Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Fadillah Amin, M.AP., Ph.D.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur tiada henti saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Saya juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Administrasi Keuangan Daerah,
yaitu Bapak Dr. Drs. Fadillah Amin, M.AP., Ph.D., yang telah membimbing
proses penyusunan makalah ini sehingga dapat tersusun menjadi makalah yang
baik dan bermanfaat.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca maupun saya sebagai penulis. Saya menyadari makalah ini memiliki
banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran akan saya terima
dengan lapang dada untuk memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Sumber Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Teoritis
(Fokus Non-PAD) ............................................................................................... 3
2.2 Sumber-sumber Penerimaan Daerah Non-PAD ............................................ 9
2.3 Pembiayaan Daerah ..................................................................................... 11
2.4 Permasalahan dan Strategi apa saja yang digunakan untuk Optimalisasi
Pendapatan Daerah (Non-PAD) ........................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam undang – undang No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah diatur bahwa pendapatan
pemerintah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain – lain
yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan akumulasi dari Pos
Penerimaan Pajak yang terdiri atas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan Non Pajak berupa penerimaan hasil Perusahaan Milik Daerah, serta
pos penerimaan investasi serta pengelolaan sumber daya alam (Bastian, 2002).
Menurut Halim (2007) PAD adalah penerimaan daerah yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundanganundangan yang berlaku. Pada konteks
1
yang demikian, otonomi daerah dapat diandalkan sebagai konsep pembangunan
dengan memberikan wewenang secara luas bagi pemerintah daerah dari pusat
untuk meningkatkan PAD nya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
demikian perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu
sistem yang menyeluruh dalam rangka penyelenggaraan asas desentralisasi,
dekonsentrasi, maupun tugas pembantuan.
Menurut peraturan pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Dana Alokasi Umum
adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Definisi dari Dana
Alokasi Umum (DAU) menurut Machfud, 2003 adalah
4
Salah satu komponen dari dana perimbangan pada APBN yang
pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal atau celah
fiskal, yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.
Instrumen untuk mengatasi horizontal imbalance yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana
penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah
Equalization Grant, berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan
kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi hasil pajak dan bagi
hasil SDA yang diperoleh daerah.
Alokasi dasar adalah pos anggaran untuk membayar gaji pegawai negeri
sipil di daerah
Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal daerah dikurangi oleh kapasitas fiskal
daerah.
1. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot provinsi yang bersangkuyan dengan jumlah DAU seluruh
provinsi
2. Bobot provinsi merupakan perbandingan antar celah fiskal provinsi yang
bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.
5
Dalam menciptakan objektivitas dan keadilan dalam pembagian DAU
kepada daerah Provinsi dan Kabupaten/kota maka penetapan formula
distribusinya ditetapkan oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOP).
Adanya DAU yang banyak tersedot untuk belanja pegawai ini dikarenakan
kurangnya perhatian dari pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerahnya, sebab proposi belanja modal yang dianggarkan masih rendah.
Ketika anggaran yang tersedia sebagian besar terserap untuk kebutuhan belanja
pegawai maka hal ini akan berdampak pula pada pengalokasian belanja yang tidak
efektif. Hal ini berarti pula bahwa belanja pemerintah masih belum mencerminkan
kepentingan publik, sebab pengalokasian belanja tidak dialokasikan untuk belanja
yang produktif yang dapat meningkatkan pelayanan publik. Dan untuk mengatasi
hal ini diharapkan pemerintahan daerah untuk mengkaji kembali kebutuhan
pegawai dan kebutuhan lainnya agar nantinya tidak menjadi beban dalam
penganggaran. Serta perlu adanya peningkatan dalam hal monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah terkait dengan pengalokasian
pendapatan daerah.
6
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang disesuaikan
dengan prioritas nasional. Khususnya untuk membiayai sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu untuk
mendorong percepatan pembangunan daerah. Dalam pembagiannya DAK
termasuk dalam 40% dari dana reboisasi. Berbeda dengan DBH dan DAU,
kewenangan dalam pengelolaan DAK relatif terbatas karena dana tersebut
berkaitan dengan pembiayaan kegiatan tertentu termasuk kegiatan reboisasi.
7
1. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari,
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), DBH dari penerimaan PBB
sebesar 90% untuk daerah dan 10% bagian pemerintah
darienerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah
kabupaten/kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PB
tahun anggaran yang berjalan.
b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), DBH
dari penerimaan ini sebesar 80% untuk pemerintahan daerah, 20%
bagi pemerintahan pusat dari penerimaan BPHTB dibagikan
dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.
c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam negeri dan PPh pasal 21. DBH dari penerimaan PPh
ini dibagi antara pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Penyaluran DBH ini dilaksanakan secara triwulan yang merupakan
bagian daerah adalah sebesar 20%. Dan kemudian dibagi dengan
imbangan 60% untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi.
2. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari Sumber Daya Alam, antara lain:
a. Kehutanan, penerimaan kehutanan yang berasal dari penerimaan
iuran pengusaha hutan dan provinsi Sumber Daya Hutan yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan
imbangan: 20% untuk pemerintah pusat, 80% untuk pemerintah
daerah.dan penerimaan kehutanan yang bersal dari dana reboisasi
dibagi dengan imbangan 60% untuk pemerintah pusat dan 40%
untuk pemerintah daerah.
b. Pertambangan Umum, dihasilkan dari daerah yang bersangkutan,
dibagi dengan imbangan: 20% untuk pemerintah pusat, 80% untuk
pemerintah daerah
c. Perikanan, dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat
dan 80% untuk pemerintah daerah
d. Pertambangan Minyak Bumi, Dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya sesuai dengan peraturan perundang undangan, dibagi
8
dengan imbangan: 84% untuk pemerintah pusat dan 15,5% untuk
pemerintah daerah.
e. Pertambangan Gas Bumi, Berasal dari daerah yang bersangkutan
setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi
dengan imbangan: 69% untuk pemerintah pusat, 30,5% untuk
pemerintah daerah
f. Pertambangan Panas Bumi, dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan dengan penerimaan negara bukan pajak, dibagi
dengan imbangan: 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk
pemerintah daerah.
A. Dana Hibah
Dana Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah
daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan
9
daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk
menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
B. Dana Darurat
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami
bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis
solvabilitas. Berikut beberapa aturan perundang-undangan yang
mengatur dana darurat:
- Pasal 46 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pemerintah
mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk
keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh
Daerah dengan menggunakan sumber APBD. Keadaan yang dapat
digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa
ditetapkan oleh Presiden.
10
2.3 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan atas semua penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan daerah digunakan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus anggaran dalam APBD. Pembiayaan daerah terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
11
Pemberian Pinjaman Daerah
2.4 Permasalahan dan Strategi apa saja yang digunakan untuk Optimalisasi
Pendapatan Daerah (Non-PAD)
Dalam Pelaksanaan penerimaan dan pendapatan daerah masih kerap
terjadi beberapa permasalahan diantaranya:
12
1. Peningkatan kualitas dana perimbangan yang diperlukan dengan
melakukan peningkatan kualitas dan efektivitas pemanfaatan dana
perimbangan. Strategi ini dapat dilakukan dengan :
a. Penyempurnaan formula DBH untuk mengurangi ketimpangan
fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga
diperlukan untuk merumuskan kembali formula atau persentase
perhitungan DBH.
b. Penyempurnaan formula DAU untuk mengurangi ketimpangan
fiskal dalam rangka meningkatkan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah.
c. Penyempurnaan formula DAK untukmendorong pencapaian
pelayanan dasar di daerah. Alokasi DAK ini alangkah baiknya
agar memprioritaskan daerah yang tertinggal untuk pemenuhan
pelayanan dasar bagi masyarakatnya.
2. Penyelarasan kebijakan dan peraturan pelaksanaan
3. Peningkatan koordinasi dan kerja sama antar instansi pemerintah pusat
dan antar pemerintah daerah.
4. Peningkatan efektivitas penyusunan anggaran dana perimbangan
melalui peningkatan peran aktif pemerintah daerah. Upaya peningkatan
kompetensi SDM untuk pengelolaan di daerah dapat dilakukan dengan:
a. Peningkatan kerjasama pelaksanaan pelatihan pengelolaan dana
perimbangan melalui cost sharing APBN dan APBD.
b. Mewajibkan pemerintah daerah untuk melaksanakan program
peningkatan kapasitas SDM secara mandiri di daerah.
