Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun yang ditetapkan dengan Perda. APBD disusun sesuai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintah daerah yang mana berpedoman pada Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) dalam rangka Mewujudkan Pelayanan Kepada Masyarakat.Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. RKPD merupakan salah satu instrumen evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Melalui evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD ini dapat diketahui sampai sejauh mana capaian kinerja RPJMD sebagai wujud dari kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah hingga tahun berkenaan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah; 2. Belanja Daerah; dan 3. Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah dijelaskan bahwa: 1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah didanai dari dan atas beban APBD. 2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah didanai dari dan atas beban APBN. 3. Administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pengelolaan keuangan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagai akibat dari penyerahan Urusan Pemerintahan. dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu rangkaian proses pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dari penganggaran yang ditandai dengan ditetapkannya APBD, pelaksanaan dan penatausahaan atas APBD, serta pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: 1. penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; 2. penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; 3. penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; 4. penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; 5. penyusunan rancangan perda APBD; dan 6. penetapan APBD. Lebih rinci, proses peyusunan APBD dimulai dari Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) memberitahukan kepada semua Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar menyusun dan menyampaikan rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) paling lambat 3 hari kerja setelah APBD ditetapkan. Rancangan DPA-SKPD memuat rincian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan. Kemudian Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada PPKD. Tim anggaran pemerintah daerah bersama dengan kepala SKPD yang bersangkutan melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD yang bersangkutan, Kepala satuan kerja pengawasan daerah, dan BPK paling lambat 7 hari kerja sejak tanggal disahkan. Prinsip penyusunan APBD adalah sebagai berikut: 1. Sesuai dengan Kebutuhan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan urusan dan kewenangannya 2. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, 3. Bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat 4. Tepat Waktu 5. Transparan 6. Partisipatif 7. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya Dalam menyusun APBD, harus pula mengacu pada strategi sebagai berikut: 1. Menerapkan Prinsip Efisiensi, Efektifitas, Transparansi, Akuntabilitas, dan Partisipasi; 2. Keterpaduan dan Sinkronisasi Antar Kegiatan; 3. Disesuaikan dengan TUPOKSI SKPD dan Urusan yang menjadi Kewenangan Daerah; 4. Taati Jadwal sesuai dengan Tahapan Penyusunan APBD.
2. Pelaksanaan APBD di Pemerintahan Daerah
Pelaksanaan APBD terdiri dari pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kemudian setelah satu semester, Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya. Laporan tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah daerah. Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan. Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum pelaksanaan APBD yang mencakup: 1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD; 2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan; 3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; 4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja; 5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja; 6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD; 7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam “rancangan perubahan APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan; 9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan 10.Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Contoh kasus daerah Batu Bara: Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) APBD T.A 2022 pada rapat paripurna DPRD Kab Batubara Kec Lima Puluh Senin (13/09/2021) . Pada paparannya , Bupati Zahir menyampaikan bahwa rencana target pendapatan daerah pada APBD anggaran Tahun 2022 sebesar Rp. 1.137.002.317.220 yang terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer dan pendapatan lain lain. Sedangkan dari sisi belanja daerah pada APBD TA 2022 direncanakan sebesar Rp. 1.251.579.510.154 . Nota keuangan rancangan peraturan daerah atau (Ranperda) APBD Kab Batubara Tahun 2022 ini disusun berdasarkan peraturan daerah nomor 5 Tahun 2020 tentang peratubahan kedua atas peraturan daerah Kab Batubara dan akan dilakukan penyusaian selama pembahasan peraturan daerah tentang perubahan daerah Kab Batubara nomor 7 tahun 2016 tentang pembentukan perangkat Kab Batubara.
3. Mekanisme Pengawasan Penggunaan Keuangan di Daerah
Menteri Dalam Negeri dan Gubernur melakukan Pembinaan dan
Pengawasan di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah yang mana sasaran perbaikan perencanaan anggaran tahun berkenaan. Menekankan pada Aspek Pembinaan Manajerial dan Saran Perbaikan kedepan. Dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan diperlukan adanya pengawasan yang kuat Pengawasan terhadap APBD akan efektif jika seluruh anggota DPRD betul-betul menempatkan diri sebagai pengawas sesuai dengan fungsi DPRD. Pengawasan merupakan suatu usaha penertiban untuk menjamin terlaksannya segala ketentuan undang - undang, peraturan, keputusan, kebijaksanaan dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah itu sendiri. Tujuan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap optimalisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), untuk menemukan sebab dan mengatasi kesalahan atau permasalahan dan kemudian mengambil langkah bijak untuk segera menuntaskan segala persoalan yang sekiranya merupakan faktor pengambat pembangunan di daerah. Terutama menekankan kepada bagaimana mengelola serta memunculkan potensi-potensi daerah yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang nantinya akan mendorong kemajuan di daerah tersebut. Demikian juga halnya dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten Batu Bara, dimana DPRD Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu unsurnya, yang mana tujuan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap optimalisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menemukan sebab dan mengatasi kesalahan atau permasalahan dan kemudian mengambil langkah bijak untuk segera menuntaskan segala persoalan yang sekiranya merupakan faktor penghambat pembangunan di Kabupaten Batu Bara.