OLEH:
GALANG DARU ANGGARA .P
F23121058
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum merupakan salah satu dana
perimbangan atau pendapatan transfer yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna mencapai
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan memenuhi
kebutuhan daerah masing-masing.
Setiap daerah memperoleh besaran DAU yang tidak sama, karena harus dialokasikan atas
besar kecilnya celah fiskal dan alokasi dasar. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan pendanaan daerah
diukur secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi,
produk domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) memberikan pertimbangan atas rancangan
kebijakan formula dan perhitungan DAU kepada Presiden sebelum penyampaian Nota Keuangan dan
RAPBN tahun anggaran berikutnya. Menteri Keuangan kemudian melakukan perumusan formula
dan penghitungan alokasi DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD dimaksud. Formula dan
perhitungan DAU disampaikan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RAPBN. DAU
untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.
Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dankapasitas fiskal.
Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks
Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, danIndeks Pembangunan
Manusia. Sedangkan kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi
Hasil. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlahgaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Data yang
digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari lembaga statistik Pemerintah dan/atau lembaga
Pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal data
dimaksud tidak tersedia, maka data yang digunakan adalah data dasar penghitungan DAU tahun
sebelumnya.
Menurut Siregar (2016), terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pembentukan
dan penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU), yaitu sebagai berikut:
- Kecukupan
Sebagai suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah dana yang cukup
kepada daerah. Hal ini berarti, perkataan cukup harus diartikan dalam kaitannya dengan beban
fungsi. Sebagaimana diketahui, beban finansial dalam menjalankan fungsi tidaklah statis,
melainkan cenderung meningkat karena satu atau berbagai faktor. Oleh karena itulah maka
penerimaan pun seharusnya naik sehingga pemerintah daerah mampu membiayai beban
anggarannya. Bila alokasi DAU mampu merespon terhadap kenaikan beban anggaran yang
relevan, maka sistem DAU dikatakan memenuhi prinsip kecukupan.
- Netralitas dan Efisiensi
Desain dari sistem alokasi harus netral dan efisien. Netral artinya suatu sistem alokasi harus
diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru memperbaiki (bukannya menimbulkan)
distorsi dalam harga relatif dalam perekonomian daerah. Efisien artinya sistem alokasi DAU
tidak boleh menciptakan distorsi dalam struktur harga input, untuk itu sistem alokasi harus
memanfaatkan berbagai jenis instrumen finansial alternatif relevan yang tersedia.
- Akuntabilitas
Sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka penggunaan terhadap dana fiskal
ini sebaiknya dilepaskan ke daerah, karena peran daerah akan sangat dominan dalam
penentuan arah alokasi, maka peran lembaga DPRD, pers dan masyarakat di daerah
bersangkutan amatlah penting dalam proses penentuan prioritas anggaran yang perlu dibiayai
DAU. Format yang seperti ini, format akuntabilitas yang relevan adalah akuntabilitas kepada
elektoral (accountability to electorates) dan bukan akuntabilitas finansial kepada pusat
(financial accountability to the centre).
- Relevansi
Tujuan sistem alokasi DAU sejauh mungkin harus mengacu pada tujuan pemberian alokasi
sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang. Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai
sebagian dari beban fungsi yang dijalankan, hal-hal yang merupakan prioritas dan target-
target nasional yang harus dicapai. Perlu diingat bahwa kedua Undang-Undang telah
mencantumkan secara eksplisit beberapa hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat
program desentralisasi.
- Keadilan
Prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.
- Objektivitas dan Transparansi
Sebuah sistem alokasi DAU yang baik harus didasarkan pada upaya untuk meminimumkan
kemungkinan manipulasi, maka sistem alokasi DAU harus dibuat sejelas mungkin dan
formulanya pun dibuat setransparan mungkin. Prinsip transparansi akan dapat dipenuhi bila
formula tersebut bisa dipahami oleh khalayak umum. Oleh karena itu maka indikator yang
digunakan sedapat mungkin adalah indikator yang sifatnya obyektif sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang ambivalen.
- Kesederhanaan
Rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan tidak boleh terlampau
kompleks sehingga sulit dimengerti orang, namun tidak boleh pula terlalu sederhana sehingga
menimbulkan perdebatan dan kemungkinan ketidakadilan. Rumusan sebaiknya tidak
memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah variabel yang dipakai menjadi relatif
terlalu besar ketimbang jumlah dana yang ingin dialokasikan.
- Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal netto. Daerah yang memenuhi
krietria umum merupakan daerah dengan indeks fiskal netto tertentu yang ditetapkan setiap
tahun.
- Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Kriteria khusus dirumuskan
melalui indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan
dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional danmenteri/pimpinan lembaga
terkait.
- Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai
dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis dimaksud kepada Menteri Keuangan.
Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK
dialokasikan dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional. DAK
dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari
program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi urusan daerah. Daerah Tertentu dimaksud
adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
Adapun bidang kegiatan yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah sebagai berikut:
- Bidang Pendidikan. DAK dalam hal ini dialokasikan untuk mendukung penuntasan
program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang merata dan bermutu. Kegiatan
DAK diutamakan untuk merehabilitasi ruang kelas, pembangunan ruang kelas baru,
pembangunan ruang perpustakaan, penyediaan buku referensi, pembangunan
laboratorium, dan penyediaan peralatan pendidikan.
- Bidang Kesehatan. Dialokasikan untuk meningkatkan akses dan kualitas dalam
pelayanan kesehatan yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan
anak, penanggulangan masalah gizi, dan pencegahan penyakit serta penyehatan
lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di
daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan dan daerah bermasalah
kesehatan.
- Bidang Infrastruktur Jalan. Dialokasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kinerja pelayanan prasarana jalan provinsi, kabupaten maupun kota serta menunjang
aksesibilitas keterhubungan wilayah dalam mendukung pengembangan koridor
ekonomi wilayah atau kawasan.
- Bidang Infrastruktur Irigasi. Dialokasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kinerja layanan jaringan irigasi atau rawa yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dalam mendukung pemenuhan sasaran Prioritas Nasional di
Bidang Ketahanan Pangan Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton.
- Bidang Infrastruktur Air Minum. Dialokasikan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan air dalam rangka percepatan pencapaian target Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu penyediaan air minum di kawasan perkotaan dan perdesaan
termasuk daerah yang tertinggal.
- Bidang Infrastruktur Sanitasi. Dialokasikan untuk meningkatkan cakupan dan
keandalan pelayanan sanitasi, terutama dalam pengelolaan air limbah dan
persampahan secara komunal atau terdesentralisasi untuk meningkatkan kualitas
kesehatan di masyarakat.
- Bidang Prasarana Pemerintahan Desa. Dialokasikan untuk meningkatkan kinerja
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yang diutamakan
kepada daerah pemekaran dan daerah yang tertinggal. 8. Bidang Sarana dan Prasarana
Kawasan Perbatasan. Dialokasikan untuk mendukung kebijakan pembangunan
kawasan perbatasan untuk mengatasi keterisolasian wilayah yang dapat menghambat
upaya pengamanan batas wilayah, pelayanan sosial dasar, dan pengembangan
kegiatan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
- Bidang Kelautan dan Perikanan. Dialokasikan untuk meningkatkan sarana prasarana
produksi, pengolahan, mutu, pemasaran, pengawasan, penyuluhan, data statistik untuk
mendukung industrialisasi, serta penyediaan sarana dan prasarana terkait
pengembangan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil.
- Bidang Pertanian. Dialokasikan untuk mendukung pengembangan prasarana dan
sarana air, lahan, pembangunan dan rehabilitasi balai penyuluhan pertanian serta
pengembangan lumbung pangan masyarakat untuk meningkatkan produksi bahan
pangan.
- Bidang Keluarga Berencana (KB). Dialokasikan untuk mendukung kebijakan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana yang merata melalui
berbagai program maupun kegiatan.
- Bidang Kehutanan. Dialokasikan untuk peningkatan fungsi Daerah Aliran Sungai
(DAS) terutama didaerah hulu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan daya
dukung wilayah.
- Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal. Dialokasikan untuk mendukung
kebijakan pembangunan daerah yang tertinggal yang diamanatkan dalam RPJMN
2010-2014 dan RKP 2013.
- Bidang Sarana Perdagangan. Dialokasikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana perdagangan.
- Bidang Energi Perdesaan. Dialokasikan untuk memanfaatkan sumber energi
terbarukan setempat untuk meningkatkan akses masyarakat perdesaan, termasuk
masyarakat di daerah yang tertinggal dan kawasan perbatasan terhadap energi modern.
- Bidang Perumahan dan Pemukiman. Dialokasikan untuk meningkatkan penyediaan
prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka
menstimulasi pembangunan perumahan dan permukiman.
- Bidang Keselamatan Transportasi Darat. Dialokasikan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, terutama keselamatan bagi pengguna transportasi jalan guna menurunkan
tingkat fatalitas (korban meninggal dunia) akibat kecelakaan lalu lintas.
A. Service Contract
Kontrak layanan adalah perjanjian hukum antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau upah,
tergantung pada sifat dokumen. Istilah ini bisa muncul dalam dua pengertian yang sedikit
berbeda. Yang pertama adalah kontrak layanan yang terkait dengan produk seperti mobil atau
peralatan, di mana perusahaan setuju untuk menyediakan perbaikan dan pemeliharaan selama
jangka waktu tertentu dengan biaya tetap. Yang kedua adalah jenis perjanjian kerja, di mana
majikan mempekerjakan seseorang di bawah kontrak untuk melakukan jenis layanan tertentu.
Kontrak layanan adalah perjanjian hukum antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau upah.
Dalam pengertian pertama, kontrak layanan berbeda dari jaminan. Sebuah garansi
memberikan jaminan bahwa produsen akan berdiri di belakang produk cacat dan perbaikan
pegangan atau penggantian dalam jangka waktu selama seseorang menggunakan produk
normal. Ini adalah bagian dari harga jual produk. Kontrak layanan adalah pembelian terpisah,
terkadang menawarkan lebih banyak cakupan, dan orang dapat membelinya kapan saja atau
memperpanjang perjanjian yang ada. Dalam situasi kerja untuk disewa, penyedia layanan
dipandang sebagai kontraktor independen.
Dalam situasi kerja untuk disewa, penyedia layanan dipandang sebagai kontraktor
independen. Saat berbelanja untuk kontrak layanan, orang harus memperhatikan apa yang
tercakup dan apa yang tidak. Hal-hal tertentu dapat dikecualikan berdasarkan persyaratan.
Umumnya, penyedia layanan tidak menangani masalah yang disebabkan oleh kelalaian atau
penggunaan yang tidak tepat. Orang juga harus menyadari bahwa jika perusahaan yang
menawarkan layanan gulung tikar, kontrak layanan mungkin tidak berlaku lagi, karena tidak
ada yang menyediakan layanan yang dijanjikan.
Hukum ketenagakerjaan bisa sangat kompleks dan hubungan hukum yang tepat yang
dibuat oleh kontrak layanan dapat bervariasi. Dalam beberapa kasus, ini mengatur situasi
pekerjaan untuk disewa di mana penyedia layanan dipandang sebagai kontraktor independen.
Majikan tidak perlu menyediakan pertanggungan asuransi kewajiban , menangani
pemotongan pajak, pembayaran kepada pengangguran dan dana asuransi kompensasi pekerja,
dan memenuhi tanggung jawab lain yang biasanya terkait dengan karyawan. Sebelum
menandatangani kontrak kerja apa pun, ada baiknya untuk membaca dokumen dengan cermat
dan meminta bantuan hukum jika ada ketidakpastian tentang hak, tanggung jawab, dan
kewajiban berdasarkan ketentuan kontrak.
B. Manajement Contract
Contract management dalam bahasa sehari-hari kita bisa disebut juga dengan istilah
menajemen kontrak. Istilah manajemen kontrak ini memiliki pengertian sebagai proses
pengelolaan segala hal atau aspek yang berhubungan dengan kesepakatan antara dua belah
pihak. Dalam hal ini terdapat negosiasi antara kedua belah pihak yang saling bersepakat.
Tidak hanya negosiasi saja tetapi terdapat pula di dalam manajemen kontrak ini juga terjadi
proses pembuatan kontrak. Proses pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang
berkaitan dengan administrasi dari suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Manajement contract sebagai proses pengelolaan segala hal atau aspek yang
berhubungan dengan kesepakatan antara dua belah pihak. Dalam hal ini terdapat negosiasi
antara kedua belah pihak yang saling bersepakat. Tidak hanya negosiasi saja tetapi terdapat
pula di dalam Manajement contract ini juga terjadi proses pembuatan kontrak. Proses
pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang berkaitan dengan administrasi dari
suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak.
C. Leasing
Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi, untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Penyewa Guna Usaha adalah
perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari
Perusahaan Pembiayaan.
Pengadaan barang modal melalui leasing juga dapat dilakukan dengan cara pembelian
barang Penyewa Guna Usaha oleh Perusahaan Pembiayaan yang kemudian
disewagunausahakan kembali oleh Penyewa Guna Usaha. Pengadaan dengan cara ini disebut
Sales and Lease Back. Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal obyek transaksi berada pada Perusahaan Pembiayaan. leasing mempunyai
delapan elemen utama, yaitu pembiayaan perusahaan, penyedia baran atau modal,
pembayaran dalam jangka waktu tertentu, terdapat nilai sisa yang telah disepakati, adanya hak
pilih atau hak opsi, pembayaran secara angsuran, terdapat pihak lessor, dan ada pihak lesseee.
Leasing dibagi menjadi lima jneis berdasarkan proses penerapannya. Kelima jenis
tersebut antara lain:
- Capital Lease
Capital lease merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang leasing dan berasal
dari lemaga keuangan. Jenis leasng yang satu ini biasanya dapat melayani pihak
nasabah yang membutuhkan kebebasan dalam hal menentukan modal atau barang
dengan spesifikasi tertentu. Dalam penggunaannya, pihak lessor akan memberikan
sejumlah dana untuk digunakan membayar barang yang dibutuhkan pihak supplier.
Kemudian akan diserahkan kepada pihak lesseee. Setelah itu, pihak lessor akan
mendapatkan imbalan berupa pembayaran secara dicicil atau mengangsur dalam
kurun waktu yang telah disepakati bersama.
- Operating Lease
Operating Lease merupakan salah satu jenis perusahaan leasing yang mana pihak
lessor akan membeli suatu barang dan kemudian disewakan kepada para nasabah
dalam kurun waktu yang telah disepakati. Untuk hal tersebut pihak nasabah biasanya
hanya perlu membayar biaya rental barang saja. Sedangkan untuk harganya dan biaya
lainnya akan ditanggung oleh pihak lessor.
- Sales Type
Lease Lease penjualan adalah salah satu jenis leasing yang umumnya dikerjakan oleh
perusahaan yang bergera di bidang industri. Kemudian mereka akan melakukan
penjualan lease barang dari hasil produk yang mereka buat. Ada dua jenis pendapatan
yang bisa diakui, pertama adalah pendapatan yang berasal dari hasil jual barang. Lalu
yang kedua adalah pendapatan yang berasal dari bunga pembelanjaan selama kurun
waktu tertentu.
- Leverage Lease
Leverage adalah jenis perusahaan leasing yang mengikutsertakan pihak ketiga. Itu
artinya, pihak lessor tidak akan membayar onjek leasing dengan jumlah 100% tapi
mereka hanya perlu membayar 20% sampai 40% saja. Sisanya nanti akan ditanggung
langsung oleh pihak ketiga.
- Cross Border
Lease Ini adalah jenis perusahaan leasing yang dilakukan oleh antar negara. Itu
artinya, pihak lessor dan juga lesseee tidak ada di dalam satu negara yang sama. Akan
tetapi keduanya berada di negara yang berbeda. Umumnya, jenis leasing yang satu ini
hanya melakukan transaksi untuk barang yang mempunyai nominal besar. Seperti
halnya produk pesawat terbang Boeing atau Airbus.
Biasanya, suatu pihak akan melakukan leasing karena didasari oleh tujuan-tujuan berikut ini.
Mendapatkan barang-barang kebutuhan yang harganya mahal dalam waktu cukup
cepat, sehingga Anda dapat langsung menggunakannya sembari mengangsur.
Menghemat biaya produksi karena pembelian alat tidak dilakukan dalam satu waktu.
Pihak pemberi leasing biasanya menjalankan pembiayaan ini guna mendapat
penghasilan dari bunga pinjaman.
Dasar Hukum BOT diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Permendagri 19/2016). Isi dari peraturan
tersebut adalah skema pembangunan BOT dalam bentuk kerja sama antara pemerintah dan
swasta. Pihak swasta berperan sebagai investor dan menyediakan sarana infrastruktur seperti
pembebasan lahan sampai pembangunan fisik. Kemudian, swasta berhak mendapatkan
pengembalian investasinya melalui profit pembangunan sampai batas waktu tertentu.
E. Consession
Concession adalah pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan,
individu, atau entitas legal lain. Konsesi antara lain diterapkan pada pembukaan tambang dan
penebangan hutan. Model konsesi umum diterapkan pada kemitraan pemerintah swasta (KPS)
atau kontrak bagi hasil
Penjelasan Terkait Penyediaan Barang dan Jasa
Penjelasan gambar:
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa barang memiliki beberapa jenis dan aspek
yaitu sebagai beriku: A. Barang Publik Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang
terkait dengan penggunaannya, yaitu :
- Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan
satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen
lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil
manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi menfaat yang diperoleh orang lain.
Sebagai contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinar
matahari, orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama,
atau apabila kita sedang mendengar adzan dari sebuah mesjid misalnya, tidak akan
mengurangi kesempatan orang lain untuk ikut mendengarnya.
- Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu
barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun
tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebagai contoh, masyarakat
membayar pajak yang kemudian diantaranya digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan jasa kepolisian misalnya, akan tetapi yang kemudian dapat
menggunakan jasa kepolisian tersebut tidak hanya terbatas pada yang membayar pajak
saja. Mereka yang tidak membayar pun dapat mengambil menfaat atas jasa tersebut.
Singkatnya, tidak ada yang dapat dikecualikan (excludable) dalam mengambil
manfaat atas barang publik. B. Barang Semi-Publik Barang semi-publik adalah barang
yang sudah tidak memiliki karakteristik barang publik murni(pure public goods)
seperti dijelaskan di atas, orang sudah mulai bersaing untuk mendapatkannya
meskipun harganya masih bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, serta sudah
ada campur tangan swasta di dalamnya. Common Goods (barang semi-publik): barang
ini berbeda dari public goods karena "rival" dalam mengkonsumsinya. Meskipun
barang ini luas dan terdapat di berbagai lokasi, namun penggunaan barang ini oleh
seorang individu mencegah individu lain untuk menggunakannya. Istilah common
goods tidaklah universal. Barang tersebut biasa disebut juga sebagai "common pool
resourses" atau "common resources". Misalnya, ikan di laut bersifat rivalry in
consumption karena ikan yang telah ditangkap oleh seseorang tidak akan tersedia
untuk digunakan oleh orang lain. C. Barang Swasta Barang swasta adalah barang yang
dapat disediakan melalui sistem pasar dapat menyebabkan alokasi sumber-sumber
ekonomi secara efisien. Barang swasta memiliki nilai tertentu yang disepakati antara
penjual dan pembeli yaitu harga. Adapun karakterisktik barang swasta yaitu sebagai
berikut:
- Barang swasta yang dalam konsumsinya bersifat rival. Bersifat bersaing adalah jumlah
yang dikonsumsi oleh seseorang yang tidak akan dapat dikonsumsi lagi oleh orang
lain. yaitu contohnya pizza. Meskipun makan pizza dapat dimakan bersama, tetapi
setiap potongan pizza yang dibagi bersifat bersaing karena potongan pizza yang
dimakan si A tidak akan bisa dimakan oleh si B, begitu pula sebaliknya.
- Barang pribadi bersifat excludable Ekslusif artinya barang swasta dapat dikonsumsi
bila bersedia membayar dan orang yang tidak membayar dapat dikecualikan. Bersifat
Ekslusif adalah produsen dapat dengan mudah menyisihkan/mengecualikan orang lain
yang tidak membayar sehingga tidak dapat mengkonsumsi barang. Karena itu,
pelanggan yang membayarlah yang dapat mengkonsumsi barang. Sedangkan barang
publik bersifat non-bersaing dan non-ekslusif. D. Barang Semi-Swasta Club Goods
(barang semi-swasta): barang-barang yang bersifat "nonrival in consumption" tapi
"excludable". Istilah lainnya adalah "natural monopolies". Sebagai contoh, sistem TV
kabel dapat menghalangi mereka yang tidak membayar untuk melihat program-
program tertentu. Sifat excludable ini menciptakan timbulnya iuran bagi pemirsa yang
menikmati program TV kabel tersebut. Dengan pembayaran iuran tersebut,
memungkinkan penyedia program TV kabel untuk membayar tenaga kerja mereka.
Penjelasan gambar:
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa layanan persampahan memiliki beberapa aktifitas dan
setiap aktifitas terdiri dari pilihan kerjasama yang digunakan yaitu: service contract, manajement
contract, leasing, BOT, dan concession. Berikut merupaka penjelasan dari aktifitas persampahan di
atas:
- Pengumpulan dan transport Pengumpulan dan transport adalah aktifitas layanan
persampahan yang menggunakan kerjasama berupa service contract karena pada
kegiatan ini merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam proses pengelolaan
sampah dan melibatkan perjanjian antara dua pihak, salah satunya setuju untuk
memberikan layanan yang ditentukan dalam kontrak dengan imbalan biaya tetap atau
upah.
- Operasi TPS Operasi TPS adalah aktfitas layanan persampahan yang menggunakan
kerjasama berupa service contract, manajement contract, leasing, dan concession.
Akan tetapi pada aktifitas ini tidaak menggunakan kerjasama BOT (Build Operate and
Transfer).
- Transport ke TPA Transport ke TPA adalah aktifitas layanan persamapahan yang
menggunakan semua pilihan kerjasam berupa service contract (kegiatan yang
melibatkan kontran anatara kedua belah pihak), manajement contract ( kesepakatan
antara kedua belah pihak yang terdapat pula proses pembuatan kontrak, proses
pembuatan kontrak ini antara lain meliputi segala hal yang berkaitan dengan
administrasi dari suatu kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak), leasing (sewa
guna usaha), BOT (Build Operate and Transfer), dan Concession (pemberian hak, izin,
atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas legal lain).
- Operasi TPA Operasi TPA adalah aktifitas layanan persampahan yang tidak
menggunakan kerjasama berupa leasing dan BOT (Build Operate and Transfer