Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Rachma Ersa Winanda

Kelas : 5 Akuntansi Keuangan


NPM : 20130310053

ANGGARAN DAN DANA PERIMBANGAN

ANGGARAN

DANA PERIMBANGAN
Dana perimbangan adalah alokasi dana yang berasal dari pemasukan APBN, dana perimbangan
ini nantinya akan dialirkan pada wilayah otonom. Tujuan dari pemberian dana perimbangan
sendiri adalah untuk dipakai oleh daerah dalam rangka memenuhi program desentralisasi di
daerah tersebut. Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), serta Dana Bagi Hasil (DBH).

1. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pemasukan APBN yang
dialokasikan untuk provinsi serta kabupaten/ kota dengan proporsi sesuai dengan
kewenangan yang sudah ditentukan pemerintah daerah.

Dana Alokasi Umum ini merupakan salah satu bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) untuk belanja daerah otonom dan menjadi bagian dari pendapatan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dana yang bersumber dari APBN bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
masing-masing daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.

Tujuan dan Kategori Dari Dana Alokasi Umum (DAU)

Sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan, Dana Alokasi Umum mempunyai beberapa
tujuan sebagai berikut:

 Dana Alokasi Umum memiliki tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan di setiap daerah
dalam rangka membiayai berbagai kebutuhan di daerah tersebut.
 Untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah
pusat dan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, semuanya telh diatur dalam UU no. 33
tahun 2004.
 Tidak hanya itu, Dana Alokasi Umum juga memiliki tujuan utama untuk mengurangi
kesenjangan fiskal di setiap daerah.
Selain memiliki tujuan yang sudah disebutkan di atas, Dana Alokasi Umum juga mempunyai
fungsi untuk transfer dari pusat ke daerah yang paling tepat dalam melaksanakan pemerataan
secara horizontal. Untuk kategorinya, Dana Alokasi Umum terdiri dari

 Dana Alokasi Umum Untuk Wilayah Provinsi


 Dana Alokasi Umum Untuk Wilayah Kota/Kabupaten

Langkah awal dalam mekanisme pengalokasian Dana Alokasi Umum adalah melalui Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD). DPOP akan memberikan pertimbangan tentang
rancangan formula kebijakan serta perhitungan Dana Alokasi Umum kepada Presiden terlebih
dahulu sebelum disampaikannya Nota Keuangan dan RAPBN di tahun berikutnya. Selanjutnya,
Menteri Keuangan akan melakukan perumusan terhadap formula dan perhitungan Dana Alokasi
Umum dengan memperhatikan DPOD yang sudah dibuat sebelumnya.

Fungsi Dana Alokasi Umum dalam Meningkatkan Sarana dan Prasarana Sekolah di Indonesia

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan semangat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,
Dana Alokasi Umum dialokasikan pada bidang Pendidikan. Selanjutnya, Dana Alokasi Umum
tersebut digunakan untuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah. Oleh karena itu, ini
merupakan peluang besar bagi UKM yang bergerak di bidang pendidikan yang ingin
mengembangkan skala usahanya.

2. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari pemasukan APBN yang
dialokasikan untuk daerah tertentu. Dana ini bertujuan untuk pendanaan aktivitas khusus daerah
tertentu yang sesuai dengan prioritas nasional.

Anggaran tersebut biasanya digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana kesehatan, serta
obat dan perbekalan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan di pelayanan kesehatan dasar. Pengadaan infrastruktur kesehatan, meliputi:

 Pengembangan Puskesmas
 Pembangunan Puskesmas Keperawatan
 Pembangunan Pos Kesehatan
 Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan
 Pengadaan kendaraan roda dua untuk bidan desa

Pelayanan kesehatan rujukan dapat digunakan untuk meningkatkan fasilitas rumah sakit provinsi,
kabupaten/kota, meliputi:

 Peningkatan fasilitas tempat tidur rumah sakit kelas III


 Pemenuhan peralatan transfusi darah rumah sakit dan bank darah rumah sakit
 Peningkatan fasilitas gawat darurat rumah sakit
 Peningkatan fasilitas dan pengadaan alat kesehatan untuk program pelayanan kegawatdaruratan
obstetri neonatal komprehensif di rumah sakit
 Pengadaan alat pemeriksaan biakan TBC di provinsi

Untuk kabupaten/kota, Dana Alokasi Khusus digunakan untuk dua kegiatan, yaitu pemenuhan
pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Untuk pemenuhan kesehatan dasar, Dana Alokasi
Khusus diberikan kepada 405 kabupaten/kota dengan total anggaran Rp1,22 triliun, sedangkan
untuk obat-obatan dan perbekalan kesehatan diberikan kepada 378 kabupaten/kota dengan total
anggaran Rp. 1 triliun.

3. Dana Bagi Hasil (DBH)

ana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pemasukan APBN yang dialokasikan
kepada daerah sesuai dengan persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.

Kebijakan pelaksanaan alokasi DBH tahun 2012 mengacu pada ketentuan yang diatur dalam UU
No. 33 Tahun 2004, UU No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua telah menjadi
undang-undang, dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentangPerubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, serta Peraturan Pemerintah Nomor 55 2005
tentang Dana Perimbangan.

Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH SDA, dengan rincian sebagai berikut:

Dana Bagi Hasil dari Pajak, yang meliputi:

 DBH PPh Pasal 25 WPOPDN dan PPh Pasal 21.


 DBH Pajak Bumi dan Bangunan (DBH PBB).
 DBH Cukai Hasil Tembakau.

Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam, yang meliputi:

 DBH Pertambangan Minyak Bumi.


 DBH Pertambangan Gas Bumi.
 DBH Pertambangan Umum.
 DBH Kehutanan
 DBH Perikanan.
 Pertambangan Panas Bumi DBH.
Perhitungan Dana Bagi Hasil disusun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan UU No.
39/2007 tentang Perubahan UU 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

Alokasi Dana Perimbangan

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Provinsi adalah sebesar 90% dari Dana Alokasi Umum
Nasional. Sementara itu, Dana Alokasi Umum untuk Kabupaten/Kota adalah sebanyak 10%.
Untuk Dana Alokasi Umum Nasional dialokasikan paling sedikit 26% dari total netto pendapatan
dalam negeri.

Cara mengetahui neto pendapatan dalam negeri adalah dengan menghitung selisih antara
pendapatan dalam negeri dengan bagi hasil dari pemerintahan pusat ke daerah yang sudah diatur
dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah 55 Tahun 2005.

Dana Alokasi Khusus

Untuk Dana Alokasi Khusus (DAK), terdapat kriteria tertentu yang harus dipenuhi untuk proses
pengalokasian dana yang satu ini. Sebelum mengalokasikan Dana Alokasi Khusus, pemerintah
pusat terlebih dahulu akan melihat kemampuan keuangan suatu daerah tersebut. Lalu, ada
kriteria khusus yang juga harus dipenuhi, kriteria ini mengacu pada peraturan penyelenggaraan
otonomi khusus dari peraturan perundang-undangan.

da satu kriteria lagi yang harus dipenuhi dalam Dana Alokasi Khusus yang disebut kriteria
teknis, kriteria ini dibuat dengan mengacu pada indikator kondisi sarana serta prasarana daerah
tersebut. Selain itu, ada juga pengamatan teknis tentang pencapaian yang sudah didapat dari
penggunaan Dana Alokasi Khusus di daerah tersebut sebelumnya.

Ada 19 sektor yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus, sector itu adalah:

 Pendidikan
 Kesehatan
 Pertanian
 Lingkungan hidup
 Kehutanan
 Keluarga berencana
 Kelautan dan perikanan
 Perdagangan
 Perumahan dan permukiman
 Sarana dan prasarana kawasan perbatasan
 Prasarana pemerintah
 Infrastruktur Jalan
 Infrastruktur irigasi
 Infrastruktur air minum
 Infrastruktur sanitasi
 Sarana dan prasarana daerah tertinggal
 Listrik pedesaan
 Transportasi perdesaan
 Keselamatan transportasi darat
 Untuk Dana Bagi Hasil (DBH), akan ada 3 jenis berbeda yang dibagi dalam alokasinya.
Dana Bagi Hasil dari PBB akan dibagi 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
pemerintah daerah. Bagian 10% milik pemerintah pusat ini nantinya akan dialokasikan
kembali ke Kabupaten/Kota. Pembagiannya adalah Kabupaten/Kota akan menerima 6,5%
yang dibagi secara merata. Lalu 3,5% lagi akan dibagi dalam bentuk insentif kepada
Kabupaten/Kota yang sebelumnya telah mencapai atau bahkan melampaui rencana
penerimaan anggaran.
 Persentase 90% yang diterima daerah juga masih akan dibagi lagi nantinya. 16,2% dari
dana tersebut akan diberikan kepada Provinsi, lalu 64,8% untuk Kabupaten/Kota dari
daerah tersebut, serta 9% sisanya akan diambil sebagai biaya pemungutan.
 Alokasi berikutnya adalah Dana Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB). Untuk pembagiannya, 80% dari dana ini akan diterima oleh daerah
dan 20% sisanya akan diterima pusat. Dari 80% dana yang diterima daerah, akan dibagi
lagi sebanyak 16% untuk Provinsi dan 64% sisanya untuk Kabupaten/Kota daerah
tersebut.
 Terakhir, ada Dana Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri (disingkat PPh WPOPDN). Pendapatan yang berasal dari Pajak Penghasilan ini
akan dibagi untuk pusat sebanyak 80% dan 20% sisanya untuk daerah. Sebanyak 8% dari
20% dana tersebut akan diberikan untuk Provinsi, sementara 12% sisanya diberikan pada
Kabupaten/Kota.
 Dari total 12% yang diterima Kabupaten/Kota, akan dibagi kembali sebanyak 8,4% untuk
diberikan bagi Kabupaten/Kota yang memiliki wajib pajak yang terdaftar secara
bersangkutan. Sementara 3,6% sisanya akan dibagikan secara merata untuk seluruh
Kabupaten/Kota yang ada di dalam Provinsi tersebut.

Tujuan Dana Perimbangan


Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah, serta mendukung kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
otonomi kepala daerah, meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melihat hal tersebut, pajak rakyat Indonesia sangat mempengaruhi besaran dana yang
dialokasikan kepada Pemerintah dan Daerah, termasuk kabupaten atau kota di dalam daerah
yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai