Anda di halaman 1dari 13

MENGANALISIS ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


TAHUN 2021

Disusun oleh :
Imroatus Solehah (2021310110)
Moh. Rizkun Ali (2021310111)
Achmad Fahrur Rosi (2022310004)
Mikdaf Renaldi (2022310006)
Nuri Sugesti Maghdalina (2022310011)
Indra Dwi Cahyono (2022310022)
Moh Daniel Firmansyah (2022310027)
Farhan Malik (2022310029)
Riski Firmansyah (2022310031)
Maulana Lazuardi Pramudito (2022310032)
Ricky Eka Hartanto (2022310033)
Anggi Pria Hadi Pranata (2022310034)
Viky Wahyu Hidayat (2022310041)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MADURA
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Menganalisis Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara”. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih Bapak/Ibu guru yang sudah memberikan tugas kepada kami,
sehingga kami dapat menambah wawasan terhadap topik yang diberikan.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pamekasan, 1 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

2.1 Definisi APBN............................................................................................ 4

2.2 Kebijakan APBN Dalam Pengendalian Covid-19........................................ 5

2.3 Realisasi APBN tahun 2021......................................................................... 6

BAB III PENUTUP................................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 8

3.2 Saran.............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 9
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan


tahunan di Indonesia yang disusun setiap tahunnya oleh pemerintah disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang kedudukannya sangat penting karena merupakan alat
utama dalam menetapkan kehendak pemerintah. Penyerapan anggaran adalah salah satu
indikator yang menunjukkan suatu program atau kebijakan pemerintah berhasil atau
tidak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 (2021) menjelaskan bahwa belanja
pemerintah mempunyai peran yang penting untuk mendukung terwujudnya perekonomian
nasional. Pengalokasian belanja pemerintah pusat kepada kementerian/lembaga (K/L.)
dan Bendahara Umum Negara (BUN) untuk mencapai hasil tertentu.
Pengelolaan anggaran harus dilakukan setepat mungkin dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan hingga tahap pelaporan atau pertanggungjawaban, tetapi tata
kelola pemerintah dalam pelaksanaannya masih ditemukan permasalahan mengenai
lambatnya penyerapan anggaran oleh K/L dan satuan kerja dibawahnya. Konsumsi
merupakan salah satu faktor yang mendominasi pertumbuhan ekonomi. Penyerapan
anggaran yang digambarkan dari K/L akan memberikan efek berganda berdasarkan
belanja yang dilakukan pemerintah. Pergerakan sektor swasta dapat dilakukan dengan
penyerapan anggaran yang merupakan salah satu bentuk konsumsi (Fera Afifah, 2021).
Penyerapan anggaran yang sesuai dengan rencana semula akan menyebabkan kelancaran
kegiatan ekonomi.
Masalah utama anggaran pemerintahan adalah penyerapan anggaran tidak sesuai
dengan targetnya. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomis negara karena menanggung
bunga dan adanya ide cash pada rekening pemerintah. Fenomena yang terjadi saat ini
adalah penyerapan anggaran belum optimal sesuai dengan batas ideal penyerapan
anggaran triwulanan, sehingga mengakibatkan terlambatnya penyerapan anggaran baik
ditingkat pemerintah pusat maupun ditingkat K/L..
1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tentang Tindakan Pemerintah diatas, maka dapat


dirumuskan beberapa masalah berikut ini :

1. Apa Definisi APBN ?


2. Bagaimana Kebijakan APBN Dalam Pengendalian Covid-19?
3. Bagaimana Realisasi APBN Tahun 2021?

1.3 Tujuan Penulisan

Setiap pekerjaan yang dilakukan pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu,
demikian pula dengan makalah ini. Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Definisi Arti dari APBN.


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kebijakan APBN Dalam Pengendalian Covid-19.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Realisasi APBN Tahun 2021.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN
berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran
negara selama satu tahun anggaran (1 Januari-31 Desember). APBN, perubahan APBN,
dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Suparmoko (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran ialah suatu alat
perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran di masa yang akan datang umumnya
disusun dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan menurut Kementerian Keuangan
(2004), Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 17 Tahun 2003. APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR. APBN merupakan instrument
untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan, mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Dalam menyusun APBN, perencanaan alokasi belanja negara diarahkan untuk
mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara produktif, yaitu
terjadinya realokasi faktor-faktor produksi yang akan digunakan secara lebih efisien dan
efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi khususnya dalam
stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun langkah-
langkah peningkatan kualitas belanja negara dengan mengutamakan belanja modal
sebagai pendukung pendanaan bagi kegiatan pembangunan, mengefisienkan pendanaan
bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif, dan menghindari peningkatan
pengeluaran wajib. Belanja modal difokuskan untuk mendukung program infrastruktur,
mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan rakyat,
infrastruktur pertanian, dan infrastruktur energi serta komunikasi.
3

Sebelum tahun 1999 prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana
jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya
diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1999 hingga sekarang, prinsip
anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit. Sejalan dengan itu, format dan
struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I- Account. Perbedaan antara prinsip
anggaran surplus/defisit dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa: 1) Pinjaman
luar negeri tidak dicatat sebagai sumber penerimaan, melainkan sebagai sumber
pembiayaan, dan 2) Defisit Anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan dalam negeri
ditambah sumber pembiayaan luar negeri bersih. Apabila belanja lebih kecil daripada
anggaran, disebut sebagai anggaran surplus.
Sebaliknya, apabila anggaran lebih kecil daripada pengeluaran atau pengeluaran lebih
besar daripada anggaran, disebut anggaran defisit. Masing-masing kebijakan anggaran
mempunyai kecenderungan tersendiri. Pada sistem anggaran berimbang misalnya,
perekonomian cenderung berjalan stabil jika dibandingkan dengan kebijakan anggaran
defisit dan surplus. APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, dan
pembiayaan adalah merupakan instrumen utama kebijakan fiskal untuk mengarahkan
perekonomian nasional dan menstimulus pertumbuhan ekonomi sehingga besarnya
penyerapan akan berdampak pada semakin besarnya daya dorong terhadap pertumbuhan
dan sebaliknya.
Kebijakan APBN diharapkan dapat merespon dinamika rakyat, baik yang terkait
dengan perkembangan perekonomian secara luas, maupun perkembangan kehidupan
rakyat itu sendiri, sehingga diperlukan kebijakan fiskal yang fleksibel. Struktur APBN
terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer,
surplus/defisit, dan pembiayaan, Sejak tahun anggaran 2000, Indonesia telah mengubah
komposisi APBN dari T-account menjadi I- account sesuai standar statistik keuangan
pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).

4
2.2 Kebijakan APBN Dalam Pengendalian Covid-19
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan
Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Ubaidi Socheh mengatakan pandemi Covid-19
masih akan menjadi risiko terbesar dalam pelaksanaan APBN 2021, meskipun pada
semester II-2020 sudah mulai terlihat tanda-tanda pemulihan ekonomi.
Menurut Ubaidi, hal ini tercermin dari kasus positif Covid-19 yang masih terus
meningkat pada level global dan juga di Indonesia. Sementara vaksin Covid-19 masih
terus dikembangkan dengan penuh kompleksitas, dan juga risiko ketidakpastian di tingkat
global. Ubaidi menyampaikan, pandemi Covid-19 juga turut menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi. Pada 2020, Outlook-nya ekonomi Indonesia akan berada di
kisaran -0,6% sampai -1,7%. Tetapi di 2021 dengan beberapa kebijakan yang konsisten
untuk dilakukan, pertumbuhan ekonominya diproyeksikan mencapai 5%. Tetapi memang
ada beberapa risiko, antara lain pandemi Covid-19 masih bereskalasi, kemudian vaksin
Covid-19 butuh waktu yang lebih lama untuk penyediaannya, juga risiko ketidakpastian
baik dari sisi global, termasuk geopolitik.

Kebijakan Strategis
Defisit APBN 2021 diproyeksikan 5,70% PDB untuk mendukung percepatan
pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi. APBN 2021 berfokus pada tujuh kebijakan
strategis untuk akselerasi recovery dan transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju.
Yang tertinggi adalah untuk pembiayaan pendidikan dengan pagu total Rp 550,5 triliun.
Di antaranya adalah untuk pembiayaan penguatan kualitas pendidikan melalui
peningkatan skor PISA dan penguatan penyelenggaraan PAUD, serta peningkatan
kompetensi guru. Kedua, perlindungan sosial dengan alokasi anggaran Rp 421,7 triliun
untuk mendukung reformasi perlindungan sosial secara bertahap, yaitu perlindungan
sosial berbasis siklus hidup untuk antisipasi aging population.
Selanjutnya, penyediaan infrastruktur dengan pagu total Rp 413,8 triliun untuk
penyediaan infrastruktur layanan dasar, peningkatan konektivitas dan dukungan
pemulihan ekonomi, serta melanjutkan program prioritas yang tertunda. Untuk kesehatan
mendapatkan alokasi anggaran Rp 169,7 triliun untuk akselerasi pemulihan kesehatan
akibat Covid-19 dan melaksanakan reformasi jaminan kesehatan nasional (JKN) serta
mempersiapkan Health Security Preparedness.
5
Kebijakan lainya untuk ketahanan pangan dengan pagu Rp 104,2 triliun. Yakni untuk
peningkatan produksi pangan dan dukungan pemulihan ekonomi melalui revitalisasi
sistem pangan nasional dan pengembangan Food Estate. Untuk pariwisata dengan total
anggaran Rp 15,7 triliun, antara lain untuk mendorong pemulihan sektor pariwisata di
lima kawasan dan pengembangan skema KPBU.

Terakhir, bidang Information and Communication Technologies (ICT) dengan total


anggaran Rp 29,6 triliun untuk optimalisasi memanfaatkan ICT untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas layanan publik. Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dalam pengendalian COVID-19 dapat mencakup beberapa aspek seperti:
1. Dana Kesehatan: Pemerintah mengalokasikan dana untuk mendukung sistem
kesehatan, termasuk untuk pembelian peralatan medis, peningkatan kapasitas
rumah sakit, pengadaan vaksin, dan program vaksinasi.
2. Bantuan Sosial: Program bantuan sosial bertentangan untuk membantu
masyarakat yang terdampak ekonomi akibat pandemi, seperti bansos tunai, paket
sembako, dan subsidi listrik.
3. Stimulus Ekonomi: Pemerintah dapat memberikan insentif ekonomi seperti
pembiayaan pajak, kredit usaha, dan bantuan kepada sektor-sektor yang
terdampak.
4. Dana Penelitian: Dana mungkin dialokasikan untuk penelitian COVID-19,
termasuk pengembangan obat dan vaksin.
5. Pengelolaan Utang: Pemerintah perlu mempertimbangkan pengelolaan utang
negara dalam jangka pendek dan panjang untuk membiayai kebijakan-kebijakan
ini.

2.3 Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2021


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun anggaran 2021. Berdasarkan LKPP audited,
realisasi pendapatan dan belanja negara sama-sama melebihi target yang ditetapkan.
Ketua BPK Isma Yatun menyampaikan, realisasi pendapatan negara dan hibah senilai
Rp2.011,34 triliun. “Jumlah itu mencapai 115 persen dari target anggaran pendapatan
yang ditetapkan dalam UU APBN tahun 2021 yang sebesar Rp1.743,64 triliun. Realisasi
pendapatan dan hibah tersebut diperoleh dari realisasi penerimaan perpajakan sebesar
Rp1.547,84 triliun atau 107 persen dari target Rp1.444,54 triliun.

6
Kemudian, diperoleh dari realisasi penerimaan negara bukan pajak senilai Rp458,49
triliun atau 154 persen dari target senilai Rp298,20 triliun. Lalu realisasi penerimaan
hibah sebesar Rp5,01 triliun, atau 555 persen dari target senilai Rp0,9 triliun.
Adapun dari sisi belanja, kata Ketua BPK, pemerintah melaporkan realisasi belanja
negara tahun 2021 sebesar Rp2.786,41 triliun atau 101,32 persen dari anggaran belanja
yang ditetapkan dalam UU APBN tahun 2021 senilai Rp2.750,03 triliun. Realisasi belanja
negara tersebut terdiri atas realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.000,70 triliun
atau 102 persen dari anggaran belanja yang ditetapkan. Kemudian, realisasi transfer ke
daerah sebesar Rp713,85 triliun (98,67 persen dari target) dan realisasi dana desa sebesar
Rp71,85 triliun atau 99,80 persen dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi belanja
pemerintah pusat yang melebihi anggaran disebabkan oleh realisasi belanja barang
sebesar 146 persen dari anggaran, realisasi belanja subsidi sebesar 138 persen dari
anggaran, dan realisasi belanja bantuan sosial sebesar 108 persen dari anggaran.
Pelampauan atas belanja tersebut dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan.
Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah serta realisasi belanja negara tersebut,
maka realisasi defisit anggaran tahun 2021 senilai Rp775,06 triliun. Jumlah itu sebesar 77
persen dari target yang ditetapkan dalam UU APBN Tahun 2021. Adapun terkait opini
LKPP, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas LKPP tahun 2021
dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Opini
WTP atas LKPP tahun 2021 tersebut didasarkan pada opini WTP atas 83 laporan
keuangan kementerian negara/lembaga dan 1 laporan keuangan bendahara umum negara
tahun 2021 yang berpengaruh signifikan terhadap LKPP tahun 2021.
7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana keuangan
pemerintah yang mencakup pendapatan dan pengeluaran yang direncanakan dalam suatu
tahun fiskal. APBN sangat penting untuk mengatur keuangan negara, menyediakan dana
untuk program dan proyek pemerintah, serta menjamin stabilitas perekonomian.
Kesimpulan ini mencakup pemahaman bahwa APBN memiliki dampak besar terhadap
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perencanaan dan pelaksanaannya
harus dilakukan dengan hati-hati dan transparan.

3.2 Saran
Setelah penulisan makalah ini, semoga penulis dan para pembaca bisa lebih
meningkatkan minat baca di bidang akademik lagi. Lebih kritis dan kompeten dalam
memahami suatu teori, karena sangat berguna untuk menambah wawasan kita. Selain itu,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu jika ada
kesalahan penulisan, ataupun ejaan kata dalam makalah ini sangat dimohon kan kritik dan
sarannya dari bapak dosen dan semua pihak yang terkait. Karena kritik dan saran yang
membangun akan sangat membantu demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang Semoga penulisan makalah ini dapat berguna dan dimanfaatkan dengan sebaik dan
sebagaimana mestinya, terutama bagi penulis Terima kasih.
8
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Lampung. Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. (Website)

(http://digilib.unila.ac.id/10739/16/BAB%20II.pdf)

Herman. (2020). Covid-19 Masih Jadi Risiko Terbesar Realisasi APBN 2021. (Website)

(https://www.beritasatu.com/ekonomi/686881/covid19-masih-jadi-risiko-terbesar-
realisasi-apbn-2021)

BKF. (2021). APBN 2021 Telah Bekerja Keras dan Berkinerja Positif dalam Pengendalian
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. (Website)

(https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers-detil/359)

(2022). Realisasi Penerimaan dan Belanja APBN 2021 Sama-Sama Lebihi Target. (Website)

(https://wartapemeriksa.bpk.go.id/?p=36168)

(2022). Realisasi Penerimaan dan Belanja APBN 2021 Sama-Sama Lebihi Target. (Website)

(https://wartapemeriksa.bpk.go.id/?p=36168)
9

Anda mungkin juga menyukai