Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

Disusun oleh :

Siti Annisa Hernawan

4122.3.15.15.0007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Laporan ini merupakan laporan tertulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembiayaan Pembangunan.

Makalah ini ditujukan kepada ibu Ina Revayanti sebagai Dosen Mata Kuliah
Pembiayaan Pembangunan. Makalah ini membahas mengenai Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.

Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan


terimakasih kepada Ibu Ina Revayanti selaku Dosen Mata Kuliah Pembiayaan
Pembangunan dan pihak lain yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

Siti Annisa Hernawan

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang………………………………………………................4


1.2 Rumusan Masalah………………………… ………………………….5
1.3 Maksud dan Tujuan………… ………………………………………5

BAB II Sistematika Pembahasan………………………………………………..6

2.1 Pengertian Perimbangan Pusat dan Daerah……………..…….6


2.2 Kebijakan Perimbangan Keuangan……………………………6
2.3 Tujuan Kebijakan Perimbangan Keuangan……………………8
2.4 Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan…………....………9
2.5 Dana Perimbangan…………………………………………….10
2.6 Tujuan Dana Perimbangan……………………………………13

BAB III Kesimpulan…………………………………………..………….13

3
Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Untuk itu perlu ada pengaturan secara adil
dan selaras mengenai hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah, dan antar pemerintahan daerah. Ketentuan ini dibuktikan dalam Pasal 18A
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : 1
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. (2)
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dapat dilakukan melalui
penyediaan sumber-sumber pendanaan berdasarkan kewenangan pemerintah pusat
melalui asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, untuk itu perlu
diatur perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah berupa sistem keuangan
yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang
jelas antar susunan pemerintahan. Hubungan keuangan pusat dan daerah di
Indonesia harus selalu selaras dengan sistem pemerintahan daerah, sejak keluarnya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (kemudian
diperbahar ui menjadi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah) dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 (diperbaharui menjadi
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) maka hubungan keuangan pusat dan

4
daerah dibangun berdasarkan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah
sebagai konsekuensi dianutnya asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Menurut Sarundajang, setidaknya ada dua pandangan tentang
peranan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hubungannya
dengan keuangan pemerintah pusat dan daerah..2 Pertama yaitu menekankan
peranan pemerintah daerah sebagai ungkapan dari kemauan dan identitas
masyarakat setempat. Kedua, Pemerintah daerah pada dasarnya merupakan lembaga
yang menyelenggarakan layanan-layanan tertentu untuk daerah, dan memberikan
layanan yang semata-mata bermanfaat untuk daerah.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan kita bahas dalam makalah ini, meliputi beberapa hal :
1. Apakah yang dimaksud dengan dana perimbangan pusat dan daerah?
2. Bagaimanakah kebijakan perimbangan keuangan?
3. Apakah Tujuan Kebijakan Perimbangan Keuangan?
4. Bagaimana prinsip kebijakan perimbangan keuangan?
5. Apa Jenis-jenis dana perimbangan?
6. Apa Tujuan dana perimbangan?

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui dana perimbangan pusat dan daerah
2. Untuk mengetahui kebijakan perimbangan keuangan
3. Untuk mengetahui tujuan kebijakan perimbangan keuangan

5
4. Untuk mengetahui prinsip kebijakan perimbangan keuangan
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dana perimbangan
6. Untuk mengetahui tujuan dana perimbangan

Pengertian Perimbangan Pusat dan Daerah

Berdasar UU.No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam ketentuan umum pasal 1 angka 3
disebutkan bahwa Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional
,demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah,
serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Dengan adanya perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah tersebut
melahirkan dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Jumlah
dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.Hal tersebut
sesuai dengan bunyi pasal 10 ayat 1 dan 2 UU.No 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Kebijakan Perimbangan Keuangan


Kebijakan perimbangan keuangan merupakan suatu sistem pembiayaan
pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencangkup pembagian
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan di setiap daerah
yang dilaksanakan secara proposional, demokratis, adil dan transparan dengan

6
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban
dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut,
termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Besarnya jumlah dana
perimbangan ini ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

Disadari bahwa masalah perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan


daerah yang indentik dengan muatan ketatanegaraan, politik, sosial budaya,
ekonomi, dan administrasi negara secara keseluruhan, maka masalah perimbangan
keuangan sebenarnya hanyalah refleksi dari pembagian kekuasaan antara instansi,
baik pusat maupun daerah, untuk itu beberapa kriteria-kriteria dalam kebijaksanaan
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yakni :
1. Pemberian otonomi daerah yang lebih luas, dimana daerah otonom diberi
kebebasan dalam menentukan prioritas dan pengambilan keputusan disektor
publik serta bersifat fleksibel;
2. Tersedianya sumber-sumber penerimaan daerah yang memadai untuk
menjalankan tugas dan fungsinya;
3. Bantuan yang di serahkan pusat ke daerah sesuai dengan porsi serta
kemampuan daerah untuk mengelola dana bantuan tersebut;
4. Pusat harus menjamin ketersedian dana setiap daerah otonom;
5. Dalam pemberian DAU pemerintah harus besifat netral dan sesuai dengan
kebutuhan daerah otonom ;
6. Kesederhanaan, formula pembagian bantuan pusat kepada daerah otonom
(hindari kriteria pembagian ambigous dan tidak operasional);
7. Insentif, pemerintah harus dapat membinana daerah otonom untuk
melakukan efisiensi ekonomi dalam menentukan pelayanan sektor publik;

7
8. Memberikan kebebasan yang bertanggung jawab terhadap daerah otonom
untuk menjalankan kegiatan pemerintahannya serta pelayanan yang perima
kepada masyarakat;
9. Kewenangan penuh daerah otonom dalam jangka panjang yang di berikan
pusat ke daerah secara bertahap untuk mencangkup semua kewenangan
dalam bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal nasional dan
kebijakan strategis nasional dalam penyelenggaraan pemerintahan (terutama
mencangkup perumusan kebijakan, pengendalian pembangunan sektoral dan
nasional dan kebijakan standarisasi nasional).

Tujuan Kebijakan Perimbangan Keuangan

• Memberikan sumber dana bagi daerah otonom untuk melaksanakan urusan


yang diserahkan yang menjadi tanggung jawabnya.
• Mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, dan antar pemerintah daerah.
• Meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan publik dan mengurangi
kesenjangan kesejahteraan dan pelayanan publik antar daerah .
• Meningkatkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas pengelolaan sumber
daya daerah, khususnya sumber daya keuangan.

8
Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan

1. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah


merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian
tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal.
3. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan.
4. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah
sebagai perwujudan Desentralisasi.
5. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah.
6. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka
penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah.
7. Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk
memperoleh pendapatan selain pendapatan.

9
DANA PERIMBANGAN

A. Pengertian Dana Perimbangan


Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN
untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai
tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (Widjaja, 2002).

B. Jenis-jenis Dana Perimbangan

1. Dana Alokasi Umum (DAU)


DAU merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU no.33 tahun
2004).
Secara definisi DAU diartikan sebagai berikut (Sidik, dalam Kuncoro, 2004). Salah
satu komponen dari Dana Perimbangan pada APBN, yang pengalokasiannya
didasarkan atas konsep Kesenjangan Fiskal atau Celah Fiskal (Fiscal Gap), yaitu
selisih antara Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal. 2) Instrumen untuk
mengatasi horizontal imbalance, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah di mana penggunaannya ditetapkan
sepenuhnya oleh daerah. 3) Equalization grant, yaitu berfungsi untuk menetralisasi
ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil Pajak dan
Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang diperoleh daerah.
Henley, et.al (dalam Mardiasmo, 2004) mengidentifikasi beberapa tujuan
pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk grant kepada
pemerintah daerah, yaitu:
10
a) Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah (geo-graphical equity).
b) Untuk meningkatkan akuntabilitas (promote accountability)
c) Untuk meningkatkan sistem pajak yang lebih progresif.
d) Untuk meningkatkan keberterimaan (acceptability) pajak daerah.
Pengalokasian DAU lebih diprioritaskan pada daerah yang mempunyai kapasitas
fiskal rendah. Dimana daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi akan
mendapatkan alokasi DAU yang relative lebih rendah agar dapat mengurangi
disparitas fiskal antar daerah dalam era otonomi. DAU bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi
ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang
mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.

2. Dana Bagi Hasil


a. Dana Bagi Hasil Pajak
Dana bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan pajak
bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan
pasal 25 dan 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan pajak penghasilan
pasal 21.
Menurut Bird dan Vaillancourt (2000), banyak Negara menggunakan sistem bagi
hasil pajak dengan mendistribusikan suatu persentase tetap pajak-pajak nasional
tertentu, misalnya pajak pendapatan atau pajak pertambahan nilai ke pemerintah
daerah. Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan
pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangannya dilakukan dengan pola bagi hasil
penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara pusat dan daerah.
Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah sejak adanya Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang - undang
11
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah.
Adapun alokasi dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan bagian daerah menurut
peraturan menteri keuangan no. 23/PMK.07/2009 adalah penerimaan Negara dari
pajak bumi dan bangunan dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat
dan 90% untuk daerah.
b. Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam
Dana bagi Hasil Sumber daya alam adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum,
perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan
pertambangan panas bumi
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam dilaksanakan seiring dengan
pelaksanaan otonomi daerah sejak adanya Undang-undang No. 25 tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)


Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di
daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah.
12
DAK memiliki karakter yang paling spesifik di antara dana transfer lainnya di
mana DAK hanya dapat digunakan sesuai dengan menu kegiatan yang ditetapkan
oleh Departemen Teknis yang terkait dengan bidang alokasi DAK. Berdasarkan
klasifikasi Hyman, DAK dapat dikategorikan sebagai matching grant karena
adanya kewajiban penyediaan dana pendamping dan sekaligus restricted grant
karena karakternya sebagai categorical grant-in-aid.

Tujuan Dana Perimbangan


1) Terciptanya pemerintahan dengan otonomi yang kuat dan sanggup berjalan
dengan kemampuan administrasi sendiri.

2) Tercapainya pelayanan masyarakat yang semakin baik.

3) Kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.

4) Pemerintah daerah mendapatkan jatah dari hasil kerjanya.

5) Tercapainya suatu sistim kerja yang baik antara pemerintah pusat dan daerah.

6) Terdorongnya otonomi daerah dengan keterlibatan operasianal oleh pemerintah


pusat

KESIMPULAN
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah telah diatur mengenai pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang kemudian
dirubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan diundangkan dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 33

13
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, maka berarti tuntutan agar keadilan dan pemerataan dalam
dimensi daerah tampaknya telah mendapat perhatian besar dan terjadi perubahan
yang cukup mendasar dalam hubungan keuangan pusat-daerah dan antardaerah
sendiri. Agar semua penduduk dapat menikmati fasilitas publik dalam jumlah dan
kualitas yang sama dan berimbang, akan memungkinkan daerah-daerah secara
demokratis menentukan dan mengatur sendiri berbagai jenis pelayanan dan
kebutuhannya tanpa tuntunan dari atas. Perimbangan keuangan antara Pemerintah
dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 meliputi pemberian sumber-sumber keuangan untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah, pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan daerah, dan
pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah. Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem
Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas
oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintahan Daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain
pendapatan yang sah.

14

Anda mungkin juga menyukai