Anda di halaman 1dari 35

LOGO Kementerian Keuangan

Republik Indonesia

www.djpk.depkeu.go.id

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan


Kementerian Keuangan Malang, 8 Juni 2015
Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Pemerintah Pusat

Pengaturan, Pembagian, dan


Penyerahan, pelimpahan, Pemanfaatan Sumber Daya Nasional
penugasan urusan secara adil, termasuk perimbangan
keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah

2
Keuangan Negara

PUSAT DAERAH
Dikelola dlm APBN Dikelola dlm APBD

Pengelolaan

Pimp
Lembaga
Presiden
Dikuasakan
Tinggi Negara Sbg Kep.
sbg pengguna Pemerintahan Diserahkan
Pembantu Presiden (desentralisasi)
Menkeu Menteri/pimp lembaga
sbg pengelola sbg pengguna

Gubernur / Bupati / Walikota


Tugas
Pembantuan

Kekayaan Neg yg Dekonsentrasi Kekayaan Daerah yg


dipisahkan:
dipisahkan:
BUMN /
BUMD / penyertaan
penyertaan
modal lainnya
modal lainnya
Instansi vertikal
Dikelola secara di Daerah Dikelola dlm Dikelola dlm Dikelola secara
otonom oleh BUMN / Agr Dekon Agr Tugas Pemb otonom oleh BUMD /
pihak swasta pihak swasta

3
KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL

Pemerintah Pusat kewenangan Pemerintah Daerah Pelaksanaan


sumber pendanaan Kewenangan

APBD

PAD BHP & BP


Desentralisasi Dana
DAU
Perimbangan
Dekonsentrasi
Lain-lain DAK
Pendapatan
Tugas
Pembantuan Belanja SILPA Tahun
Pemerintah Surplus/Defisit Lalu
Pusat kepada Dana Cadangan
Penerimaan
Daerah/Desa
Pembiayaan Penjualan
Kekayaan
Daerah yang
APBN dipisahkan
Pinjaman
APBN Daerah
4
Pelaksanaan Kewenangan
Tujuan Otda dan Desentralisasi Fiskal :
Kewenangan Daerah : • Mempercepat terwujudnya
kesejahteraan dan keadilan masyarakat
• Kewenangan Wajib
• Mengurangi kesenjangan
• Kewenangan Lainnya
• Mendorong investasi daerah

Melalui : Sarana :
• Peningkatan Pelayanan (Public • Good Governance
Service Obligation/PSO) • Reformasi Sistem Pengelolaan
• Pemberdayaan Masyarakat Keuangan Daerah (Anggaran kinerja
(partisipasi dan demokrasi) dan pelaporan mengacu pada Standar
• Peningkatan daya saing Daerah Akuntansi Pemerintahan/SAP)
• Standar Pelayanan Minimum (SPM)
• SAP

5
Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah

adalah

Suatu sistem pembagian keuangan yang adil,


proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran
pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.

. Pasal 1 UU 33/2004
6
PRINSIP KEBIJAKAN PERIMBANGAN KEUANGAN

 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan


Daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai
konsekuensi tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah

 Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan


Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas
penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal

 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan


Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi,
dan Tugas Pembantuan

7
Prinsip ”Money Follow Function”

Pendanaan atas fungsi-fungsi pemerintahan dilakukan berdasarkan


pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Urusan pemerintahan yang Urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan pusat menjadi kewenangan daerah

didanai didanai
dari dari
APBN APBD

Termasuk kegiatan dekonsentrasi


dan tugas pembantuan
8
Jenis Pengeluaran APBN untuk Daerah

Transfer Daerah (DBH, DAU, DAK, Dana


Otsus dan Dana Penyesuaian)
Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan

Dana Vertikal di Daerah

Bantuan Langsung ke Masyarakat


(PNPM, BOS, Jamkesmas dan BLT)

