Anda di halaman 1dari 32

LOGO

Tinjauan atas Formula


Perhitungan Dana
Alokasi Umum (DAU)
BAB 9

www.themegallery.com

Kelompok 5
NUR LAILY FAJARWATI

125030100111099

LULUK AGUS TININGSIH

125030100111106

YUNIAR RAHMAWATI

125030100111111

DANIEL PRADANA

125030100111072

REZY AFDHAL

125030100111120

NAMA

NIM

Contents
Sejarah Perkembangan Transfer Keuangan
Pusat & Daerah
Alasan Perlunya Transfer Keuangan Pusat
ke Daerah
Kriteria Desain Transfer Pusat ke Daerah
Formula Perhitungan Dana
Alokasi Umum
Beberapa Masalah Dengan Formula
Perhitungan DAU
Kesimpulan

Pendahuluan
Kebijakan Baru
OTONOMI DAERAH

UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
Tujuannya dalam rangka
pemerataan penyediaan
pelayanan publik di antara
Pemerintah daerah di
Indonesia

Kebijakan
transfer dalam
bentuk DAU

Karena distribusi sumber


daya alam setiap daerah
berbeda/ tidak merata

Besaran DAU sekurang kurangnya 26%


Perolehan DAU suatu daerah atas besarnya celah fiskal (selisih antara
kebutuhan daerah dan potensi daerah

Sejarah Perkembangan Transfer Keuangan


Pusat & Daerah
Tahun 1945 1956 adanya
subsidi sistem sluit post

UU No 32 Tahun 1956
Pola Transfer lain

PELITA I
Subsidi Daerah Otonom dan
Bantuan INPRES

REFORMASI
Dana Rutin Daerah dan
Dana Pembangunan
Daerah

Tunjangan bersifat sluit post memiliki peran dominan


dalam pembiayaan daerah, yaitu 90% provinsi, dan
70% kabupaten/kota

ganjaran
subsidi
sumbangan

SDO Membantu menciptakan perimbangan


keuangan antar tingkat pemerintahan
Bantuan INPRES Membiayai pembangunan
di daerah
Mulai tahun anggaran 2001,
digantikan oleh dua jenis
transfer baru DAU dan
DAK

Alasan Perlunya Dilakukan Transfer Dana Dari Pusat Ke


Daerah Adalah Sebagai Berikut:

1
2
3
4
5

Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal


vertical (vertikal fiscal imbalace)
Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal
horizontal (horinzontal fiscal imbalace)
Adanya kewajiban untuk menjaga tercapainya
standar pelayanan minimum di setiap daerah
Untuk mengatasi persoalan yang timbul dari menyebar
atau melimpahnya efek pelayanan publik (interjurisdictional spill-over effects)
Untuk stabilisasi

Kriteria Desain Transfer Pusat Ke Daerah

1
Otonomi

4
2

Transparan dan Stabil

Penerimaan yang memadai

5
3

Sederhana

Keadian

Insentif

Formula Perhitungan DAU


Pengertian DAU
DAU merupakan Transfer dana yang bersifat bock grant sehingga pemenintah
daerah mempunyai
keleluasaan didalam penggunaan DAU sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masing-masing daerah
Pengeluaran yang perlu diprioritaskan daerah adalah pengeluaran untuk gaji
pegawai negeri sipil daerah
Sesuai dengan UU No 33 Tahun 2004, Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan
26% (duaJumlah DAU
sekurang-kurangnya
Jumlah keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 25,5% dari PDN neto yang
puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam
ditetapkan dalam APBN sampai
APBN.
dengan tahun 2007
2008 : keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 26% dari PDN neto
DAU untuk Propinsi ditetapkan sebesar 10% dan untuk Kabupaten/Kota
ditetapkan sebesar 90%
DAU untuk suatu Daerah
Data
penghitungan
DAU dengan konsep alokasi
dialokasikan
atas dasar formula
dasar
dan
celah fiskal
Data
yang
digunakan
dalam penghitungan DAU diperoleh dari lembaga statistik
pemerintah dan / atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan

1.

