Anda di halaman 1dari 6

PAPER

MANAJEMEN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DOSEN PEMBIMBING :
SUPRIADI TAKWIM, ST., M. Eng

DISUSUN OLEH :
ADIMAS GILANG PRASETYO
F 231 21 034

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Penjelasan DAU dan DAK
2. Jelaskan 5 elemen kerja sama pemerintah dan swasta
3. Jelaskan tabel diatas persampahan
4. Jelaskan tipologi barang
5. Jelaskan penyediaan barang dan jasa
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DAU dan DAK
2.1.1 DAU (Dana Alokasi Umum)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah
ada dan tumbuh berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia.
Sebagai wujud pengakuan Negara terhadap Desa, khususnya dalam rangka
memperjelas fungsi dan kewenangan desa, serta memperkuat kedudukan desa dan
masyarakat desa sebagai subyek pembangunan, diperlukan kebijakan penataan dan
pengaturan mengenai desa yang diwujudkan dengan lahirnya UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Saat ini Pemerintah Indonesia melalui NAWACITA berkomitmen untuk
membangunan Indonesia dari pinggiran, di antaranya dengan meningkatkan
pembangunan di desa. Program Dana Des aini bukan hanya yang pertama di Indonesia,
namun juga yang pertama dan terbesar di seluruh dunia.
 DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana Perimbangan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan
dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum, dan Otonomi Khusus
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.07/2020 tentang perubahan atas
peraturan Menteri keuangan nomor 139/PMK.07/2019 tentang pengelolaan
dana bagi hasil Dana Alokasi Umum, dan dana otonomi khusus
4. Peraturan Menteri keuangan Nomor 86/PMK.07/2022 tentang perubahan kedua
atas peraturan Menteri keuangan nomor 139/PMK.07/2019 tentang pengelolaan
dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi Khusus
5. Peraturan Menteri keuangan nomor 121/PMK.07/2017 tentang tata cara
penyelesaian tunggakan pinjaman pemerintah daerah melalui pemotongan Dana
Alokasi Umum dan/atau dana bagi hasil
6. Peraturan Menteri keuangan Nomor 183/PMK.07/2017 tentang tata cara
penyelesaian tunggakan luran jaminan Kesehatan pemerintah daerah melalui
pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau dana bagi hasil
7. Peraturan Menteri keuangan Nomor 86/PMK.07/2018 tentang tata cara
pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau dana bagi hasil daerah pemberi
hibah/bantuan pendanaan yang tidak memenuhi kewajiban hibah/bantuan
pendanaan kepada daerah otonom baru
8. Peraturan Menteri keuangan nomor 166/PMK.07/2019 tentang Dana Alokasi
Umum tambahan bantuan pembayaran selisih perubahan luran jaminan
Kesehatan penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah daerah
9. Peraturan Menteri keuangan Nomor 207/PMK.07/2020 tentang tata cara
penundaan penyaluran dana transfer umum atas pemenuhan kewajiban
pemerintah daerah untuk mengalokasikan belanja wajib
10. Peraturan dirjen perimbangan keuangan Nomor PER1/PK/2019 tentang
perubahan atas peraturan direktur jenderal perimbangan keuangan Nomor Per-
2/Pk/2017 tentang pedoman teknis penyampaian data dan mekanisme
pembukaan rekening surat berharga pada sub-registry dalam rangka konversi
penyaluran dana bagi hasil dan/atau Dana Alokasi Umum dalam bentuk
nontunai.
 FORMULA DAN PENGHITUNGAN ALOKASI DAU
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) memberikan pertimbangan
atas rancangan kebijakan formula dan perhitungan DAU kepada Presiden sebelum
penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran berikutnya. Menteri
Keuangan kemudian melakukan perumusan formula dan penghitungan alokasi
DAU dengan memperhatikan pertimbangan DPOD dimaksud. Formula dan
perhitungan DAU disampaikan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan
RAPBN.
DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas
celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan
fiskal dankapasitas fiskal.
Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk,
luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per
kapita, danIndeks Pembangunan Manusia. Sedangkan kapasitas fiskal diukur
berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil. Alokasi dasar dihitung
berdasarkan jumlahgaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Data yang digunakan dalam penghitungan DAU diperoleh dari lembaga
statistik Pemerintah dan/atau lembaga Pemerintah yang berwenang menerbitkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal data dimaksud tidak tersedia,
maka data yang digunakan adalah data dasar penghitungan DAU tahun
sebelumnya.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh provinsi.
Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi yang
bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota dihitung berdasarkan
perkalian bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
kabupaten/kota. Bobot kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal
kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh kabupaten/kota.
Kebutuhan fiskal daerah dihitung berdasarkan perkalian antara total belanja
daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masing-masing bobot variabel
dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, Indeks Kemahalan
Konstruksi, Indeks Pembangunan Manusia, dan indeks Produk Domestik Regional
Bruto per kapita.
Kapasitas fiskal daerah merupakan penjumlahan dari Pendapatan Asli Daerah dan
DBH.
Kondisi penerimaan DAU berdasarkan nilai celah fiskal:

 Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0, menerima DAU
sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
 Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0, menerima DAU
sebesar alokasi dasar.
 Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih
kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah
diperhitungkan nilai celah fiskal.
 Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama
atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.
 Secara umum DAU terdiri dari:
1. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi
2. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota
 Rumusan Formulasi DAU
Persentase Pembagian DAU antara Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah 10%
dari total DAU Nasional dialokasikan kepada Provinsi dan 90% dari total DAU
Nasional dialokasikan kepada Kabupaten/Kota. Perhitungan besaran DAU secara
nasional adalah minimal 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto (PDN
Netto). PDN Netto adalah Pendapatan Dalam Negeri dikurangi dengan Bagi Hasil
yang diberikan Pusat kepada Daerah. Besaran alokasi DAU per daerah dihitung
menggunakan rumus/formulasi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.

Rumusan Formula DAU adalah sebagai berikut:

 DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)


 AD = Proyeksi Belanja Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dalam setahun
kedepan
 CF = Kebutuhan Fiskal (KbF) - Kapasitas Fiskal (KpF)
 KbF = Total Belanja Daerah (TBD) x (% Jumlah Penduduk) + (% Luas Wilayah) +
(% Invers Indeks Pembangunan Manusia (IPM)) + (% Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK)) + (% Pendapatan Domestik Regional Bruto)
 KpF = (% Pendapatan Asli Daerah) + (% Dana Bagi Hasil)

Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan


Keputusan Presiden. Setiap Provinsi/Kabupaten/Kota berhak menerima DAU
dengan besaran yang tidak sama. Daerah dimungkinkan mendapatkan DAU lebih
besar atau lebih kecil atau sama dengan DAU tahun sebelumnya. Bahkan di
beberapa daerah yang memiliki Kapasitas Fiskal sangat besar dimungkinkan untuk
tidak mendapat DAU (DAU = 0)

 RUMUSAN DAU UNTUK DAERAH OTONOM BARU (DOB)


Perhitungan besaran DAU untuk DOB adalah dengan membagi secara
proporsional DAU yang diterima oleh Daerah Induk (sebelum dimekarkan) dengan
DOB yang merupakan pecahan atau pemekarannya.
Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut: Proporsi Daerah dihitung
berdasarkan 3 data pokok yaitu:
1. Jumlah PNSD
2. Luas Wilayah dan
3. Jumlah Penduduk
Proporsi Daerah Induk + Proporsi DOB = Alokasi DAU Daerah Induk sebelum
dimekarkan
DAU untuk suatu daerah otonom baru dialokasikan setelah undang-undang
pembentukan disahkan. Penghitungan DAU untuk daerah otonom baru dilakukan
setelah tersedia data celah fiskal dan alokasi dasar untuk daerah baru tersebut. Dalam
hal data dimaksud tidak tersedia, maka penghitungan DAU dilakukan dengan
membagi secara proporsional dengan daerah induk. Dalam hal ini, penghitungan
menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai.
2.1.2 DAK (Dana Alokasi Khusus)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan salah satu dana transfer dari
pemerintah pusat yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus, baik fisik maupun nonfisik yang
merupakan urusan daerah.
 Dasar Hukum
1. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah; dan
2. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

 Jenis DAK
Dana Alokasi Khusus dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Dana Alokasi Khusus Fisik
Petunjuk teknis pengelolaan DAK Fisik diatur dalam Perpres No. 141 tahun
2018 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik.
2. Dana Alokasi Khusus Non Fisik
Petunjuk teknis pengelolaan DAK Non Fisik diatur dalam Permenkeu No.
48/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik.

Mekanisme Pengalokasian DAK

Anda mungkin juga menyukai