Subsidi (Energi : BBM dan Listrik, dan


Non Energi : Pangan, Pupuk, Benih,
lainnya)

www.djpk.depkeu.go.id 9
Alur Belanja APBN ke Daerah

MONEY FOLLOWS FUNCTION AND CAPACITY


Mendanai Dana Vertikal
PENDAPATAN
kewenangan 6 di Daerah
Melalui Urusan
Angg K/L
Dana Dekonsentrasi
Belanja Mendanai Dana Tgs Pembantuan
Pemerintah kewenangan
PNPM, BOS, Jamkesmas
Pusat di luar 6 Urusan
Melalui
Angg Subsidi dan Bantuan
Non K/L

APBN BELANJA Masuk APBD

Hibah

Mendanai
Transfer
Ke Daerah
kewenangan •Dana Perimbangan
Daerah •Dana Otsus dan
(Desentralisasi) Penyesuaian

PEMBIAYAAN Pinjaman
10
Perkembangan Dana APBN ke Daerah 2005-2010

63.1
%

176.3
34.4
113.0
7.5

33.3
150.8 226.2 253.3 292.4 309.3 344.6

 Transfer Daerah terdiri dari DBH, DAU, DAK, dan Dana Otsus & Dana Penyesuaian.
 Bantuan Ke masyarakat terdiri dari PNPM, BOS, Jamkesmas dan BLT (2008- 2009).
 Subsidi Terdiri dari Energi(BBM dan Listrik) dan Non Energi (Pangan, Pupuk, Benih dan lainnya).
 Data Subsidi hanya mencakup tahun 2008-2010.

www.djpk.depkeu.go.id 11
Total Belanja = 1.126,15

Dana ke Daerah = 710,05(63,05%)


Melalui Angg.K/L dan APP Melalui Angg. Transfer ke Daerah
Melalui APP (Subsidi) Melalui Angg. K/L
(Program Nasional) (Masuk APBD)
•PNPM 9.5(0.84%) • BBM 88.8(7.89%) •DBH 89.6(7.96%) • Dana Dekon 33.3(2.96%)
•BOS 19.8(1.76%) • Listrik 55.1(4.89%) •DAU 203.6(18.08%) • Dana TP 7.5(0.67%)
•Jamkes 5.1(0.45%) • Pangan 13.9(1.24%) •DAK 21.1(1.88%) • Dana Vertikal 113.(10.11%)
• Pupuk 18.4(1.63%) •OTSUS 9.09(0.81%)
• Penyesuaian 21.1(1.88%)
*) APP = Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan
Total 34.4(3.05%) Total 176.3(15.66%) Total 344.6(30.06%) Total 154.7(13.74%)
12
LOGO

www.djpk.depkeu.go.id 13
Arah Kebijakan Transfer Ke Daerah
(RPJMN 2010-2014)*)
• Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan
Otsus dan
mengurangi kesenjangan fiskal antara Penyesuaian DAK DAU DBH
pusat & daerah dan antar daerah. Triliun Rp
400
• Menyelaraskan besaran kebutuhan
pendanaan di daerah sesuai dengan 344,6
pembagian urusan pemerintahan. 322,4
309,3
300 292,4
• Meningkatkan kualitas pelayanan publik
di daerah & mengurangi kesenjangan 253,3
pelayanan publik antar daerah. 226,2
200
• Meningkatkan daya saing daerah.
• Mendukung kesinambungan fiskal 150,8
129,7
nasional.
100
• Meningkatkan kemampuan daerah dalam
menggali potensi ekonomi daerah.
• Meningkatkan efisiensi pemanfaatan
0
sumber daya nasional.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2010
• Meningkatkan sinkronisasi antara rencana APBNP APBN APBN-P
pembangunan nasional dengan rencana Dalam kurun waktu 2004-20010 jumlah dana Transfer ke Daerah
pembangunan daerah. mengalami peningkatan yang relatif sangat signifikan dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata sebesar 23,7% per tahun.

*) Sumber: Perpres No.5/2010 tentang RPJMN 2010-2014 14


Arah Kebijakan DBH
(RPJMN 2010-2014)*)

• Meningkatkan akurasi data melalui


koordinasi dengan institusi pengelola
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
• Menyempurnakan proses penghitungan
dan penetapan alokasi DBH secara lebih
transparan dan akuntabel;
• Menyempurnakan sistem penyaluran DBH
sehingga alokasi DBH ke daerah penghasil
lebih tepat waktu dan tepat jumlah.
• Mendorong daerah penghasil SDA, terutama
SDA tidak terbarukan, untuk meningkatkan
upaya konservasi dan penanganan
terhadap dampak lingkungan hidup pasca
kegiatan eksplorasi.

*) Sumber: Perpres No.5/2010 tentang RPJMN 2010-2014

15
Arah Kebijakan DAU
(RPJMN 2010-2014)*)

• Meningkatkan proporsi DAU terhadap


**)
Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto
secara bertahap.
• Menyempurnakan formula alokasi DAU.
• Menyempurnakan penilaian kebutuhan
fiskal dalam formula alokasi DAU
berdasarkan perhitungan belanja untuk
memenuhi SPM sesuai Analisis Standar
Belanja (ASB).

*) Sumber: Perpres No.5/2010 tentang RPJMN 2010-2014


**) termasuk DAU Tambahan Tunjangan Profesi Guru Rp10,9 T

16
Arah Kebijakan DAK
(RPJMN 2010-2014)*)
• Menyempurnakan desain konsep DAK.
• Meningkatkan secara bertahap pagu nasional DAK, al.
melalui transformasi dari dana K/L yang digunakan untuk
mendanai urusan daerah ke DAK.
• Mendukung program yang menjadi prioritas nasional dalam
RPJMN 2010-2014.
• Diprioritaskan untuk daerah-daerah dengan kemampuan
keuangan relatif rendah dalam mendukung Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
• Meningkatkan kualitas perencanaan melalui penajaman
indikator kinerja dan penyediaan data teknis.
• Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan
terpadu di pusat dan daerah.

Rencana Bidang DAK 2011:


Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur Jalan, Irigasi, Air
Minum, Sanitasi, Prasarana Pemerintahan Daerah,
Kelautan & Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Keluarga Berencana, Kehutanan, Sapras Perdesaan,
Sarana Perdagangan, dan 4 bidang baru: Penyediaan
listrik desa, perumahan, penyediaan fasilitas
keselamatan jalan, dan perubahan iklim.

*) Sumber: Perpres No.5/2010 tentang RPJMN 2010-2014 17


Dana Insentif Daerah Tahun 2010
1.Dana Insentif Daerah (DID) diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja
keuangan dan kinerja ekonomi & kesejahteraan yang baik, serta tetap
mengupayakan terwujudnya good governance dan clean government.
a. Kinerja Keuangan Daerah:
• Persentase peningkatan PAD > rata2 Nasional.
• Peningkatan Opini BPK atas LKPD.
• Ketepatan Waktu Penyampaian APBD.
• Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) < rata2 Nasional dan IPM > rata2 Nasional.
b. Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan:
• Pertumbuhan Ekonomi > pertumbuhan ekonomi Nasional.
• Pengurangan Tingkat Kemiskinan > rata2 Nasional .
• Pengurangan Tingkat Pengangguran > rata2 Nasional.
• Tingkat Inflasi < rata2 Nasional.

2.Terdapat 54 daerah yang memperoleh DID, terdiri dari 9 provinsi dan


45 kabupaten/kota.

18
LOGO

www.djpk.depkeu.go.id 19
Hibah ke Daerah
1. Pemerintah dapat memberikan Hibah kepada daerah yang bersumber
dari pendapatan APBN, penerusan pinjaman luar negeri dan/atau
hibah luar negeri.
2. Hibah diprioritaskan untuk menunjang peningkatan fungsi
pemerintahan dan layanan dasar umum, serta pemberdayaan
aparatur daerah.
3. Hibah yang telah dan akan dilaksanakan :
• Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) System Project – JBIC.
• Local Basic Education Capacity (L-BEC – Belanda & UE.
• Hibah Air Minum dan Air Limbah – AusAID.
• WASAP-D – World Bank.

20
Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga
oleh Pemerintah kepada PDAM (1)

1.Pencapaian tujuan peningkatan jumlah penduduk atas akses sumber air


minum yang aman dan berkelanjutan pada tahun 2015.
2.Pemerintah berupaya memperluas akses PDAM terhadap kredit
investasi (Perpres No.29/2009) melalui pemberian:
a.Jaminan sebesar 70% atas kewajiban pembayaran kembali kredit
investasi PDAM kepada bank. Apabila terjadi default/gagal bayar,
selanjutnya dilakukan pembebanan:
Pemerintah menanggung 40% yang selanjutnya diperhitungkan sebagai
pinjaman kepada PDAM.
Pemda menanggung 30%, baik yang berasal dari APBD dan/atau
konversi beban sebagai utang kepada Pemerintah (apabila Pemda tidak
membayar utang tersebut dapat dipotong dengan DAU dan/atau DBH).
Tanggungan tersebut selanjutnya dapat diperhitungkan sebagai
penyertaan modal/pinjaman/hibah kepada PDAM.

21
Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga
oleh Pemerintah kepada PDAM (2)

b. Subsidi atas bunga yang dikenakan oleh bank.


Penetapan tingkat bunga kredit sebesar BI rate
ditambah paling tinggi 5 %, dengan ketentuan:
 Tingkat bunga sebesar BI rate akan ditanggung
PDAM.
 Selisih bunga di atas BI rate paling tinggi sebesar
5% menjadi subsidi yang ditanggung Pemerintah.

22
Pokok-Pokok Kebijakan
UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)

No. TUJUAN STRATEGI KEBIJAKAN


1 Memperbaiki Membatasi jenis Closed list
Sistem pungutan daerah
Pemungutan
2 Penguatan Local Memperluas basis 1. Memperluas objek
Taxing Power pungutan daerah 2. Menambah jenis
3. Menaikkan tarif
maksimum
4. Diskresi
penetapan tarif
3 Meningkatkan Mengubah sistem 1. Pengawasan preventif dan
efektivitas pengawasan korektif
Pengawasan 2. Sanksi
4 Memperbaiki Meningkatkan 1. Memperbaiki bagi hasil
Sistem kualitas penggunaan pajak
Pengelolaan hasil pajak daerah 2. Mempertegas earmarking
3. Memperbaiki sistem
insentif pemungutan

23
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
DEKONSENTRASI TUGAS PEMBANTUAN

• Sifat kegiatan non-fisik yaitu • Sifat kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang
kegiatan yang menghasilkan menghasilkan keluaran yang menambah aset
keluaran yang tidak menambah tetap.
aset tetap. • Kegiatan fisik, antara lain pengadaan tanah,
• Kegiatan non-fisik, antara lain bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi
berupa: sinkronisasi dan koordinasi dan jaringan, serta dapat berupa kegiatan
perencanaan, fasilitasi, bimbingan yang bersifat fisik lainnya
teknis, pelatihan, penyuluhan, - Kegiatan bersifat fisik lainnya antara
supervisi, penelitian & survey, lain pengadaan barang habis pakai,
pembinaan & pengawasan, serta seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan
pengendalian. bibit dan pupuk, atau sejenisnya,
termasuk barang bansos yang diserahkan
kepada masyarakat, serta pemberdayaan
masyarakat.

• Sebagian kecil Dana Dekon/TP dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas
administratif dan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap.
• Penentuan besarnya alokasi dana penunjang harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis,
dan efisiensi, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan masing-masing K/L.
24
Prinsip Pendanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Program dan kegiatan yang didanai tertuang dalam RKA-K/L, dan


sepenuhnya dibiayai dari APBN melalui DIPA K/L.

K/L tidak diperkenankan mensyaratkan dana pendamping.

Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah


yang disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan
didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan.

 Dana Dekon dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang


Pemerintah melalui K/L kepada Gubernur.
 Dana TP dilaksanakan setelah adanya penugasan wewenang
Pemerintah melalui K/L kepada Gubernur/ Bupati/Walikota dan/atau
Desa.

25
Pola Hubungan Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan antar Instansi Terkait

DJPK BAPPENAS KEMDAGRI


Pengelolaan Informasi, (UU 25/2004) (UU 32/2004)
Evaluasi dan
Rekomendasi Pendanaan
(PP 7/2008, Penetapan & Penataan
PMK 156/2008) Sinkronisasi Urusan
Program Pemerintahan
Koordinasi
Siklus Pendanaan

DJA Kebijakan,
Penelaahan RKA-K/L, Perencanaan dan
Penerbitan RABPP, Evaluasi
dan SAPSK
(PP 21/2004, PMK Standar
Penetapan
Biaya)
Kegiatan, Lokasi,
Pendanaan dan Alokasi
DJPB
Pengesahan DIPA dan KEMKEU
Penerbitan SRAA, Pencairan, KEM.TEKNIS
(UU 17/2003, UU 1/2004
Sanksi, SAI dan Pelaporan (UU Sektoral)
UU 33/2004)
(PP 24/2005, PP 8/2006, PMK
171/2007) Penyaluran Pelimpahan
dan Monev Pelaporan dan (Dekon) /
Pertanggungjawaban Penugasan (TP)

DJKN
Pelaporan BMN/D
(PP 6/2006)
Pemerintah Daerah
(Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan TP) 26
Alur Pertanggungjawaban
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
BAPPENAS, KEMKEU, KEMENTERIAN/ LEMBAGA
KEMENTERIAN/ PRESIDEN
& KEMDAGRI KEMENTERIAN/LEMBAGA
LEMBAGA (MELALUI MENKEU)

Bahan Evaluasi
Bahan LKPP
dan Perencanaan Koordinasi

BADAN KEUANGAN/
BAPPEDA KEKAYAAN DAERAH
(Koordinator) GUBERNUR (Koordinator wilayah)
Penggabungan laporan Penggabungan laporan

Bahan Laporan
LAP. ASPEK MANAJERIAL
kepada DPRD LAP. ASPEK AKUNTABILITAS
(PP 39/2006)
(PP 8/2006 dan PP 6/2006)
 Perkembangan realisasi
 Laporan Realisasi Anggaran
penyerapan dana
SKPD (DINAS)  Neraca
 Pencapaian target keluaran
 Catatan Atas Laporan
 Kendala yang dihadapi
Keuangan
 Saran tindak lanjut
 Laporan Barang (BMN)

Ketertiban dan Percepatan Laporan Pertanggungjawaban dibutuhkan dalam rangka


Transparansi dan Akuntabilitas LKPP 27
Status Barang Hasil Pelaksanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
DANA DEKON  Kegiatan Non Fisik, namun sebagian kecil dananya dapat digunakan untuk mengadakan aset
tetap sebagai penunjang kegiatan
DANA TP  Kegiatan Fisik, dapat ditunjang dengan kegiatan non-fisik
Besarnya dana penunjang memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis dan efisien serta sesuai karakterisitik
kegiatan

Dapat menghasilkan output berupa barang Syarat-syarat Penghibahan:


• Bukan barang rahasia Negara
BARANG MILIK • Tidak menguasai hajat hidup
DAPAT DIHIBAHKAN KEPADA PEMDA orang banyak
NEGARA (BMN) • Tidak digunakan lagi oleh K/L
Apabila dihibahkan
Ditatausahakan K/L
Ditatausahakan Pemda
Sistem Berita Acara
Informasi Neraca Serah terima BARANG Sistem
dan Barang MILIK
Pemerintah akuntansi
DAERAH
akuntansi BMD
BMN Pusat Hapus BMN
(BMD)

Pengelolaan
Kekayaan Negara oleh Menkeu
Neraca
Pemerintah
Ketidaktertiban penatausahaan barang hasil Dekon/TP merupakan salah satu
Daerah
faktor diberikannya opini disclaimer oleh BPK atas LKPP
28
29
Pengalokasian Dana Dekonsentrasi & Tugas Pembantuan
Tahun 2011

Mempertimbangkan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) dan


Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Cluster II (PRIORITAS 2) Cluster I

PEMDA dgn KFD < rata2 Nas. PEMDA dengan KFD dan
IPM > rata2 Nasional IPM > rata2 Nasional

11 Propinsi dan 188 Kab/Kota 5 Propinsi dan 72 Kab/Kota

Cluster III (PRIORITAS 1) Cluster IV

PEMDA dengan KFD dan PEMDA dgn KFD > rata2 Nasional
IPM < rata2 Nasional dan IPM < rata2 Nasional

14 Propinsi dan 167 Kab/Kota 3 Propinsi dan 64 Kab/Kota

30
LOGO

31
Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan
(Perpres No.13 Tahun 2009)
Tujuan: untuk melakukan pemenuhan hak-hak
dasar, pengurangan biaya hidup, dan perbaikan
I. Bantuan dan kualitas hidup masyarakat miskin.
Perlindungan Sosial
Sasaran: Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin,
dan Hampir Miskin

Tujuan: untuk mengembangkan potensi dan


memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
II. Pemberdayaan miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang
Masyarakat/ didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan
PNPM Mandiri masyarakat.
Sasaran: Kelompok Rumah Tangga Miskin dan
Hampir Miskin

III. Pemberdayaan Usaha Tujuan: untuk memberikan akses dan penguatan


Mikro dan Kecil ekonomi bagi pelaku usaha skala mikro dan kecil.
(UMK) Sasaran: Pelaku Usaha Mikro dan Kecil

32
Sumber Pendanaan Urusan Bersama
(PMK No.168/PMK.07/2009 tanggal 4 November 2009)

APBN APBD
ANGGARAN K/L ANGGARAN SKPD
(RKA-KL) (RKA-SKPD)

KP KD DK TP UB

DANA DAERAH
DANA URUSAN UNTUK URUSAN
BERSAMA (DUB) BERSAMA (DDUB)

Ket:
KP = Kantor Pusat
KD = Kantor Daerah
DK = Dekonsentrasi
PROGRAM PNPM
TP = Tugas Pembantuan PERKOTAAN DAN PNPM
UB = Urusan Bersama PERDESAAN (BLM)
BLM = Bantuan Langsung
Masyarakat
33
Kriteria Penentuan Besaran Penyediaan DDUB
(PMK No.61/PMK.07/2010 tanggal 10 Maret 2010)
KETUA TKPK NASIONAL
MENTERI KEUANGAN (WAPRES)

PMK TENTANG KEPUTUSAN KETUA TKPK


INDEKS FISKAL DAN KEMISKINAN NASIONAL TENTANG
DAERAH (MEMUAT JUGA BESARAN DDUB YANG HARUS
PERTIMBANGAN BESARAN DDUB DISEDIAKAN OLEH MASING -
MASING-MASING DAERAH) MASING DAERAH

ditetapkan dan disampaikan oleh Menkeu kepada Kepala Bappenas,


Ketua TKPK Nasional , dan K/L paling lambat Bulan Maret atau sebelum
penyusunan Renja-KL (setiap tahun).

Penggunaan Indeks Fiskal dan kemiskinan Daerah dimaksudkan agar


besaran DDUB masing-masing daerah disesuaikan dengan ruang fiskal
daerah (kemampuan fiskal daerah dan dana transfer ke daerah dikurangi
belanja PNSD), serta kondisi penduduk miskin daerah.
34
LOGO Kementerian Keuangan
Republik Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai