Anda di halaman 1dari 19

Kementerian Republik Indonesia

Politeknik Keuangan Negara STAN

Landasan dan
Kebijakan Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa
Pertemuan IV

DIII Kebendaharaan Negara


Pengertian

Transferke Daerah dan Dana Desa (TKDD) adalah dana yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal;

Transfer ke Daerah menggabungkan dua jenis dana transfer dari pemerintah pusat
ke dua unsur tingkat pemerintahan di daerah yaitu Transfer ke Daerah (TKD) yang
dialokasikan untuk pemda baik pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota, dan Dana Desa yang dialokasikan ke pemerintahan desa
Pengertian
Transfer ke Daerah adalah komponen, elemen atau bagian dari Belanja Negara dalam APBN yang
dialokasikan kepada daerah dalam rangka mendanai pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal;

Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan
desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan Yogyakarta (Pasal 1 angka 5 PMK Nomor 50 Tahun 2017

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN Tahun Anggaran 2017 Ketentuan
Umum Pasal 1 angka 13 disebutkan bahwa Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara
dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana
Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

Sejak tahun 2008, nomenklatur pendanaan desentralisasi dan otonomi daerah diganti menjadi
“Transfer ke Daerah”
Ruang Lingkup
Pada tahun 2001, sebagai tonggak awal pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di
Indonesia, alokasi dana transfer ke daerah, yang dikenal dengan “Anggaran yang Didaerahkan” baru
mencakup DANA PERIMBANGAN;

Sejaktahun 2002, alokasi transfer ke daerah juga mencakup “DANA OTONOMI KHUSUS” BAGI PROVINSI
PAPUA, dan “DANA PENYEIMBANG” (Penyesuaian) yang dialokasikan kepada daerah–daerah yang
menerima DAU lebih kecil dari tahun sebelumnya;

Mulai tahun 2008, alokasi dana transfer ke daerah juga mengakomodasi “DANA OTONOMI KHUSUS
UNTUK PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM” sebagai implementasi dari UU Nomor 11 tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh;

Sejak tahun 2016 Transfer ke Daerah, yang sebelumnya mencakup 4 (empat) komponen utama, yaitu: (i)
Dana Perimbangan, yang meliputi: (a) Dana Bagi Hasil, (b) Dana Alokasi Umum, dan (c) Dana Alokasi
Khusus; (ii) Dana Otonomi Khusus; (iii) Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta; dan (iv) Transfer Lainnya,
desain struktur transfer ke daerah hanya terdiri atas 3 (tiga) elemen utama, yaitu: (i) Dana Perimbangan;
(ii) Dana Insentif Daerah; serta (iii) Dana Otonomi Khusus dan Keistimewaan Yogyakarta
Dasar Hukum
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai
Pengganti UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
UU No. 12/1985 Jo UU No. 12/1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
UU No. 39/2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang Cukai, dan Putusan MK No.
54/PUU/VI/2008;
UU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap Tahun Anggaran
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah dengan Undang-
UU No. 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang;
UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU
No. Tahun 2016;
PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; serta
PMK No. 50/PMK.07/2017 jo PMK No. 112/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Struktur Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Perkembangan Transfer Ke Daerah

Masa Orde Baru (Otonomi Terbat


as)
- Subsidi Daerah Otonom
- Bantuan Inpres
Transfer Ke Daerah

Transfer ke Daerah dan Dana Desa - salah satu instrumen kebijakan fiskal sangat strategis
dalam pelaksanaan desentralisasi untuk mewujudkan Bangsa Sejahtera:
Salah Satu Unsur, Komponen BELANJA APBN.

Instrumen Utama Desentralisasi Fiskal, untuk:


 Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas (jumlah dan mutu) Pelayanan Publik (Public Service
Delivery); dan
 Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Social Welfare).
Sebagai Tujuan Utama (Ultimate Goals) Desentralisasi Fiskal.
 Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas (jumlah dan mutu) Pelayanan Publik (Public Service
Delivery); dan
 Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Social Welfare).