Variabel Data Dasar Perhitungan DAU


Click
to
edit
title
style
Data Kebutuhan Fiskal (KbF) : jumlah penduduk, luas wilayah, indeks

kemahalan konstruksi, produk domestik regional bruto perkapita, dan indeks


pembangunan manusia
2. Data Kepastian Fiskal (KpF) : pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil
3. Formul DAU
Formula DAU

Kapasitas Fiskal (KpF)

Kebutuhan Fiskal (KbF)

DAU = AD + CF

KpF = PAD + DBH SDA + DBH Pajak

KbF = TBR (a1 IP + a2 IW + a3 IKK + a4 IPM + a5 IPDRB)


Bobot Indeks : (Catatan)
a1, a2, a3, a4, a5 merupakan bobot masing-masing indeks yang ditentukan berdasarkan hasil uji
statistik

Perhitungan DAU
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi
dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang
bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi.
DAU Provinsii = Bobot Provinsii x DAU Provinsi

Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara


celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total
celah fiskal seluruh daerah provinsi.
CF Provinsii
Bobot Provinsii =
CF Provinsi

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah


kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU
seluruh daerah kabupaten/ kota.
DAU Kab/Kotai = Bobot Kab/Kotai x DAU Kab/Kota

Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara


celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan
total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota.
CF Kab/Kotai

Bobot Kab/Kotai =
CF Kab/Kota

Kebutuhan fiskal dihitung berdasarkan perkalian antara total


belanja rata-rata (TBR) dengan penjumlahan dari pembobotan
indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks
kemahalan konstruksi, invers indeks pembangunan manusia,
dan invers produk domestik regional bruto per kapita (PDRB
per kapita)
KbF = TBR x (a1 indeks jumlah penduduk + a2 indeks luas wilayah + a3 indeks
kemahalan konstruksi + a4 indeks pembangunan manusia + a5 indeks
PDRB per kapita

Bel. Pegawai + Bel. Barang + Bel. Model


TBR =
Juml.Provinsi atau Kab/Kota

Hasil Akhir
Penghitungan DAU

DAU Daerah
Pemekaran

Penetapan dan
Penyaluran DAU

a. Nilai celah fiskal (0), menerima sebesar alokasi


dasar
b. Nilai celah fiskal (-) dan nilai (-) lebih kecil dari
alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi
dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal
c. Nilai celah fiskal (-) dan nilai (-) sama/lebih besar
dari alokasi dasar, tidak menerima DAU
Penghitungan dilakukan apabila datanya telah
tersedia. Apabila data tidak tersedia, penghitungan
dilakukan melalui pembagian secara proporsional
dengan daerah induk (data jumlah penduduk, luas
wilayah, dan belanja pegawai).
Alokasi DAU ditetapkan Peraturan Presiden. Alokasi
DAU tambahan ditetapkan Peraturan menteri
Keuangan.
Cara Penyaluran pemindahbukukan dari rekening
kas umum negara ke rekening kas umum daerah .
Dilakukan setiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi DAU
yang telah ditetapkan.

Beberapa Masalah Dengan Formula


Perhitungan DAU
1

2
Total celah fiskal yang
ada mungkin akan
sangan besar sedemikian
sehingga sulit untuk
dipenuhi oleh pusat

Belanja aktual
(realisasi) belum tentu
mencerminkan
kebutuhan dari daerah
yang bersangkutan

Dengan demikian kemungkinan terjadinya


desinsentif kepada daerah-daerah yang punya
PAD tinggi jika estimasi kapasitas fiskal daerah
mencakup potensi PAD.

[Image Info] www.wizdata.co.kr

- Note to customers : This image has been licensed to be used within this PowerPoint template only. You may not extract the image for any other use.

Kesimpulan DAU
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
(dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto
yang ditetapkan dalam APBN.
DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal
dan alokasi dasar.
Peran strategis distribusi DAU terletak pada kemampuannya
untuk menciptakan pemerataan berdasarkan pertimbangan
atas potensi fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing
daerah ternyata belum dapat secara utuh menjalankan dan
merealisasikan amanat UU No 33 tahun 2004 yaitu DAU
sebagai alat pemerataan.
Tujuan umum transfer dana pemerintah pusat ke daerah

LOGO

Dana Alokasi
Khusus (DAK)
BAB 10

www.themegallery.com

Contents

Pendahuluan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Pelaksanaan dan Permasalahnnya

