan syarat dan ketentuan perusahaan. Perusahaan harus menerapkan dan memelihara
proses manajemen kontrak secara terorganisir. Pengelolaan kontrak yang efektif
membutuhkan pemahaman tentang setiap langkah dalam proses kontrak, termasuk setiap
langkah yang berkontribusi, menciptakan, atau menggunakan data kontrak.

C. Leasing

Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi, untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Penyewa Guna Usaha adalah
perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari
Perusahaan Pembiayaan.

Pengadaan barang modal melalui leasing juga dapat dilakukan dengan cara pembelian
barang Penyewa Guna Usaha oleh Perusahaan Pembiayaan yang kemudian
disewagunausahakan kembali oleh Penyewa Guna Usaha. Pengadaan dengan cara ini disebut
Sales and Lease Back. Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal obyek transaksi berada pada Perusahaan Pembiayaan. leasing mempunyai
delapan elemen utama, yaitu pembiayaan perusahaan, penyedia baran atau modal,
pembayaran dalam jangka waktu tertentu, terdapat nilai sisa yang telah disepakati, adanya hak
pilih atau hak opsi, pembayaran secara angsuran, terdapat pihak lessor, dan ada pihak lesseee.

Leasing dibagi menjadi lima jneis berdasarkan proses penerapannya. Kelima jenis
tersebut antara lain:
- Capital Lease
Capital lease merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang leasing dan berasal
dari lemaga keuangan. Jenis leasng yang satu ini biasanya dapat melayani pihak
nasabah yang membutuhkan kebebasan dalam hal menentukan modal atau barang
dengan spesifikasi tertentu. Dalam penggunaannya, pihak lessor akan memberikan
sejumlah dana untuk digunakan membayar barang yang dibutuhkan pihak supplier.
Kemudian akan diserahkan kepada pihak lesseee. Setelah itu, pihak lessor akan
mendapatkan imbalan berupa pembayaran secara dicicil atau mengangsur dalam
kurun waktu yang telah disepakati bersama.
- Operating Lease
Operating Lease merupakan salah satu jenis perusahaan leasing yang mana pihak
lessor akan membeli suatu barang dan kemudian disewakan kepada para nasabah
dalam kurun waktu yang telah disepakati. Untuk hal tersebut pihak nasabah biasanya
hanya perlu membayar biaya rental barang saja. Sedangkan untuk harganya dan biaya
lainnya akan ditanggung oleh pihak lessor.
- Sales Type
Lease Lease penjualan adalah salah satu jenis leasing yang umumnya dikerjakan oleh
perusahaan yang bergera di bidang industri. Kemudian mereka akan melakukan
penjualan lease barang dari hasil produk yang mereka buat. Ada dua jenis pendapatan
yang bisa diakui, pertama adalah pendapatan yang berasal dari hasil jual barang. Lalu
yang kedua adalah pendapatan yang berasal dari bunga pembelanjaan selama kurun
waktu tertentu.
- Leverage Lease
Leverage adalah jenis perusahaan leasing yang mengikutsertakan pihak ketiga. Itu
artinya, pihak lessor tidak akan membayar onjek leasing dengan jumlah 100% tapi
mereka hanya perlu membayar 20% sampai 40% saja. Sisanya nanti akan ditanggung
langsung oleh pihak ketiga.
- Cross Border
Lease Ini adalah jenis perusahaan leasing yang dilakukan oleh antar negara. Itu
artinya, pihak lessor dan juga lesseee tidak ada di dalam satu negara yang sama. Akan
tetapi keduanya berada di negara yang berbeda. Umumnya, jenis leasing yang satu ini
hanya melakukan transaksi untuk barang yang mempunyai nominal besar. Seperti
halnya produk pesawat terbang Boeing atau Airbus.

Biasanya, suatu pihak akan melakukan leasing karena didasari oleh tujuan-tujuan berikut ini.
 Mendapatkan barang-barang kebutuhan yang harganya mahal dalam waktu cukup
cepat, sehingga Anda dapat langsung menggunakannya sembari mengangsur.
 Menghemat biaya produksi karena pembelian alat tidak dilakukan dalam satu waktu.
 Pihak pemberi leasing biasanya menjalankan pembiayaan ini guna mendapat
penghasilan dari bunga pinjaman.