5. Peningkatan efektivitas pemanfaatan dana perimbangan untuk belanja
yang mendukung peningkatan pelayanan publik dan pertumbuhan
ekonomi di daerah
6. Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi dana
perimbangan.
Dalam pelaksanaannya strategi dan upaya yang dilakukan memiliki
kelebihan dan kekurangannya antara lain:
13
Kelebihan, Kelebihan adanya penyempurnaan program ini untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah terutama bagi daerah dalam
mengurangi ketimpangan, pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat,
Koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak ini digunakan agar mudah
dalam merespon segala perkembangan yang terjadi dalam pengelolaan
Pendapatan Daerah (Non-PAD), dan Adanya peningkatan pelaksanaan
monitoring dan evaluasi ini agar pelaksanaan program dapat berjalan
dengan semestinya dan untuk menghindari permasalahan yang ada
Kelemahan, Penyempurnaan ini akan sulit dilakukan jika masih ada
oknum yang enggan bekerjasama untuk memprioritaskan kepentingan
publik dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dalam
pengoordinasiaan antar lembaga terkait, Koordinasi dan kerjasama ini cukup
sulit jika pemerintahan pusat dan daerah mempunyai tujuan yang berbeda
dalam pembangunan daerah dan Kurangnya kesadaran oknum yang
berkaitan dengan monitoring dan evaluasi sehingga masih banyaknya
masalah yang berkaitan dengan ini serta kurangnya personil pemerintahan
yang bertugas untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdulaziz, Nuzulul Siswo. (2021). Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Pendapatan Daerah Kota Surabaya. Dalam Jurnal: Inovasi
Penelitian, Vol.1 No.8. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Aristanto, Eko. (2019). Analisis Kemampuan Dan Kemandirian Keuangan Daerah Calon
Penerima Pinjaman Dan Hibah Luar Negeri Program Air Bersih Dan Sanitasi Pada
Kegiatan Green Book 2018 Dan Indikasi Kegiatan Blue Book 2019. Universitas
Merdeka Malang
Ferdian, Yuriko. (2005). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain
lain Pendapatan yang Sah Terhadap Belanja Daerah. Skripsi Universitas Negeri
Padang.
Hesda, Andar Ristabet. (2017). Meningkatkan Kualitas Belanja Pemerintah. Dalam: Artikel
DJKN. Melalui: Kemenkeu.go.id
Mega Ersita, Inggriani Elim. (2016). Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Daerah Dan
Kontribusinya Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Provinsi
Sulawesi Utara. Dalam Jurnal: Riset, Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol
4 No.1. Universitas Sam Ratulangi Manado
Nasir, M.S. (2019). Analisis Sumber Sumber Pendapatan Asli Daerah setelah Satu Dekade
Otonomi Daerah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. Vol.2, No.1
Ndraha & Dedy. (2018). Strategi Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Urusan
Otonomi Daerah di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur. Vo.5, No.2
Okta & Kaluge. (2011). Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah sebagai Alternatif
Pembiayan Daerah. Jurnal Ekonomi Terapan. Vol.5, No.2
16
Pelealu, Andreas Marzel. (2013). Pengaruh Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Pendapatan
Asli Daerah (Pad) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-
2012. Dalam Jurnal: Riset, Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol.1 No.4.
Universitas Sam Ratulangi Manado
Santoso, Yusuf Imam. (2021). Kemendagri: Pemda Diharapkan Tak Asal Terima Hibah
Asing. Melalui: Kontan ID
Sianturi, Holmes. (2017). Kedudukan Keuangan Daerah Dalam Pengelolaan Dana Hibah
Dan Bantuan Sosial Berdasarkan Perspektif Keuangan Negara. Dalam Jurnal:
Wawasan Yurisdika, Vol.1 No.1. Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Yaqin & Herwanti. (2018). Analisis Permasalahan Pengelolaan Dana Alokasi Umum dan
Alokasi Khusus pada Pemerintah Daerah. Jurnal Studi Akutansi dan Keuangan. Vo.1
No.2
17