Kesimpulan

Pendahuluan
Transfer dari pusat memberikan dampak positif dalam
mengatasi permasalahan permasalahan negara. Di Indonesia,
pada masa sebelum era desentralisasi fiskal) ternyata mengalami
beberapa permasalahan mendasar yaitu : jenis bantuan yang
terkadang tidak dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan bantuan
pemerintah pusat menambah kesenjangan vertikal dan juga
horizontal.
Sejak diimplementasikannya otonomi daerah (desentralisasi
fiskal), pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam
pengelolaan dan pengalokasian seluruh dana perimbangan kecuali
DAK. Sehingga dapat memberikan insentif kepada daerah untuk
selalu
menyesuaikan
pengeluarannya
dengan
kebutuhan
masyarakat dimasing-masing daerahnya.
Transfer dari pusat ke daerah dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: bagi hasil pendapatan (revenue sharing) dan bantuan
(grants). Transfer dari pusat bersumber dari penerimaan APBN
yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi fiskal. Besarnya transfer / dana perimbangan

Alasan diselenggarakannya transfer dari pusat ke daerah,


ada 5 (Simanjutak, 2002) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi masalah kesenjangan fiskal vertikal
(vertical fiscal imbalance)
2. Untuk mengurangi terjadinya ketimpangan horizontal
(horizontal fiscal imbalance)
3. Untuk menjamin dan menjaga agar SPM di setiap
daerah terpenuhi.
4. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat
dari pelayanan publik.
5. Untuk menjaga stabilitas pemerintahan.

Dana Alokosi Khusus (DAK)


2

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang


bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.

DAK dialokasikan untuk membantu


daerah mendanai kebutuhan fisik sarana
dan prasarana di berbagai bidang
Pendidikan
Kesehatan

Kelautan dan
Perikanan
Prasarana
Pemerintahan

Infrastruktur jalan

Lingkungan Hidup

Infrastruktur Irigasi

Keluarga Berencana

Infrastruktur Air
Minum
Infrastruktur
Sanitasi
Pertanian

Kehutanan
SaPras Perdesaan
Perdagangan

DAK Bidang Pendidikan


DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang pelaksanaan
program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu dan merata untuk SD
dan SMP.
Alokasi DAK bidang pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk SD dengan lingkup kegiatan : pembangunan ruang perpustkaan
dan perabotannya, pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan
SD/SDLB
b. Untuk SMP dengan lingkup kegiatan : pembangunan ruang kelas baru,
pembangunan
perpustkaan, pemenuhan kebutuhan buku
DAK
Bidangruang
Kesehatan
referensi sesuai standar BSNP, dan pemenuhan kebutuhan alat-alat
DAK
bidang kesehatan dialokasikan untuk meningkatkan akses dan
peraga dan pembelajaran
kualitas kegiatan bidang
kesehatan pelayanan dasar.
Lingkup kegiatan bidang kesehatan pelayan dasar terdiri dari :
pembangunan pos kesehatan desa,
pembangunan puskesmes, pengadan alat medis, pengadaan
transportasi, pengadaan pusling

DAK Bidang Infrastruktur Jalan

DAK bidang infrastruktur jalan dialokasikan untuk mempertahankan


dan meningkatkan tingkat
pelayanan prasarana jalan provinsi, kabupaten dan kota

DAK Bidang Infrastruktur Irigasi

DAK bidang infrastruktur irigasi dialokasikan untuk mempertahankan


dan meningkatkan tingkat
pelayanan prasarana sistem irigasi termasuk jaringan reklame rawa
dan jaringan irigasi desa yang
DAK menjadi
Bidangurusan
Infrastruktur
Air Minum
kabupaten/kota dan provinsi
DAK bidang infrastruktur air minum dialokasikan untuk meningkatkan
cakupan dan kehandalan
pelayanan air minum untuk meningkatkan kualitas kesehatan
DAK
Bidang Infrastruktur Sanintasi
masyarakat
DAK bidang infrastruktur sanitasi dialokasikan untuk penyempurnaan
sistem dan pelayanan
existing, pengembangan pelayanan sistem dan pelayanan baru,
perluasan jaringan dan

DAK Bidang Pertanian


DAK bidang pertanian dialokasikan untuk meningkatkan sarana dan
prasarana petanian di tingkat
usaha tani dan desa dalam rangka peningktaan produksi bahan
pangan
DAK
Bidang Kelautan dan Perikanan