Instrumen Menjaga dan Mempertahankan Keutuhan NKRI : Alat Strategis Perekat Semua
Daerah dalam NKRI.
MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR

(Alinea IV UUD 1945)


TKDD - Instrumen Fiskal
Memerkuat Desentralisasi untuk
Pelayanan Publik dan
Kesejahteraan Masyarakat.
Dalam teori Keuangan Publik, Pemerintah memiliki 3 fungsi: Alokasi, Distribusi, dan
Stablisasi (MUSGRAVE, 1959)
FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL

ALOKASI DISTRIBUSI STABILISASI


Meningkatkan efisiensi dan efektifitas Alat pemerataan dan
penggunaan dan alokasi sumber daya pencapaian keadilan

Fungsi alokasi lebih efektif diserahkan ke level pemerintahan terbawah


HAYEK (1949), TIEBOUT (1956), OATES (1972)

Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kota/Kabupaten MENDEKATKAN RENTANG KENDALI KEINGINAN PUBLIK LOKAL
Desa KESEJAHTERAAN
Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah
Sesuai dengan amanat Pasal 6 UU Nomor 17 tahun 2003, Pengelolaan Keuangan Negara dikuasakan dari Presiden kepada
Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Chief Operating
Officer (COO), serta diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam pengelolaan keuangan daerah.

UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

PRESIDEN (CEO):
PEMEGANG KEKUASAAN
DIKUASAKAN PENGELOLA KEUANGAN DISERAHKAN
NEGARA

MENTERI KEUANGAN MENTERI / PIMP. GUB / BUPATI / WALIKOTA


(CFO) LEMBAGA (COO) Kepala Pemda untuk mengelola
pengelola fiskal & wakil pengguna anggaran keuangan daerah & wakil pemda atas
pemerintah dlm kekayaan / pengguna barang kekayaan daerah yg dipisahkan
negara yang dipisahkan
Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah
APBN

BELANJA PUSAT TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA

Belanja Pusat d Transfer ke Daerah


i Pusat, al.: Belanja Pusat di Daerah, al.:

• Belanja Pegawai
• Dana Bagi Hasil
Pelaksanaan Urusan Absolut di Instans
• Belanja Barang • Dana Alokasi Umum
i Vertikal (Kanwil)
• Belanja Modal • Belanja Pegawai
• Dana Alokasi Khusus Fisik
• Pembayaran Bunga • Belanja Barang • Dana Alokasi Khusus Nonfisik
Utang •

DAERAH
• Belanja Modal Dana Insentif Daerah
Dana Desa
Pelaksanaan Urusan Konkuren
 Dikerjakan sendiri Melalui UPT.
 Dilimpahkan ke Gubernur
• Dana Dekonsentrasi
 Ditugaskan ke Gub/Bupati/
Walikota
• Dana Tugas Pembantuan
Hibah kepada Daerah
Dana Darurat
APBD
Kebijakan Transfer Dana Bagi Hasil
1. Meningkatkan akurasi penghitungan alokasi DBH berdasarkan rencana penerimaan pajak dan SDA dengan
memperhitungkan realisasi tiga tahun terakhir.
2. Mempercepat penyelesaian kurang bayar DBH sesuai kemampuan keuangan negara.
3. Melakukan penyelesaian lebih bayar DBH melalui pemotongan penyaluran DBH/DAU TA berikutnya.
LAMA BARU
DBH CHT di-earmark untuk:
o peningkatan kualitas bahan baku,
o pembinaan industri,  Maksimal 50% dari DBH CHT dapat digunakan sesuai kebutuhan dan
o pembinaan lingkungan sosial, prioritas daerah (block grant).
o Sosialisasi bidang cukai,  Tujuan : untuk mengurangi SiLPA yang berasal dari DBH CHT.
o pemberantasan barang ilegal.
(UU No. 11/1995 jo. UU 39/2007)

Penggunaan tambahan DBH SDA Migas sebesar • Tambahan DBH SDA Migas sebesar 0,5% dapat digunakan sesuai
0,5% hanya untuk pendidikan dasar (UU kebutuhan dan prioritas daerah (block grant).
33/2004).  Tujuan : mengembalikan fungsi DBH sebagai block grant.

 Perluasan penggunaan DBH SDA Kehutanan dari DR untuk :


 Pengelolaan tanaman hutan raya.
Penggunaan DBH Dana Reboisasi (DR) hanya  pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.
 Penataan kawasan.
dapat digunakan untuk rehabilitasi hutan dan
 Penanaman pohon daerah aliran sungai.
lahan (RHL).  Pengembangan benih.
(UU 33/2004 dan UU 41/1999 tentang  pengawasan dan perlindungan.
Kehutanan).  Tujuan : untuk menguragi SiLPA yang berasal dari DBH SDA Kehutanan dari DR.
(Sejalan dengan UU 23/2004).
Kebijakan Dana Alokasi Umum
1 PAGU DAU BERSIFAT DINAMIS 2 DAU MEMPERHITUNGKAN BEBAN
PENGALIHAN URUSAN/KEWENANGAN
ANTAR TINGKAT PEMERINTAHAN SESUAI UU
Besaran (pagu) dan realisasi penyaluran DAU per daerah akan mengikuti
dinamisasi perkembangan PDN Neto.
23/2014 TENTANG PEMDA.
• Implikasi: Penyesuaian alokasi DAU pd APBN-P dan APBD-P
Solusi
3 PEMBERIAN AFIRMASI KEPADA DAERAH
A B C
KEPULAUAN DENGAN MENINGKATKAN
Jika PDN Neto naik, Jika PDN Neto turun, Pagu DAU Untuk jangka BOBOT LUAS WILAYAH LAUT MENJADI
Pagu DAU Nasional nasional turun, daerah perlu: panjang, daerah 100%.
naik, daerah perlu:  Membuka ruang fleksibilitas perlu:
penyesuaian belanja APBD-P  Menata kembali
 Identifikasi program
dg identifikasi & efisiensi pos- jumlah PNSD
dan/atau kegiatan
pos belanja kurang prioritas
urgent, mendesak, &  Mengoptimalkan Penggunaan Dana Transfer Umum (DBH +
dapat diselesaikan
dan tdk produktif (misal: 4
biaya perjalanan dinas, pajak daerah dan
dalam sisa waktu s.d. retribusi daerah
DAU), minimal 25% digunakan untuk
rapat dinas, konsinyering,
akhir tahun. belanja infrastruktur layanan dasar publik
honorarium).  Memperkuat
 Jika tidak ada penggunaan dan ekonomi untuk mendorong:
 Membuka ruang fleksibilitas
program dan/atau sumber
kegiatan urgent dan
kontrak proyek dengan • pertumbuhan ekonomi;
klausul yang relatif fleksibel. pembiayaan
mendesak, maka lainnya dan
• pengentasan kemiskinan;
tambahan DAU  Memperkuat perencanaan kerjasama dengan • pengurangan pengangguran; dan
digunakan untuk kas (cash flow management) badan usaha. • pengurangan kesenjangan antardaerah.
membentuk Dana
Cadangan atau
Dana Darurat.
Kebijakan Dana Alokasi Khusus

Prinsip Percepatan Pen Prinsip Sinkronisasi Pend Prinsip Pengalokasian DA


Prinsip Pembangunan B anaan Pembangunan K Berbasis Kinerja Pelaks
yediaan Infrastruktur di
erkelanjutan
Daerah Daerah anaan

Usulan kegiatan haru Sinkronisasi usulan keg


Mempercepat pemb Alokasi DAK memperhitu
s: iatan antara:
angunan infrastruktur ngkan tingkat penyerapa
1. Menjadi kewenan 1. Bidang yang satu n anggaran dan capaian
di daerah yang terkai
gan daerah; dengan bidang lai output/outcome tahun s
t dengan:
2. Bagian dari RPJMD nnya; ebelumnya, dengan tuju
1. pelayanan dasar
dan RKPD yang tel 2. Daerah yang satu
an agar:
untuk pemenuha 1. Daerah punya komitm
ah disinkronisasi de dengan daerah lai
n SPM; en untuk melaksanaka
ngan prioritas nasi nnya, termasuk an
2. pengembangan i n apa yang telah dius
onal; dan tara kabupaten/k
ndustri, perdagan ulkan;
3. Kegiatannya harus ota dengan provin 2. Daerah melaksanakan
gan, pariwisata, s
menghasilkan outp si; dan DAK sesuai dengan tar
ektor perekonomi
ut/outcome yang 3. Kegiatan DAK den get output dan lokasi k
an lainnya
bermanfaat langs gan kegiatan yan
egiatan serta batas w
ung bagi masyara aktu yang ditetapkan.
g didanai dari non
kat DAK
Kebijakan Dana insentif Daerah
 Penentu Kelayakan (menjadi syarat untuk semua kategori)
Kriteria
Utama
1. Opini BPK atas LKPD minimal WTP;
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu; dan
3. Penggunaan e-goverment (e-procurement)
 Tidak mendapatkan Alokasi Minimum
VII. Pelayanan Dasar Publik Bidang Pendidikan
Skor
I. Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan APBD Skor Bobot
1.Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Pengelolaan Keuangan

1. Local Taxing Power (Real PDRD/PDRB 0-4 20,0% 2.Angka Partisipasi Murni (APM) SMP 0-4 33,3%
Non Migas) 3.Harapan Lama Sekolah (HLS) 0-4 33,3%
2. Quality of Spending (Real Belanja VIII. Pelayanan Dasar Publik Bidang Kesehatan
Modal/Real. Belanja) 0-4 20,0% 0-4 33,3%
Input

Pelayanan Dasar Publik


3. Quality of Budget Planning (Real 1.Persentase Baduta Stunting
Belanja/Pagu Belanja) 0-4 20,0%
2.Persentase Balita sudah diimunisasi 0-4 33,3%
4. Fiscal Space (Real Pend. 3.Cakupan Persalinan dengan Tenaga
Nonearmarked/Real. Pendapatan) 0-4 20,0% 0-4 33,3%

Output
Kesehatan
5. Realisasi SILPA/Total Belanja 0-4 33,3%
0-4 20,0% IX. Pelayanan Dasar Publik Bidang
Kategori Kinerja

Infrastruktur
1.Rumah Tangga dengan Akses
II. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah : Kesesuaian Air Minum Layak
layanan Pemerintahan

Materi 5%; Capaian Kinerja 95% (terdiri dari Pengambilan 2. Rumah tangga dengan Sanitasi 0-4 33,3%
Keputusan 30% dan Pelaksanaan Kebijakan 70%) yang Layak
3. Jalan Kondisi Mantap 0-4 33,3%
III. Perencanaan Daerah: Dokumen RKPD 40%; Verifikasi
Penyusunan RKPD 30%; Presentasi dan Wawancara 30%
Proses

0-4 33,3%
Umum

IV. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah: Sistem


AKIP (Perencanaan 30%; Pengukuran Kinerja 25%;

sejahteraan
Pelaporan Kinerja 15%; Evaluasi 10%); Capaian Kinerja 10%
X. Kesejahteraan Masyarakat

Outcome
V. Inovasi Pelayanan Publik : Pendekatan Baru; Produktif;
Berdampak; Berkelanjutan 1. Persentase Penduduk Miskin 0-4 50,0%
VI. Kemudahan Investasi : SDM 50%; Sarpras 25%; 2. Indek Pembangunan Manusia
0-4 50,0%
Kebijakan Dana Desa
Kebijakan Transfer Ke Daerah

“Mewujudkan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang sesuai deng


an cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan prinsip keadil
an, transparansi, akuntabilitas, dalam bentuk peningkatan dan pemerat
aan kualitas layanan publik dan kesejahteraan rakyat di seluruh wilayah
Republik Indonesia”

 Meningkatkan pemerataan kemampu  Memperkuat sinkronisasi belanja K/L de


an keuangan antar daerah; ngan belanja pemerintah daerah;
 Memperkuat instrument hubungan keu  Menjaga kesinambungan fiskal nasional
angan antara pusat dengan daerah d dan daerah melalui pengelolaan TKD da
an antardaerah guna mengoptimalkan n pembiayaan daerah yang terkendali;
pendanaan kewenangan daerah;
 Memperkuat sinergi antara K/L, internal
 Meningkatkan efektivitas pengelolaan
pemda & antar pemda;
sumber-sumber pendanaan daerah u  Memperkuat pelaksanaan pemantauan
ntuk mewujudkan perbaikan layanan
publik dan kesejahteraan; dan evaluasi; dan
 Memperkuat sistem informasi keuangan
 Memperbaiki kualitas pengelolaan bel daerah untuk menjaga kualitas hubung
anja daerah; an keuangan pusat dan daerah.
SEKIAN

“ Pendidikan yang sejati akan melahirkan harapan baru”

Anda mungkin juga menyukai