Anda di halaman 1dari 10

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Selanjutnya sumber-sumber PAD terdiri dari beberapa unsur yaitu; pajak
daerah, retribusi daerah, Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkannya, dan lain-lain pendapatan yang sah.

1. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas


pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam
rangka perimbangan keuangan
a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
    - Bagi Hasil Pajak
    - Bagi Hasil Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
2. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
a. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
b. Dana Desa

Menurut pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dengan adanya perluasan wewenang pemerintah daerah ini dapat menciptakan local
accountability yaitu meningkatnya kemampuan daerah dalam memperhatikan hak-hak
masyarakat terutama pada penyediaan barang publik (Khusaini, 2006). Pada dasarnya
terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: a)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. b)
Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah. c) Memberdayakan dan
menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Salah satu konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah adalah kewenangan dalam
pengelolaan keuangan daerah. Menurut Mamesh dalam Halim (2004:18), “Keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang”, demikian pula segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keuangan daerah memiliki lingkup
yang terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) https://media.neliti.com/media/publications/328161-strategi-
optimalisasi-pendapatan-asli-da-1cb6866f.pdf

Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah (Halim, 2007). Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut,
dalam rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kemampuan Pemerintah Daerah
dalam mengelola keuangan terdapat dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung
mencerminkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Penyelenggaraan fungsi
Pemerintah Daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan Pemerintah
diikuti dengan pemberian sumber- sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan
mengacu kepada UU No.33 Tahun 2004 yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
pembagian kewenangan antara Pusat dan Daerah.

A. Sumber Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Teoritis (Fokus pada
Non-PAD)

Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas


pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam
rangka perimbangan keuangan.

1. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat atau Dana Perimbangan.

Dana perimbangan adalah dana bersumber dari penerimaan APBN, yang dialokasikan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari (Mardiasmo, 2002): Dana ini
bertujuan untuk menyetarakan kebutuhan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Nah, dana perimbangan itu sendiri terbagi menjadi 3,
yakni

a. Dana bagi hasil (DBH), Dana bagi hasil (DBH) ini dialokasikan kepada daerah
dengan persentase tertentu dari pajak dan sumber daya alam. Hal ini
berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1999 menyediakan dana bagi hasil yang
dibagi berdasarkan persentase tertentu bagi Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Tujuannya ya untuk mendanai kebutuhan daerah.
Sementara itu, penerimaan negara yang dibagi hasilkan terdiri atas: (1)
Penerimaan Pajak, yang terdiri dari: pajak bumi dan bangunan (PBB), bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), PPh orang pribadi. (2)
Penerimaan Bukan Pajak (SDA), yang terdiri dari: sektor kehutanan, sektor
pertambangan, sektor minyak bumi dan gas, dan sektor alam perikanan
b. dana alokasi umum (DAU), (DAU) itu tujuannya untuk pemerataan
kemampuan keuangan daerah.

Dana Alokasi Umum diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk
tujuan mengisi kesenjangan antar kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan
didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang
secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus
menerima lebih banyak daripada daerah kaya. Dengan kata lain, tujuan
penting alokasi DAU adalah dalam rangka pemerataan kemampuan
penyediaan pelayanan publik antar Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, DAU
sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah berfungsi
sebagai faktor pemerataan fiskal antar daerah-daerah serta memperkecil
kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah. DAU yang
dibagikan daerah berasal dari APBN dengan tujuan untuk pemeratan
kemampuan keuangan antar daerah dan nilai minimumnya 25% dari anggaran
rutin dalam APBN.

c. dana alokasi khusus (DAK). (DAU) itu tujuannya untuk pemerataan


kemampuan keuangan daerah

Dana Alokasi Khusus dialokasikan untuk membantu pembiayaan kebutuhan


tertentu, yaitu merupakan program nasional atau kegiatan yang tidak terdapat
di daerah lain. Dengan kata lain, DAK ditujukan untuk daerah khusus. DAK
juga berasal dari APBN dan dialokasikan ke kabupaten/kota untuk membiayai
kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung pada tersedianya dana
dari APBN. Ditegaskan pula bahwa untuk DAK ini harus ada dana
pendamping yang berasal dari APBD guna menyatakan komitmen dan
tanggung jawab dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

2. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan yang diterima oleh
Pemerintah Daerah yang sah terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan dana
darurat. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang berupa uang dan/atau jasa yang
berasal dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri.
26 Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah Pusat dari APBN kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai keperluan yang mendesak yang diakibatkan
peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD. Bagi daerah, pemasukan kas
daerah dari sumbangan pendapatan lain-lain memang tidak begitu besar, namun
diharapkan mampu membiayai pengeluaran pembangunan yang akan dilaksanakan.
Penghasilan yang termasuk dalam pendapatan lain-lain adalah: Jasa giro, angsuran
cicilan rumah dinas, angsuran cicilan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat,
penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, pelelangan iklan, setoran pembinaan
lembaga keuangan daerah, dan lain-lain pendapatan.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan Daerah selain
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-
lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. darurat yang
digunakan untuk keperluan mendesak seperti bencana alam atau peristiwa
luar biasa lainnya

https://e-journal.uajy.ac.id/991/4/2EP16886.pdf
B. Sumber Sumber Lain Pendapatan Pemerintah Daerah(Non-PAD)
C. Pembiayaan Daerah
(https://ppid.tegalkab.go.id/open/file/5e71890fc1aaf/6a910acf2fe53fdc2b5eb46106e328
ff)
Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan atas semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah
digunakan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus anggaran dalam APBD.
Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
 Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.
Penerimaan pembiayaan, meliputi : a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya (SiLPA); b. Pencairan Dana Cadangan; c. Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; d. Penerimaan Pinjaman Daerah; e.
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; f. Penerimaan Piutang Daerah.
 Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan daerah adalah semua pengeluaran yang perlu
diterimakan kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya dan dianggarkan secara bruto dalam
APBD. Pengeluaran pembiayaan, meliputi : a. Pembentukan Dana Cadangan; b.
Penyeretaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; c. Pembayaran PokokUtang;
d. Pemberian Pinjaman Daerah.

https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/
DOCRPIJM_15030316659.BAB_IX_ASPEK_PEMBIAYAAN_PEMBANGUNAN_BIDANG_CIPTA_KARYA
_DI_KABUPATEN.pdf

https://medina.co.id/belajar/permendagri77/docs/apbd_pembiayaan/ (KILL)

D. Permasalahan dan Strategi untuk Optimalisasi Pendapatan Daerah (Non-PAD)


1. Distribusi DAU juga belum optimal dimana daerah yang
sebenarnya cukup mampu memenuhi kebutuhan
pendanaannya ternyata masih mendapat alokasi DAU,
sementara daerah yang masih memerlukan DAU untuk
memenuhi kebutuhan fiskal justru mendapat alokasi kurang dari
yang dibutuhkan. Berkebalikan dengan kondisi provinsi, maka
untuk kabupaten/kota justru terjadi kekurangan pendanaan yang
cukup signifikan.
1. Kerjasama dan sinergi antar instansi pusat belum optimal
2.Sistem informasi dan teknologi belum optimal
3.Standart Operasional Prosedur (SOP) kurang memadai
4.Kemampuan keuangan negara yang terbatas
5.Monitoring dan evaluasi kurang optimal

1.. kemampuan mengelola keuangan pemerintah daerah. Keberhasilan


dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan
keuangan daerah yang harus dikelola dengan manajemen yang baik pula
pada kenyataannya pengelolaan keuangan masih menjadi masalah di
daerah. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan terdapat
beberapa indikator yang menunjukkan pengelolaan anggaran di daerah
tidak efisien. Salah satu nya terkait dengan jumlah belanja pegawai yang
jauh lebih besar dibanding belanja modal dimana Alokasi DAU banyak
tersedot untuk belanja pegawai.
2.. kurang tercapainya dampak DAK bukan terletak pada kecilnya jumlah
DAK, tetapi lebih pada kurang efisiennya pengalokasian DAK serta
kurang efektifnya tata kelola implementasi DAK
https://akurasi.unram.ac.id/index.php/akurasi/article/view/9/9
jumlah belanja pegawai yang jauh lebih besar dibanding belanja modal dimana Alokasi DAU
banyak tersedot untuk belanja pegawai. Yang saya tanyakan adalah mengapa hal tersebut bisa
terjadi apakah tidak ada pengawasan atau alokasi DAU tersebut belum terbagi dengan baik?

Adanya DAU yang banyak tersedot untuk belanja pegawai ini dikarenakan kurangnya perhatian dari
pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahnya, sebab proposi belanja modal
yang dianggarkan masih rendah. Ketika anggaran yang tersedia sebagian besar terserap untuk
kebutuhan belanja pegawai maka hal ini akan berdampak pula pada pengalokasian belanja yang tidak
efektif. Hal ini berarti pula bahwa belanja pemerintah masih belum mencerminkan kepentingan
publik, sebab pengalokasian belanja tidak dialokasikan untuk belanja yang produktif yang dapat
meningkatkan pelayanan publik. Dan untuk mengatasi hal ini diharapkan pemerintahan daerah untuk
mengkaji kembali kebutuhan pegawai dan kebutuhan lainnya agar nantinya tidak menjadi beban
dalam penganggaran. Serta perlu adanya peningkatan dalam hal monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan urusan pemerintah daerah terkait dengan pengalokasian pendapatan daerah.
Dengan besarnya anggaran yang terserap untuk menutupi kebutuhan belanja tidak langsung maka
dengan sendirinya anggaran belanja untuk melaksanakan program dan kegiatan akan berkurang yang
konsekuensinya adalah terhambatnya pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik didaerah.
Temuan penelitian ini juga sejalan dengan argumentasi yang dinyatakan dalam studi Yudartha
(2018) bahwa proporsi belanja lebih dominan pada belanja tidak langsung di bandingkan
dengan belanja langsung daerah. Hal ini berarti belanja pemerintah masih belum
mencerminkan kepentingan publik, sebab pengalokasian belanja tidak di alokasikan untuk belanja
yang produktif yang dapat meningkatkan pelayanan publik.

Strategi untuk Optimalisasi Pendapatan Daerah (Non-PAD)


1. Adanya penyempurnaan Program dan penyelarasan kebijakan.
Kelebihan : kelebihan adanya penyempurnaan program ini untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah terutama bagi daerah
dalam mengurangi ketimpangan, pemenuhan pelayanan dasar bagi
masyarakat.
Kelemahan : Penyempurnaan ini akan sulit dilakukan jika masih ada
oknum yang enggan bekerjasama untuk berorientasi pada publik. Dan
mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengoordinasiaan
antar lembaga terkait.
2. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah pusat,
dan antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Kelebihan : Koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak ini digunakan
agar mudah dalam merespon segala perkembangan yang terjadi dalam
pengelolaan Pendapatan Daerah (Non-PAD)
Kelemahan : koordinasi dan kerjasama ini cukup sulit jika pemerintahan
pusat dan daerah mempunyai tujuan yang berbeda dalam pembangunan
daerah
3. Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi Dana
Perimbangan
Kelebihan : adanya peningkatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini
agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan semestinya dan untuk
menghindari permasalahan sebelumnya
Kelemahan : Kurangnya kesadaran oknum yang berkaitan dengan
monitoring dan evaluasi sehingga masih banyaknya masalah yang
berkaitan dengan ini serta kurangnya personil pemerintahan yang
bertugas untuk melakukan monitoring dan evaluasi

Penyelarasan kebijakan dan peraturan pelaksanaan Dana Perimbangan antara


pemerintah daerah danpemerintah pusat
Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah pusat, dan
antar pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak
terkait sangat penting
dilakukan untuk merespon segala perkembangan yang terjadi dalam
pengelolaan Pendapatan Daerah
(Non-PAD)
Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi Dana
Perimbangan

Agata Kemala Puspasari (195030107111025)


Pertanyaan : Jelaskan beberapa daerah mana saja yang mengalami
permasalahan pendapatan daerah? Bagaimana jika strategi yang dirancang
untuk menangani masalah tersebut tidak berjalan sebagaimna mestinya
dan permasalahan yang ada tetap terjadi di daerah? Apakah dari kelompok
4 sendiri punya solusi lain untuk memecahkan permasalahan yang ada?
Jawaban :
Daerah yang memiliki permasalahan pendapatan daerah salah satunya ada
pada Kota Bima dimana pengalokasian DAU ini masih diperuntukkan
untuk belanja pegawai pada tahun 2012-2016 yang menunjukkan
pemerintah daerah Kota Bima masih berkonsentrasi pada masalah
administrasi, sehingga belum maksimal untuk meningkatkan pelayanan
publik. Hal ini diatasi dengan cukup baik pada pemerintahan setelahnya
dengan meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
urusan pemerintah daerah terkait dengan pengalokasian pendapatan
daerah.
Adapun permasalahan yang terjadi di Kabupaten Nganjuk, dimana
terdapat ketimpangan dalam penggunaan DAU yang penggunaannya lebih
besar untuk belanja pegawai dibandingkan untuk belanja kebutuhan
publik. Dan upaya yang telah diberikan antara lain Mendorong peningkatan
kapasitas fiskal di daerah dan adaya peningkatan kontrol terhadap DAU serta sanksi terhadap
kinerja daerah yang buruk berdampak padapengurangan DAU.
Strategi
Dana Perimbangan memiliki peran yang sangat penting bagi sebagian
besar daerah. Dana tersebut diharapkan mampu dimanfaatkan
untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan pelayanan
publik bagi masyarakat melalui alokasi belanja modal.
trategi
-strategi ini sejalan dengan rencana kerja DJPK serta kebijakan
pengelolaan Dana Perimbangan.
1.Peningkatan kualitas Dana Perimbangan diperlukan peningkatan
kualitas dan efektivitas pemanfaatan Dana Perimbangan.
Strategi ini dilakukan antara lain melalui program:
a.Penyempurnaan formula DBH untuk mengurangi ketimpangan
Dalam upaya mengurangi ketimpangan fiskal
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maka
pemerintah perlu merumuskan kembali formula atau persentase
perhitungan DBH. Kebijakan ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah terutama bagi
daerah penghasil DBH.

b.Penyempurnaan formula DAU untuk mengurangi ketimpangan


fiskal Dalam rangka meningkatkan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah maka perlu merumuskan kembali formula
perhitungan alokasi DAU. Kebijakan yang dapat dilakukan
adalah melalui penyempurnaan formulasi bobot
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal.

c.Penyempurnaan formula DAK untuk mendorong pencapaian


pelayanan dasar di daerah. Alokasi DAK agar lebih
diprioritaskan pada daerah yang masih tertinggal dalam
hal pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat.

Strategi lain
1.Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah pusat, dan antar
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (W1, O2)
2.Peningkatan efektivitas penyusunan anggaran Dana Perimbangan melalui peningkatan
peran aktif Pemerintah Daerah
3. Peningkatan efektivitas pemanfaatan Dana Perimbangan untuk belanja
yang mendukung peningkatan pelayanan publik dan pertumbuhan ekonomi di daerah (
4.Implementasi integrasi Sistem Informasi Keuangan Daerah dengan Sistem Informasi
Keuangan Pusat
5.Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi Dana Perimbangan

2. Penyempurnaan formula Dana Perimbangan merupakan


salah satu program kerja yang tengah dilaksanakan oleh
DJPK. Namun demikian, penyempurnaan formula
DAU benar-benar harus diprioritaskan mengingat DAU
merupakan komponen pembiayaan terbesar
dari Dana Perimbangan sekaligus sumber
penerimaan terbesar bagi sebagian besar daerah.
3. .Penyelarasan kebijakan dan peraturan pelaksanaan Dana
Perimbangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat
4. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi
pemerintah pusat, dan antar pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Koordinasi dan kerjasama antar
berbagai pihak terkait sangat penting dilakukan untuk
merespon segala perkembangan yang terjadi dalam
pengelolaan Dana Perimbangan. Upayapeningkatan koordinasi
dapat dilakukan melalui peningkatan kegiatan Focus Group
Discussion(FGD).
5. Peningkatan efektivitas penyusunan anggaran Dana
Perimbangan melalui peningkatan peran aktif pemerintah
daerah. Peningkatan kompetensi pengelola Dana
Perimbangan di daerah. Dalam upaya peningkatan kompetensi
SDM pengelola di daerah, kebijakan yang dilakukan adalah
a. Peningkatkan kerjasama pelaksanaan pelatihan
pengelolaan Dana Perimbangan melalui cost
sharing APBN dan APBD
b.Mewajibkan Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan program peningkatan kapasitas SDM
secara mandiri di daerah
6. Peningkatan efektivitas pemanfaatan Dana Perimbangan
untuk belanja yang mendukung peningkatan pelayanan
publik dan pertumbuhan ekonomi di daerah
7. Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan
evaluasi Dana Perimbangan

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpd/article/view/
22705/14973

Anda mungkin juga menyukai