Anda di halaman 1dari 8

MODERASI BERAGAMA

Tugas Mata Kuliah :


Pendidikan Agama Islam

Oleh Kelompok 6 :

1. Maulana Putra Pratama A42122128


2. Moh. Istiqhfar A42122159
3. Verawati A42122008
4. Moh. Kalbi A42122092
5. Mashud A42122165
6. Reynaldi A42122068
7. Rezy A42122122

KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
TADULAKO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada
kami KELOMPOK 6 sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah mata kuliah
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang berjudul “MODERASI BERAGAMA”
dengan tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti sesuai dengan harapan shalawat serta salam
di panjatkan untuk Nabi sebagai utusan paling mulia, Nabi dan kekasih kita Nabi Muhammad
SAW. Yang Allah utus menjadi rahmat bagi alam semesta ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini karena kami masih dalam tahap proses pembelajaran. karena bantuan
tersebut kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yaitu makalah
dengan judul “MODERASI BERAGAMA” ini terselesaikan sesuai harapan penulis. Semoga
Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak.

Semoga dengan adanya makalah ini banyak orang dapat memahami dan mengetahui
MODERASI BERAGAMA

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan agar dapat menyusun makalah berikutnya dengan lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya para pembaca.

2|Page
DAFTAR ISI

Hlm
COVER………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………… 3
BAB I: PENDAHULUAN 4
1.1Latar Belakang ……………………………………………... 4
1.2Rumusan Masalah …………………………………………… 4
1.4Tujuan Penulisan …………………………………………… 5
BAB II: PEMBAHASAN 5
2.1 Cara Mengetahui Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta didik…….. 5
2.2 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik… 6
2.3Manfaat mempelajari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik..... 7

BAB III: PENUTUP 8


3.1 Kesimpulan………………………………………………… 8
3.2 Saran………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA 9

BAB I

3|Page
PENDAHULUAN

11. Latar belakang

Moderasi Beragama bukan berarti memoderasi agama. Karena agama dalam dirinya
sudah mengandung prinsip moderasi, yaitu keadilan dan keseimbangan. Bukan agama jika ia
mengajarkan perusakan di muka bumi. Perlu kita ketahui bahwa moderasi beragama
merupakan suatu alur untuk memahami dan juga mengamalkan suatu aliran agama secara
adil dan seimbang. Agar kita dapat terhindar dari kegiatan yang menyimpang atau berlebihan
saat mengimplementasikannya.
Kita sebagai manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan YME. Walaupun kita
kodratnya sebagai makhluk ciptaannya yang sempurna. Ada kalanya manusia memiliki
keterbatasan ilmu dalam memahami segala esensi kebenaran pengetahuan Tuhan YME yang
luas seperti dunia ini.
Negara kita tercinta ini, INDONESIA Merupakan salah satu negara kepulauan yang
terdiri atas banyaknya pulau. Negara yang memiliki beragam macam suku, budaya bahasa,
adat istiadat dan agama sehingga sering kali diterpa oleh isu tentang radikalisme. Banyaknya
penduduk dan beragam nya suku bangsa tentu banyak sekali gerakan-gerakan yang
mengatasnamakan kelompok tertentu. Semakin hari semakin banyak mereka tumbuh dan
semakin terang-terangan pula mereka menyuarakan ideologi mereka. Hal ini mengakibatkan
Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan pengebomam sering terjadi.
Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki negara ini. Faktor agamalah yang
menjadi faktor terkuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia. Munculnya kelompok-
kelompok yang menganut ideologi ekstrim yang sewaktu-waktu dapat mengembangkan
kelompoknya, bahkan masuknya aliran-aliran kelompok luar negeri, dan mungkin dapat
berasal dari permasalahan internal pemerintah. Maka ditengah permasalahan ini, muncullah
istilah yang disebut “Moderasi beragama”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berasal dari Moderasi Beragama ini adalah :


1. Apa Pengertian Moderasi secara bahasa ?
2. Apa Pengertian Moderasi secara istilah ?
3. Apa itu beragama?
4. Apakah Moderasi beragama memiliki Tolak Ukur?
5. Apakah Moderasi beragama itu sama dengan Moderasi Agama?

1.3 Tujuan

4|Page
Tujuan dari makalah ini agar peserta diskusi atau pembaca dapat mengetahui:
1. Mengetahui pengertian Moderasi baik secara bahasa maupun istilah
2. Pengertian beragama
3. Tolak ukur moderasi beragama
4. Perbedaan antara Moderasi beragama dengan moderasi agama.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moderasi secara Bahasa

 Kata Moderasi berasal dari bahasa latin yakni Moderatio, berarti kesedangan (tidak
kelebihan maupun tidak kekurangan). Kata itu memiliki makna yakni penguasaan diri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Menyediakan dua pengertian kata Moderasi,
Yakni : Pengurangan kekerasan, dan penghindaran ke ekstriman.
 Dalam bahasa inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-
rata), core (inti), standarbaku atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat
berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik
ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan
institusi negara.
 dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang
memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun
kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam
konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem

Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit' yang
memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis);
2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di pertandingan.

Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik sesuai
dengan objeknya”. Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan boros,
atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur),
dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab.

2.2 Pengertian Moderasi secara Istilah

5|Page
Moderasi merupakan sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrim dan tidak
radikal (Tatharruf). Q.s Al-baqarah: 143 yang dirujuk untuk pengertian moderasi di sini
menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umat lain.
Kitab suci agama islam yakni Al-qur’an mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan
manusia akan sisi spiritualis atau tuntutan batin bahwa tuhan itu ada, juga menyeimbangkan
tuntutan manusia akan kebutuhan materi. Dalam hal moral, al-Qur'an mengajarkan juga
keseimbangan, sikap tidak berlebihan juga ditekankan. Seseorang tidak perlu terlalu
dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga dia sendiri menjadi bangkrut. Tapi, ia
juga jangan kikir, sehingga ia hanya menjadi kaya sendiri, harta yang terkonsentrasi di
kalangan orang-orang berpunya. Demikian, pesan ini disarikan dari ayat al-Qur'an sendiri.
moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini ditarik dari
penjelasan para penafsir al-Qur'an terhadap ungkapan ummatan wasathan. Menurut mereka,
maksud ungkapan ini adalah bahwa umat Islam adalah orang-orang yang mampu berlaku adil
dan orang-orang baik.
2.3 Pengertian Beragama

a. Secara Bahasa

1) Beragama berarti menganut (memeluk) agama.


Contoh : Saya beragama Islam dan dia beragama Kristen.
2) Beragama berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama).
Contoh : Ia datang dari keluarga yang beragama.
3) Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan (Kata
percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta benda.

b. Secara Istilah

Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada
siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi
keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat
dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.

Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling
merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senatiasa
menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga,
menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.

Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.
2.4 Tolak Ukur Moderasi beragama

6|Page
Kemajemukan di Indonesia tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan,
melainkan juga dengan prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan
ketidakberpihakan dalam menata kehidupan dengan asas hukum dan kepastian di dalamnya.
Akan tetapi, keadilan atas adanya hukum formalitas hitam-putih secara rigid juga tidak
cukup jika tidak dibarengi dengan kebaikan, yaitu unsur yang juga melandasi prinsip
keadilan.
Hukum bisa saja hanya menyentuh aspek permukaan dan tidak memenuhi rasa keadilan
sesungguhnya, sehingga perlu ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah dimensi hukum,
sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143, dijelaskan bahwa
Allah menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan wasathan.
‫َو َك َٰذ ِلَك َجَع ْلَناُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًطا ِلَتُك وُنوا ُش َهَداَء َع َلى الَّناِس َو َيُك وَن الَّرُسوُل َع َلْيُك ْم َش ِهيًداۗ َو َم ا َجَع ْلَنا اْلِقْبَل َة اَّلِتي ُكْنَت َع َلْيَه ا‬
‫ِإاَّل ِلَنْع َلَم َم ْن َيَّتِبُع الَّرُسوَل ِمَّم ْن َيْنَقِلُب َع َلٰى َع ِقَبْيِهۚ َو ِإْن َكاَنْت َلَك ِبيَر ًة ِإاَّل َع َلى اَّلِذ يَن َهَدى ُهَّللاۗ َو َم ا َك اَن ُهَّللا ِلُيِض يَع ِإيَم اَنُك ْم ۚ ِإَّن‬
‫َهَّللا ِبالَّناِس َلَر ُء وٌف َر ِح يٌم‬
Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia”. (QS. al-Baqarah: 143)
Berikut adalah tolak ukur moderasi beragama yaitu :
1. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu nilai
kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan agama di tengah masyarakat bukan
menjadi persoalan mengganggu keharmonisan.
2. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan kerja sama di antara
sesama manusia yang beragam. Karena bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan
sehingga keragaman itu akan saling menutupi kekurangan. Keragaman diciptakan Tuhan
Yang Maha Esa untuk membuat sesama manusia saling menyempurnakan. Keragaman itu
adalah kehendak Tuhan karena manusia yang beragam membutuhkan kesepakatan. Inti
pokok ajaran agama bagaimana setiap kita tunduk dan taat terhadap kesepakatan bersama.
3. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa
memicu suasana beragama yang moderat. Tujuan agama dihadirkan agar tercipta ketertiban
umum di tengah kehidupan bersama yang beragama
2.5 Perbedaan antara Moderasi beragama dengan Moderasi agama

Agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip
moderasi. Keadilan dan keseimbangan. Jadi, yang perlu dimoderasi itu bukan agamanya
melainkan para penganut agamanya dalam menjalankan agama tersebut. Tidak ada agama
yang mengajarkan ektreminitas. Tapi tidak sedikit orang yang menjalankan ajaran agama
menjadi berubah menjadi ekstrem.
BAB III

7|Page
PENUTUP

Kesimpulan

Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan
berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa
seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius,
atau tidak sungguh-sungguh, dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kta umat beragama, serta
menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan
permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun
antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi kondusif dan maju.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai