Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK MODERASI BERAGAMA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ke DDI-an II

DOSEN PENGAMPU :

H. HERMANTO, S.Ag., M.Ag.

DISUSUN OLEH :

SUCI PRIMA PUTRI


(NIM: 2102010015)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “Pengertian dan Karakteristik
Moderasi Beragama” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata
kuliah Ke DDI-an II.

Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini penyusun tidak terlepas


dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 29 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Masalah.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Moderasi Beragama....................................................................4

1. Moderasi....................................................................................................4

2. Beragama...................................................................................................5

B. Karakteristik Moderasi Beragama................................................................6

1. Tawassuth (Moderat).................................................................................7

2. Tawazun (Berkeseimbangan)....................................................................9

3. I’tidal (Lurus dan Tegas).........................................................................10

4. Tasamuh (Toleran)..................................................................................11

5. Musawah (Egaliter dan Non Diskriminasi).............................................12

6. Aulawiyah (Mendahulukan yang Prioritas)............................................12

7. Tahaddhur (Berkeadaban).......................................................................13

8. Tathawwur wa Ibtikar (Dinamis, Kreatif, dan Inovatif).........................14

BAB III KESIMPULAN........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di


dunia dan menjadi sorotan penting.Indonesia merupakan negara yang
memiliki penduduk muslim terbesar di dunia dan menjadi target utama dalam
hal moderasi Islam. Moderasi adalah prinsip dasar Islam. Islam moderat
merupakan pemahaman keagamaan yang sangat relevan dalam konteks
keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat, suku, maupun bangsa itu
sendiri.Dari berbagai jenis keragaman yang dimiliki negara Indonesia,
keragaman agama adalah yang paling kuat dalam membentuk radikalisme di
Indonesia. Munculnya kelompok ekstrim yang semakin melebarkan sayapnya
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kepekaan kehidupan beragama,
masuknya kelompok ekstrim dari luar negeri bahkan masalah politik dan
pemerintahan. Maka, di tengah hiruk pikuk masalah radikalisme ini, muncul
istilah yang disebut “Moderasi Beragama”.
Pengertian moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual
bukan secara tekstual artinya moderasi dalam agama di Indonesia bukanlah
Indonesia yang moderat, tetapi pemahaman dalam agama harus moderat
karena Indonesia memiliki banyak kultur, budaya. dan adat istiadat. Moderasi
islam ini dapat menjawab berbagai persoalan agama dan peradaban global.
Tidak kalah pentingnya adalah Muslim moderat dapat merespon dengan
lantang, disertai dengan aksi damai dengan kelompok berbasis radikal dan
ekstremis yang melakukan segala sesuatu dengan paksaan dan kekerasan.
Islam dan umat Islam saat ini setidaknya menghadapi dua tantangan;
Pertama, kecenderungan beberapa umat Muslim untuk bersikap ekstrim dan
ketat dalam pemahaman teks-teks keagamaan dan mencoba untuk
menerapkan metode ini di masyarakat Muslim, bahkan dengan kekerasan dan
paksaan. Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrem dengan bersikap

1
2

santai dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang
berasal dari budaya dan peradaban lain. Dalam upayanya itu, mereka
mengutip dari teks-teks keagamaan seperti Al-Qur’an, hadits dan karya-karya
ulama klasik yang menjadi landasan dan kerangka pemikiran, tetapi dengan
memahaminya secara tekstual dan terlepas dari konteks kesejarahan.
Sehingga mereka terlihat seperti generasi yang terlambat lahir, sebab hidup di
tengah masyarakat modern tetapi memiliki pola berfikir generasi terdahulu.
Kemajemukan atau keberagaman adalah sebuah hal yang mutlak dalam
kehidupan ini. Ia adalah sunatullah yang dapat dilihat di alam ini. Allah
menciptakan alam ini di atas sunnah heterogenitas dalam sebuah kerangka
kesatuan.
Dalam konteks kesatuan manusia, kita dapat mengetahui bagaimana
Allah menciptakan berbagai suku dan bangsa. Sebagai bagian dari kesatuan
suatu bangsa, Allah menciptakan beragam etnis, suku, dan kelompok.
Sebagai bagian dari kesatuan sebuah bahasa, Allah menciptakan berbagai
dialek. Sebagai bagian dari kesatuan syariat, Allah menciptakan berbagai
mazhab atau aliran pemikiran dari para imam sebagai hasil ijtihad masing-
masing. Dalam kerangka kesatuan umat (ummatanwahidah), Allah
menciptakan berbagai agama. Keberagaman dalam beragama adalah
sunnatullah sehingga keberadaannya tidak bisa dinafikan begitu saja
Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman masyarakat,
senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan
radikalisme, adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif.
Selain itu ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi segenap alam
semesta. Islam Wasathiyah atau yang berarti “Islam Tengah” adalah suatu
yang menjadi terwujudnya umat terbaik (khairu ummah). Allah
SWT menjadikan umat Islam pertengahan (wasath) dalam segala urusan
agama, seperti dalam hal kenabian, syariat dan lainnya. Pemahaman dan
praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki beberapa
karakteristik, seperti berikut:
3

