Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERMASALAHAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH


DAN NEGARA
MATA KULIAH KEUANGAN PUBLIK ISLAM

DOSEN PENGAMPU:
Rohana, SE.,ME

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Astuti (501210141)
2. Deva Fitriani (501210148)
3. Galih Adi Nugroho (501210158)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya. Tidak lupa juga,
sholawat beriring salam selalu kami panjatkan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW, yang menuntun umat manusia dari jaman
jahiliah ke jaman Islam yang pesat sekarang ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keuangan Publik Syariah, dengan
judul “Permasalahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan
Negara”. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Rohana,SE.,ME selaku dosen pengampu.
Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami mohon maaf dan sangat dibutuhkan saran serta
masukan yang bersifat membangun. Harapan kami, semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai referensi
bagi kami dan siapa saja yang membacanya.

Jambi, 27 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Belanja Daerah................2
B. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Belanja Negara.................6
C. Bagaiman cara mengatasi masalah yang terjadi...................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................17
B. Saran..................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia mengacu pada


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang kemudian
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan dengan
memberikan hak kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri pemerintahannya serta kebutuhannya. dari
orang-orang mereka. Selanjutnya dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintah daerah menentukan
prioritas pembangunan daerah melalui kewenangan yang
dimilikinya untuk menghimpun anggaran secara mandiri dan
berperan distributif dalam anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD).

Pemerintah daerah menentukan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya dan APBD ini
merupakan suatu instrumen yang utama dalam rangka
pelaksanaan pembangunan daerah (Fathiyah et al., 2021).
Pembiayaan pembangunan daerah merupakan cerminan dari
alokasi besarnya pendapatan dan belanja daerah. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi yang berbanding lurus, yaitu
apabila alokasi pendapatan daerah meningkat maka akan
memiliki dampak yang sama terhadap porsi pembiayaan pada
pembangunan dalam belanja daerah yang juga akan semakin
meningkat sehingga kebutuhan pembangunan bisa terpenuhi
tanpa hambatan. Adanya pertimbangan bahwa lahirnya
desentralisasi fiskal secara signifikan akan membatasi
keuangan pemerintah daerah dan memungkinkan
berkurangnya ketergantungan dari bantuan pemerintah pusat,
sehingga adanya peningkatan kebutuhan pembiayaan yang
diperuntukkan dalam rangka belanja daerah wajib dapat
digunakan secara ekonomis, efisien dan efektif.

1
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan
dalam perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah melalui
instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN
berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN merupakan
instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai
stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum. Fungsi APBN agar dapat berjalan
secara optimal, maka sistem anggaran dan pencatatan atas
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat
dan sistimatis.

Adanya kewenangan untuk mengatur keuangan


daerah secara mutlak, ini menyebabkan peranan pemerintah
daerah akan semakin besar dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan agar masyarkat menjadi sejahtera. Hal inilah yang
mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk terus berupaya
menggerakkan perekonomian dengan menggunakan
pengeluaran pembangunan secara efektif dan efisien yang
merupakan unsur belanja daerah. Pembangunan yang efektif
dan efisien harus mengacu pada aspirasi rakyat dan sesuia
dengan pendapatan yang dimiliki, sehingga apa yang menjadi
tujuan daerah dalam mensejahterakan rakyatnya dapat
tercapai.

2
B. RUMUSAN MASALAH
A. Masalah apa saja yang sering Terjadi pada Belanja
Daerah?
B. Masalah apa saja yang sering Terjadi pada Belanja
Negara?
C. Bagaimana cara mengatasi Masalah yang terjadi
tersebut?

C. Tujuan Pembelajaran

A. Agar mengetahui apa saja yang menjadi masalah pada


Belanja Daerah
B. Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada Belanja
Negara
C. Untuk mengetahui bagaiman cara mengatasi masalah
yang terjadi tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.MASALAH BELANJA DAERAH

Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui


sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan (UU 33 tahun 2004).

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening


Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah (PP
No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan).1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD


adalah sebuah rencana keuangan dengan periode tahunan
yang dibahas dan disetujui bersama pemerintah daerah dan
DPRD, serta ditetapkan menggunakan peraturan daerah (Halim
& Kusufi, 2014). Sementara, menurut Hasanah & Anitasari
(2020) APBD merupakan bentuk sebuah pengelolaan keuangan
daerah yang setiap tahu ditetapkan menggunakan peraturan
daerah. 2APBD memiliki unsur yang meliputi: 1. Pendapatan
yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah 2. Anggaran
belanja yang dirinci atas dasar organisasi, fungsi, dan jenis
belanja. 3. Pembiayaan yang terdiri dari penerimaan daerah
dan pengeluaran daerah.3

1
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, “Apa yang dimaksud dengan Belanja Daerah?,
Diakses dari, pada tanggal 26 September 2023 pukul 22.25 Wib.
2
Miftahul Hasanah and Merri Anitasari, “ANALISIS BELANJA DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN
2014-2017 (TINJAUAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS),” Convergence: The Journal of Economic
Development 1, no. 2 (April 2, 2020): 1–12, .
3
Endah Purwaningsih and Nuwun Priyono, “ANALISIS BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA
MAGELANG TAHUN 2015-2019,” Jemasi: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi 17, no. 1
(June 8, 2021): 24–38.

1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
2019, belanja daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Belanja Operasi, diartikan sebagai sebuah


pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka
pendek.
b. Belanja Modal, diartikan sebagai sebuah pengeluaran
angagran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 1 periode akuntansi.
c. Belanja Tidak Terduga, diartikan sebagai sebuah
pengeluaran anggaran atas Beban APBD untuk
keperluan darurat termasuk keperluan mendesak
yang tidak diprediksi sebelumnya.
d. Belanja Transfer, diartikan sebagai sebuah
pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah kepada
Pemerintah Daerah lainnya dan/atau dari Pemerintah
Daerah kepada pemerintah desa. Belanja Transfer
Daerah meliputi:
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
d. Dana Otonomi Khusus dan Dana
Penyesuaian.

Belanja Daerah :

1.Belanja Langsung

A. Belanja pegawai;
B. Belanja barang dan jasa;
C. Belanja modal;

2. Belanja Tidak Langsung

1) Belanja pegawai;
2) Bunga;
3) Subsidi;
4) Hibah;
5) Bantuan sosial;
6) Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
7) Belanja tidak terduga.

2
Salah satu hal yang menjadi fokus pengukuran kinerja
adalah belanja daerah. Hal ini dikarenakan sifat belanja
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Oleh
karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk mengelola
belanja dengan baik sehingga dana (uang) yang
dibelanjakan dapat menghasilkan manfaat bagi
masyarakat.

Beberapa kendala yang umumnya dihadapi daerah


sehingga pelaksanaan belanja daerah tidak tepat waktu antara
lain :
1) penetapan Perda APBD yang terlambat, menyebabkan
terlambatnya pelaksanaan kegiatan;
2) terjadinya gagal lelang, sehingga pemda harus mengulang
proses lelang yang pada akhirnya menghambat
penyerapan anggaran dan pencapaian output; dan
3) belum selesainya persiapan pelaksanaan kegiatan,
misalnya pembebasan tanah.4
Perencanaan anggaran yang kurang baik jelas berimbas
pada pelaksaan anggarannya. Anggaran yang dibuat bukan
berdasarkan kebutuhan jelas tidak membuat pelaksanaan
harus dilaksanakan secepat mungkin. Anggaran yang
dihabiskan belum tentu juga memberikan manfaat pada
masyarakat. Hal ini tergantung komposisi anggaran yang
dibuat sebelumnya. Masalah anggaran pemerintah tidak
sesederhana apakah telah terserap semuanya atau masih
banyak yang tersisa.masalah anggaran belanja ini bermula dari
perencanaannya dan berlanjut hingga ke pelaksanaannya.
Selama tidak ada kemauan dari berbagai pihak, maka anggaran
belanja pemerintah tidak dapat dimanfaatkan optimal untuk
melayani masyarakat dan membuat rakyat sejahtera.
Anggaran hanya menjadi suatu rutinitas yang wajib
dilaksanakan tanpa peduli apa yang akan dihasilkan/diberikan
pada masyarakat karena tingkat kesejahteraan masyarakat
dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah
melalui anggaran yang mereka buat, bahwa anggaran
4
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, “Kendala dihadapi daerah dalams pelaksanaan
belanja daerah”,diakses dari https://djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=apa-kendala-dihadapi-daerah-
dalam-pelaksanaan-belanja-daerah, pada tanggal 26 September 2023 pukul 21.53 Wib.