DAK bidang kelautan dan perikanan dialokasikan untuk meningkatkan


sarana dan prasarana produksi, pengolahan, peningkatan mutu,
pemasaran dan pengawasan serta penyediaan sarana dan prasarana
pemberdayaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk
meningkatkan produksi perikanan dan kesejahteraan nelayan

DAK Bidang Prasarana Pemerintahan

DAK bidang prasarana pemerintahan dialokasikan


meningkatkan kinerja pemerintahan
daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik

untuk

DAK Bidang Lingkungan Hidup

DAK bidang lingkungan hidup dialokasikan


pelaksanaan SPM bidang lingkungan hidup

untuk
serta

mendorong
mendorong

DAK Bidang Keluarga Berencana

DAK bidang Keluarga berencana dialokasikan untuk meningkatkan


akses dan kualitas pelayanan
keluarga berencana

DAK Bidang kehutanan

DAK bidang kehutanan dialokasikan untuk meningkatkan fungsi


daerah
aliran
sungai
(DAS) terutama di daerah hulu dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan daya dukungnya
DAKmelalui
Bidang
Sarana yang
dan Prasaranan
kebijakan
dibuat dan menjadi tanggung jawab
Perdesaan
pemerintah
daerah
DAK bidang
sarana
dan prasarana perdesaan dialokasikan untuk
meningkatkan aksebilitas dan
ketersediaan prasarana dan sarana dasar, mendorong peningkatan
kualitas produktivitas
meningkatkan ekonomi perdesaan melalui kegiatan pembangunan
DAK
Bidang
infrastruktur
yang Perdagangan
diutamakan
untuk
DAKdaerah
bidang
dialokasikan untuk meningkatkan
yangperdagangan
tertinggal/terpencil
ketersediaan sarana perdagangan yang memadai sebagai upaya untuk

Mekanisme Penyaluran DAK Tahun 2010


1.

penyaluran dilakukan secara bertahap, dimulai pada bulan


Februari. Tahapannya sebagai berikut :
a. Tahap I : 30% setelah Perda APBD tahun 2010, Laporan Penyerapan
Penggunaan DAK tahun anggaran 2009, dan surat pernyataan
penyediaan dana pendamping telah diterima oleh kementrian keuangan.
b. Tahap II: 45% setelah penyerapan dana DAK tahap I telah mencapai
90%
c. Tahap III: 25% setelah penyerapan dana DAK tahap II telah mencapai
90%

2.

3.

4.

Penyaluran DAK dilaksanakan secara bertahap dan tidak dapat


dilaksankan secara sekaligus serta tidak melampaui tahun
anggaran berjalan.
Data penyerapan DAK sebagai dasar penyaluran DAK tahap II dan
III yang disajikan dalam laporan realisasi penyerapan DAK tahap I
dan II ynag dikirimkan pada kementerian keuangan.
Laporan penyelenggaraan pengguanaan DAK disampaikan
setelah penggunaan DAK telah mencapai 90% dari penerimaan
DAK sampai dengan tahap sebelumnya.

Pengelolaan Keuangan DAK di bidang


Pendidikan
1.

2.

3.

4.

Pengelolaan keuangan DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2010


yang dianggarkan melalui mekanisme belanja hibah/transfer sebelum
diberlakukannya UU No 02 tahun 2010 mengikuti ketentuan sbb:
a. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yang belum menyalurkan
dana ke masing masing rekening sekolah melakukan pergeseran
anggaran dari belanja hibah/transfer di PPKD ke belanja langsung per
kegiatan di SKPD /Dinas Pendidikan.
b. PPKD yang sudah menyalurkan dana ke masing masing rekening
sekolah tetap melaksanakan sampai dengan tahun anggaran 2010
berakhir.
Pengelolaan keuangan DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2011 dan
seterusnya dianggarkan melalui mekanisme belanja langsung per
kegiatan di SKPD/ Dinas Pendidikan dan mengikuti mekanisme
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Apabila terdapat sisa DAK bidang pendidikan pada kasa daerah saat
tahun anggaran 2010 berakhir, maka sisa DAK tahun anggaran 2010
digunakan untuk mendanai kegiatan DAK bidang pendidikan pada tahun
anggaran 2011.
Pelaksanaan sisa DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2010 yang

Optimalisasi Pelaksanaan Anggaran DAK di SKPD


(Permendagri No. 59 tahun 2010)
1.