D. Build Operate Transfer (BOT)


Build Operate Transfer (BOT) dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Bangun Guna
Serah atau disingkat BGS. Istilah ini merupakan salah satu jenis pembiayaan proyek
pembangunan di mana investor menyediakan sendiri modal untuk proyek tersebut dan dapat
memanfaatkan hasil pembangunan tersebut selama jangka waktu tertentu. Modal-modal
tersebut mulai dari pengadaan material, peralatan, hingga jasa yang dibutuhkan.
BOT atau Build Operate Transfer adalah salah satu jenis pembiayaan proyek
pembangunan ketika investor menyediakan modal untuk suatu proyek. Hal ini membuat
investor layak memanfaatkan hasil pembangunan tersebut selama jangka waktu tertentu.
Modal yang diberikan oleh investor bisa berbentuk banyak hal, mulai dari uang, pengadaan
material, peralatan, hingga jasa yang dibutuhkan. BOT juga bisa diartikan sebagai
pemanfaatan barang milik daerah.
Melansir dari Hukum Online, pengertian Build Operate Transfer adalah pemanfaatan
barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya. Kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
BOT banyak digunakan pada proyek infrastruktur dan pada kemitraan pemerintah
swasta. Pada bingkai kerja BOT, sebuah pihak ketiga, contohnya pemerintah, mendelegasikan
sebuah entitas swasta untuk merancang dan membangun suatu infrastruktur, lalu
mengoperasikan dan merawat infrastruktur tersebut selama jangka waktu tertentu. Selama
periode tersebut, entitas swasta bertanggung jawab untuk mengumpulkan pendanaan untuk
infrastruktur tersebut dan berhak mengumpulkan semua pendapatan yang dihasilkan dari
infrastruktur tersebut serta menjadi pemilik dari infrastruktur tersebut. Infrastruktur tersebut
lalu akan diserahkan ke pemerintah pada akhir konsesi, tanpa remunerasi apapun kepada
entitas swasta.
Sejumlah atau bahkan semua pihak berikut dapat terlibat dalam proyek BOT:
- Pemerintah: Normalnya, pemerintah adalah pencetus dari proyek infrastruktur dan
memutuskan apakah BOT cocok untuk memenuhi kebutuhannya. Situasi politik dan
ekonomi pun menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan tersebut.
Pemerintah biasanya menyediakan dukungan untuk proyek BOT dalam sejumlah
bentuk (penyediaan lahan / revisi peraturan).
- Konsesioner: Sponsor proyek yang bertindak sebagai konsesioner akan membentuk
entitas tersendiri untuk memegang konsesi. Konsesioner lalu akan menyuntikkan
modal ke entitas tersebut.
- Bank peminjam: Sebagian besar proyek BOT didanai oleh utang komersial. Bank
diharapkan mendanai proyek tersebut dengan skema non-recourse, yang berarti
bahwa bank hanya dapat menagih utang kepada entitas pemegang konsesi.
- Peminjam lain: Dapat berupa bank pembangunan daerah atau nasional.
- Pihak yang terlibat dalam proyek: Karena entitas pemegang konsesi hanya memiliki
sedikit tenaga kerja, maka mereka akan melakukan subkontrak ke pihak ketiga untuk
melakukan kewajibannya sesuai kontrak konsesi. Selain itu, entitas pemegang konsesi
juga harus memastikan bahwa mereka memiliki kontrak pasokan yang cukup, baik
untuk bahan baku maupun sumber daya lain yang diperlukan oleh proyek.

Dasar Hukum BOT diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Permendagri 19/2016). Isi dari peraturan
tersebut adalah skema pembangunan BOT dalam bentuk kerja sama antara pemerintah dan
swasta. Pihak swasta berperan sebagai investor dan menyediakan sarana infrastruktur seperti
pembebasan lahan sampai pembangunan fisik. Kemudian, swasta berhak mendapatkan
pengembalian investasinya melalui profit pembangunan sampai batas waktu tertentu.

E. Consession

Concession adalah pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan,
individu, atau entitas legal lain. Konsesi antara lain diterapkan pada pembukaan tambang dan
penebangan hutan. Model konsesi umum diterapkan pada kemitraan pemerintah swasta (KPS)
atau kontrak bagi hasil
Penjelasan Terkait Penyediaan Barang dan Jasa

Penjelasan Terkait Penyediaan Barang dan Jasa


Jenis Barang
No. Pembayar Penerima Manfaat Pembiayaan Keterangan
dan Jasa
1 Private goods Privat Privat Uang privat Ini adalah jenis barang
and service dan jasa yang sifatnya
privat. Barang privat
adalah barang-barang
yang memiliki sifat
berkebalikan dengan
barang publik. Barang
privat secara tipikal
adalah barang yang
diperoleh melalui
mekanisme pasar,
dimana titik temu antara
produsen dan konsumen
adalah mekanisme harga
kepemilikan eksklusif
dan memilikinya melalui
persaingan, exclusive
ownership and rivalrious
consumption. Jenis
barang dan jasa ini
dibiayai dengan uang
pribadi (private money).
2 Public goods Publik Pembayar pajak Pajak Public goods and service
and service merupakan Ini adalah
jenis barang dan jasa
yang sifatnya publik:
non exclusive ownership
dan non rivalrious
consumption. Suatu
barang publik
merupakan
barangbarang yang tidak
dapat dibatasi siapa
penggunanya dan sebisa
mungkin bahkan
seseorang tidak perlu
mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya
Jenis barang dan jasa ini
dibiayai oleh pembayar
pajak (taxpayers) atau
melalui pinjaman
(borrowing) yang berarti
dibiayai oleh pembayar
pajak masa depan (future
taxpayers).
3 Join Toll goods Service Service User User fee/user Joint Toll Goods and
and service user charge Service merupakan jenis
barang dan jasa yang
sifatnya publikprivat:
exclusive ownership tapi
nonrivalrious
consumption. Jenis
barang dan jasa ini
dibiayai oleh biaya
pengguna atau retribusi
(user fees/charges).
4 Common Pool Pengguna Lingkungan Degradasi Ini adalah jenis barang
goods and linfkungan dan jasa yang sifatnya
service non exclusive ownership
tapi rivalrio us
consumption. Sehingga
yang membiayai ini
adalah alam, dengan
degradasi kualitas dan
kerusakan lingkungan.

Penjelasan gambar:

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa barang memiliki beberapa jenis dan aspek
yaitu sebagai beriku: A. Barang Publik Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang
terkait dengan penggunaannya, yaitu :
- Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan
satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen
lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil
manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain.
Sebagai contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinar
matahari, orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama,
atau apabila kita sedang mendengar adzan dari sebuah mesjid misalnya, tidak akan
mengurangi kesempatan orang lain untuk ikut mendengarnya.
- Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu
barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun
tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebagai contoh, masyarakat
membayar pajak yang kemudian diantaranya digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan jasa kepolisian misalnya, akan tetapi yang kemudian dapat
menggunakan jasa kepolisian tersebut tidak hanya terbatas pada yang membayar pajak
saja. Mereka yang tidak membayar pun dapat mengambil menfaat atas jasa tersebut.
Singkatnya, tidak ada yang dapat dikecualikan (excludable) dalam mengambil
manfaat atas barang publik. B. Barang Semi-Publik Barang semi-publik adalah barang
yang sudah tidak memiliki karakteristik barang publik murni(pure public goods)
seperti dijelaskan di atas, orang sudah mulai bersaing untuk mendapatkannya
meskipun harganya masih bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, serta sudah
ada campur tangan swasta di dalamnya. Common Goods (barang semi-publik): barang
ini berbeda dari public goods karena "rival" dalam mengkonsumsinya. Meskipun
barang ini luas dan terdapat di berbagai lokasi, namun penggunaan barang ini oleh
seorang individu mencegah individu lain untuk menggunakannya. Istilah common
goods tidaklah universal. Barang tersebut biasa disebut juga sebagai "common pool
resourses" atau "common resources". Misalnya, ikan di laut bersifat rivalry in
consumption karena ikan yang telah ditangkap oleh seseorang tidak akan tersedia
untuk digunakan oleh orang lain. C. Barang Swasta Barang swasta adalah barang yang
dapat disediakan melalui sistem pasar dapat menyebabkan alokasi sumber-sumber
ekonomi secara efisien. Barang swasta memiliki nilai tertentu yang disepakati antara
penjual dan pembeli yaitu harga. Adapun karakterisktik barang swasta yaitu sebagai
berikut:
- Barang swasta yang dalam konsumsinya bersifat rival. Bersifat bersaing adalah jumlah
yang dikonsumsi oleh seseorang yang tidak akan dapat dikonsumsi lagi oleh orang
lain. yaitu contohnya pizza. Meskipun makan pizza dapat dimakan bersama, tetapi
setiap potongan pizza yang dibagi bersifat bersaing karena potongan pizza yang
dimakan si A tidak akan bisa dimakan oleh si B, begitu pula sebaliknya.
- Barang pribadi bersifat excludable Ekslusif artinya barang swasta dapat dikonsumsi
bila bersedia membayar dan orang yang tidak membayar dapat dikecualikan. Bersifat
Ekslusif adalah produsen dapat dengan mudah menyisihkan/mengecualikan orang lain
yang tidak membayar sehingga tidak dapat mengkonsumsi barang. Karena itu,
pelanggan yang membayarlah yang dapat mengkonsumsi barang. Sedangkan barang
publik bersifat non-bersaing dan non-ekslusif. D. Barang Semi-Swasta Club Goods
(barang semi-swasta): barang-barang yang bersifat "nonrival in consumption" tapi
"excludable". Istilah lainnya adalah "natural monopolies". Sebagai contoh, sistem TV
kabel dapat menghalangi mereka yang tidak membayar untuk melihat program-
program tertentu. Sifat excludable ini menciptakan timbulnya iuran bagi pemirsa yang
menikmati program TV kabel tersebut. Dengan pembayaran iuran tersebut,
memungkinkan penyedia program TV kabel untuk membayar tenaga kerja mereka.
Penjelasan gambar:

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa layanan persampahan memiliki beberapa aktifitas dan
setiap aktifitas terdiri dari pilihan kerjasama yang digunakan yaitu: service contract, manajement
contract, leasing, BOT, dan concession. Berikut merupaka penjelasan dari aktifitas persampahan di
atas:
- Pengumpulan dan transport Pengumpulan dan transport adalah aktifitas layanan
persampahan yang menggunakan kerjasama berupa service contract karena pada
kegiatan ini merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam proses pengelolaan
sampah dan melibatkan perjanjian antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau
upah.
- Operasi TPS Operasi TPS adalah aktfitas layanan persampahan yang menggunakan
kerjasama berupa service contract, manajement contract, leasing, dan concession.
Akan tetapi pada aktifitas ini tidaak menggunakan kerjasama BOT (Build Operate and
Transfer).
- Transport ke TPA Transport ke TPA adalah aktifitas layanan persamapahan yang
menggunakan semua pilihan kerjasam berupa service contract (kegiatan yang
melibatkan kontran anatara kedua belah pihak), manajement contract ( kesepakatan
antara kedua belah pihak yang terdapat pula proses pembuatan kontrak, proses
pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang berkaitan dengan
administrasi dari suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak), leasing (sewa
guna usaha), BOT (Build Operate and Transfer), dan Concession (pemberian hak, izin,
atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas legal lain).
- Operasi TPA Operasi TPA adalah aktifitas layanan persampahan yang tidak
menggunakan kerjasama berupa leasing dan BOT (Build Operate and Transfer

Anda mungkin juga menyukai