Anda di halaman 1dari 20

PEMBAHASAN TENTANG KONSEP KEBIJAKAN FISKAL

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro

Tugas Kelompok

DOSEN PEMBIMBING:

Bapak Sudarman, S.H., M.E

DISUSUN OLEH:

Andi Nur Azizah


Aisyah Ramadhani

PROGRAM PRODI EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI)

DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD(DDI)

PINRANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada ALLAh SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
“PEMBAHASAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL” sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari
alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan
dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca
seklian demi perbaikan makalah ini kedepannya

Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti
untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

PINRANG 12 MEI 2022

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................4

C. Tujuan Masalah....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

A. Pengertian Kebijakan Fiskal.................................................................................5

B. Macam-macam Kebijakan Fiskal.........................................................................7

C. Efektif Kebijakan Fiskal.......................................................................................8

D. Kebijakan Fiskal Dalam Perpektif Islam............................................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................15

A. Kesimpulan.........................................................................................................15

B. Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk


mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi
perekonomian ke arah yang lebih baik (Kementerian Keuangan RI, 2018).
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara
mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran pada APBN. Pemerintah
seringkali menghadapi masalah defisit anggaran sehingga memerlukan suatu
kebijakan fiskal untuk menghadapinya (Suparmono, 2004).

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, demi


mendukung penurunan tingkat defisit, pemerintah selalu menjaga defisit
kumulatif APBN dan APBD berada dalam batas yang telah ditetapkan yaitu di
bawah 3%. Melalui APBN pemerintah berkewajiban untuk menjalankan peran
dan fungsi sentral kebijakan fiskal agar stabilitas kinerja dari anggaran
pendapatan dan belanja negara berada dalam kondisi baik dengan melakukan
optimalisasi pendapatan negara dengan target penerimaan perpajakan yang
realistik berdasarkan basis data terkini, pemerintah juga akan melakukan
efisiensi belanja negara serta penguatan terhadap kualitas belanja negara untuk
mendukung pembangunan ekonomi nasional dan melakukan efisiensi
pembiayaan anggaran untuk mendorong keseimbangan primer menuju ke arah
yang positif (Kementerian Keuangan RI, 2019).

Terdapat tiga tolak ukur yang perlu dijaga dalam mempertahankan stabilitas
kinerja dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yaitu penerimaan
pajak, defisit anggaran pemerintah dan kondisi keseimbangan primer APBN.
Keseimbangan primer merupakan total penerimaan dikurangi belanja dalam
APBN yang tidak termasuk pembiayaan bunga dan cicilan pokok utang

1
2

pemerintah. Keseimbangan primer merupakan salah satu pendekatan untuk


menilai kondisi kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal. Jika keseimbangan primer
berada dalam kondisi defisit, maka penerimaan negara tidak dapat menutup
pengeluaran sehingga untuk membayar bunga atau cicilan utang pokok
menggunakan pokok utang baru. Hal tersebut beresiko terganggunya kapasitas
fiskal (fiscal capacity) dan kebutuhan fiskal (fiscal need) karena beban bunga
utang harus ditutup dengan penarikan utang baru sehingga perlu dilakukan
langkah-langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan fiskal (Hidayat, 2014).

Perkembangan keseimbangan primer Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir,


secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1
Perkembangan Keseimbangan Primer APBN Indonesia
Tahun 2009-2018 (triliun rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan (2019), data diolah

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa dalam sepuluh tahun terakhir,
kondisi keseimbangan primer APBN di Indonesia mengalami peningkatan dan
penurunan yang fluktuatif. Pada tahun 2009 Keseimbangan primer Indonesia
sebesar Rp 5.163,33 miliar dan pada tahun 2010 mulai mengalami kenaikan
menjadi Rp 41.537,2 miliar. Pada tahun 2011 kondisi keseimbangan primer
APBN mulai mengalami penurunan meskipun angka tersebut masih
3

menunjukkan kondisi surplus atau positif yaitu menjadi Rp 8.862,48 miliar.


Sejak tahun 1990 defisit keseimbangan primer APBN pertama kali terjadi pada
tahun 2012 yaitu sebesar Rp 52.784,59 miliar yang kemudian berlanjut sampai
dengan tahun 2015 menjadi Rp 142.485,08 miliar. Berdasarkan Gambar 1.1 pada
tahun 2015 defisit keseimbangan primer APBN berada pada tititk paling rendah
dalam sepuluh tahun terakhir. Kondisi tersebut disebabkan oleh melonjaknya
belanja pemerintah pusat yang justru berbanding terbalik terhadap kualitas
belanja negara.\

Keseimbangan primer Indonesia sejak tahun 2012 sampai dengan 2015,


terus mencatat defisit dengan nilai yang kian meningkat. Kondisi tersebut
menunjukan bahwa APBN berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Defisit
keseimbangan primer menyebabkan ruang gerak fiskal pemerintah terbatas,
sehingga dapat mengurangi fleksibilitas pemerintah dalam melakukan perbaikan
terutama jika terjadi goncangan terhadap ekonomi baik yang disebabkan oleh
faktor internal maupun faktor eksternal (Antara, 2013). Berdasarkan Gambar 1.1
kondisi keseimbangan primer pada tahun 2016 sampai dengan 2018 mulai
mengalami kenaikan secara bertahap. Pada tahun 2018 keseimbangan primer
mulai menunjukan kemajuannya dengan mencatatkan kinerja yang positif,
sehingga keseimbangan primer pada tahun 2018 memiliki nilai defisit terendah
sejak tahun 2012 yaitu sebesar Rp 11.490,91 miliar.

Peningkatan dan penurunan kondisi keseimbangan primer tersebut dapat


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Ratnah (2015) harga minyak dunia,
inflasi, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
defisit APBN Indonesia. Khairunisa dan Talbani (2018) juga memperlihatkan
adanya pengaruh signifikan dari jumlah uang yang beredar terhadap deficit
anggaran. Menurut Prayoga (2006) pengeluaran pemerintah, cicilan bunga utang
dan penerimaan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap defisit anggaran.
4

Sedangkan, menurut Afandi (2018) kurs memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap defisit anggaran.

Berdasarkan latar belakang di muka, maka penelitian ini akan mengamati


pengaruh dari ekspor, impor, nilai tukar, jumlah pegawai negeri sipil dan total
profit BUMN terhadap keseimbangan primer.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian kebijakan Fiskal?


2. Apa Saja Macam-macam Kebijakan Fiskal?
3. Bagaiamana Efektif Kebijakan Fiskal?
4. Bagaiaman Kebijakan Fiskal Perpektif Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Kebijakan Fiskal!


2. Untuk Mengetahui Macam-macam Kebijakan Fiskal?
3. Untuk Mengetahui Efektif Kebijakan Fiskal?
4. Untuk mengetahui Kebijakan Fiskal Perpektif Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

“Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan


penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.”1Atau dapat juga
dikatakan kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Menurut Zaini Ibrahim, “Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang


berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan
pengeluaran pemerintah”.1

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah


serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total.Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehinggga inflasi dapat ditekan.2

Menurut Rozalinda, “Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam


mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran negara yang digunakan untuk
menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.”3

1
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten:
Banten, 2013, Cet. 1, edisi Revisi, h. 193.
2
Noripin, Ekonomi Moneter, Buku II, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta,
1987, Ed. 1, Cet. 1
3
Rozalinda, Ekonomi Islam: (Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi), PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2015, Ed. 1, Cet. 2, h. 137

5
6

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal


merupakan suatu kebijakan pemerintah yang di dalamnya terdapat peraturan yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam menjaga kegiatan
ekonomi yang diinginkan atau kondisi yang lebih baik.

Adapun instrument dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan dan


pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

1. Belanja/pengeluaran negara (G = government expenditure)

2. Perpajakan (T = taxes)

Kebijakan fiskal juga bisa dikatakan salah satu kebijakan ekonomi makro
yang sangat penting dalam rangka:

1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha

2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable,kesempatan


kerja yang tinggi

3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.

Pada dasarnya pemerintah harus menjadi panutan bagi


masyarakat.Pemerintah haruslah berbelanja sesuai dengan pendapatan.keadaan
inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja berimbang. Apabila belanja
pemerintah melebihi penerimaan, sehingga mengharuskan pemerintah meminjam
dari masyarakat atau mencetak uang baru.Tentulah tindakan ini sangat tidak
bijak.Zaman sekarang pemerintah dikebanyakan negara selalu berusaha agar
belanjanya dalam keadaan seimbang.Anggaran belanja pemerintah selalu
disesuaikan dengan keadaan ekonomi pada masa tertentu. Apabila tingkat kegiatan
ekonomi rendah dan terdapat banyak pengangguran, kemiskinan, musibah, dan
lain sebagainya, pemerintah akan belanja yang melebihi pendapatannya.6 Keadaan
inilah yang menimbulkan defisit anggaran.Akan tetapi, apabila perekonomian baik,
kesempatan kerja penuh tercapai, kenaikan harga seimbang, belanja daerah dapat
dihemat, sehingga pemerintah dapat melakukan saving terhadap
pendapatannya.Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja surplus.
7

Perkembangan ekonomi di Banten tiap tahun nya mengalami kenaikan


pendapatan. Namun jika dilihat dari pengeluarannya di tahun 2006 misalnya,
pengeluaran pemerintah melebihi pendapatan yang diterima yang mengakibatkan
terjadinya defisit anggaran hal ini terjadi karena penyimpangan dalam penggunaan
anggaran di beberapa dinas contohnya dinas pendidikan yang menggunakan dana
sebesar Rp. 7.3 Miliar digunakan untuk makan dan minum dan sebesar Rp. 571
juta digunakan untuk biaya pakaian, sedangkan biaya pemeliharaan gedung yang
digunakan untuk keperluan masyarakat hanya sebesar Rp. 43 juta. Hal ini jelas
bahwa para pembuat kebijakan yang memberikan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan APBD di Banten.7

B. Macam-macam Kebijakan Fiskal

a. Kebijakan Anggaran Surplus

Kebijakan anggaran surplus merupakan kebijakan di mana pemerintah tidak


menggunakan seluruh pendapatan untuk pengeluaran sehingga akan menambah
tabungan pemerintah.8 Kebijakan ini dapat berfungsi untuk mengatasi inflasi.
Dengan adanya inflasi, harga menjadi naik karena uang lebih banyak
dibandingkan dengan barang, sedangkan kebijakan surplus menekankan
pengeluaran pemerintah yang pada gilirannya juga mengurangi permintaan barang
dan jasa secara agregat (total). Hal inilah yang dapat menyebabkan inflasi turun.

b. Kebijakan Anggaran Defisit

Kebijakan anggaran defisit merupakan kebalikan dari kebijakan anggaran


surplus. Kebijakan ini didasarkan atas pengeluaran yang lebih besar daripada
pendapatan. Kekurangan akan pendapatan ini biasanya akan diatasi dengan
sebuah pinjaman, baik itu pinjaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kebijakan anggaran defisit ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
8

c. Kebijakan Anggaran Berimbang

Kebijakan berimbang adalah bentuk anggaran di mana realisasi pendapatan


negara sama dengan besarnya jumlah realisasi pengeluaran atau belanja negara.
Melalui kebijakan ini pemerintah menyesuaikan pengeluaran dan belanjanya. Hal
ini disesuaikan dengan penerimaan yang dimiliki negara sehingga antara penerima
dan pengeluaran sama dan berimbang. Kebijakan anggaran berimbang memiliki
kekurangan. Kekurangannya adalah ketika deflasi, di mana uang yang beredar
lebih sedikit dari kebutuhan masyarakat, harga, produksi, dan investasi turun
sehingga kegiatan ekonomi turun. Anggaran belanja yang turun menyebabkan
kegiatan ekonomi juga turun sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat.

C. Efektif Kebijakan Fiskal

Para ekonom telah lama memperdebatkan apakah kebijakan moneter atau


fiskal yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap permintaan agregat. Menurut
model IS-LM jawaban atas pertanyaan ini tergantung parameter dari kurva IS dan
LM.12

Efektivitas Kebijakan fiscal dilihat dari kurva IS


Y=C(Y-T)+I(R)+G (1)

Y=[a+b(Y-T)]+(c-dr)+G (2)

Y-bY=(a+c)+(G-bT)-Dr (3)

Y= a+o + 1 G + -b T + md R (4)
9

Persamaan diatas menunjukan kurva IS secara aljabar. Persamaan ini


menyatakan tingkat pendapatan (Y) pada ti ngkat bunga (R) serta kebijakan fiskal
(G) dan (T) berapa pun. Dengan mempertahankan kebijakan fiscal tetap, semakin
tinggi tingkat bunga, semakin rendah tingkat pendapatan. Kurva IS
menggambarkan persamaan ini untuk nilai-nilai yang berbeda dari (Y) dan (R)
berdasarkan nilai tetap dari (G) dan (T).13 Dari persamaan ini bisa diverifikasi
kurva IS
1. Koefisien bunga negatif, kurva iS akan miring ke bawah; tingkat bunga
lebih tinggi mengurangi pendapatan.
2. Karena koefisien belanja pemerintah adalah positif, kenaikan belanja
pemerintah akan mengeser kurva IS ke kiri
3. Koefisien pajak adalah negatif kenaikan pajak akan mengeser kurva IS
ke kiri

Koefisien tingkat bunga,-d/(1-b), menunjukan kecuraman atau datarnya


kurvaIS. Jika investasi sangat sensitive terhadap tingkat bunga, maka d menjadi
besardan pendapatan juga sangat sensitive terhadap tingkat bunga. Dalam kasus
ini, perubahan kecil pada tingkat bunga menyebabkan perubahan besar dalam
pendapatan kurva IS lebih datar. Sebaliknya, jika investasi tidak sangat sensitif
terhadap tingkat bunga, menjadi kecil, dan pendapatan juga tidak sangat sensitif
terhadap tingkat bunga. Dalam kasus ini perubahan besar pada tingkat bunga
menyebabkan perubahan kecil dalam pendapatan: kurva IS relatif curam.
Demikian pula, kemiringan kurva IS tergantung pada kecenderungan
mengkonsumsi marjinal. Semakin besar mengkonsumsi marginal semakin besar
perubahan pendapatan yang disebabkan tingkat bunga. Alasannya adalah bahwa
akan menimbulkan pengganda yang besar atas perubahan investasi. Semakin
besar pengganda, semakin besar dampakperubahan investasi terhadap pendapatan
dan kurva IS menjadi mendatar.
10

Kecenderungan mengkonsumsi marginal b juga menentukan sejauh mana


perubahan kebijakan fiskal menggeser kurv a IS .11 Koefisien G. 1/(1-b), adalah
pengganda belanja pemerintah dalam perpotongan Keynesian. Demikian pula,
koefisien T,-b/(1-b), adalah pengganda pajak dalam perpotongan Keynesian.
Semakin besar kecenderungan mengkonsumsi marginal, semakin besar
pengganda, dan semakin besar pergeseran kurva IS yang berasal dari perubahan
kebijakan fiskal. Efektivitas Kebijakan fiskal dilihat dari Kurva LM

Untuk melihat efektivitas kebijakan fiskal dapat diuraikan secara aljabar dari
persamaan sebagai berikut
M/P=L(r, Y) (1)

L(r, Y)=eY-f r (2)

Dimana e dan f adalah angka lebih besar dari nol. Nilai e menentukan
berapa besar permintaan uang meningkat ketika pendapatan naik. Nilai f
menentukan berapa banyak permintaan uang turun ketika tingkat bunga naik.
Ekuillibrium pasar uang sekarang dijelaskan dengan

M/P =eY- f r (3)

R=(e/f)Y-(1/f)M/P (4)

Persamaan ini memberi kita tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar


uang untuk setiap nilai pendapatan dan kese imbangan berdasarkan riil. Kurva LM
menggambarkan persamaan ini untuk nilai Y dan R yang berbeda berdasarkan
nilai M/P yang tetap. Dari koefisien pendapatan (e/f) dapat menentukan kurva LM
11

curam atau datar. Jika permintaan uang tidak sangat sensitif terhadap tingkat
pendapatan, maka e adalah kecil. Dalam kasus ini, hanya diperlukan perubahan
kecil dalam tingkat bunga untuk mengurangi kenaikan kecil dalam permintaan
uang yang disebabkan oleh perubahan pendapatan ; kurva LM relatif datar.
Demikian pula, jika kuantitas uang yang diminta tidak sangat sensitive terhadap
tingkat bunga, f adalah kecil. Dalam kasus ini, pergeseran pada permintaan uang
yang disebabkan oleh perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan besar
pada tingkat bunga ekuillibrium; kuva LM relatif Curam.

Dalam melihat efektivitas kebijakan kita membandingkan pada tiga daerah


yaitu daerah klasik, intermediate range da n daerah keynes. Daerah liquidity trap
merupakan daerah yang idenya pertama sekali dikemukan oleh Keynes. Keynes
menganggap ada satu daerah pada kurva LM yang memiliki tingkat bunga yang
sangat rendah dan tidak mungkin turun lagi. Daerah ini yang disebut daerah
liquidity trap. Situ daerah klasik memili kurva LM yang tegak lurus. Hal ini
dikarenakan pemahaman kaum klasik bahwa teori permintaan uang, permintaan
uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga. Menurut paham ini, permintaan uang
dipengaruhi oleh pendapatan. Karena tidak ada hubungannya dengan suku bunga,
maka kurva LM bentuknya tegak lurus. Daerah intermediate range adalah daerah
yang menunjukan kurva LM dipengaruhi oleh suku bunga. Untuk melihat ke
efektifan ekonomi dapat kita lihat pada gambar berikut:
12

Gambar 2.10 Kurva Efektivitas Kebijakan Fiskal

menunjukkan apabila kur va IS bergeser ke kanan berarti kebijakan fiskal


ekspansif. Jika kita perhatikan pada masing-masing daerah, kebijakan fiskal
sangat efektif pada didaerah keynesian dan efektif pada daerah intermediate range.
Hal ini terlihat dari besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional
didaerah keynesian. Sementara itu, kebijakan fiskal sama sekali tidak efektif pada
daerah klasik. Ketika ada kebijakan fiskal, keseimbangan pendapatan nasional
tidak berubah.

D. Kebijakan Fiskal Dalam Perpektif Islam

Prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja bertujuan untuk
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat
yang sama. Kebijakan fiskal dianggap sebagai alat untuk mengatur dan
mengawasi perilaku manusia yang dipengaruhi melalui insentif yang disediakan
dengan meningkatkan pemasukan pemerintah (melalui perpajakan pinjaman atau
jaminan terhadap pengeluaran pemerintah).Kebijakan fiskal dalam suatu daerah
tentulah diharapkan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan
pokok agama Islam adalah mencapai kesejahteraan umat manusia secara
keseluruhan.
13

Anggaran belanja pada masa pemerintahan Islam adalah sangat sederhana


dan tidak serumit sistem anggaran modern.

Pendapatan negara yang masih baru ini beredar dari tahun ke tahun. Di
masa awal pemerintahan Islam, dasar anggarannya adalah pengeluaran
ditentukan oleh jumlah penghasilan yang tersedia dan ketika ini kebijakan
anggaran belum berorientasi pada pertumbuhan.22 Konsep anggaran yang
berlaku di masa ini adalah konsep anggaran berimbang dalam pengertian
pengeluaran dan penerimaan negara adalah sama. Karena itu, pada masa awal
pemerintahan Islam jarang terjadi defisit anggaran, karena pemerintah
melakukan kebijakan pengekuaran berdasarkan pemasukan.

Kebijakan fiskal dan keuangan mendapat perhatian serius dalam tata


perekonomian Islam sejak awal.Dalam negara Islam, kebijakan fiskal merupakan
salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah termasuk meningkatkan
kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas,
kekayaan, dan kepemilikan.

Bisa dikatakan, kebijakan fiskal memegang peran penting dalam sistem


ekonomi Islam bila dibandingkan dengan kebijakan moneter. Adanya larangan
tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat menyiratkan tentang
pentingnya kebijakan fiscal dibandingkan dengan kebijakan moneter.Larangan
riba yang diberlakukan pada tahun Hijriah keempat telah mengakibatkan sistem
ekonomi Islam yang dilakukan oleh Nabi terutama bersandar pada kebijakan
fiskalnya saja.Sementara itu, negara Islam yang dibangun oleh Nabi tidak
mewarisi harta sebagaimana layaknya dalam pendirian suatu negara. Oleh karena
itu, kita akan mampu melihat bagaimana kebijakan fiskal sangat memegang
peranan penting dalam membangun negara Islam tersebut.
14

Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kuam muslimin cukup


berpengalam dalam menerapkan beberapa instrument sebagai kebijakan fiskal,
yang diselenggarakan pada lembaga baitulmaal (national treasury). Dari berbagai
macam instrument, pajak diterapkan atas individu (jizya dan pajak khusus
muslim), tanah Kharaj, dan ushur (cukai) atas barang impor dari negara yang
mengenakan cukai terhadap pedagang kaum muslimin, sehingga tidak
memberikan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat.26 Pada saat
perekonomian sedang krisis yang membawa dampak dampak terhadap keuangan
negara karena sumber-sumber penerimaan terutama pajak merosot sseiring
dengan merosotnya.

aktivitas ekonomi maka kewajiban-kewajiban tersebut beralih kepada


kaum muslimin. Semisal krisis ekonomi yang menyebabkan warga negara jatuh
miskin otomatis mereka tidak dikenai beban pajak baik jizya maupun pajak atas
orang Islam, sebaliknya mereka akan disantuni negara dengan biaya yang diambil
dari orang-orang muslim yang kaya. (Nasution, et al, 2006).

Allah SWT mengingatkan kita tentang betapa sangat urgennya masalah


distribusi harta ini dalam firman-Nya ( QS. Al-Hasyr:07)

“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk
Allah,untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya amat keras hukumannya.” (QS. Al-
Hasyr:7)
15

Juga dalam hadist Nabi SAW: “ jika pada suatu pagi di suatu kampong
terdapat seseorangyang kelaparan, maka Allah berlepas diri dari mereka. “Dalam
kesempatan lain” Tidak beriman kepada-Ku, orang yang tidur dalam keadaan
kenyang, sementara ia tahu tetangganya kelaparan.” (Hadist Qudsi)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan


penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.”Atau dapat juga
dikatakan kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

 Kebijakan Anggaran Surplus

 Kebijakan Anggaran Defisit

 Kebijakan Anggaran Berimbang

B. Saran

Kebijakan fiskal memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan
negara sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah harus menjalankan kebijakan
fiskal dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan
kata lain, kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya
perekonomian menuju keadaan yang diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustina E. Wahyuningtyas. 2010. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah


dan Defisit Anggaran Terhadap Investasi di Indonesia tahun 1986-2008. Skripsi.
Fakultas Ekonomi. UNDIP

Andiarma Tesamaris dan Siti Fatimah. 2005. Analisis Kausalitas Antara


Hutang Luar Negeri Dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangun Volume 6 No 2.

Anggito Abimanyu, 2005. Kebijakan Fiskal da Efektivitas Stimulus Fiskal di


Indonesia. Aplikasi Model Makro-MODFI dan CGE-INDORANI. Jurnal
Ekonomi Indonesia No. 1. Disampaikan dalam kongres ISEI ke-XV di Malang.

Anonim. Data Keuangan RI tahun 2005-2008

Boediarso Teguh Widodo. 1996. Dampak Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN) Terhadap Sektor Moneter Dan Neraca Pembayaran. Jurnal
Keuangan Dan Moneter Vol. 3 No. Hal: 2.

Damodar N. Gujarati. 1995. Basic Econometric. Third edition. United Sates


Military academy, west point. Mc Graw-Hill international. Singapure

. 1997. Dasar-Dasar Ekonometrika. Terjemah Sumarno Zain. Erlangga.

. 2003. Basic Econometric. Fourth edition. America. New York

Anda mungkin juga menyukai