Transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah memiliki beberapa teori transfer
antara lain :
Transfer ke Daerah
Bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa
Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana
Transfer ke Daerah dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara
pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah,
mengurangi kesenjangan layanan publik antar daerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus
dan keistimewaan daerah. Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden,
dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna
Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.
PRINSIP UMUM
Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana Otonomi Khusus
dan Penyesuaian.
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi,
dengan memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Prinsip Kebijakan Perimbangan
Keuangan yaitu :
Dana Otonomi Khusus (Otsus) Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan
untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam
UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi
undang-undang dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Ruang Lingkup:
(a) Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (b) Dana Otonomi
Khusus bagi Provinsi Aceh; dan (c) dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
a. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
adalah setara 2 persen dari pagu DAU nasional selama 20 tahun, yang
penggunaannya terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan;
b. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Aceh adalah setara 2 persen dari
pagu DAU nasional selama 15 tahun, untuk tahun ke-16 hingga ke-20 menjadi
sebesar 1 persen dari pagu DAU nasional, yang penggunaannya ditujukan untuk
membiayai pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,
pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan
pendidikan, sosial, dan kesehatan; serta
c. Besaran dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi Papua dan Papua
Barat ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan provinsi tersebut,
yang penggunaannya ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Faktor-faktor Penentu Dana Otonomi Khusus, antara lain meliputi: (a) untuk Dana Otsus bagi
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Aceh
sangat bergantung pada besaran DAU; dan (b) dana tambahan untuk pembangunan
infrastruktur tergantung pada Kemampuan Keuangan Negara dan hasil kesepakatan antara
Pemerintah dan DPR dengan mempertimbangkan usulan provinsi tersebut.
Daerah membuka rekening pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum dengan nama Rekening
Kas Umum Daerah. Penyaluran Transfer ke Daerah dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
Penyaluran DBH PBB dan DBH BPHTB:
Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan
prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran
berjalan.
Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 bagian daerah dilaksanakan
secara triwulanan, dengan rincian sebagai berikut: Penyaluran triwulan I sampai
dengan triwulan III masing-masing sebesar 20% dari alokasi sementara dan
Penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pembagian definitif dengan
jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan I sampai dengan triwulan III.
Penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Penyaluran Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
PENYALURAN DAU
Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 dari besaran alokasi
masing-masing daerah.
PENYALURAN DAK
1. Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan setelah peraturan daerah
mengenai APBD diterima oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling
cepat dilaksanakan pada bulan Februari.
2. Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat- lambatnya 15 hari
kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I, diterima oleh Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
3. Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II, diterima oleh Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
4. Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
kerja setelah
5. laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III, diterima oleh Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.Laporan penyerapan penggunaan DAK disampaikan setelah
penggunaan DAK telah mencapai 90% dari penerimaan DAK sampai dengan tahap
sebelumnya. Laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III diterima selambat-
lambatnya ada tanggal 15 Desember tahun berjalan. Laporan disusun dengan
menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008. Laporan wajib disertai dengan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008.
Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh. Penyaluran Dana
Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh dilaksanakan secara bertahap:
Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh Tahap II, III, dan IV
dilaksanakan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri. Penyaluran
Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat
Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua dan Papua
Barat dilaksanakan secara bertahap setelah Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
mendapatkan surat hasil rekonsiliasi kegiatan antara departemen teknis bersama dengan
Provinsi Papua dan Papua Barat yang disampaikan oleh departemen teknis, dengan rincian
sebagai berikut:
3. Tahap III dilaksanakan pada bulan September sebesar 40% dari alokasi
Penentuan alokasi TKDD yang akan diterima oleh setiap daerah ditentukan oleh 3 hal sebagai
berikut:
b. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Daftar pustaka
“DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN” diakses tanggal 29 Mei 2021 pada
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-266.pdf
“MENAKAR OTONOMI DAERAH DENGAN DANATRANSFER” oleh humas UMJA diakses tanggal 29
Mei 2021 pada https://www.unja.ac.id/2020/11/02/menakar-otonomi-daerah-dengan-dana-
transfer