disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Penganggaran dan Evaluasi Akuntansi Publik
2. PERMASALAHAN
a. Apa pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
b. Apa saja Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Bagaimana Kebijakan terkait Peraturan Daerah Kulon Progo 2023
d. Bagaimana Klasifikasi APBD menurut kelompok dan jenis pendapatan, belanja,
dan pembiayaan di Daerah Kulon Progo 2023
3. Tujuan
a. Mengetahui Pengertian dasar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
b. Mengetahui Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Mengetahui Kebijakan terkait Peraturan Daerah Kulon Progo 2023
d. Mengetahui Klasifikasi APBD menurut kelompok dan jenis pendapatan, belanja,
dan pembiayaan di Daerah Kulon Progo 2023
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah
suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 8 tentang
Keuangan Negara). Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus
dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut
adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan
penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi
atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
PBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan
semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun
anggaran tertentu Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk
memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran
daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD.
Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD
menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan
keuangan daerah. Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu
mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.
Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat
dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu system anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam
APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk
setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah
anggaran yang telah ditetapkan Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi
belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan
yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
2. Fungsi APBD
a. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi, dan efektivitas perekonomian daerah.
e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam
penganggaran
daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilitasi
Fungsi stabilitasi memiliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah
5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI 1.226.378.682.312
5.1.01 Belanja Pegawai 681.783.516.248
5.1.02 Belanja Barang dan Jasa 453.377.579.260
5.1.04 Belanja Subsidi 1.962.404.000
5.1.05 Belanja Hibah 70.797.932.804
5.1.06 Belanja Bantuan Sosial 18.457.250.000
5.2 BELANJA MODAL 208.796.398.853
5.2.01 Belanja Modal Tanah 4.513.733.600
5.2.02 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 63.371.881.553
5.2.03 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 59.014.194.100
5.2.04 Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan Irigasi 80.935.630.400
5.2.05 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 704.259.200
5.2.06 Belanja Modal Aset Lainnya 256.700.000
5.3 BELANJA TIDAK TERDUGA 7.760.756.803
5.3.01 Belanja Tidak Terduga 7.760.756.803
5.4 BELANJA TRANSFER 180.461.919.384
5.4.01 Belanja Bagi Hasil 11.549.583.484
5.4.02 Belanja Bantuan Keuangan 168.912.335.900
Jumlah Belanja 1.623.397.757.352
Total Surplus/(Defisit) (20.614.627.597)
6 PEMBIAYAAN
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 53.487.820.000
6.1.01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 53.487.820.000
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 53.487.820.000
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 32.873.192.403
6.2.02 Penyertaan Modal Daerah 32.873.192.403
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 32.873.192.403
Pembiayaan Netto 20.614.627.597
6.3
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah Tahun Berkenaan 0
DAFTAR PUSTAKA
https://kulonprogokab.go.id/v31/detil/10535/perhub-apbd-ta-2023-kabupaten-kulonprogo.
https://kulonprogokab.go.id/v31/detil/10536/perhub-apbd-ta-2023-kabupaten-kulonprogo.