3
pemerintah dibuat untuk membantu menentukan tingkat
kebutuhan masyarakat seperti, listrik, air bersih, kualitas
kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya agar terjamin
secara layak.5

Implementasi kebijakan desentralisasi telah


mempengaruhi secara nyata hubungan keuangan antara pusat
dan daerah. Struktur anggaran daerah, baik dari sisi
pendapatan maupun belanja terus menunjukan peningkatan.
Data realisasi APBD (kabupaten, kota dan provinsi) kurun
waktu 2009-2013, memperlihatkan terjadinya kecenderungan
peningkatan rata-rata pendapatan daerah 16% per tahun,
sedangkan belanja daerah meningkat sekitar 14% per tahun.
Defisit anggaran daerah menunjukkan kecenderungan
menurun, namun idle money terus meningkat. Sementara pada
sisi anggaran pemerintah pusat, persentase defisit terhadap
pendapatan negara justru mengalami peningkatan sekitar 10%
per tahun.
Kondisi ini mengindikasikan perlunya perubahan orientasi
desentralisasi fiskal di Indonesia, dari perhatian terhadap
peningkatan kuantitas belanja menjadi lebih menekankan
aspek kualitas belanja daerah. Namun indikator dan metode
pengukuran kualitas belanja daerah yang digunakan
pemerintah saat ini belum memadai menggambarkan kualitas
belanja daerah. Penelitian ini bertujuan:
1) Melakukan evaluasi anggaran belanja daerah,
mengetahui bagaimana daerah melakukan belanja
dan mengetahui bagaimana ketentuan regulasi
mempengaruhi perilaku belanja daerah;
2) Menemukan indikator yang relevan digunakan untuk
mengukur kualitas belanja, mengetahui tingkat
reliabilitas dan validitas indikator-indikator kualitas
belanja dan mengetahui hubungan antar konstruk
pembentuk kualitas belanja;
3) Menemukan model formulasi yang dapat digunakan
untuk mengukur kualitas belanja daerah sehingga

5
Miftahul Hasanah and Merri Anitasari, “ANALISIS BELANJA DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN
2014-2017 (TINJAUAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS),” Convergence: The Journal of Economic
Development 1, no. 2 (April 2, 2020): 1–12.

4
dapat digunakan untuk mempelajari pola distribusi
kewilayahan (peta) kualitas belanja daerah;
4) Merumuskan implikasi kebijakan dalam rangka
meningkatkan kualitas belanja daerah.

Fungsi dan tugas anggaran:


2. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, yang antara
lain digunakan untuk:
1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan sesuai
dengan visi dan misi yang ditetapkan.
2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi serta merencanakan
alternative sumber pembiayaannya.
3) Mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada
berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.
4) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian
strategi

b. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, yang


digunakan antara lain untuk:
5) Mengendalikan efisiensi pengeluaran.
6) Membatasi kekuasaan atau kewenangan Pemda dan
Mencegah adanya overlapping, understanding, dan
salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian
anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan
prioritas.

B. Masalah Pada Belanja Negara

Belanja negara merupakan bentuk pelaksanaan rencana


kerja Pemerintah untuk mewujudkan pembangunan.

5
Masyarakat baru bisa melihat aktivitas pemerintah ketika
proses belanja sudah selesai, seperti belanja infrastruktur,
belanja subsidi, belanja pendidikan, dan lain-lain. Salah satu
poin strategis pengelolaan pemerintahan menyangkut belanja
negara. Mekanisme pembelian harus terstruktur agar proses
pembelian dapat dilakukan secara terkendali. 6
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah
pusat, dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan
dana penyeimbang. Sebelum diundangkannya UU No. 17 tahun
2003, anggaran belanja pemerintah pusat dikelompokkan
dalam pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU
No. 17 tahun 2003 menggunakan unified budget sehingga tidak
lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil,
dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK)
Masyarakat baru bisa melihat aktivitas pemerintah ketika
proses belanja sudah selesai, seperti belanja infrastruktur,
belanja subsidi, belanja pendidikan, dan lain-lain. Salah satu
poin strategis pengelolaan pemerintahan menyangkut belanja
negara. Mekanisme pembelian harus terstruktur agar proses
pembelian dapat dilakukan secara terkendali.

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya,


menurut Pasal 11 ayat (5) UU No. 17 Tahun 2003. 7 tentang
keuangan negara ,belanja negara termasuk belanja pemerintah
pusat, diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi dan jenis
belanja . Klasifikasi belanja pemerintah pusat oleh organisasi
disesuaikan dengan struktur organisasi kementerian/lembaga
negara (K/L) pemerintah pusat. Setelah melalui banyak
perubahan dan perbaikan, hingga tahun 2014 terdapat 86
organisasi K/L yang meliputi 34.kementerian, 37 lembaga
pemerintah, 6.lembaga negara dan 6 organisasi non-struktural.
Selain dialokasikan melalui K/L, belanja pemerintah pusat
juga dialokasikan melalui Bendahara Umum Negara (BUN) ,
termasuk

6
Andar Ristabet Hesda - Sekretariat Ditjen, “Meningkatkan Kualitas Belanja Pemerintah,”
Kementrian Keuangan RI, Kamis , Mei 2017, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/.
7
“UU No. 17 Tahun 2003,” Database Peraturan | JDIH BPK, accessed September 26, 2023,
http://peraturan.bpk.go.id/.

6
18 Situasi APBN Indonesia Pendahuluan pembagian
Pembayaran bunga utang, subsidi, subsidi biaya dan
pengeluaran lainnya. Klasifikasi Fungsional Belanja Pemerintah
Pusat merupakan reklasifikasi program dimana pada format
sebelumnya merupakan rincian sektor/subsector.
Ada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik. Prinsip-
prinsip dasar keuangan publik telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan publik, serta prinsip-prinsip baru yang
mencerminkan penerapan prinsip-prinsip yang baik dalam
pengelolaan keuangan publik. Sebelum UUKN ada, sejumlah
prinsip digunakan dalam pengelolaan keuangan publik dan
diakui nilainya dalam pengelolaan keuangan publik di masa
depan. Pokok-pokok pengelolaan keuangan negara dijabarkan
sebagai berikut:

1) Asas kesatuan, menghendaki agar semua pendapatan dan


belanja negara disajikan dalam satu dokumen anggaran
2) Asas universalitas , mengharusakan agar setiap transaksi
keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen
anggaran
3) Asas tahunan, membatasi masa berlakunya anggaran
untuk satu tahun tertentu
4) Asas spesialitas, membatasi masa belakunya anggaran
yang disediakan terinci secara peruntukan nya.8

Belanja Penyelenggaraan Pemerintah Pusat9

1) Belanja Pegawai

Kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang


diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan
pensiunan serta pegawai honorer yang akan diangkat
sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik yang
bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka
mendukung tugas dan fungsi unit organisasi pemerintah.

2) Belanja Barang

8
Nur Asyiah, Hukum Administrasi Negara (yogyakarta: Deepublish, 2018).
9
MENTERI KEUANGAN, “KLASIFIKASI JENIS BELANJA,” 2011, https://jdih.kemenkeu.go.id/.

7
Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang
habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa
yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada masyarakat di luar kriteria belanja
bantuan sosial serta belanja perjalanan.

3) Belanja Modal

Pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset


dan/atau menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset
lainnya yang ditetapkan pemerintah.

4) Belanja Bunga Utang

Pembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang


(principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun
utang luar negeri yang dihitung berdasarkan ketentuan
dan persyaratan dari utang yang sudah ada dan
perkiraan utang baru, termasuk untuk biaya terkait
dengan pengelolaan utang.

5) Belanja Subsidi

Alokasi anggaran yang diberikan kepada


perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.
Belanja subsidi diberikan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara.

6) Belanja Hibah

Merupakan belanja pemerintah pusat dalam bentuk


transfer uang/barang kepada pemerintah negara lain,
organisasi internasional, BUMN/D, dan pemerintah
daerah yang bersifat sukarela, tidak wajib, tidak
mengikat, dan tidak perlu dibayar kembali serta tidak
terus menerus dan dilakukan dengan naskah perjanjian

8
antara pemberi hibah dan penerima hibah dengan
pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa.

7) Belanja Bantuan Sosial

Transfer uang atau barang yang diberikan oleh


Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan
termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang
lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok
dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial.

8) Belanja Lain-Lain

Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban


pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga
utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja
bantuan sosial serta bersifat mendesak dan tidak dapat
diprediksi sebelumnya.

9) Transfer ke Daerah

Semua pengeluaran negara yang dialokasikan kepada


daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisas

Beberapa masalah yang sering terjadi pada belanja negara

9
Beberapa masalah yang sering terjadi pada belanja negara
yang tidak semestinya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori, yaitu :10

1. overspending (belanja yang melebihi kebutuhan).


2. misspending (belanja yang tidak sesuai kebutuhan)
3. underspending (belanja yang tidak terlaksana)
4. fraud spending (belanja yang melanggar ketentuan
hukum).

Kesalahan proses belanja ini disebabkan oleh beberapa


hal, untuk kategori 1), 2), dan 3) pada umumnya disebabkan
oleh ketidakpahaman penyelenggara negara dalam melakukan
proses belanja. Adapun untuk kategori 4) disebabkan oleh
adanya oknum penyelegara negara yang secara sengaja
melakukan penyelewengan atas pelaksanaan belanja.
Proses belanja tidak dapat dipisahkan dari proses
perencanaan anggaran. Mekanisme penyusunan anggaran
sangat berpengaruh pada kualitas belanja. Sistem
penganggaran berbasis kinerja yang saat ini diterapkan
mendorong proses penyusunan anggaran menjadi lebih
terukur. Berdasarkan sistem ini, setiap penyusunan anggaran
harus disusun atas output yang ingin dicapai. Indikator
output ini sangat bermanfaat untuk mengetahui efektivitas
belanja.
Oleh karena itu, kualitas output sangat menentukan
kualitas belanjanya. Output yang baik akan memberikan
outcome (hasil) dan benefit (manfaat) yang baik, sementara
output yang buruk akan berakibat pada tidak optimalnya hasil
sehingga belanja yang dikeluarkan pun tidak efektif. Selain itu,
output yang baik adalah output yang disusun atas dasar
analisis kebutuhan.
proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan belanja
pemerintah kita masih terdapat beberapa kelemahan. Seperti
yang telah diuraikan di atas, kelemahan tersebut terletak pada
dua hal, yaitu ketidakpahaman penyelenggara negara dalam
melakukan proses belanja dan adanya oknum penyelenggara
negara yang secara sengaja melakukan penyelewengan. Dua

10
Andar Ristabet Hesda - Sekretariat Ditjen, “Meningkatkan Kualitas Belanja Pemerintah.”

10
hal ini akan menyebabkan adanya overspending,
underspending, misspending, dan fraud spending.
Pemerintah sangat selektif dalam mengawal proses
penyusunan belanja negara dalam APBN tahun 2023 agar
dapat memberikan dampak yangoptimal bagi perekonomian.
Atas hal tersebutdiatas, kebijakan belanja negara tahun
2023diarahkan antara lain untuk:11
1. Mendukung peningkatan kualitas SDM Indonesia
melalui pembangunan di bidang pendidikan,
Kesehatan, dan perlindungan sosial;
2. Percepatanpembangunan infrastruktur dasar
danpendukung transformasi ekonomi (a.l. TIK,
konektivitas, energi, dan pangan),termasuk
pembangunan IKN untuk mempercepatberdirinya
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru;
3. Meningkatkan efektivitas reformasi birokrasi yang
lebih efisien dan berintegritas;
4. Meningkatkan efektivitas program PerlindunganSosial
termasuk melanjutkan reformasi subsidi dan bantuan
sosial agar lebih efektif dan tepatsasaran;
5. Memperkuat pelaksanaan spendingbetter melalui
belanja yang berorientasi kepadahasil;
6. Meningkatkan sinergi dan harmonisasi belanja pusat
dan daerah terutama untukpenguatan akses dan
kualitas layanan publik; serta
7. Memperkuat fleksibilitas belanja untukantisipasi
ketidakpastian. Selain itu, pengelolaanTransfer ke
Daerah (TKD) juga diharapkan akanlebih terarah,
terukur, akuntabel, dan transparansehingga terjadi
percepatan transformasi ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

C. Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang terjadi


tersebut

11
TIM KEMENTERIAN KEUANGAN, “Buku Informasi APBN 2023 ,” 2023.hal 5

11
Ada beberapa Permasalahan pada Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah(APBD) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara(APBD), pada Belanja Daerah
masalah nya sebagai berikut.12

1. penetapan Perda APBD yang terlambat,


2. menyebabkan terlambatnya pelaksanaan kegiatan

3. terjadinya gagal lelang, sehingga pemda harus


mengulang proses lelang yang pada akhirnya
menghambat penyerapan anggaran dan pencapaian
output; dan
4. belum selesainya persiapan pelaksanaan kegiatan,
misalnya pembebasan tanah.

Untuk keterlambatan penyusunan APBD ada beberapa


cara untuk mengatasi nya yaitu;

5. Perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam proses


perencanaan partisipatif sedemikian rupa sehingga
aspirasi-aspirasi politik diyakini benar-benar
terserap dalam dokumen perencanaan. Dengan
demikian, pembahasan rancangan APBD dapat lebih
terfokus pada besaran dana yang seharusnya
dialokasikan dan tidak lagi terlalu terbebani dengan
transaksi-transaksi politik

6. Perlu dikembangkan strategi berupa dialog ataupun


sosialisasi mengenai perencanaan dan penganggaran
berbasis kinerja. Tujuan utama dilakukannya
langkah ini adalah untuk mengubah paradigma
tradisional yang berfokus pada penganggaran uang
menjadi paradigma yang berbasis kinerja yang
menitikberatkan pada perencanaan kegiatan yang
menjawab akar permaslahan masyarakat.

12
Komang Ayu Ani Savitri et al., “Analisis Faktor Penyebab Dan Akibat Dari Ketidaktepatan Waktu
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2017,” Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Humanika 9, no. 1 (2019).

12
7. Perlu penguatan kapasitas dan komitmen, baik bagi
kalangan Pemda maupun DPRD. Pada umumnya
Pemda yang mengalami keterlambatan APBD adalah
daerah tertinggal, sehingga perlu fasilitasi dan
pengawasan lebih intensif dari Pemprov maupun
Pemerintah Pusat. Namun sebenarnya yang utama
adalah komitmen, dan justru inilah yang paling sulit.
Proses politik berbiaya tinggi barangkali menjadi
akar masalah kenapa seringkali anggota dewan
(begitu pula Kepala Daerah) bernafsu besar ingin
menguasai anggaran.

8. Pemberian sanksi sesuai aturan mesti tetap


dijalankan namun dengan sanksi yang lebih spesifik.
Misalnya Pemda wajib menyampaikan Perda kepada
Menteri Keuanganpada tanggal yang ditentukan.
Bagi yang terlambat, penyaluran Dana Alokasi
Umum (DAU)-nya ditunda 25 persen per bulan. atau
Sanksi penghentian pemberian DAU dirubah dengan
sanksi penundaan pembayaran tunjangan pejabat
pemerintah dan anggota DPRD.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah, dalam ketentuan Pasal
311 ayat:13

1. Kepala daerah wajib mengajukan rancangan Perda


tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-
dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai
dengan waktu yang ditentukan oleh Peraturan
Perundang-undangan untuk memperoleh
persetujuan bersama.

2. Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan


Perda tentang APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi administrative berupa tidak
13
“UU No. 23 Tahun 2014,” Database Peraturan | JDIH BPK, 2014,
http://peraturan.bpk.go.id/uu-no-23-tahun-2014.

13
dibayarkan hak-hak keuangannya yang diatur dalam
ketentuan Perundang-undangan selama 6 (enam)
bulan. Sedangkan pada ketentuan Pasal 312, dalam
ayat

3. Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama


rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1
(satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran
setiap tahun.

4. DPRD dan Kepala daerah yang tidak menyetujui


bersama rancangan Perda tentang APBD sebelum
dimulainya tahun anggaran setiap tahun
sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangan yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan selama 6 (enam) bulan.

5. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak


dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila
keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh
Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan
Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang
telah ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Sedangkan menurut Kementrian keuangan untuk


mempercepat penyerapan anggaran output dan untuk
mengatasi belum selesainya persiapan pelaksanaan kegiatan
dilakukan hal sebagai berikut;

Menerapkan kebijakan pelaksanaan transfer ke daerah


berdasarkan kinerja penyerapan anggaran dan output di
daerah, Melakukan monitoring posisi kas dan simpanan pemda
di perbankan, dan Memberlakukan sistem reward/punishment.
Reward diberlakukan antara lain melalui Dana Insentif Daerah

14
yang diberikan kepada daerah berprestasi berdasarkan
beberapa kriteria diantaranya adalah kriteria kinerja keuangan
daerah, kinerja keuangan daerah tersebut termasuk total
penyerapan (realisasi) belanja. Punishment diberlakukan
melalui kebijakan konversi Dana Bagi Hasil dan/atau Dana
Alokasi Umum terhadap daerah dengan jumlah simpanan tidak
wajar.
Belanja negara merupakan bentuk realisasi kerja
pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan, Masyarakat
baru akan merasakan aktivitas pemerintah saat proses belanja
di lakukan. Mekanisme belanja harus disusun secara
terkendali agar tidak terjadi kebocoran belanja, karna masalah
utama saat kebocoran belanja terjadi pada saat pelaksanaan
nya.

Masalah kebocoran belanja negara adalah sebagai berikut;14

a) overspending (belanja yang melebihi kebutuhan).


Pada umumnya disebabkan oleh tidak paham nya
penyelenggara negara dalam melakukan proses
belanja negara.
b) misspending (belanja yang tidak sesuai kebutuhan)
Sama seperti overspanding, misspending disebabkan
oleh tidak paham nya penyelenggara negara dalam
melakukan proses belanja negara.
c) underspending (belanja yang tidak terlaksana)
Juga disebabkan oleh tidak paham nya penyelenggara
negara dalam melakukan proses belanja negara.
d) fraud spending (belanja yang melanggar ketentuan
hukum).
Disebabkan oleh kesengajaan melakukan
penyelewengan atas pelaksanaan belanja oleh oknum
penyelenggara negara.15

Kemudian cara megurangi masalah dan kendala pada


Belanja Negara ini, Kementerian keuangan telah menerapkan
Indikator Kinerja Pelaksana Anggaran atau disingkat (IKPA).

14
Savitri et al., “Analisis Faktor Penyebab Dan Akibat Dari Ketidaktepatan Waktu Penyusunan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2017.”
15
Savitri et al.hal 15

15
(IKPA) ditujukan sebagai indikator yang mengukur kualitas
kinerja pelaksanaan anggaran belanja K/L dari kesesuaian
terhadap perencanaan,

Efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaan


anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi. Pengawasan
pengelolaan kinerja keuangan yang meliputi nilai IKPA
dipengaruhi oleh ketaatan terhadap peraturan pengelolaan
keuangan, kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan
anggaran, dan juga sebagai alat kontrol dalam melakukan
pengawasan pengelolaan kinerja keuangan pada Satuan Kerja.
serta aktivitas pengelolaan uang.

Oleh karena itu, melalui mekanisme pengawasan atau


kontrol yang ketat dalam proses pelaksanaan anggaran
diharapkan dapat mengurangi potensi terjadinya overspending,
misspending, underspending, dan fraudspending.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui


sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan (UU 33 tahun 2004).Belanja
daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan
kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah (PP No. 58
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan).

Kesalahan proses belanja ini disebabkan oleh beberapa hal,


untuk kategori 1), 2), dan 3) pada umumnya disebabkan oleh
ketidakpahaman penyelenggara negara dalam melakukan
proses belanja. Adapun untuk kategori 4) disebabkan oleh

16
adanya oknum penyelegara negara yang secara sengaja
melakukan penyelewengan atas pelaksanaan belanja.
Proses belanja tidak dapat dipisahkan dari proses
perencanaan anggaran. Mekanisme penyusunan anggaran
sangat berpengaruh pada kualitas belanja. Sistem
penganggaran berbasis kinerja yang saat ini diterapkan
mendorong proses penyusunan anggaran menjadi lebih
terukur. Berdasarkan sistem ini, setiap penyusunan anggaran
harus disusun atas output yang ingin dicapai. Indikator output
ini sangat bermanfaat untuk mengetahui efektivitas belanja.

