Anda di halaman 1dari 16

Belanja Negara terbagi menjadi dua bagian yaitu :

Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi

dan

tugas

pembantuan).

Belanja

Pemerintah

Pusat

dapat

dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,


Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah,
Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.

Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk


kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah
meliputi:

Dana Bagi Hasil ( DBH)

Dana Alokasi Umum(DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Otonomi Khusus(DOK)

Keterangan:

Dana Bagi Hasil


Dana bagi hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Secara garis besar DBH terdiri dari DBH Perpajakan
dan DBH sumber daya alam (SDA)

DBH Perpajakan

a.

Pajak bumi dan bangunan (PBB)


Penerimaan negara dari pajak bumi dan bangunan dengan imbalan 10% untuk pemerintah

pusat dan 90% untuk daerah., Secara lebih terperinci alokasi anggaran untuk daerah :

16,2% untuk provinsi yang bersangkutan

64,8% untuk kabupaten/ kota yang bersangkutan

9% untuk biaya pemungutan

b.

BPHTB ( Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)


Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbalan 20% untuk pemerintah pusat dan 80%

untuk daerah.secara rinci alokasi anggaran untuk daerah :

16% untuk provinsi yang bersangkutan

64 % untuk Kabupaten / kota


Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam:

a.

Minyak Bumi
Imbangan pembagian antara Pemerintah (Pemerintah Pusat) dan Pemerintah

Daerah :

84,5 % (delapan puluh empat koma lima persen) untuk Pemerintah.

15,5 % (lima belas koma lima persen) untuk Pemerintah Daerah.

Dana Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi sebesar 15% (lima belas persen) yang menjadi
bagian daerah Kabupaten/Kota sebagai daerah penghasil dibagi dengan imbangan :

3 % (tiga persen) untuk Provinsi.

6 % (enam persen) untuk Kabupaten/Kota Penghasil.

6 % (enam persen) untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam satu Provinsi.


Untuk bagian pendidikan sebesar 0,5 % dibagi dengan rincian sebagai berikut:

0,1 % (satu persepuluh persenn) untuk Provinsi yang bersangkutan.0,2 %


(dua persepuluh persen ) untuk Kabupaten/Kota penghasil.

0,2 % (dua persepuluh persen) untuk seluruh Kabupaten/Kota lain


dalam wilayah Provinsi bersangkutan.

Sedangkan DBH Pertambangan Minyak Bumi sebesar 15,5%(lima belas koma


lima

persen) yang Provinsi sebagai daerah penghasil DBH pertambangan Minyak Bumi

15% dibagi dengan rincian sebagai berikut :

5% (lima persen) untuk dibagikan Provinsi sebagai penghasil.

10% (sepuluh persen) dibagikan untuk seluruh Kabupaten/Kota


dalam Provinsi bersangkutan.
Untuk bagian pendidikan sebesar 0,5% dari Provinsi sebagai penghasil dengan
rincian sebagai berikut :

0,17% (tujuh belas perseratus persen) untuk Provinsi yang besangkutan.

0,33%

(tiga

puluh

tiga

perseratus

persen)

dibagi

untuk

seluruh

Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang bersangkutan.

69,5% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah.

30,5 % (tiga puluh koma lima persen) untuk Pemerintah Daerah.


30 (tiga puluh persen) yang menjadi bagian daerah Kabupaten/Kota penghasil dibagi

dengan imbangan :

6 % (enam persen) untuk Provinsi.

12 % (dua belas persen) untuk Kabupaten/Kota Penghasil.

12% (dua belas persen) untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam satu Provinsi.

Untuk bagian pendidikan sebesar 0,5 % dibagi dengan rincian sebagai berikut :

0,1% (satu persepuluh persen) untuk Provinsi yang bersangkutan.

0,2% (dua persepuluh persen ) untuk Kabupaten/Kota penghasil.

0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruh Kabupaten/Kota lain dalam wilayah Propinsi
bersangkutan.

Sedangkan DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30,5% (tiga puluh koma
lima persen) Provinsi sebagai daerah penghasil dengan rincian sebagai
berikut.DBH pertambangan Gas Bumi 30% dibagi dengan rincian sebagai berikut
:

10% (sepuluh persen) untuk dibagikan Provinsi penghasil.

20%(dua puluh persen) dibagikan untuk seluruh Kabupaten/Kota dalam Provinsi


bersangkutan.
Untuk bagian pendidikan sebesar 0,5 % dari Wilayah
Provinsi sebagai penghasil dibagi dengan rincian sebagai berikut:

0,17% (tujuh belas perseratus persen) untuk Provinsi penghasil

0,33% (tiga puluh tiga perseratus) dibagi untuk seluruh Kabupaten/Kota dalam
Provinsi yang bersangkutan.

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum ( DAU ) merupakan salah satu transfer dana pemerintah

kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antara daerah untuk mendanai kebutuhan derah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada
daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Alokasi DAU

1.

DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/ kota.

2.

Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri


( PDN ) Netto yang ditetapkan dalam APBN.

3.

Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten / kota ditetapkan
sesuai dengan imbangan kewenangan antar provinsi dan kabupaten /kota.

Formulasi DAU

1. Formula DAU
Formulasi DAU menggunakan pendekatan celah fiskal yaitu selisih antara kebutuhan
fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah
gaji PNS daerah.

Rumus Formula DAU


DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)
Keteranggan
AD = Gaji PNS Daerah
CF

= Kebutuhan Fiskal - Kapasitas fiskal

Komponen variabel kebutuhan fiskal yang digunakan untuk pendekatah


perhitungan kebutuhan daerah terdiri dari : jumlah penduduk, luas wilayan,
indeks pembangunan manusia, indeks kemahalan kontruksi , dan produk
domestik regional bruto perkapita.
2. Metode Perhitungan DAU
a. Alokasi Dasar ( AD )
Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji pegawai negeri sipil
daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pikok dan tunjangantunjanagan yang melekat sesuai denagn peraturan penggajian PNS yang
berlaku
b. Celah Fiskal ( CF )
Untuk mendapatkan alokasi berdasarkan celah fiskal suatu daerah dihung
dengan mengalihkan bobot celah fiskal daerah bersangkutan ( CF daerah
dibagi dengan total CF nasional) denagn alokasi DAU CF nasional. Untuk CF
suatu daerah dihitung berdasarkan selisih antara KbF dengan KpF.

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan derah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.

Arah Kegiatan Dana Alokasi Khusus

1. DAK Bidang Pendidikan


2. DAK Bidang Kesehatan
3. DAK Bidang Infrastruktur Jalan
4. DAK Bidang Infrastruktur Irigasi
5. DAK Bidang Infrastruktur Air Minum
6. DAK Bidang Infrastruktur Sanitasi
7. DAK Bidang Prasarana dan Pemerintahan Desa
8. DAK Bidang Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
9. DAK Bidang Kelautan dan Perikanan
10.

DAK Bidang Keluarga Berencana

11.DAK Bidang Kehutanan


12.

DAK Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal

13.

DAK Bidang Sarna Perdagangan

14.

DAK Bidang Energi Pedesaan

15.

DAK Bidang Perumahan dan Pemukiman

16.

DAK Bidang Keselamatan Transportasi

Dana Pendampingan

Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendampingan sekurang-kurangnya


10% dari nilai DAK yang diterimannya untuk mendanai Kegiatan fisik. Dana Pendampingan
tersebut wajib dianggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan.

Dana Otonomi Khusus.


Dana Otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai
pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, seperti yang ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, dan penyesiuaian
untuk beberapa daerah tertentu yang menerima DAU lebih kecil dari Tahun Anggaran
sebelumnya, serta untuk membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan pemerintah
pusat. Dana Otonomi Khusus dihitung atas dasar presentase yang besarnya setara
dengan 2% dari Platfon DAU Nasional yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara ( APBN ) tiap tahunnya.
Dana Otonomi Khusus Terdiri dari :

1. Dana Otonomi Khusus Papua


2. Dana Otonomi Khusus Papua Barat
3. Dana Otonomi Khusus Aceh
4. Dana Tambahan Infrastruktur Papua
5. Dana Tambahan Infrastruktur Papua Barat
6. Dana Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (yang perlu digaris bawahi
bahwa DIY bukan seutuhnya berupa otonomi Khusus)
Penyaluran Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat, dan Aceh dilaksanakan
secara bertahap :
1. Tahap I dilaksanakan pada bulan maret sebesar 15% dari alokasi.
2. Tahap II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dari alokasi.
3. Tahap III dilaksanakan pada bulan september sebesar 40% dari alokasi

4. Tahap IV dilaksanakan pada bulan November sebesar 15% dari alokasi


Penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Papua dan
Papua Barat dilaksanakan secara bertahap stelah Direktur Jendral Perimbangan Keuanagn
mendapatkan surat rekonsiliasi kegiatan antara Departemen Teknis bersama dengan
Provinsi Papua dan Papua Barat yang disampaikan oleh Departemen Teknis, dengan rincian
sebagai berikut.
1. Tahap I dilaksanakan pada bulan maret sebesar 15% dari alokasi
2. Tahap II dilaksanakan pada bulan juni sebesar 30% dari alokasi
3. Tahap III dilaksanakan pada bulan september sebesar 40% dari

alokasi.

4. Tahap IV dilaksanakan pada bulan November sebesar 15% dari

alokasi.

Dana Penyesuaian

Dana Penyesuaian adalah Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan untuk mendukung program/ kebijakan tertentu pemerintah yang berdasarkan
peraturan Perundang-Undangan kegiatannya sudah menjadi urusan daerah.
Dana Penyesuaian terdiri dari
1.

Dana Peningkatan Kualitas Pendidikan

2.

Tunjangan profesi guru PNS Daerah

3.

Dana Tambahan Penghasilan guru PNS Daerah

4.

Bantuan Operasional Sekolan

5.

Dana Insentif Daerah

6.

Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi.


Fungsi APBN :

Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan untuk
pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan, jalan, dan taman
umum.

Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk
kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.

Fungsi stabilisasi, yaitu APBN berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan
pengeluaran keuangan negara teratur. Jika pendapatan dipakai sesuai dengan yang di
terapkan, APBN berfungsi sebagai stabilisator

Sumber-sumber Penerimaan Negara

Penerimaan Dalam Negeri


a. Pajak
Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah)
terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat
dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya.
Jenis pajak di Indonesia:

Pajak Pusat:

Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud
dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian
maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya.

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi,
perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang KenaPajak tertentu yang


tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah adalah:
a.

Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau

b.

Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau

c.

Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan


tinggi; atau

d.

Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau

e.

Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta


mengganggu ketertiban masyarakat.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah
dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh
realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten/Kota.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(BPHTB)

Adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan

Bea masuk & Cukai

Pajak Penghasilan dari Minyak Gas

Pajak Penghasilan Non Minyak Gas

Dan lain-lain

Pajak Daerah:

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

Pajak Reklame

Pajak Hiburan

Pajak Bahan Bakar

b. Retribusi
Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh daerah
berdasarkan peraturan daerah (pemungutannya dapat dipaksakan) di
mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya.
Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan
perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang sekolah, dll

Retribusi daerah dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan,


yaitu retribusi jasa umum,retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan
tertentu.
1. Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum


dimanfaatkan secara optimal dan atau,
b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum dapat disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.

3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan


tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.

c.

Keuntungan BUMN/BUMD
Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian laba
yang diperoleh BUMN. Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah
sebagai pemilik BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD.

d.

Denda dan Sita


Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik masyarakat,

apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar


peraturan pemerintah. Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan
peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas
hutang yang tidak tertagih, dll
e.

Pencetakan Uang
Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka menutup

defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah.

Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat,
agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi
f.

Pinjaman
Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang
dilakukan apabila terjadi defisit anggaran. Pinjaman pemerintah dikemudian hari
akan menjadi beban pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali,
berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar
negeri. Sumber pinjaman bisa berasal dari pemerintah, institusi perbankan,
institusi non bank, maupun individu

g.

Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah


Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu,

institusi, atau pemerintah. Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh dari
dalam maupun luar negeri. Dan tidak ada kewajiban pemerintah untuk
mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan, hadiah, dan hibah
bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung
kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah.
h.

Penyelenggaraan Undian Berhadiah


Pemerintah

dapat

menyelenggarakan

undian

berhadiah

dengan

menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara. Jumlah yang diterima


pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan
biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan. Banyak negara
menyelenggarakan undian berhadiah, seperti Amerika Serikat, Kanada,
Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah).

Penerimaan Luar Negeri


a. Pinjaman program
Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan pinjaman luar negeri
yang segera dapat dicairkan.
b.Pinjaman proyek

Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari reaksi komitmen


pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya.

E. Jenis-jenis Penerimaan Pemerintah


Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan negara dibedakan menjadi:
1)

Penerimaan Pemerintah Pusat


a) Penerimaan Pembiayaan

Pinjaman sektor Perbankan

Pinjaman luar negeri

Penjualan Obligasi Pemerintah

Privatisasi BUMN

Penjualan aset pemerintah

b) Penerimaan Negara dan Hibah

Penerimaan Dalam Negeri

Penerimaan perpajakan

Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP)

Bagian laba BUMN

Lain-lain penerimaan yang sah

Penerimaan Luar Negeri

Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan pinjaman luar


negeri yang segera dapat dicairkan.

Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari reaksi


komitmen pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya.

2)

Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian laba BUMD

PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah,


pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.

Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:

Bagian daerah dari PBB dan BPHTB ( Bea perolehan hak atas
tanah & bangunan)

Bagian

daerah

dari

Pajak

Penghasilan

Perseorangan/Pribadi

Bagian daerah dari Sumber daya alam

Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum

Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:

Pinjaman dari Pemerintah Pusat

Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

Pinjaman dari BUMN/BUMD

Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank

Pinjaman dari Luar Negeri

Penjualan Aset Daerah

Penerbitan Obligasi Daerah

Wajib

Pajak

3)

Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Bagian laba BUMD

PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan
dana darurat, dan lain-lain pendapatan.

Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:

Bagian daerah dari PBB dan BPHTB

Bagian

daerah

dari

Pajak

Penghasilan

Perseorangan/Pribadi

Bagian daerah dari Sumber daya alam

Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum

Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:

Pinjaman dari Pemerintah Pusat

Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

Pinjaman dari BUMN/BUMD

Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank

Pinjaman dari Luar Negeri

Penjualan Aset Daerah

Penerbitan Obligasi Daerah

Wajib

Pajak

Anda mungkin juga menyukai