Dalam hal pelaksanaan anggaran DAK sampai dengan batas


akhir tahun anggaran belum dapat diselesaikann, dapat
dilanjutkan melalui mekanisme Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Lanjutan (DPA L), Kriteria sbb:
a. Sisa DAK yang akan dilanjutkan melalui mekanisme DPA L telah
disalurkan dari kas negara ke kas daerah
b. Adanya ikatan pejanjian kontrak
c. Diakibatkan bukan karena kelalaian dari pengguna anggaran/barang
atau pihak rekanan, namun akibat force majeure

2.

Untuk melanjutkan kegiatan DAK melaui proses DPA-L, perlu


disiapkan dokumen pelaksanaan dengan tahapan sbb :
a. Paling lambat pertengahan desember kepala SKPD menyampaikan
laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik, dan nonfisik maupun
keuangan DAK kepada PPKD.
b. PPKD melakukan pengujian
c. PPKD mengesahkan DPA-SKPD dengan anggaran sejumlah sisa dana
yang belim dicairkan menjadi DPAL SKPD.
d. sisa DAK pada akhir tahun anggaran dicatat sebagai Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA)

e. DPA-L SKP yang telah disahkan, dapat dijadikan dasar pelaksanaan


penyelesaian pekerjaan dan pembayaran setelah disesuiakan dengan
perubahan terhadap dokumen kontrak yang ditandatangani bersama
PA/KPA dengan pihak ketiga.
f. Berdasarkan DPA-L SKPD yang telah disahkan dapat langsng
dilaksanakan tanpa menunggu penetapan APBD tahun berikutnya.
g. Kegiatan DPA-L SKPD dicantumkan dalam Perda tentang Perubahan
APBD

3. Apabila terjadi sisa tender atas pelaksanaan kegiatan DAK, maka


penggunaan sisa tender diserahkan untuk kegiatan yang bersifat
fisik sejalan dengan petunuk teknis DAK yang ditetapkan.
4. Sisa tender yang akan dimanfaatkan dalam tahun anggaran
berjalan dilaksankan mendahului perubahan APBD dengan
mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
terlebih dahulu berkonsultasi dan mendapat persetujuan dari
pimpinan DPRD
5. Untuk dasar penganggaran penganggaran dan pelaksanaan sisa
tender, SKPD menyusun RKA-SKPD dan DPA-SKPD yang baru
6. Untuk tertub dan disiplin anggaran serta menjamin ketersediaan

Pelaksanaan dan Permasalahannya

Pemerintah
Daerah

Tabel . Pencairan DAK dari Kas Daerah ke Pihak Ketiga


Provinsi DIY Tahun 2011
Pencairan DAK dari
BUMN ke kas Daerah

Pencairan dari Kas


Daerah ke Pihak Ketiga

Pencairan
(%)

Sisa di Kas Daerah

Provinsi
DIY

11.384.100.00
0,00

8.052.255.428,
00

70,73%

3.331.844.572,
00

Bantul

60.565.500.00
0,00

50..631.754.21
6,00

83,59%

9.933.745.784,
00

Sleman

69.847.300.00 51.374.067.598
73,55%
0,00
,00

18.473.232.40
2,00

Kulon
Progo

41.614.100.00 17.971.495.075
43.19%
0,00
,00

41.614.100.00
0,00

Gunung
Kidul

77.574.200.00 23.072.374.506
29,74%
0,00
,00

54.501.825.49
4,00
* Click to add Text

Kesimpulan DAK
Pengelolaan DAK di pemerintahan daerah lingkungan
Provinsi DIY belum sepenuhnya sesuai dengan
ketentuan dan harapan. Hal tersebut terlihat dengan
masih belum termanfaatkannya hasil dari kegiatan dan
belum terealisasinya kegiatan DAK itu sendiri.
Hasil kegiatan DAK yang masih belum dimanfaatkan
menunjukkan bahwa apa yang sebenarnya dibutuhkan
daerah belum tertampung dalam petunjuk pelaksanaan
maupun petunjuk teknis, dan juga belum lengkapnya
sarana pendukung dari hasil kegiatan DAK yang telah
direalisasi sehingga untuk mengoperasikannya belum
optimal.

LOGO

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai