Anda di halaman 1dari 12

BAB II PEMBAHASAN

Transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah memiliki beberapa teori transfer
antara lain :

1. Teori Transfer Menurut Rosen & Gayer (2010).


Secara umum terdapat dua jenis transfer, yaitu: Transfer bersyarat (Conditional
Grants) dan Transfer Tidak Bersyarat (Unconditional Grants). Transfer bersyarat merupakan
transfer yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang
pengelolaannya diatur oleh Pemerintah Pusat. Transfer tidak bersyarat merupakan transfer
yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah yang pengelolaannya diserahkan penuh
kepada pemerintah daerah dan diawasi oleh pemerintah pusat. Transfer ini bertujuan untuk
pemerataan pendapatan antar daerah dan merupakan dana pendukung pelaksanaan program/
proyek pembangunan yang menjadi prioritas daerah. Pemerintah Pusat juga menetapkan
tujuan yang spesifik dalam penggunaan dana transfer bersyarat. Ada beberapa jenis transfer
bersyarat, yaitu: Matching Grants, Matching ClosedEnded Grants, dan Nonmatching Grants.
Matching Grants Merupakan transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang diberikan
sesuai dengan dana yang diperlukan oleh Pemerintah Daerah. Dalam transfer Matching
Grants pengalokasiannya sudah ditetapkan pada program/proyek tertentu. Transfer Matching
Grants memiliki dua pengaruh bagi daerah, yaitu: Pertama, pengaruh pendapatan (income
effect), yaitu adanya bantuan menyebabkan peningkatan pendapatan daerah penerima. Kedua,
pengaruh substitusi atau harga (price atau substitution effects), yaitu bantuan menyebabkan
perubahan pada harga relatif barang publik yang disubsidi terhadap barang publik lain yang
tidak disubsidi. Matching Closed-Ended Grants menempatkan batasan seberapa banyak
Pemerintah Pusat akan memberikan kontribusi. Nonmatching Grants digunakan untuk
membiayai penyediaan barang publik. Bantuan atau tambahan dana akan menggeser atau
merubah garis anggaran daerah penerima bantuan.

2. Teori Transfer Menurut Shah (2007)


Transfer dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu: General-Purpose Transfers
(unconditional) dan Specific-Purpose Transfers (conditional or earmarked). General-Purpose
Transfers diberikan sebagai dukungan anggaran tanpa syarat yang mengikat. Ciri utama dari
transfer General-Purpose Transfers adalah daerah memiliki keleluasaan penuh dalam
memanfaatkan dana transfer sesuai dengan pertimbanganpertimbangannya sendiri atau sesuai
dengan apa yang menjadi prioritas di daerahnya. Pembagian transfer tanpa syarat biasanya
berdasarkan suatu formula tertentu. Transfer ini dapat dibelanjakan untuk kombinasi
barang/jasa publik atau digunakan untuk memberikan keringanan pajak kepada penduduk.
Specific-Purpose Transfers digunakan untuk program atau kegiatan yang dianggap penting
oleh pemerintah pusat namun kurang dianggap penting oleh daerah. Sehingga dimaksudkan
untuk memberikan insentif bagi pemerintah daerah untuk melakukan program atau kegiatan
tersebut. Terdiri dari: Nonmatching Transfers dan Matching Transfers. Nonmatching
transfers merupakan transfer yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah untuk menambah dana penyelenggaraan suatu jenis urusan tertentu tanpa
mempertimbangkan bahwa Pemerintah Daerah telah/akan mengalokasikan dananya dalam
jumlah besar atau kecil. Matching Transfers merupakan transfer yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada daerah untuk menutup sebagian atau seluruh kekurangan
pembiayaan satu jenis urusan tertentu. Jadi disini, pemerintah daerah telah mengalokasikan
sejumlah dana dari pendapatan daerahnya untuk penyelenggaraan urusan tersebut. Transfer
ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni: Open-Ended Matching Grants dan Closed-Ended
Matching Grants. Transfer Open-Ended Matching Grants ditujukan untuk menutupi seluruh
kekurangan dana yang terjadi. Dengan kata lain, pemerintah daerah tidak ada memiliki
batasan dalam menyesuaikan dana transfer dari pemerintah pusat. Pada transfer ClosedEnded
Matching Grants terdapat batasan jumlah dana maksimum yang dapat digunakan. Hal ini
sangat disukai oleh Pemerintah Pusat, karena walaupun dana yang diberikan sesuai dengan
besar proyek, namun setelah besarnya biaya proyek melampaui jumlah tertentu, pemberi
bantuan dapat mencukupkan bantuannya.

Transfer ke Daerah

Bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa
Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Dana
Transfer ke Daerah dialokasikan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara
pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah,
mengurangi kesenjangan layanan publik antar daerah, mendanai pelaksanaan otonomi khusus
dan keistimewaan daerah. Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden,
dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna
Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.

PRINSIP UMUM

Transfer ke Daerah meliputi Transfer Dana Perimbangan dan Transfer Dana Otonomi Khusus
dan Penyesuaian.

Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi,
dengan memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Prinsip Kebijakan Perimbangan
Keuangan yaitu :

a. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan


subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah;
b. Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal;
c. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan
suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan


Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah. Jumlah dana perimbangan ditetapkan
disetiap tahun anggaran dalam pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Dana Perimbangan terdiri dari : Dana Bagi Hasil DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK). Pengawasan atas pelaksanaan Dana Perimbangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sebelum ditetapkannya Rekening Kas Umum Negara dan
Rekening Kas Umum Daerah, penyaluran Dana Perimbangan dilakukan melalui Rekening
Bendaharawan Umum Negara/Kas Negara ke Rekening Kas Daerah.

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Komponen Transfer ke Daerah lainnya


adalah Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan di luar UU Perimbangan Keuangan, antara lain meliputi: (a) UU Nomor 35 Tahun
2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang; (b) UU
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, (c) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; serta (d) PP Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi
Guru dan Dosen.

Dana Otonomi Khusus (Otsus) Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan
untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam
UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi
undang-undang dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Ruang Lingkup:
(a) Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (b) Dana Otonomi
Khusus bagi Provinsi Aceh; dan (c) dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Formula dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus:

a. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
adalah setara 2 persen dari pagu DAU nasional selama 20 tahun, yang
penggunaannya terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan;
b. Formula Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Aceh adalah setara 2 persen dari
pagu DAU nasional selama 15 tahun, untuk tahun ke-16 hingga ke-20 menjadi
sebesar 1 persen dari pagu DAU nasional, yang penggunaannya ditujukan untuk
membiayai pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,
pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan
pendidikan, sosial, dan kesehatan; serta
c. Besaran dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi Papua dan Papua
Barat ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan provinsi tersebut,
yang penggunaannya ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.

Faktor-faktor Penentu Dana Otonomi Khusus, antara lain meliputi: (a) untuk Dana Otsus bagi
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Aceh
sangat bergantung pada besaran DAU; dan (b) dana tambahan untuk pembangunan
infrastruktur tergantung pada Kemampuan Keuangan Negara dan hasil kesepakatan antara
Pemerintah dan DPR dengan mempertimbangkan usulan provinsi tersebut.

Stakeholders Penentu Dana Otonomi Khusus, antara lain Kementerian Keuangan,


Kementerian Dalam Negeri, DPR, dan Provinsi-provinsi terkait dengan Dana Otonomi
Khusus.

PELAKSANAAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan anggaran Transfer ke Daerah, Direktur Jenderal


Perimbangan Keuangan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sebagai perintah
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah yang
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas
Negara. Berdasarkan SPM sebagaimana dimaksud Direktur Jenderal Perbendaharaan atas
nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pemerintah
Daerah menyampaikan konfirmasi tanda terima Transfer ke Daerah kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat lima hari kerja setelah Transfer Ke Daerah tersebut
diterima.

PENYALURAN TRANSFER KE DAERAH

Dalam rangka penyaluran Transfer ke Daerah, Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara


Umum

Daerah membuka rekening pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum dengan nama Rekening
Kas Umum Daerah. Penyaluran Transfer ke Daerah dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
Penyaluran DBH PBB dan DBH BPHTB:

1. Penyaluran DBH PBB dan DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi


penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran berjalan.
2. Penyaluran DBH PBB dan DBH BPTHB bagian daerah dilaksanakan secara
mingguan.
3. Penyaluran DBH PBB bagian pemerintah yang dibagikan secara merata kepada
seluruh kabupaten dan kota, dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu bulan April,
bulan Agustus, dan bulan November tahun anggaran berjalan.
4. Penyaluran DBH PBB bagian pemerintah yang dibagikan sebagai insentif kepada
kabupaten dan/kota dilaksanakan dalam bulan November tahun anggaran berjalan.
5. Penyaluran DBH BPTHB bagian pemerintah yang dialokasikan dengan porsi yang
sama besar
6. untuk seluruh kabupaten dan kota, dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu bulan
April, bulan
7. Agustus, dan bulan November tahun anggaran berjalan.
8. Penyaluran Biaya Pemungutan PBB bagian daerah dilaksanakan secara bulanan.
Penyaluran

DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21:

 Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan
prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran
berjalan.
 Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 bagian daerah dilaksanakan
secara triwulanan, dengan rincian sebagai berikut: Penyaluran triwulan I sampai
dengan triwulan III masing-masing sebesar 20% dari alokasi sementara dan
Penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pembagian definitif dengan
jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan I sampai dengan triwulan III.
Penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Penyaluran Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau diatur sesuai peraturan perundang-undangan.

PENYALURAN DBH SDA

1. Penyaluran DBH SDA dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan sumber daya


alam tahun anggaran berjalan secara triwulanan.
2. Penyaluran DBH SDA triwulan I dan triwulan II masing-masing dilaksanakan sebesar
20% dari pagu perkiraan alokasi.
3. Penyaluran triwulan III didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan DBH SDA
sampai
4. dengan triwulan III dengan realisasi penyaluran triwulan I dan triwulan II.
5. Penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan DBH
SDA sampai dengan triwulan IV dengan realisasi penyaluran triwulan I, triwulan II,
dan triwulan III.
6. Penyaluran DBH SDA untuk triwulan III dan IV dilaksanakan berdasarkan
perhitungan melalui
7. mekanisme rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dengan daerah penghasil,
kecuali DBH SDA Perikanan.

PENYALURAN DAU

Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 dari besaran alokasi
masing-masing daerah.

PENYALURAN DAK

Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) dilaksanakan secara bertahap:

1. Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan setelah peraturan daerah
mengenai APBD diterima oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, paling
cepat dilaksanakan pada bulan Februari.
2. Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat- lambatnya 15 hari
kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I, diterima oleh Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
3. Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II, diterima oleh Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
4. Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari
kerja setelah
5. laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III, diterima oleh Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.Laporan penyerapan penggunaan DAK disampaikan setelah
penggunaan DAK telah mencapai 90% dari penerimaan DAK sampai dengan tahap
sebelumnya. Laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III diterima selambat-
lambatnya ada tanggal 15 Desember tahun berjalan. Laporan disusun dengan
menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008. Laporan wajib disertai dengan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2008.

Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh. Penyaluran Dana
Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh dilaksanakan secara bertahap:

a. Tahap I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 15% dari alokasi.


b. Tahap II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dari alokasi. Tahap III
dilaksanakan pada bulan September sebesar 40% dari alokasi. Tahap IV dilaksanakan
pada bulan November sebesar 15% dari alokasi.

Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh Tahap II, III, dan IV
dilaksanakan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri. Penyaluran
Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat
Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua dan Papua
Barat dilaksanakan secara bertahap setelah Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
mendapatkan surat hasil rekonsiliasi kegiatan antara departemen teknis bersama dengan
Provinsi Papua dan Papua Barat yang disampaikan oleh departemen teknis, dengan rincian
sebagai berikut:

1. Tahap I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 15% dari alokasi

2. Tahap II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dari alokasi

3. Tahap III dilaksanakan pada bulan September sebesar 40% dari alokasi

4. Tahap IV dilaksanakan pada bulan November sebesar 15% dari alokasi.

PENYAMPAIAN REKENING KAS UMUM DAERAH

Dalam rangka penyaluran Transfer ke Daerah, setiap tahun anggaran selambat-lambatnya


pada minggu pertama bulan Desember sebelum tahun anggaran dimulai, pemerintah daerah
wajib menyampaikan nomor rekening, nama rekening dan nama bank kepada Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan yang dilampiri dengan:
1. Asli rekening koran dari Rekening Kas Umum Daerah
2. Copy keputusan kepala daerah mengenai penunjukkan/penetapan pejabat Bendahara
Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah yang disahkan oleh kepala daerah.
PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN TRANSFER KE DAERAH

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan penatausahaan, akuntansi dan


pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran Transfer ke Daerah. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan menyusun laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

PENENTUAN ALOKASI TKDD

Penentuan alokasi TKDD yang akan diterima oleh setiap daerah ditentukan oleh 3 hal sebagai
berikut:

1. Berdasarkan Formula (By Formula)


Sebagian besar pengalokasian TKDD dilakukan berdasarkan formula. Untuk
mendukung hal tersebut, diperlukan data dasar sebagai sumber/input untuk dilakukan
perhitungan alokasi. Daerah tidak bisa melakukan pengurusan/lobi untuk menaikan
jumlah alokasi yang akan diterimanya. Daerah hanya bisa memastikan bahwa data
yang ada sudah benar dan valid. Oleh sebab itu, diperlukan rekonsiliasi data
khususnya dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di daerah masing-masing, karena data
yang biasa digunakan dalam perhitungan berasal dari lembaga resmi yang ditunjuk
pemerintah dalam mengeluarkan data. Jenis alokasi TKDD yang menggunakan
formula antara lain: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
kecuali yang berdasarkan usulan/proposal, Dana Desa.
2. Berdasarkan Daerah Penghasil (By Origin)
Daerah yang telah diberikan oleh Tuhan kekayaan alam berupa sumber daya alam
maka daerah tersebut akan mendapatkan kembali dalam bentuk bagi hasil apabila ada
penerimaan negaranya. Dana Bagi Hasil (DBH) diberikan kembali ke daerah
penghasil dalam rangka mengatasi ketimpangan vertical (vertical imbalance) karena
daerah penghasil mendapatkan eksternalitas sebagai dampak dari eksploitasi sumber
daya alam tersebut. Daerah yang tidak memiliki sumber daya alam akan diberikan
oleh pemerintah dalam bentuk DAU yang mana berfungsi sebagai horizontal
imbalance
3. Berdasarkan Kinerja (By Performance)
TKDD yang alokasinya ke daerah berdasarkan performance atau kinerja adalah Dana
Insentif Daerah (DID). Setiap daerah memiliki kesempatan yang sama dan berupaya
untuk mendapatkan insentif ini sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Daerah
dengan kinerja yang baik, salah satunya terkait pengelolaan keuangannya maka akan
mendapatkan insentif dalam bentuk alokasi dana, sebaliknya daerah yang kinerja
kurang baik maka tidak akan mendapatkannya.
BAB III PENUTUP
a. Simpulan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) adalah bagian dari Belanja Negara dalam
rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal. TKDD terdiri dari Dana Perimbangan,
Dana Insentif Daerah (DID), Dana Otonomi Khusus (Otsus), dan Dana Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta serta Dana Desa. Setiap tahun Pemerintah bersama DPR melakukan
pembahasan dan penetapan besaran alokasi TKDD per daerah. Semua daerah di akhir bulan
Oktober setiap tahun selalu menunggu dengan sedikit berharap agar alokasi yang akan
diterima untuk tahun depan lebih besar dari tahun sebelumnya.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi
kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah
Daerah. Jumlah dana perimbangan ditetapkan disetiap tahun anggaran dalam pendapatan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dana Perimbangan terdiri dari : Dana Bagi
Hasil DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dana Otonomi Khusus (Otsus) Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan
untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam
UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi
undang-undang dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Ruang Lingkup:
(a) Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (b) Dana Otonomi
Khusus bagi Provinsi Aceh; dan (c) dana tambahan untuk pembangunan infrastruktur bagi
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

b. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Daftar pustaka

“MEMAHAMI DANA TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA”oleh Irfan SofI,


DJPK Kemenkeu.go id diakses tanggal 29 Mei 2021 pada
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/memahami-dana-transfer-ke-daerah-
dan-dana-desa/

“MEKANISME PENYALURAN DANA PERIMBANGAN BERDASARKAN


PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN” diakses tanggal 29 Mei 2021
pada https://aceh.bpk.go.id/wp-content/uploads/2019/11/Tulisan-Hukum-Tentang-Dana-
Perimbangan.pdf
“Transfer Pusat dan Upaya Pendapatan Asli Daerah” oleh Mertasari Kartika diakses tanggal
29 Mei 2021 pada https://media.neliti.com/media/publications/10528-ID-transfer-pusat-dan-
upaya-pendapatan-asli-daerah-studi-kasus-kabupatenkota-di-kal.pdf

“DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN” diakses tanggal 29 Mei 2021 pada
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-266.pdf

“MENAKAR OTONOMI DAERAH DENGAN DANATRANSFER” oleh humas UMJA diakses tanggal 29
Mei 2021 pada https://www.unja.ac.id/2020/11/02/menakar-otonomi-daerah-dengan-dana-
transfer

Anda mungkin juga menyukai