Tawassuth (moderat), Tawazun (ber keseimbangan), I’tidâl (lurus dan


tegas), Tasamuh (toleran), Musawah (egaliter dan non diskriminasi),
Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), Tahaddhur (berkeadaban),
Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif).
Konsep tersebut diharapkan mampu untuk diterapkan dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa. Sehingga dengan konsep moderasi ini akan
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, sehingga tidak ada diskriminasi
dalam keberagaman dan menimbulkan rasa aman dan nyaman.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi moderasi beragama?


2. Bagaimana karakteristik moderasi beragama?

3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui definisi implementasi


2. Mengetahui karakteristik moderasi beragama
3.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moderasi Beragama

2. Moderasi

Secara Bahasa Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio,


yang memiliki arti“sedang” (tidak berlebihan dan tidak kekurangan).
Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan
kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2.
penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap
moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrem.
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam
pengertian average (ratarata), core (inti), standard (baku), atau non-
aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti mengedepankan
keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika
memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan
dengan institusi negara.
Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata
wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata
tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang).
Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam
bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”.
Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang
sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan
tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
Secara Istilah Pertama, moderasi adalah sikap dan pandangan yang
tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal (tatharruf). Berdasar
dalam Q.s. al-Baqarah: 143 yang merujuk pengertian bahwa moderasi di

4
5

sini menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umatlain.Dalam


hal apa saja? Al-Qur'an mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan
manusia akan sisi spiritualitas atau tuntutan batin akan kehadiran Tuhan,
juga menyeimbangkan tuntutan manusia akan kebutuhan
materi.Disebutkan dalam hadits, ada sekelompok orang mendatangi Nabi
Muhammad untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang kuat
beribadah, sampai tidak menikah. Nabi menjawab, yang benar adalah
keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan materi. Itulah sunnah
beliau.Dalam hal moral, al-Qur'an juga mengajarkan hal keseimbangan,
seperti menekankan sikap tidak berlebihan. Seseorang tidak perlu terlalu
dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga dia sendiri
menjadi bangkrut dan tidak punya apa-apa. Tetapi, ia juga jangan kikir
dan terlalu pelit, sehingga hanya menjadi kaya sendiri, karena dalam
harta yang kita miliki terdapat harta bagi orang yang membutuhkan.
Demikian, pesan yang tersampaikan dalam ayat al-Qur'an.Kedua,
moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini
diambil dari penjelasan para penafsir al-Qur'an terhadap ungkapan
ummatanwasathan. Menurut mereka, maksud ungkapan ini adalah
bahwa umat Islam adalah orang-orang yang mampu berlaku adil dan
merupakan orang yang berperilaku baik.

3. Beragama

Secara Bahasa Beragama berarti menganut atau memelukagama.


Contoh: Saya beragama Islam dan dia beragama Kristen. Beragama
berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama).
Contoh: Ia berasal dari keluarga yang beragama.
Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada;
mementingkan (Kata percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta
dan benda.
Secara Istilah Beragama itu menebar kedamaian, menebar kasih
sayang, kapanpun dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan
6

untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk memahami berbagai


keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita
agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin
dan terlindungi.
Oleh karena itu, jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi
dan saling merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. Maka
dari itu, mari senantiasa menebarkan kedamaian dengan siapapun,
dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati, menjaga
perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.
Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama
secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama
dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

D. Karakteristik Moderasi Beragama

Salah satu sumber konflik yang dapat menggoyahkan NKRI adalah


konflik yang bersumber dari keagamaan. Motif keagamaan akan
menggoyahkan NKRI karena dibarengi dengan makna “perang suci”. Dalam
realitas empiris konflik tersebutditarik kedalam tataran klaim kebenaran dan
perang suci atas nama tuhan yang akan menimbulkan konflik horizontal
berdarah. Perang klaim kebenaran (truth claim) pemahaman keagamaan yang
bersifat eksklusif, ekstrem dan mutlak menjadi akar konflik antara sesama
umat Islam. Perang klaim kebenaran terjadi dalam dua wilayah keislaman,
Pertama dalam ruang lingkup perbedaan pemahaman yang bersifat variati-
fiqhiyyah. Kedua, dalam aspek penyimpangan, kesesatan pemahaman atau
ajaran. Oleh karena itu perlu adanya paradigma pemahaman Islam yang bisa
memberikan penguatan ukhuwwah Islamiyyah,  wathaniyyah  dan
insaniyyah,  salah satunya pendekatan moderasi Islam. Kata moderasi dikenal
dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan
7

kata tawassuth (tengahtengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang


yang menerapkan prinsip,wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan
terbaik”. Kata al-wasathiyah dalam bahasa Arab adalah dari kata al-
wasath yang diterjemahkan secara bahasa dengan makna pertengahan. Maka
manhaj wasathiyah sering dimaknai sebagai pendapat pertengahan di antara
dua atau lebih pendapat yang berbeda dan sering juga dianggap sebagai
pendapat moderat.Dalam Mufradât Al-fâzh Al-Qur’ân Raghib Al-Isfahani
menyebutkan secara bahasa bahwa kata wasath ini berarti, “Sesuatu yang
memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding”. Kata ini terdapat pula
dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 143. Dalam ayat itu disebutkan wa
kadzâlika ja‘alnâkum ummatan washatan… (Dan demikianlah kami jadikan
kalian sebagai umat yang “wasath”…). Bahkan Nabi Muhammad SAW
pernah mengeluarkan hadis, “ Sebaik-baiknya urusan yang pertengahan “..
Islam Wasathiyah, adalah ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin,
rahmat bagi segenap alam semesta. Islam Wasathiyah adalah “Islam Tengah”
untuk terwujudnya umat terbaik (khairu ummah). Allah SWT  menjadikan
umat Islam pertengahan (wasath) dalam segala urusan agama, seperti dalam
hal kenabian, syariat dan lainnya. Pemahaman dan praktik amaliyah
keagamaan Islam Wasathiyah memiliki karakteristik, sebagai berikut:

1. Tawassuth (Moderat)

Tawassuth adalah sikap netral yang berdasar pada prinsip hidup


menjunjung tinggi nilai keadilan di tengah kehidupan bersama, tidak
ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Sikap ini dikenal juga dengan sebutan
moderat (al-wasathiyyah)
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa tawassuth/moderat
berasal dari kata wasath yang berarti adil, baik, tengah-tengah, dan
seimbang. Artinya, seorang Muslim yang bersikap tawassuth akan
menempatkan dirinya di tengah-tengah dalam suatu perkara, tidak ekstrim
kanan ataupun kiri.Mengutip buku Moderasi Islam Nusantara oleh H.
8

Mohamad Hasan, M.Ag., terdapat lima alasan mengapa sikap tawassuth


dianjurkan ada pada diri seorang Muslim, yaitu:
a) Sikap tawassuth dianggap sebagai jalan tengah dalam memecahkan
masalah, maka seorang Muslim senantiasa memandang tawassuth
sebagai sikap yang paling adil dalam memahami agama.
b) Hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang Muslim
yang bersikap tawassuth senantiasa mendahulukan perdamaian dan
menghindari pertikaian.
c) Pemeluk agama lain juga mahluk ciptaan Allah yang harus dihargai
dan dihormati, maka seorang Muslim yang bersikap tawassuth
senantiasa memandang dan memperlakukan mereka secara adil dan
setara
d) Ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, maka Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan
demokrasi.
e) Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau
kelompok. Maka sudah sepatutnya seorang Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa menjunjung tinggi kesetaraan.
Dari kelima alasan tersebut, seorang Muslim seharusnya sudah
memahami arti pentingnya sikap tawassuth dalam kehidupannya.
Tawassuth cocok diterapkan dalam kehidupan sosial antar sesama
manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan problematika
intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama.Adapun contoh sikap
tawassuth dalam kehidupan sehari-hari adalah:
 Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi.
 Menjalin silaturahmi antar sesama agar tidak timbul pertikaian.
 Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.
 Menerima saran, masukan, dan kritik membangun dari orang lain.
9