Untuk Mengatasi Masalah keterlambatan penyusunan pada


belanja daerah(APBD) dilakukan Perlu dilakukan inovasi-
inovasi dalam proses perencanaan yang lebih partisipatif
sehingga aspirasi-aspirasi politik diyakini benar-benar terserap
dalam dokumen perencanaan dan Pemberian sanksi sesuai
aturan mesti tetap dijalankan namun dengan sanksi yang lebih
spesifik, Sedangkan untuk mengatasi masalah pada belanja
negara(APBN) Kementerian keuangan telah menerapkan
Indikator Kinerja Pelaksana Anggaran atau disingkat (IKPA).
Sebagai alat kontrol dalam melakukan pengawasan pengelolaan
kinerja keuangan pada Satuan Kerja.

B. Saran

Demikian lah makalah dari kami.Semoga makalah ini dapat


memberi pengetahuan dan informasi baru bagi yang membaca.
Dan kami tak memungkiri bahwa,dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sudikah kiranya
pembaca memberi saran dan kritik . terimakasih

Dengan penulisan makalah ini kami memberi saran :


 Agar mahasiswa lebih merapakan paham tentang APBN

 Untuk mahasiswa yang membuat makalah diharapkan


mengambil referensi dari sumber yng benar dan lebih actual.
 Pembaca di harapkan memberi kritik dan saran atas
penulisan makalah ini agar tercipta makalah yang lebih baik

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku

TIM KEMENTERIAN KEUANGAN. “Buku Informasi APBN 2023


PDF,” 2023.
Asyiah, Nur. Hukum Administrasi Negara. yogyakarta:
Deepublish, 2018.

Jurnal

Andar Ristabet Hesda - Sekretariat Ditjen. “Meningkatkan Kualitas


Belanja Pemerintah.” Kementrian Keuangan RI, Kamis , Mei
2017.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/.
(diakses pada 25 september 2023)

Database Peraturan | JDIH BPK. “UU No. 17 Tahun 2003.” .


http://peraturan.bpk.go.id/.
(diakses pada 25 september 2023)

18
Database Peraturan | JDIH BPK. “UU No. 23 Tahun 2014,” 2014.
http://peraturan.bpk.go.id/uu-no-23-tahun-2014.
(diakses pada 25 september 2023)

Endah Purwaningsih, and Nuwun Priyono. “ANALISIS BELANJA


DAERAH PEMERINTAH KOTA MAGELANG TAHUN 2015-
2019.” Jemasi: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi
17,(June,8,2021):24–38.
https://doi.org/10.35449/jemasi.v17i1.229.
(diakses pada 25 september 2023)

Hasanah, Miftahul, and Merri Anitasari. “ANALISIS BELANJA


DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN 2014-2017 (TINJAUAN
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS).” Convergence: The Journal of
Economic Development 1, no. 2 (April 2, 2020): 1–12.
https://doi.org/10.33369/convergence-jep.v1i2.10905.
(diakses pada 25 september 2023)

“ANALISIS BELANJA DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN 2014-


2017 (TINJAUAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS).”
Convergence: The Journal of Economic Development 1, no. 2
2020: 1–12.
https://doi.org/10.33369/convergence-jep.v1i2.10905.
(diakses pada 25 september 2023)

MENTERI KEUANGAN. “KLASIFIKASI JENIS BELANJA,” 2011.


https://jdih.kemenkeu.go.id/.
(diakses pada 25 september 2023)

Savitri, Komang Ayu Ani, Made Adwityam Dewantara, Ni Luh Putu


Ari Darmayanti, Kadek Yanti Kusuma Dewi, and Ni Ketut
Cahyani Paramita Sari. “Analisis Faktor Penyebab Dan
Akibat Dari Ketidaktepatan Waktu Penyusunan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Buleleng Tahun
2017.” Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika 9, no. 1
(2019).

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai