Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

Nama : Wendelyn Winona Widyadari


NPM : 6052001244
Kelas :B

Keuangan Daerah

Menurut UU Nomor UU Nomor 23 tahun 2014. Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut PP Nomor 58 tahun 2005 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Terdapat unsur pokok keuangan daerah, yakni:


1. Hak Daerah
2. Kewajiban Daerah
3. Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
4. Dapat dinilai dengan Uang

Secara khusus, masalah perimbangan keuangan untuk mencapai kemandirian daerah meliputi:
1. Menyeimbangkan kompleksitas rumus perhitungan alokasi dana dan rasio diameter
setinggi dada antara pusat dan daerah.
2. Menyeimbangkan alokasi dana tanpa bimbingan yang lebih baik, tepat waktu dan alokasi
yang tepat untuk area produksi, sehingga dana tersebut dapat digunakan secara optimal
sesuai rencana.
3. Alokasi DBH tidak jelas, misalnya ditetapkan proporsi tertentu dari DBH yang akan
digunakan untuk pembangunan bidang-bidang tertentu, seperti pendidikan daerah,
kesehatan atau perbaikan lingkungan.
Contoh alokasi DBH untuk sektor tertentu adalah di sektor kehutanan. Menteri Keuangan
melaksanakan ketentuan Pasal 27(5) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Perimbangan Keuangan. Menteri Keuangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima
keputusan Menteri Teknologi menetapkan perkiraan alokasi DBH sumber daya alam di setiap
daerah. Menteri Keuangan perlu merumuskan Peraturan Menteri Keuangan tentang penetapan
perkiraan penyaluran dana bagi hasil sumber daya alam kehutanan untuk tahun anggaran.

Pengelolaan dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan pengelola keuangan daerah. Kepala daerah
selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan
dengan APBD terdiri atas:

1. Anggaran pendapatan
® Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
® Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus
® Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan
di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya. Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

• Fungsi APBD :

1. Fungsi otorisasi à bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan,
dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan
tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
2. Fungsi perencanaan à bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan à bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.
4. Fungsi alokasi à bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan
kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan
efisiensi, dan efektifitas perekonomian daerah.
5. Fungsi distribusi à bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
6. Fungsi stabilitasi à bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara, dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Untuk memeriksa tanggung jawab di bidang keuangan negara maka diadakanlah Badan Pengawas
Keuangan Negara yang fungsi utamanya melakukan pemeriksaan keuangan terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
pada zaman orde baru, di bentuk sejumlah badan atau institusi yang berkaitan dengan pengawasan
di bidang keuangan seperti Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembagunan (BPKP) dan sejumlah
inspektorat yang melekat disetiap lembaga departemen dan non-departemen, begitu pula didaerah
terdapat sejumlah inspektorat yang merupakan instansi vertikal yang bernaung di bawah
departemen keuangan.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya Pasal 30-32,
menjelaskan bentuk pertanggungjawaban fiskal nasional. Dalam ketentuan ini, Presiden dan
Bupati (Gubernur/Bupati/Walikota/) wajib menyampaikan kepada DPR/DPRD berupa laporan
keuangan untuk pelaksanaan sistem pertanggungjawaban APBN/APBD BPK paling lambat 6 hari
setelah berakhirnya masa jabatan. Laporan keuangan paling kurang berupa laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan yang berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), dengan LKPP laporan keuangan negara/BUMN dan lampiran
laporan keuangan daerah/daerah. laporan keuangan perusahaan. BUMD pada LKPD.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah menjelaskan secara rinci bentuk sistem akuntabilitas keuangan nasional. Secara
khusus, Pasal 2 mengatur bahwa dalam rangka akuntabilitas yang dilaksanakan oleh
APBN/APBD, setiap entitas pelapor perlu menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan
laporan kinerja. Ketentuan ini tentunya memperjelas tingkat penyusunan laporan keuangan
pemerintah dan keberadaan pihak yang bertanggung jawab, serta menjelaskan pentingnya laporan
kinerja sebagai informasi tambahan dalam sistem akuntabilitas keuangan nasional.

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan
pertanggungjawaban berupa:

1. Laporan Realisasi Anggaran


2. Neraca
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan

Laporan keuangan tersebut disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Sebelum
dilaporkan ke publik melalui DPRD, laporan keuangan perlu direview oleh BPK terlebih dahulu.
Bendahara pajak berkewajiban mengurus semua penerimaan dan penyimpanan penerimaan yang
menjadi tanggung jawabnya. Bendahara penerimaan SKPD perlu menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kekuatan pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD, dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung
jawabnya. Selain tanggung jawab administratif, bendahara penerimaan SKPD juga perlu
bertanggung jawab atas pengelolaan dana yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban akseptasi kepada PPKD selaku BUD. Selanjutnya PPKD selaku
BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pada SKPD. Dalam hal laporan pertanggungjawaban telah sesuai, pengguna anggaran
menerbitkan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban. Untuk tertib laporan
pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran.

Anda mungkin juga menyukai