 Menggunakan bahasa yang santun dan menyejukkan saat


berkomunikasi.
 Bersikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada.
2. Tawazun (Berkeseimbangan)

Tawazun adalah suatu sikap yang mampu menyeimbangkan diri


seseorang pada saat memilih sesuatu sesuai kebutuhan, tanpa condong
atau berat sebelah terhadap suatu hal tersebut.Dalam konteks moderasi
beragama, sikap ini sangat penting dalam kehidupan antar umat
beragama, jadi kita bisa seimbang dalam kehidupan dunia, tapi kita juga
bisa seimbang dalam kehidupan akhirat nya. Sikap tawazun sangat
diperlukan oleh manusia agar dia tidak melakukan sesuatu hal yang
berlebihan dan mengesampingkanhal-hal yang lain, yang memiliki hak
harus ditunaikan. Tawazun merupakan Kemampuan seorang individu
untuk menyeimbangkan kehidupanya dalam berbagai dimensi, sehingga
tercipta kondisi yang stabil, sehat, aman dan nyaman.
Sikap tawazun ini sangat penting dalam kehidupan seorang individu
sebagai manusia. Oleh karena itu sikap tawazun ini harus diterapkan dan
dilaksanakan dalam diri peserta didik; agar mereka dapat melakukan
segala sesuatu dengan seimbang dalam kehidupannya. Karena jika
mengabaikan sikap tawazun dalam kehidupan ini, maka akan lahir
berbagai masalah.
Dalam kehidupan selalu ada suatu kejadian di mana seseorang hanya
mementingkan urusan dunianya saja atau memiliki prinsip hidupnya
hanyalah untuk mencari kesenangan duniawi semata.  Perilaku yang
dilakukannya dalam aktivitas sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan dan
dianggap sudah menjadi hal yang biasa dalam pergaulannya.Seperti
merokok, lupa akan sholat, melakukan maksiat; atau memenuhi
kebutuhan secara berlebihan, seperti makan dengan berlebih-lebihan,
tidur tak kenal waktu atau bermalasan-malasan. Perilaku yang seperti ini
merupakan suatu kecendrungan terus-menerus terhadap hal yang negatif.
Sedang kecendrungan yang terus-menerus terhadap hal positif;
10

umpamanya seperti seseorang yang terus-menerus melakukan ibadah


dengan cara mengurung diri, serta tak memperdulikan lingkungan sosial
sekitar.
Contoh sikap tawazundari Rasulullah SAW, seperti:
 Nabi Muhammad SAW, Beliau adalah pribadi yang imannya
sangat kuat, seorang yang zuhud, dan pandai strategi perang demi
membela Islam, tapi, dalam kehidupan berkeluarga, beliau menjadi
pemimpin keluarga yang sangat baik, sayang kepada istri dan anak-
anaknya. Itulah sikap tawazun yang dapat kita jadikan pedoman
dari Nabi Muhammad SAW.
Dan contoh sikap tawazun dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
 Seorang ibu mempunyai dua orang anak, yang satu sedang duduk
di bangku SD, sedangkan yang lain duduk di bangku perguruan
tinggi. Tentunya si Ibu tersebut tidak akan memberikan uang saku
dengan jumlah yang sama kepada masing-masing anaknya
tersebut. Jika Ibu tersebut berpegang pada prinsip keadilan dan
seimbang tentu ia akan memberikan uang dengan dengan jumlah
yang lebih kepada anaknya tertua; karena anak ini mempunyai
kebutuhan yang lebih daripada adiknya yang masih SD.
3. I’tidal (lurus dan tegas)

Arti kata I'tidal secara harfiah berarti lurus dan teguh, berarti
meletakkan sesuatu pada tempatnya, menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban secara proporsional. Islam mengutamakan keadilan bagi semua
pihak. Banyak ayat Al-Qur'an yang menunjukkan ajaran mulia ini, tanpa
mengedepankan keadilan, nilai-nilai agama terasa kering dan tidak
berarti, karena keadilan adalah ajaran agama yang secara langsung
memengaruhi kebutuhan hidup mayarakat. Tanpa itu, kemakmuran dan
kesejahteraan hanya akan menjadi ilusi.1

1
Nurul H.Maarif, Islam Mengasihi Bukan Membenci, Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2017, h.143
11

I'tidal sangat diperlukan dalam kehidupan, karena tanpa itu nantinya


semua akan mengarah pada pemahaman Islam yang terlalu liberal atau
radikal. Peran pendidik dalam me-moderasi pendidikan Islam sangat
diperlukan untuk pemahaman yang lurus, jujur dan tegas dalam
beragama.
Adapun contoh sikap I’tidal dalam kehidupan sehari-hari adalah:
 Seseorang yang selalu mematuhi aturan dalam lingkup masyarakat,
sekolah maupun keluarga.
 Seorang pengajar atau guru yang memberikan tugas dan nilai yang
adil kepada semua murid atau siswa.
 Biaya sekolah (SPP) dan biaya kuliah (UKT) dibebankan secara
adil kepada siswa dan mahasiswa.
 Selalu menegakkan kebenaran dalam lingkungan masyarakat,
sekolah dan keluarga.
 Tidak pernah goyang atau putus semangat dalam menegakkan
keadilan dan kebenaran.
4. Tasamuh (toleran)

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Menurut


bahasa Tasamuh artinya adalah tenggang rasa, sedangkan menurut istilah
saling menghormati dan menghargai antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Contoh tindakan tasamuh dalam kehidupan sehari-
hari:
 Berlapang dada dalam menerima segala perbedaan.
 Memberikan kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan
(agama).
 Menghormati orang lain yang sedang beribadah.
 Tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang yang berbeda
keyakinan dalam hal duniawi.
 Tidak memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama).
 Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda
keyakinan atau pendapat dengan kita.
12

 Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika


mereka beribadah
5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)

Musawah yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain


disebabkan perbedaan keyakinan atau agama, tradisi dan asal usul
seseorang. Secara bahasa, musawah berarti kesejajaran atau kesetaraan.
Artinya, tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga
dapat memaksakan kehendaknya. Dalam urusan kenegaraan, penguasa
tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan
eksploitatif. Sebab, rakyat dan penguasa memiliki kedudukan dan hak
sama yang harus dihargai keberadaannya. Dalam konteks umum,
musawah bisa dikaitkan dengan kerukunan antar masyarakat. Dengan
adanya musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan terjadi.
Contoh tindakan musawah dalam kehidupan sehari-hari:
 Menghargai perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Golongan yang
terdapat disekitar kita.
 Tidak memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti ajaran
agama kita.
 Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain walaupun orang itu
belum meminta maaf.
 Bersikap ramah kepada siapapun.
 Tidak mendiskriminasi atau membeda-bedakan teman terutama
yang berbeda keyakinan.
6. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)

Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas) yaitu kemampuan


mengidentifikasi hal-ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk
diimplementasikan dibandingkan dengan yang kepentingannya lebih
rendah. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan benturan
dalam beramal contohnya, untuk menentukan prioritas dalam beramal,
kita tidak boleh hanya mengandalkan logika, hawa nafsu, analisis fakta
13

ataupun mengandalkan manfaat dan mudharat suatu perkara tersebut. Bila


terjadi benturan dalam beramal, bagaimana membuat skala prioritasnya?
Bila mubah bertemu sunnah, maka yang sunnah harus didahulukan, bila
sunnah bertemu wajib, maka yang wajib harus didahulukan, tetapi bila
wajib bertemu wajib kita lihat bentuk fardhu ‘ain dan kifayah yang
diutamakan, begitu pula seterusnya. Seperti misalnya dalam kehidupan
sehari-hari sering kita jumpai benturan seperti:
 Kita memiliki uang yang terbatas, sedangkan kita juga pun
memiliki keluarga yang harus kita nafkahi, di satu sisi kita
memiliki hutang kepada orang yang harus dilunasi, mana yang
harus diprioritaskan? Yang menjadi prioritas utama adalah
menafkahi keluarga.
 Menghadap kiblat adalah kewajiban. Jika sudah berusaha tetapi
tetap tidak tahu arah kiblat maka harus sholat menurut arah dugaan
nya adalah arah kiblat. Sehingga tetap melaksanakan sholat.
 Jika di hutan tidak ada makanan kecuali dengan memburu babi,
maka makan babi sekedar untuk bertahan hidup harus dilakukan.
7. Tahaddhur (berkeadaban)

Tahadhdhur (berkeadaban) yaitu menjunjung tinggi


akhlakulkarimah, karakter, identitas, dan integritas sebagai khairu ummah
dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban.Manusia adalah makhluk
sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia tanpa adanya orang lain
disekitar. Berbuat baik serta tolong menolong menjadi suatu hal yang
wajib dilakukan demi terciptanya hidup rukun dan damai antar sesama
manusia. Tahaddhur dalam kehidupan bernegara dan berbangsa sangat
dibutuhkan, karena dengan adanya sikap ini maka seluruh kegiatan
tangan, kami dan mata kita akan dapat terjaga dengan baik. Sekarang kita
banyak menyaksikan banyak isu yang beredar di tengah-tengah
masyarakat yang terbiasa menyebarkan informasi tanpa di cek terlebih
dahulu kebenaran dan fakta nya dan juga kita menyaksikan seringnya
terjadi perdebatanantar individu terhadap suatu perkara yang mereka
14

sendiri sebenarnya tidak memahami dan mempunyai ilmu yang mumpuni


dalam hal tersebut. Melihat situasi dan kondisi itu maka moderasi
pendidikan islam dalam Tahaddhur sangat diperlukan agar kehidupan
berbangsa dan bernegara tercipta kerukunan dan keamanan serta
ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.

8. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif)

Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) yaitu selalu terbuka


untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan
zaman serta menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan
umat manusia.Pengertian dari Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan
inovatif) yaitu: selalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk
kemaslahatan dan kemajuan umat manusia. Tathawwur wa Ibtikar
(dinamis dan inovatif) dalam moderasi pendidikan islam sangat
dibutuhkan, karena merupakan suatu strategi yang disusun sedemikian
rupa untuk menjawab berbagai macam permasalahan dan kondisi
kekinian yang harus dihadapi oleh setiap orang. Kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin dinamis dan berkelanjutan
sebagai akibat dari modernisasi dan globalisasi. moderasi pendidikan
islam memerlukan Tathawwur wa Ibtikar untuk menjawab berbagai
macam persoalan yang terjadi di masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara


moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem,
baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran
kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama,
merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.Moderasi
beragama mengajarkan bagaimana cara pandang kita dalam kehidupan beragama
yang baik dan benar,tidak ekstrem apalagi radikal.

Moderasi beragama pun memberitahu kita sebagai seorang muslim untuk


bertoleransi antar sesama umat beragama,tidak diskriminasi antar ras, suku,
agama, juga mengajarkan bagaimana cara kita berpikir dinamis dan inovatif.
Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman masyarakat, senjata yang
paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan radikalisme, adalah
melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu ajaran Islam
sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi segenap alam semesta. Islam Wasathiyah
atau yang berarti “Islam Tengah” adalah suatu yang menjadi terwujudnya umat
terbaik (khairu ummah). Allah SWT menjadikan umat Islam pertengahan
(wasath) dalam segala urusan agama, seperti dalam hal kenabian, syariat dan
lainnya. Pemahaman dan praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki
beberapa karakteristik, seperti berikut:

1. Tawassuth (moderat)
2. Tawazun (ber keseimbangan)
3. I’tidâl (lurus dan tegas)
4. Tasamuh (toleran)
5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)
6. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)
7. Tahaddhur (berkeadaban)
8. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif).

15
16

Konsep tersebut diharapkan mampu untuk diterapkan dalam kehidupan

bernegara dan berbangsa. Sehingga dengan konsep moderasi ini akan membawa

Indonesia ke arah yang lebih baik, sehingga tidak ada diskriminasi dalam

keberagaman dan menimbulkan rasa aman dan nyaman.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammadiyah. 2019. Moderatisme Islam: Kumpulan Tulisan Para


Penggerak Moderasi Beragama. Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam
dan Pembinaan Syariah - Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama.

Munir, Abdullah dkk. 2020. Literasi Moderasi Beragama di Indonesia. Bengkulu:


CV. Zigie Utama.

Qustulani, Muhamad dkk. 2019. Moderasi Beragama: Jihad Ulama


Menyematkan Umat dan Negeri dari Bahaya Hoax. Tangerang: PSP
Nusantara Tangerang

Saifuddin, Lukman Hakim. 2019. Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian


Agama RI.

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Subhi, Muhammad Subhi. 2019. Promosi Toleransi dan Moderasi Beragama.


Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara.

Yulianto, R. 2020. Implementasi Budaya Madrasah dalam Membangun Sikap

Moderasi Beragama. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai