Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia pada satu dekade terakhir
sangatlah pesat. Mulai dari gedung-gedung perkantoran, ialan, iembatan, serta pusat-pusat
perbelaniaan. Pembangunan pula yang membuat semakin meningkatnya sektor ekonomi di
berbagai wilayah di Indonesia. Akses ialan ke daerah terpencil semakin terbuka, serta investasi-
investasi para pemilik modal berbentuk bangunan iuga semakin banyak. Namun, pembangunan
pula yang mengakibatkan keadaan lingkungan mengalami perubahan yang signiIikan,
berkurangnya ruang terbuka hiiau yang berimbas pada suhu bumi semakin meningkat, serta
ancaman semakin tipisnya lapisan ozon iuga terus meningkat. Hal tersebutlah yang membuat
semakin banyaknya bencana yang teriadi di Indonesia, seperti kebakaran hutan, global warming,
serta ancaman yang paling sering teriadi sekarang adalah baniir.
Pembangunan yang sangat pesat iuga teriadi di kota Malang. Dari data statistik
menuniukkan, Ruang Terbuka Hiiau (RTH) kota Malang iauh berkurang, yang awalnya 7.160
hektar (dari luas kota Malang yang 11.006 hektar) di tahun 1994, meniadi 6.367 hektar di tahun
2002, hal tersebut membuktikan bahwa semakin banyaknya lahan yang ditumbuhi oleh
bangunan. Sama seperti dikota-kota lain, Malang iuga sangat pesat membangun gedung
perkantoran, ialan dan yang paling ekstrim sekarang adalah ruko dan pusat perbelaniaan. Dalam
kurun waktu kurang dari 10 tahun terakhir, 3 pusat perbelaniaan megah telah dibangun, yaitu
Malang Town Square (Matos), ( MX dan Mall Olimpic Garden (MOG).
Masalah utama yang kemudian perlu diiawab adalah apakah pembangunan Matos yang
menimbulkan banyak perdebatan dari masyarakat ini masih menimbulkan permasalahan yang
semakin rumit. Meskipun ketiga mall yang dibangun sama-sama menuai kontroversi dari
kalangan masyarakat. Namun MATOS adalah mall yang pertama kali menimbulkan perdebatan
seiak tahun 2000. Oleh sebab itu, Iocus makalah ini lebih membahas tentang dampak negative
dari pembangunan MATOS sampai sekarang.
Konsep MATOS (Malang Town Square) yang sempat menuai kontroversi dengan
beberapa sekolah dan perguruan tinggi di sekitarnya terkesan asal dan tidak mencapai target
yang diharapkan. Sebab seiak berdirinya MATOS, kawasan selalu digenangi air ketika musim

penghuian. Selain itu, keberadaan MATOS iuga menimbulkan kemacetan dan keruwetan lalu
lintas.
Pada makalah kali ini, kami akan memIokuskan untuk membahas segala hal tentang
Matos, mulai dari pendiriannya yang mengalami protes keras dari masyarakat hingga
permasalahan yang timbul akibat dari pembangunan pusat perbelaniaan tersebut di masa
sekarang dan akan datang.

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyimpangan pada pembangunan Malang Town Square (Matos).
2. Bagaimana dampak pembangunan Matos terhadap lalu lintas di ialan Veteran.
3. Bagaimana dampak pembangunan Matos akibat berkurangnya ruang terbuka hiiau di
Kota Malang.
4. Bagaimana rencana tata ruang wilayah kota Malang pada sepuluh tahun mendatang,
setelah teriadi perubahan RTRW.

1.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui penyimpangan pada pembangunan Malang Town Square (Matos).
2. Mengetahui dampak pembangunan Matos terhadap lalu lintas di ialan Veteran.
3. Mengetahui dampak pembangunan Matos terhadap akibat berkurangnya ruang terbuka
hiiau di Kota Malang.
4. Mengetahui rencana tata ruang wilayah kota Malang pada sepuluh tahun mendatang,
setelah teriadi perubahan RTRW.

1.4. Batasan Masalah
Pada makalah kali ini kami membatasi permasalahan yang kami angkat pada
dampak dan eIek negatiI dari pembangunan pusat perbelaniaan Malang Town Square
terhadap kemacetan di ialan Veteran, baniir yang teriadi saat huian, bagaimana
pengaruhnya terhadap lingkungan di Malang akibat berkurangnya RTH ( tempat
berdirinya Malang Town Square ), serta bagaimana RTRW kota Malang lima sampai
sepuluh tahun mendatang.

