Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Wjib Umum PAI
Disusun oleh :
Kelompok I
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan selalu kepada Allah SWT atas rahmat,
taufiq, dan hidayah yang diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul Moderasi Beragama untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Wajib Umum
Pendidikan Agama Islam.
Ada banyak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam menyelesaikan
makalah ini, seperti pengambilan data, pemilihan materi, dan lain-lain. Maka dari itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika
menyusun makalah ini.
Kami juga sadar bahwa makalah yang kami buat masih belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para pembaca,
agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis sebuah makalah.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami secara
dalam. Moderasi beragam ini dapat menjawab berbagai masalah dalam keagamaan
dan peradaban global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan moderasi beragama?
2. Bagaimana ketetapan dalam memahami ruang lingkup moderasi
beragama?
3. Bagaimana ketepatan dalam memahami moderasi beragama berdasarkan
perspektif Islam?
4. Bagaimana ketetapan dalam memahami indikator dan isu-isu radikalisme?
5. Bagaimana ketetapan dalam memahami Islam rahmatan lil’alamin?
6. Bagaimna ketetapan dalam memahami dan mengimplementasikan
moderasi beragama untuk kelangsungan hidup manusia sebagai wujud
emosional dan spiritual?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian moderasi beragama.
2. Untuk memahami ruang lingkup moderasi beragama.
3. Untuk memahami moderasi beragama berdasarkan perspektif Islam.
4. Untuk memahami indikator dan isu-isu radikalisme.
5. Untuk memahami Islam rahmatan lil’alamin.
6. Untuk memahami dan mengimplementasikan moderasi beragama untuk
kelangsungan hidup manusia sebagai wujud emosional dan spititual.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Rubaidi
Menguraikan lima ciri gerakan radikalisme Islam.
Pertama : Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan
individual dan juga politik ketatanegaraan.
Kedua : Nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur
Tengah secara apa adanya tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial
dan politik ketika al-Qur’an dan hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal
kekinian.
Ketiga : Karena perhatian lebih terfokus pada teks al-Qur’an dan hadis, maka
purifikasi ini sangat berhatihati untuk menerima segala budaya non asal Islam
(budaya Timur Tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi lokal karena
khawatir mencampuri Islam dengan bid’ah.
Keempat : Menolak ideologi Non-Timur Tengah termasuk ideologi Barat,
seperti demokrasi, sekularisme dan liberalisasi. Sekali lagi, segala peraturan
yang ditetapkan harus merujuk pada al-Qur’an dan hadis.
Kelima : Gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas
termasuk pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekan ideologis
bahkan fisik dengan kelompok lain, termasuk pemerintah.
3. Horace M. Kallen
Horace M. Kallen yang dikutip Khamami bahwa radikalisasi ditandai
kecenderungan umum yaitu: Pertama, radikalisasi merupakan respon terhadap
kondisi yang sedang berlangsung. Biasanya respon tersebut muncul dalam
bentuk evaluasi, penolakan atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang
ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dapat
dipandang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kondisi yang sedang
ditolak. Kedua, radikalisasi tidak berhenti pada upaya penolakan, melainkan
terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan suatu bentuk tatanan lain.
Ciri ini menunjukkan bahwa radikalisasi terkandung suatu program atau
pandangan dunia (world view) tersendiri. Kaum radikalis berupaya kuat untuk
menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti dari tatanan yang sudah ada.
Ketiga, kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau
ideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang sama dibarengi dengan
penafian kebenaran dengan sistem lain yang akan diganti. Dalam gerakan
sosial, keyakinan tentang kebenaran program atau fislosofi sering
dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang mengatasnamakan nilai-
nilai ideal seperti kerakyatan atau kemanusiaan. Akan tetapi, kuatnya
keyakinan ini dapat mengakibatkan munculnya sikap emosional yang
menjurus pada kekerasan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA