Anda di halaman 1dari 25

STRUKTUR APBD

DAN
KODE
REKENING
TAHUN 2014
1

PENGERTIAN APBD
RENCANA KEUANGAN TAHUNAN
PEMERINTAH
DAERAH
YANG
DISETUJUI
OLEH
DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

NO
A.

URAIAN

WAKTU

KETERANGAN

APBD

1.

Penyusunan RKPD

Akhir bulan Mei

2.

Penyampaian Rancangan
Kepala Daerah

3.

Awal bulan Juni

1 bulan

Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala


Daerah kepada DPRD

Pertengahan bulan Juni

3 minggu

4.

KUA disepakati
dengan DPRD

Minggu pertama bulan Juli

5.

Penyusunan Rancangan PPAS

6.

Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD

Minggu kedua bulan Juli

7.

PPAS disepakati antara Kepala Daerah


dengan DPRD

Akhir bulan Juli

8.

Penetapan Pedoman penyusunan


SKPD oleh Kepala Daerah

Awal bulan Agustus

1 minggu

9.

Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD

Minggu pertama bulan Oktober

2 bulan

10.

Pengambilan keputusan bersama DPRD


dan Kepala Daerah terhadap RAPBD

Paling lama 1 (satu) bulan sebelum


tahun
anggaran
yang
bersangkutan
(awal
bulan
Desember)

11.

Penetapan hasil evaluasi

15 hari kerja (pertengahan bulan


Desember)

12.

Penetapan Perda tentang APBD & Raper


KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai
hasil evaluasi

Akhir Desember (31 Desember)

antara

KUA

Kepala

kepada

Daerah

1 minggu

RKA-

3 minggu

NO

URAIAN

WAKTU

13.

Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi

14.

Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi

15.

Penghentian dan pencanutan pelaksanaan


Perda tentang APBD bersama DPRD

7 hari kerja

16.

Penetapan keputusan pimpinan DPRD tetang


penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian
hasil
penyempurnaan
berdasarkan
hasil
evaluasi

3 hari kerja setelah keputusan


ditetapkan

17.

Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala


Daerah tentang penjabaran APBD

31 Desember

18.

Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Kepala


Daerah tentang Penjabaran APBD kepada
Menteri Dalam Negeri/Gubernur

7 hari kerja

B.

7 hari kerja

Akhir
Desember

bulan

7 hari kerja setelah


hasil evaluasi dari
Menteri
Dalam
Negeri/Gubernur
Awal bulan Januari

DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD

1.

Penyampaian Rancangan Peraturan Kepala


Daerah kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur
dalam hal DPRD tidak mengambil keputusan
bersama terhadap Raperda tentang APBD
sampai dengan batas waktu yang ditetapkan
undang-undang.

Paling lama 15 hari kerja setelah


Raperda tidak disetujui DPRD
(pertengahan bulan Desember)

2.

Pengesahan Menteri Dalam Negeri/Gubernur


terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah

Paling lama 30 hari kerja


(pertengahan bulan Januari)

C.

KETERANGAN

1 bulan

APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD

1.

Penyampaian rancangan KUA dan PPAS kepada


Menteri Dalam Negeri/Gubernur bagi daerah
yang belum memiliki DPRD

Pertengahan bulan Juni

2.

Persetujuan Menteri Dalam Negeri/Gubernur

Minggu pertama bulan Juli

15 hari

FUNGSI APBD
1.

Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar


untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.

2.

Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa APBD menjadi


pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.

3.

Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa APBD menjadi


pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

4.

Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan


untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.

5.

Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus


memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6.

Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi alat


untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN
Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD
Seluruh pendapatan, belanja
dianggarkan secara bruto

dan

pembiayaan

Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur


dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan perUU-an
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar
hukum yang melandasinya
6

STRUKTUR APBD
PENDAPATAN
BELANJA

Surplus/(Defisit)
Rp.
PEMBIAYAAN
- Penerimaan
- Pengeluaran
Pembiayaan Neto
SILPA Tahun Berjalan

Rp
Rp. (-)

Rp..
Rp..(-)
Rp..
Rp..

STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah :

B.

C.

1. Pajak Daerah
2. Restribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya
4. Dana penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya
8

1.

KELOMPOK PENDAPATAN
Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas : pajak daerah, restribusi
daerah, hasil pebgelolaan kekayaan daerah
DAERAH
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri


atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
3. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah, dapat bersumber dari :
- Hibah, dapat berasal dari pemerintah, pemerintah kabupaten/kota di wilayah
propinsi, kabupaten/kota di luar wilayah provinsi, pemerintah provinsi dan/atau
provinsi lainnya, dari perusahaan daerah/BUMD, dari perusahaan negara/BUMN
atau dari masyarakat.
- Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan
akibat bencana alam
- Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota dan dari
pemerintah daerah lainnya
- Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah
- Bantuan keuangan dari kapubaten/kota di wilayah provinsi, bantuan keuangan
dari provinsi/kabupaten/kota lainnya di luar wilayah provinsi.
2.

STRUKTUR BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung :

1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Bantuan Keuangan
8. Belanja Tak Terduga
B. Belanja Langsung :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
10

JENIS BELANJA
Belanja Pegawai, digunakan untuk menganggarkan belanja penghasilan
pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah
dan wakil kepala daerah serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri
sipil, tambahan penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.

TAMBAHAN PENGHASILAN
Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja diberikan kepada pegawai negeri
sipil yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dinilai
melampaui beban kerja normal.

Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada


pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada di
daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil.
Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja diberikan kepada
pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada
lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi.
11

Lanjutan
Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada
pegawai negeri sipil yang dalam mengemban tugas memiliki ketrampilan
khusus dan langka
Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
dalam melaksanakan tugasnya dinilai mempunyai prestasi kerja
Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif lainnya dalam rangka
peningkatan kesejahteraan umum pegawai, seperti pemberian uang makan.

Permendagri
59/2007
Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga
utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding)
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang
12

Lanjutan
Belanja subsidi,
digunakan untuk menganggarkan subsidi kepada
masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit, dalam rangka
mendukung kemampuan daya beli masyarakat untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga penerima
belanja subsidi wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah
Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan
organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya.
Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan
yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik.
Permendagri
59/2007
Belanja bagi hasil,
untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatn provinsi yang dibagihasilkan kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang dibagihasilkan
kepada pemerintah desa sesuai dengan ketentuan perudang-undangan.
13

Lanjutan
Belanja bantuan keuangan, untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah
lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

Belanja tidak terduga, untuk menganggarkan belanja atas


kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang
tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditutup.
14

Lanjutan
Belanja barang dan jasa, digunakan untuk menganggarkan belanja
barang yang nilai mnfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atu
pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan.

Belanja modal, digunakan untuk menganggarkan belanja yang


digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12 (duabelas) bulan.
Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan adminsitrsi
pembelian/pembangunan untuk memperoleh aset dianggarkan
dalam belanja pegawai dan/atau belanja barang dan Permendagri
jasa.
13/2006

Belanja modal, digunakan untuk menganggarkan belanja yang


digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12 (duabelas) bulan
termasuk pula Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan
adminsitrsi pembelian/pembangunan untuk memperoleh
aset.
Permendagri
59/2007

15

Lanjutan

Penting untuk diperhatikan amanat Pasal


133 Permendagri 13 Tahun 2006
Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan
dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.

Penerim subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab
atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada kepala daerah.

Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan


sosial, dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
DITETAPKAN DALAM PERATURAN KEPALA DAERAH

16

STRUKTUR PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan:

B.

1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun


Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
Pengeluaran Pembiayaan :
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman

Pembiayaan Neto ( A-B )


17

SURPLUS / ( DEFISIT ) APBD


Merupakan selisih antara anggaran pendapatan daerah dan anggaran
belanja daerah.
Surplus anggaran terjadi bila anggaran pendapatan
diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

daerah

Surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh


tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman
kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau
pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.
Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan
diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.

daerah

Apabila defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk


menutup defisit, meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan
kembali pemberian pinjaman atau piutang daerah.
18

KODE REKENING

Kode
Rekening

Nama Rekening

Aset

Kewajiban

Ekuitas

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

19
19

KODE REKENING PENGANGGARAN


Setiap urusan pemerintah daerah dan organisasi yang dicantumkan
dalam APBD menggunakan kode urusan pemerintah daerah dan kode
organisasi.
Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan
dalam penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun
belanja, dan kode akun pembiayaan.
Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang
dicantumkan dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan,
kode kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek.

Untuk tertib penganggaran semua kode dihimpun menjadi satu kesatuan


kode anggaran yang disebut kode rekening.

20

BAGAN KODE REKENING


PERMENDAGRI 59/2007
x

xx

x.xx.x
x

xx

xx

xx

xx

xx

xx

xx
Kode Urusan Pemerintah
daerah

LAMPIRAN A.I

Kode Organisasi
Kode Program
LAMPIRAN A.VII
Kode Kegiatan
Kode akun pendapatan,
belanja & pembiayaan

LAMPIRAN A.II

Kode kelompok
pendapatan, belanja &
pembiayaan
Kode jenis pendapatan,
belanja & pembiayaan

LAMPIRAN A.III dan A.IV


LAMPIRAN A.VIII
LAMPIRAN A.IX

Kode obyek pendapatan,


belanja & pembiayaan
Kode rincian obyek
pendapatan, belanja &
pembiayaan

21

DISKRESI PENAMBAHAN KODE-KODE


DALAM KODE REKENING
Pasal 77 ayat (12) Permendagri 59 Tahun
2007
Lampiran sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat
(8) dan ayat (10) merupakan daftar rekening dan kode rekening yang tidak
merupakan acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang pemilihannya
disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah.

Daerah diberi keleluasaan dan diskresi dalam membuat dan/atau


menambah daftar relening dan kode rekening, termasuk untuk kode
dan nomenklatur urusan pemerintahan serta kode dan
nomenklatur
organisasi
maupun
kode
dan
nomenklatur
program/kegiatan

22

Nama

Kode Rekening

Urusan Wajib

Urusan Pendidikan

01

Dinas Pendidikan

1.01.01

Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran

01

Kegiatan
Penyediaan Surat
Menyurat

01

Belanja Alat Tulis


Kantor

5.2.2.01.01

0
1

1.01.01

KODE REKENINGNYA
01

01

01

01
23
23

Nama
Urusan Pilihan
Urusan Pertanian
Dinas Pertanian

Kode Rekening

2
01
2.01.01

Program
Peningkatan
Ketahanan Pangan

16

Kegiatan
Pengembangan
Intensifikasi
Tanaman Padi
Palawija

15

KODE REKENINGNYA
Belanja Bahan/Bibit
5.2.2.02.02
Tanaman
2 0 2.01.01 16
15
5
2
2
02
1

02
24
24

25

Anda mungkin juga menyukai