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hiiau atau yang lebih dikenal dengan RTH adalah salah satu
upaya untuk mengatasi pemanasan global. Walaupun pemanasan global tidak bisa di
cegah melainkan hanya bisa dengan memperlambat laiu perkembangannya. RTH
merupakan lahan yang ada di sebuah kota dengan tumbuhan sebagai penyeimbang
tingkat polusi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah, minimal ruang terbuka hiiau adalah
20 dari luas kota.
Masing-masing kota memiliki RTH ideal masing-masing. Jika sebuah kota sudah
memiliki RTH sesuai dengan angka ideal, maka 80 diserap oleh pepohonan untuk
Iotosintesis, 10 kembali ke angkasa, dan hanya 10 lagi yang menempel pada
bangunan, aspal dan lainnya. Apabila hal tersebut telah terealisasi maka kota yang
memiliki RTH ideal udaranya akan terasa seiuk. Namun pada kenyataannya RTH di
sekitar kita masih sangat minim. Itulah yang membuat bumi kita terasa semakin panas.
Ruang terbuka hiiau merupakan area memaniang/ialur dan/atau mengelompok
yang penggunannya lebih bersiIat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaia ditanam. Keberadaan ruang terbuka hiiau (RTH)
memiliki Iungsi penting yaitu ekolois dan sosial ekonomi. Fungsi ekologis RTH yaitu
dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah baniir, mengurangi polusi udara dan
mengurangi iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu Iungsi sosial-ekonomi untuk memberikan
Iungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan Iungsi arsitektural sebagai
landmark kota.
Adapun rencana Iungsi dan manIaat RTH di Kota Malang sebagai berikut:
O Teriaminnya ketersediaan oksigen dalam iumlah yang cukup dan menerus.
O Terciptanya iklim yang sehat, udara bersih bebas polusi.
O Terciptanya suasana teduh, nyaman, bersih, dan indah.
O Terkendalinya sistem tata air (hidrologi) secara optimal dan memungkinkan
adanya hasil sampingan berasal dari tanaman produktiI yang sengaia ditanam di
lokasi yang aman dari polusi pada media tanah, air dan udara.

O Tersedianya sarana rekreasi dan wisata kota.


O Sebagai lokasi cadangan untuk keperluan sanitasi kota dan pemekaran kota.
O Sebagai sarana penuniang pendidikan dan penelitian, sertaialur pengaman dalam
penataan ruang kota.

2.2. Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada hakekatnya merupakan
suatu paket kebiiakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil
perencanaan wuiud struktural dan pola pemanIaatan ruang. Bagi wilayah Kota Malang,
kebiiakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan
spasial, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci
maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, pemukiman,
serta Iasilitas umum dan sosial.
Dalam implementasinya, pemanIaatan ruang dipengaruhi oleh beberapa Iaktor,
baik internal maupun eksternal, sehingga apabila dirasa teriadi suatu penyimpangan atau
pemanIaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW, maka pemerintah kota perlu
menyempurnakannya, baik dalam Iormat evaluasi maupun revisi supaya RTRW tersebut
tetap aktual, mampu mengakomodir aktivitas kota dan dapat dipedomani oleh setiap
stakeholder dalam pembangunan kota. Dalam operasionalnya, rencana tata ruang harus
memiliki kekuatan hukum berupa peraturan daerah.
Penyusunan RTRW kota dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah
perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan
dalam lingkup kotan dan kaitannya dengan propinsi dan kota/kabupaten sekitarnya,
dengan tidak menegesampingkan wawasan perlindungan lingkungan terhadap sumber
daya yang dimiliki daerah.
RTRW iuga harus berlandaskan keterpaduan, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan, keberlaniutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan,
kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum, kepastian hukum dan
keadilan serta akuntabilitas.

2.3. ungsi RTRW

Fungsi dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota menurut Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/2003 yaitu:
1. Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah.
2. Sebagai dasar kebiiaksanaan pokok pemanIaatan ruang di wilayah kota.
3. Sebagai alat untuk mewuiudkan keseimbangan antar wilayah kota/kabupaten dan
antar kawasan serta keserasian antar sektor.
4. Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta.
5. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan.
6. Sebagai dasar pengendalian pemanIaatan ruang.
7. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala sedang sampai skala
besar.
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan pedoman bagi pengembangan kota,
agar perkembangan kota tersebut lebih terarah, terpadu, dan lebih merata
perkembangannya. Dengan demikian perencanaan pengembangan kota dilakukan secara
sadar, diarahkan dan dikendalikan melalui proses perencanaan. Rencana Tata Ruang
Wilayah ini iuga dimaksudkan untuk dapat menanggulangi berbagai masalah yang
berkaitan dengan Ienomena ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah ini dituiukan untuk
dapat menanggulangi masalah-masalah yang ada melalui alokasi-alokasi kegiatan dan
pemanIaatan potensi-potensi yang tersedia. Pengaturan ruang kota ini agar upaya
pengaturan lokasi kegiatan sosial ekonomi perkotaan beserta inIrastruktur penuniangnya
sedemikin rupa, sehingga keterkaitannya memberikan hasil manIaat yang nyata dalam
masyarakat perkotaan.
Pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang selain harus meningkatkan
keseiahteraan masyarakat iuga harus sesuai dengan kondisi dan potensi yang sudah
ada.Dimana kota malang telah memiliki Peraturan Daerah Kota Malang No. 7 tahun
2001 tentang RTRW Kota Malang 2001-2011,sebagai berikut :
R1RW Kota Malang 1ahun 21-211 (Perda Ao. 7/21) Pemerintah Kota Malang
#:ang lingk:5 Perat:ran Daerah Nomor 7 Tah:n 2001 tentang #T# Kota
Malang Tah:n 2001-2011 mencak:5 . strategi dan kebiiakan 5engembangan wilavah

Kota Malang, #T# Kota Malang dan Ketent:an 5emanfaatan dan5engendalian r:ang.
Kebiiakan #T# Kota Malang dimaks:dkan :nt:kmew:i:dkan keter5ad:an. keterkaitan
dan keseimbangan antar wilavah sertakeserasian antarsektor dan diiadikan ac:an bagi
instansi 5emerintah danmasvarakat :nt:k mengarahkan lokasi dan memanfaatkan r:ang
daratan dan:dara.
T:i:an #T# Kota Malang adalah . 5emanfaatan r:ang wilavah
:nt:k5eningkatan keseiahteraan masvarakat dan 5ertahanan keamanan vangdiw:i:dkan
dalam #T# vang berk:alitas, terselenggaranva 5emanfaatanr:ang wilavah vang
berkelani:tan dan berwawasan lingk:ngan ses:ai dengankemam5:an dava d:k:ng dan
dava tam5:ng lingk:ngan hid:5 serta kebiiakan5embang:nan nasional dan daerah,
terselenggaranva 5engat:ran 5emanfaatanr:ang kawasan lind:ng dan kawasan
b:didava dan kawasan tertent: vang adadi daerah, terw:i:dnva keter5ad:an dalam
5engg:naan s:mber dava alam dans:mber dava b:atan dengan mem5erhatikan s:mber
dava man:sia, danterw:i:dnva kehid:5an masvarakat vang seiahtera.

2.4. Pengertian Kemacetan Lalulintas
Kemacetan lalulintas teriadi bila ditiniau dari tingkat pelayanan ialan yaitu pada
kondisi lalulintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatiI cepat akibat
hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatiI kecil. Pada kondisi ini nisbah
volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,80 V C ~ 0,80, iika tingkat pelayanan
sudah mencapai E aliran lalulintas meniadi tidak stabil sehingga teriadilah tundaan berat
yang disebut dengan kemacetan lalulintas (Nahdalina,1998:105).
Untuk ruas ialan perkotaan, apabila perbandingan volume per kapasitas
menuniukkan angka diatas 0,85 sudah dikategorikan tidak ideal lagi yang secara Iisik
dilapangan diiumpai dalam bentuk permasalahan kemacetan lalulintas. Jadi kemacetan
adalah turunnya tingkat kelancaran arus lalulintas pada ialan yang ada, dan sangat
mempengaruhi para pelaku perialanan, baik yang menggunakan angkutan umum maupun
angkutan pribadi, hal ini berdampak pada ketidaknyamanan serta menambah waktu
perialanan bagi pelaku perialan. Kemacetan mulai teriadi iika arus lalulintas mendekati
besaran kapasitas ialan. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya
sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total teriadi apabila

kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat (Tamin,2000:99). Lalulintas


tergantung kepada kapasitas ialan, banyaknya lalulintas yang ingin bergerak tetapi kalau
kapasitas ialan tidak bisa menampung maka lalulintas yang ada akan terhambat dan akan
mengalir sesuai dengan kapasitas iaringan ialan maksimum (Sinulingga,1999:70). Jadi
Iaktor yang mempengaruhi kemacetan adalah besarnya volume arus lalulintas dan
besarnya kapasitas ialan yang dilalui.
2.5. Tundaan dan Hambatan Samping
Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalulintas yang berada
diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya. Tundaan terbagi atas dua ienis,
yaitu tundaan tetap (Iixed delay) dan tundaan operasional (operasional delay).
1. Tundaan tetap (Iixed delay)
Tundaan tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh peralatan kontrol lalulintas dan
terutama teriadi pada persimpangan. Penyebabnya adalah lampu lalulintas, rambu-
rambu perintah berhenti, simpangan prioritas (berhenti dan beri ialan), penyeberangan
ialan sebidang bagi peialan kaki dan persimpangan rel kereta api.
2. Tundaan operasional (operasional delay)
Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh adanya gangguan diantara
unsur-unsur lalulintas sendiri. Tundaan ini berkaitan dengan pengaruh dari lalulintas
lainnya. Tundaan operasional terbagi atas dua ienis yaitu:
a. Tundaan akibat gangguan samping (side Iriction), disebabkan oleh pergerakan
lalulintas lainnya, yang mengganggu aliran lalulintas seperti kendaraan parkir,
peialan kaki, kendaraan yang berialan lambat, dan kendaraan keluar masuk halaman
karena suatu kegiatan.
b. Tundaan akibat gangguan didalam aliran lalulintas itu sendiri (internal Iriction)
seperti volume lalulintas yang besar dan kendararaan yang menyalip.
Hambatan samping adalah dampak dari kineria lalulintas dari aktivitas samping segmen
ialan seperti peialan kaki (bobot 0,5), kendaraan umum/kendaraan lain berhenti (bobot1 1,0),
kendaraan masuk/keluar sisi ialan (bobot 0,7), dan kendaraan lambat (bobot 0,4) (MKJI,1997:5-
39). Untuk menentukan kelas hambatan samping (SFC) dapat dilihat pada tabel II.1:









2.6. Pengertian Banjir
Baniir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa baniir timbul iika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Baniir pada umumnya disebabkan oleh
air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah huian yang tinggi.
Kekuatan baniir mampu merusak rumah dan menyapu Iondasinya. Air baniir iuga
membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut. Bencana baniir
hampir setiap musim penghuian melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan
Irekuensi keiadian bencana baniir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti.
Keiadian bencana baniir tersebut sangat dipengaruhi oleh Iaktor alam berupa curah huian
yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu Iaktor ulah manusia
iuga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah
bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan
sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran baniir dan
sebagainya.
Berdasarkan sumber air yang meniadi penampung di bumi, ienis baniir dibedakan
meniadi tiga, yaitu baniir sungai, baniir danau, dan baniir laut pasang.
a. Baniir Sungai, teriadi karena air sungai meluap.
b. Baniir Danau, teriadi karena air danau meluap atau bendungannya iebol.
c. Baniir Laut pasang, teriadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

2.7. Penyebab Terjadinya dan Dampak dari Banjir
Secara umum, penyebab teriadinya baniir adalah sebagai berikut :
a. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,

b. Pendangkalan sungai,
c. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong
royong,
d. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
e. Pembuatan tanggul yang kurang baik,
I. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
Baniir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa :
a. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
b. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
c. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
d. Rusaknya areal pertanian
e. Timbulnya penyakit-penyakit
I. Menghambat transportasi darat

2.8. Pengertian Drainase Kota
Drainase adalah suatu ilmu tentang pengeringan tanah. Drainase (drainage)
berasal dari kata to drain yang artinya mengosongkan air. Dalam bidang teknik sipil,
drainase secara umu dapat dideIinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari huian, rembesan, maupun kelebihan air irigasi/lahan
sehingga Iungsi dari kawasan/lahan tidak terganggu (Supirin, 2004). Drainase
menyangkut pengaliran kelebihan air permukaan dan air tanah ke badan air atau ke
bangunan peresapan.
Kelebihan air pada suatu kawasan perkotaan akibat air huian dan air limbah
rumah dialirkan melalui suatu bangunan drainase perkotaan ke badan air. Untuk dapat
menialankan Iungsinya, darinase terdiri dari beberapa eleman bangunan yang
direncanakan secara sistematis sesuai dengan Iungsi masing-masing sehingga membentuk
suatu sistem drainase.
Menurut SKSNI T-07-1990-F, drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang
berIungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan
dapat memberikan manIaat bagi kegiatan kehidupan masyarakat. Lingkup sistem drainase

perkotaan meliputi drainase permukiman, drainase ialan raya, drainase lapangan terbang, sistem
drainase khusus dan pengisian air tanah.
Tuiuan prasarana drainase kota adalah untuk :
1. Meniamin kesehatan dan keseiahteran masyarakat;
2. Melindungi alam dan lingkungan, seperti tanah, udara, dan kualitas air;
3. Menghindari bahaya, kerusakan materiil, kerugian, dan beban-beban lain yang
disebabkan oleh genangan air;
4. Memperbaiki kualitas lingkungan;
5. Mengkonservasi sumber daya air.
Sedangkan Iungsi dari drainase perkotaan, antara lain :
1. Mengeringkan daerah genangan air;
2. Mengendalikan akumulasi limpasan air huian yang berlebihan;
3. Mengendalikan erosi, kerusakan ialan dan bangunan-bangunan.











BAB III

PEMBAHASAN


3.1. Penyimpangan Pembangunan Matos
Seiak awal perencanaanya, Malang Town Square (Matos) yang terletak di Jalan
Veteran, Kota Malang telah memunculkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Bisa
dikatakan bahwa pihak Matos makin agresiI menuniukkan arogansi kapitalnya dan tetap
melaksanakan pembangunan tersebut.
Pembangunan pusat perbelaniaan berskala regional MATOS (Malang Town
Square) di Kota Malang yang berdiri diantara banyak lembaga pendidikan, dari Sekolah
Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) mengundang banyak kritik dari berbagai
pihak, terutama dari pemerhati dan praktisi pendidikan serta dari aktivis lingkungan.
Mereka berpendapat pembangunan MATOS akan sangat berdampak terhadap lingkungan
perkembangan pendidikan di Kota Malang yang nota bene merupakan salah satu pusat
Pendidikan di Indonesia, sebab pembangunan MATOS menempati ruang yang
semestinya merupakan ruang untuk pengembangan pendidikan dan Ruang Terbuka Hiiau
(RTH) sebagaimana yang telah diatur dalam Perda No. 07 tahun 2001 tentang Rencana
Tata ruang dan wilayahyang berisi 'Kawasan RTH (Ruang Terbuka Hiiau) yang
diarahkan sebagai obyek wisata yang berorientasi pada pelestarian alam dan pendidikan
lingkungan, serta melanggar PERATURAN DAERAH KOTA MALANG TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG TAHUN 2001-2011 pasal 4,
yaitu Tuiuan RTRW Kota Malang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 yaitu
:pemanIaatan ruang wilayah untuk meningkatkan keseiahteraan masyarakat
..terselenggaranya pemanIaatan ruang wilayah yang berkelaniutan dan berwawasan
lingkungan.
Sementara para aktivis lingkungan menyoroti pembangunan MATOS dari sisi
hilangnya ruang terbuka hiiau (RTH) yang mempunyai Iungsi sebagai paru-paru Kota
dan penyangga ekosistem dan tempat bagi berkembangnya plasma nutIah yang menurut
Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-
Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Hayati dan Ekosistem harus
dilindungi keberadaannya. Ketentuan itu iuga diatur dalam INMENDAGRI Nomor 24

tahun 1985 yang menyatakan adanya larangan untuk perubahan Iungsi tanah bengkok,
taman kota, kebun binatang dan lapangan olahraga; yang diperielas lagi denagn
INMENDAGRI No. 14 tahun 1988 yang berisi tentang instruksi kepada Pemerintahan
Daerah untuk melaksanakan pengelolaan dan pengendalian dalam rangka meningkatkan
Iungsi dan peran ruang terbuka hiiau kota, dengan melarang adanya perubahan
penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hiiau) untuk kepentingan lain.

3.2. Lalu Lintas 1alan Veteran Akibat Pembangunan Matos
Pembangunan Malang Town Square selain berdampak terhadap keadaan alam
iuga berdampak terhadap keadaan lalu lintas di ialan depan Matos, yaitu ialan Veteran.
Setiap hari ribuan kendaraan yang keluar masuk Matos serta lewat di ruas Veteran. Hal
tersebut yang mengakibatkan kemacetan di ialan veteran, khususnya di depan Matos dan
mall MX dan iumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat antara tahun
2003-2004 pertambahan kendaraan bermotor sebesar 18 dan bertambah 27,4 pada
tahun 2004-2005.
Selain itu, pembangunan Matos iuga memicu munculnya banyak pedangang kaki
lima dan kendaraan umum yang berhenti di sepaniang ialan depan Matos. hal tersebut
pula yang menyebabkan kelancaran lalu lintas di ruas ialan Veteran semakin berkurang.
banyak pedagang kaki lima serta angkutan kota, bus, dan taksi yang berhenti atau parkir
di sepaniang ialan Veteran, walaupun hanya untuk menurunkan atau menunggu
penumpang.
Kemacetan lalu lintas itupun secara tidak langsung iuga berdampak terhadap
kesehatan manusia. Emisi gas hasil dari pembakaran mesin kendaraan berupa gas CO
2

bisa menyebabkan penyakit pernapasan yang berakibat Iatal terhadap kehidupan manusia.
Jadi secara tidak langsung, pembangunan Matos iuga berdampak negatiI terhadap
kesehatan masyarakat kota Malang.



3.3. Berkurangnya RTH Akibat Pembangunan Matos

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur menilai Pemerintah


Kota (Pemkot) Malang telah seringkali melanggar Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang
dan Tata Wilayah No. 7 Tahun 2001. Akibatnya, lingkungan di Kota Malang meniadi
rusak. Sering teriadi baniir dan peningkatan suhu udara.
Pelanggaran dilakukan dengan cara mengeluarkan Peraturan Wali Kota tentang
Rencana Detail Tata Ruang Kota Kawasan Kloien. Dalam Peraturan ini disebutkan
seiumlah lahan ruang terbuka hiiau bisa dipakai untuk bangunan sebanyak 80 persen dan
untuk ruang terbuka hiiau (RTH) sebanyak 20 persen dari total luas lahan.
Wakil Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang
Puiianto mengatakan bahwa menyusutnya luasan RTH yang cukup signiIikan meniadi
salah satu penyebab teriadinya baniir di Kota Malang terutama ketika curah huian tinggi.
Bahkan Matos yang sebelumnya mendapat penolakan dari berbagai pihak pun selain
mengalami kemacetan lalu lintas iuga mengalami baniir. Sebelum adanya pembangunan
Matos wilayah tersebut tidak pernah mengalami baniir. Tapi kini semakin tingginya
curah huian semakin sering teriadi baniir.
Selain itu, suhu udara di Kota Malang iuga meningkat. Berdasarkan data dari
Badan Meteorologi dan GeoIisika (BMG) Stasiun Klimatologi Karangploso Malang,
suhu maksimum absolut Malang tahun 1990 berkisar 29,10C-33,20C dan suhu
minimum 15,50C. Pada tahun 2006 mencapai 33,80C dan minimun berkisar 20C.
Seiak sepuluh tahun lalu ada peningkatan suhu 0,050C setiap tahun.
Luasan RTH Kota Malang hanya sekitar 14 persen dari total luas wilayah daerah
itu, padahal ketentuan yang ditetapkan minimal 20 persen dari luas wilayah. RTH Kota
Malang yang berbentuk taman hanya seluas 109.487 meter persegi yang tersebar di 31
titik.Sementara hutan kota yang tersebar di 11 titik mencapai 71.793 meter persegi dan
kebun bibit mencapai 5.800 meter persegi. Dalam waktu dekat ini diperkirakan bakal
bertambah seluas 2,5 hektare di kawasan Buring Kecamatan Kedungkandang.
RTH di Kota Malang sudah banyak yang beralih Iungsi di antaranya adalah eks
lahan Akademi Penyuluh Pertanian (APP) di Taniung berubah meniadi kawasan
perumahan mewah (Iien Nirwana) dan yang berlokasi di Jalan Veteran berubah meniadi
mal, Malang Town Square (Matos) dan mall MX.Selain itu, kawasan Pulosari sudah
berubah meniadi swalayan Hero, kawasan Indrokilo (belakang Museum Brawiiaya)

berubah meniadi perumahan mewah, sebagian lahan Stadion Gaiayana iuga berubah
meniadi mal, Malang Olympic Garden (MOG), hotel serta taman-taman kota iuga banyak
yang berubah meniadi gedung perkantoran.

3.4. Banjir Akibat Pembangunan Matos
Baniir yang teriadi pada musim huian sudah meniadi peristiwa rutin di beberapa
kota di Indonesia. Berbagai sebab meniadi pemicu teriadinya baniir, antara lain kapasitas
sistem iaringan drainase yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi
dari kedua-duanya. Kapasitas saluran drainase berdasarkan design criteria sudah
diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang teriadi sehingga kawasan yang
dimaksud tidak mengalami genangan atau baniir. Menurunnya kapasitas sistem
disebabkan antara lain, banyak teriadi endapan, teriadi kerusakan Iisik sistem iaringan
dan atau adanya bangunan liar di atas sistem iaringan. Sedangkan penyebab
meningkatnya debit antara lain, curah huian yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata
guna lahan, kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) di suatu kawasan.
Salah satu contohnya yaitu dampak dari pembangunan Malang Town Square
adalah seringnya teriadi baniir di sekitar MATOS pada saat musim huian. Hal tersebut
teriadi bisa disebabkan kurang baiknya sistem drainase / penyerapan air di daerah sekitar
MATOS. Dan iuga sering iuga disebabkan banyaknya sampah yang menyumbat saluran
penyerapan. Seperti yang kita ketahui letak dari MATOS sendiri berada di daerah
kawasan kota dan iuga berada di daerah ruang hiiau, dimana tersebut berada di kawasan
penyerapan air. Karena sudah terlaniur diiiinkan berdirinya MATOS di daerah tersebut,
tentu saia pemerintah dapat memutar otak untuk menanggulangi baniir yang sering teriadi
di depan ialannya, dan iuga dapat mengganggu pengguna ialan. Penanggulanginya yaitu
dengan sistem drainase yang baik. Drainase (pematusan) kota yang buruk selama ini
sering diiadikan penyebab teriadinya baniir (oleh air huian) di kota, sehingga terkadang
secara parsial, penanggulangan masalah baniir hanya tertumpu pada upaya
memperbanyak saluran-saluran drainase. Padahal perencanaan drainase kota saat ini tidak
hanya menganut konsep pematusan atau pengaliran air saia, tapi iuga menganut konsep
konservasi air perkotaan.

Drainase ialan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di


perkotaan dan luar perkotaan,drainase ialan raya selalu mempergunakan drainase muka
tanah (SurIace drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu
ialan atau trotoar. Walaupun iuga sebagaiman diluar perkotaan, ada iuga saluran drainase
muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka ialan
sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase ialan raya di perkotaan elevasi sisi atas
selalu lebih tinggi dari sisi atas muka ialan.Air masuk ke saluran melalui inIlet. InIlet
yang ada dapat berupa inIlet tegak ataupun inIlet horizontal. Untuk ialan raya yang lurus,
kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan ialan. Jika ialan ke arah lebar
miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi ialan atau pada bahu ialan,
sedangkan iika kemiringan arah lebar ialan kea rah median ialan maka saluran akan
terdapat pada median ialan tersebut. Jika ialan tidak lurus,menikung, maka kemiringan
ialan satu arah, tidak dua arah seperti ialan yang lurus. Kemiringan satu arah pada ialan
menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi ialan yaitu sisi yang rendah.
Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada iarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol
yang diposisikan dibawah badan ialan untuk mengalirkan air dari saluran.

3.5. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Malang 10 tahun Mendatang
Sebagai salah satu kota besar yang ada di Jawa Timur, Malang selalu mengalami
perkembangan setiap tahunnya.Perkembangan tersebut tentu memberikan dampak
terhadap RTRW kota Malang.Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan pedoman bagi
pengembangan kota, agar perkembangan kota tersebut lebih terarah, terpadu, dan lebih
merata perkembangannya.
Berpedoman pada hal tersebut Pemerintah Kota Malang mengeluarkan PERDA
Kota Malang No.4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Tahun 2010 2030.
Pasal 2 : Pembangunan Kota Malang diarahkan menuiu visi 'Terwuiudnya Kota Malang
sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Kota Sehat dan Ramah
Lingkungan, Kota Pariwisata yang Berbudaya, Menuiu Masyarakat yang Maiu
dan Mandiri.
Pasal 3 : Misi Pembangunan Kota Malang, yaitu ;

1. Mewuiudkan dan Mengembangkan Pendidikan yang Berkualitas;


2. Mewuiudkan Peningkatan Kesehatan Masyarakat;
3. Mewuiudkan Penyelenggaraan Pembangunan yang Ramah Lingkungan;
4. Mewuiudkan Pemerataan Perekonomian dan Pusat Pertumbuhan Wilayah
Sekitarnya;
5. Mewuiudkan dan Mengembangkan Pariwisata yang Berbudaya;
6. Mewuiudkan Pelayanan Publik yang Prima.
Pasal 7 : Penataan ruang wilayah Kota Malang, bertuiuan ;
a) Mewuiudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor
penuniang pariwisata serta sektor industri, perdagangan dan iasa agar
tercipta kota yang aman, nyaman, produktiI dan berkelaniutan;
b) Terwuiudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam iumlah
yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota.
Pasal 8 : Kebiiakan dan strategi perencanaan RTRW Kota Malang ;
1) Untuk mewuiudkan penataan ruang wilayah Kota Malang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, ditetapkan kebiiakan dan strategi perencanaan
tata ruang wilayah Kota Malang.
2) Kebiiakan dan strategi perencanaan tata ruang wilayah Kota Malang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Struktur ruang wilayah kota;
b. Pola ruang wilayah kota;
c. Penetapan kawasan strategis wilayah kota.
Pasal 20 : Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota
a)Pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan /atau
regional,yakni pada kawasan Alun-alun dan sekitarnya dengan Iungsi
pelayanan primer dan pelayanan sekunder. Pelayanan primer meliputi
pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan iasa, sarana olahraga, dan

peribadatan sedangkan pusat pelayanan sekunder meliputi pendidikan ,


Iasilitas umum dan social, perdagangan dan iasa, perumahan serta ruang
terbuka hiiau.
b)Sub pusat pelayanan Kota Malang terdiri dari :
1.Kawasan Pasar Dinoyo dan sekitarnya serta Taman Krida Budaya dan
sekitarnya, melayani sub wilayah Kecamatan Lowokwaru dengan Iunsgsi
primer meliputi pendidikan, perdagangan dan iasa, industri besar/menengah
dan kecil dan wisata budaya serta Iungsi sekunder meliputi perumahan,
perkantoran, Iasilitas umum, dan ruang terbuka hiiau.
2.Kawasan Pasar Blimbing dan sekitarnya, Jalan Laksamana Adi Sucipto dan
sekitarnya, Kawasan Perumahan Pondok Blimbing Indah dan sekitarnya,
serta Terminal Ariosari dan sekitarnya, melayani Sub wilayah Kota Malang
Timur Laut, meliputi sebagian Wilayah Kecamatan Blimbing, dengan
Iungsi pelayanan primer : pelayanan terminal, industri besar, menengah,
dan kecil, perdagangan dan iasa, pendidikan dan sarana olah
raga.Pelayanan sekunder : permukiman, sarana olahraga, perkantoran,
pendidikan dan Iasilitas umum, serta ruang terbuka hiiau.
3.Sub pusat pelayanan kota yang berada di kawasan Perumahan Sawoiaiar,
'ellodrom dan sekitarnya, serta Perumahan Buring dan sekitarnya,
melayani Sub Wilayah Kota Malang Timur, meliputi sebagian wilayah
Kecamatan Kedungkandang dan sebagian wilayah Kecamatan Blimbing,
dengan Iungsi pelayanan primer : perkantoran, sarana olahraga, industri
dan perumahan.Pelayanan sekunder : perdagangan dan iasa, peribadatan,
pendidikan, Iasilitas umum, dan RTH.
4.Pasar Gadang dan sekitarnya, kawasan Jalan Mayien Sungkono dan
sekitarnya, serta Jalan Satsuit Tubun Gadang Bumiayu dan sekitarnya,
melayani Sub wilayah kota Malang Tenggara, meliputi sebagian wilayah
Kecamatan Sukun dan sebagian Kecamatan Kedungkandang, dengan
Iungsi : elayanan primer : perkantoran, perdagangan dan iasa, pusat olah
raga, gedung pertemuan, industri, dan perumahan. Pelayanan sekunder :

perdagangan dan iasa, peribadatan, pendidikan dan Iasilitas umum, serta


RTH.
5.Sub Pusat Pelayanan Kota berada di kawasan Jalan Dieng Terusan Dieng
dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Barat, meliputi wilayah
sebagian Kecamatan Sukun, dengan Iungsi pelayanan primer : industri,
Iasilitas umum, dan perumahan.Pelayanan sekunder : pendidikan,
pertanian, perdagangan dan iasa, sarana olah raga, dan RTH.

Pasal 45 : Menielaskan tentang pengadaan Ruang Terbuka Hiiau (RTH)
Kota Malang, dimana rencana tentang pengembangan RTH di beberapa
wilayah Kota Malang termuat pada ayat (6) yang meliputi antara lain :
a) Pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana;
b) pengembangan Taman Pintar di kawasan perumahan Dieng,
Araya, dan Permata Jingga;
c) pengembangan Taman Teknologi di alun-alun kota, alun-alun
tugu, ;ellodrom yang dilengkapi dengan Iasilitas gazebo dan shelter;
d) pengembangan Lapangan Rampal sebagai taman teknologi,
lapangan pertuniukan, dan pameran;
e) dst
Pasal 47 : Memuat tentang rencana kawasan perumahan, dimana
pengembangan perumahan di Kota Malang untuk 10 tahun mendatang
diarahkan pada pembangunan rumah bertingkat (vertical) dan layak huni.








BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pembangunan MATOS menimbulkan dampak negatiI bagi masyarakat
sekitar dan warga kota Malang. Pada awalnya pembangunan mall ini menimbulkan
pro kontra masyarakat karena didirikan di tengah kawasan pendidikan. Selain itu,
pembangunan MATOS menempati ruang yang semestinya merupakan ruang untuk
pengembangan pendidikan dan Ruang Terbuka Hiiau (RTH) sebagaimana yang
telah diatur dalam Perda No. 07 tahun 2001 tentang Rencana Tata ruang. Dampak
negative yang timbul akibat pembangunan ini antara lain : berkurangnya RTH,
kemacetan lalu lintas dan baniir. Kemacetan lalu lintas teriadi karena banyaknya
penguniung yang masuk maupun keluar dari matos. Selain itu masalah baniir akibat
kurang baiknya sistem drainase / penyerapan air di daerah sekitar MATOS. Dan
iuga sering iuga disebabkan banyaknya sampah yang menyumbat saluran
penyerapan. Seperti yang kita ketahui letak dari MATOS sendiri berada di daerah
kawasan kota dan iuga berada di daerah ruang hiiau, dimana tersebut berada di
kawasan penyerapan air.

4.2 Saran
Pihak pengelola MATOS hendaknya dapat meminimalisir dampak negative yang
ditimbulkan missal dengan mengatur parkir dan keluar masuk kendaraan serta
disediakan Iasilitas pengelolaan limbah yang baik agar lingkungan dapat seimbang.
Untuk pemerintah hendaknya mempertimbangkan dampak yang teriadi pada warga
sebelum memberi izin pembangunan gedung seperti MATOS. Selain itu
pemerintah iuga harus memperbaiki system drainase yang ada agar kota Malang
bebas dari baniir.

Anda mungkin juga menyukai