Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

NAMA : DIA ANISYAH PUTRI


NPM :

1. Proses Penyusunan APBD


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun yang ditetapkan dengan Perda. APBD
disusun sesuai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintah daerah yang mana
berpedoman pada Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) dalam rangka
Mewujudkan Pelayanan Kepada Masyarakat.Rencana kerja pembangunan daerah
(RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau
disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. RKPD merupakan salah
satu instrumen evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Melalui
evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD ini dapat diketahui sampai sejauh mana
capaian kinerja RPJMD sebagai wujud dari kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah hingga tahun berkenaan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
1. Pendapatan Daerah;
2. Belanja Daerah; dan
3. Pembiayaan Daerah.
Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan dan
organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UU no 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah
dijelaskan bahwa:
1. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
didanai dari dan atas beban APBD.
2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat di Daerah didanai dari dan atas beban APBN.
3. Administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pengelolaan keuangan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagai
akibat dari penyerahan Urusan Pemerintahan. dilakukan secara tertib, taat pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.
Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu rangkaian proses
pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dari penganggaran yang ditandai
dengan ditetapkannya APBD, pelaksanaan dan penatausahaan atas APBD, serta
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Proses perencanaan dan penyusunan
APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, secara garis besar sebagai berikut:
1. penyusunan rencana kerja pemerintah daerah;
2. penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran;
3. penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara;
4. penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
5. penyusunan rancangan perda APBD; dan
6. penetapan APBD.
Lebih rinci, proses peyusunan APBD dimulai dari Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) memberitahukan kepada semua Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) agar menyusun dan menyampaikan rancangan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) paling lambat 3 hari kerja
setelah APBD ditetapkan. Rancangan DPA-SKPD memuat rincian sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta
pendapatan yang diperkirakan.
Kemudian Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah
disusunnya kepada PPKD. Tim anggaran pemerintah daerah bersama dengan
kepala SKPD yang bersangkutan melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD.
DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD yang
bersangkutan, Kepala satuan kerja pengawasan daerah, dan BPK paling lambat 7
hari kerja sejak tanggal disahkan.
Prinsip penyusunan APBD adalah sebagai berikut:
1. Sesuai dengan Kebutuhan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan urusan dan kewenangannya
2. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif,
3. Bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat
4. Tepat Waktu
5. Transparan
6. Partisipatif
7. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi dan peraturan daerah lainnya
Dalam menyusun APBD, harus pula mengacu pada strategi sebagai berikut:
1. Menerapkan Prinsip Efisiensi, Efektifitas, Transparansi, Akuntabilitas,
dan Partisipasi;
2. Keterpaduan dan Sinkronisasi Antar Kegiatan;
3. Disesuaikan dengan TUPOKSI SKPD dan Urusan yang menjadi
Kewenangan Daerah;
4. Taati Jadwal sesuai dengan Tahapan Penyusunan APBD.

2. Pelaksanaan APBD di Pemerintahan Daerah


Pelaksanaan APBD terdiri dari pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja
dan pembiayaan. Kemudian setelah satu semester, Pemerintah daerah menyusun
laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya.
Laporan tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir bulan
Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan
pemerintah daerah.
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan,
dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan
prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan. Pelaksanaan
APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum pelaksanaan APBD yang
mencakup:
1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD;
2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima
pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan;
3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas
umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas
tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;
6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika
untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana
dalam APBD;
7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam
keadaan darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam
“rancangan perubahan APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA);
8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran
daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan
10.Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip
hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Contoh kasus daerah Batu Bara:
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) APBD T.A 2022 pada rapat
paripurna DPRD Kab Batubara Kec Lima Puluh Senin (13/09/2021) . Pada
paparannya , Bupati Zahir menyampaikan bahwa rencana target pendapatan daerah
pada APBD anggaran Tahun 2022 sebesar Rp. 1.137.002.317.220 yang terdiri dari
pendapatan asli daerah, pendapatan transfer dan pendapatan lain lain.
Sedangkan dari sisi belanja daerah pada APBD TA 2022 direncanakan
sebesar Rp. 1.251.579.510.154 .
Nota keuangan rancangan peraturan daerah atau (Ranperda) APBD Kab
Batubara Tahun 2022 ini disusun berdasarkan peraturan daerah nomor 5 Tahun
2020 tentang peratubahan kedua atas peraturan daerah Kab Batubara dan akan
dilakukan penyusaian selama pembahasan peraturan daerah tentang perubahan
daerah Kab Batubara nomor 7 tahun 2016 tentang pembentukan perangkat Kab
Batubara.

3. Mekanisme Pengawasan Penggunaan Keuangan di Daerah

Menteri Dalam Negeri dan Gubernur melakukan Pembinaan dan


Pengawasan di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah yang mana sasaran
perbaikan perencanaan anggaran tahun berkenaan. Menekankan pada Aspek
Pembinaan Manajerial dan Saran Perbaikan kedepan. Dalam pelaksanaannya agar
tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan diperlukan adanya pengawasan
yang kuat Pengawasan terhadap APBD akan efektif jika seluruh anggota DPRD
betul-betul menempatkan diri sebagai pengawas sesuai dengan fungsi DPRD.
Pengawasan merupakan suatu usaha penertiban untuk menjamin terlaksannya
segala ketentuan undang - undang, peraturan, keputusan, kebijaksanaan dan
ketentuan lain yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah
daerah itu sendiri.
Tujuan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) terhadap optimalisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), untuk menemukan sebab dan mengatasi kesalahan atau
permasalahan dan kemudian mengambil langkah bijak untuk segera menuntaskan
segala persoalan yang sekiranya merupakan faktor pengambat pembangunan di
daerah. Terutama menekankan kepada bagaimana mengelola serta memunculkan
potensi-potensi daerah yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang nantinya akan mendorong kemajuan di daerah tersebut.
Demikian juga halnya dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten Batu Bara,
dimana DPRD Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu unsurnya, yang mana
tujuan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap optimalisasi pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menemukan sebab dan
mengatasi kesalahan atau permasalahan dan kemudian mengambil langkah bijak
untuk segera menuntaskan segala persoalan yang sekiranya merupakan faktor
penghambat pembangunan di Kabupaten Batu Bara.

Anda mungkin juga menyukai