Anda di halaman 1dari 27

MEMBANGUN KOMUNIKASI DALAM

MODERASI BERAGAMA
Mochamad Aminulloh

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
mochamadaminulloh123@gmail.com

Komunikasi selaku kunci awal dalam menyatukan


keberagaman dan upaya saling menghargai menjadi suatu
kajian baru yakni moderasi beragama. Indonesia dengan
keanekaragaman dan kebebasan menganut agama,
sehingga ada berbagai agama yang dianut oleh warganya.
Salah satunya adalah agama Islam, sebagai umat Islam
kita tahu bahwa isu tentang moderasi Islam ini sering
terdengar sejak berbagai peristiwa kekerasan ataupun
terorisme yang dituduhkan kepada umat Islam. Untuk itu
perlunya menumbuhkan sikap moderasi beragama di
tengah masyarakat Indonesia yang masih awam, salah
satu caranya adalah dengan membangun komunikasi
yang baik dengan masyarakat guna mensosialisasikan
tentang moderasi beragama.
Islam moderat sebenarnya adalah membicarakan
bagaimana Allah SWT sesungguhnya memuliakan anak
manusia tanpa membedakan suku bangsa, bahasa, agama
dan ras serta tentu saja keutamaan seseorang umat
manusia terletak pada tingkat ketaqwaannya.
Sebagai umat muslim yang melek akan keadaan
sekitar kita harus mampu mengkomunikasikan tentang
moderasi beragama serta pentingnya toleransi agar
masyarakat lebih paham dan ikut serta di dalamnya
merupakan kunci kesuksesan dari moderasi beragama.
Menurut KBBI moderasi beragama adalah
pengurangan kekerasan dan penghindaran dari
ekstrimisme. Moderasi beragama sebagai upaya untuk
mempraktikkan cara beribadah yang kaffah dengan
mengamalkan pada tingkatan persaudaraan yaitu
hubungan antar sesama penganut agama, antar anak
bangsa dan antar sesama manusia.
Saat ini Indonesia sedang berjuang melawan
pandemi covid 19 yang menyerang negara ini sejak tahun
2020. Moderasi beragama juga ikut andil dalam
menghadapi pandemi covid 19 yaitu sebagai penengah
antara dua golongan yang berseteru tentang isu yang
dihadapi di masa pandemi covid 19. Warga negara yang
bijak perlu mencari solusi atas permasalahan yang
dihadapi. Pada tulisan ini juga akan dibahas mengenai
apa yang harus dilakukan seorang umat beragama dalam
menghadapi pandemi covid 19.
Dalam melakukan moderasi beragama tentu
sangat diperlukan kecakapan dalam berkomunikasi,
terutama antara pendakwah dengan masyarakat. Untuk
itu perlu pendekatan dengan masyarakat untuk
membangun komunikasi dalam moderasi beragama.
Karena dengan komunikasi yang baik dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang moderasi beragama
yang sebenarnya, dan dapat menghindari terjadinya
kesalahpahaman tentang moderasi beragama. Sehingga
pandangan yang menyimpang tentang moderasi
beragama dapat diluruskan. Jika kita telah sampai pada
tahap menerapkan komunikasi yang baik maka akan
tercipta masyarakat yang harmonis, tidak ada lagi
perpecahan, kekerasan dan diskriminasi.
Meyakini sebagai umat beragama dan menghargai
orang lain tentang apa yang dianutnya. Setiap orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mengungkapkan
apa yang diinginkannya. Agama membutuhkan wadah
berupa bangsa, dan negara membutuhkan nila-nilai
agama sebagai panduan kehidupan bersosial. Karenanya,
membangun komunikasi yang baik dalam moderasi
beragama merupakan cara untuk merawat persatuan
Indonesia.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam usaha
membangun pemahaman dan penghayatan masyarakat
tentang moderasi beragama, dibutuhkan strategi
komunikasi yang tepat serta metode komunikasi yang
tepat sasaran guna, agar dapat mensosialisasikan paham
moderasi beragama, menumbuhkan perdamaian dan
mendukung perjuangan dakwah Islam.
A. Memahami Moderasi Beragama
1. Sejarah singkat moderasi beragama di Indonesia
Moderasi beragama secara tidak sadar sudah
dipraktikan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman
waliyullah. Yang menerapkan moderasi beragama pada
masyarakat ialah para Wali Sanga dalam ajaran Islam di
dakwah Islam di Pulau Jawa, terutama tentang Ke-
Tauhidan. Sehubungan dengan itu K.H. Encep
mengatakan bahwa ” Moderasi sebelum ada arti sudah di
praktikkan sejak zaman pendiri bangsa terutama para
wali, para wali itu dalam rangka dakwah islamiahnya
menggunakan metode moderasi”1 ujar salah satu tokoh
masyarakat desa Pete dalam wawancara yang dilakukan
penulis.
Salah satu waliyullah yakni Sunan Kali Jaga,
beliau dalam mengenalkan Tuhan pada kaum animisme
di tanah Jawa melalui adat. Kaum animisme merupakan
masyarakat yang mempercayai roh yang mendiami
benda-benda yang di anggap keramat, seperti pohon,
batu, gunung dan sebagainya. Strategi yang digunakan
Sunan Kali Jaga adalah dengan kesenian, memasukkan
ajaran Islam pada wayang kulit yang ia tampilkan. Dan

1
Narasumber: K.H. Encep Subandi (Pimpinan Pondok pesantren
Nur Antika)
menerapkan syarat bagi setiap masyarakat yang ingin
menonton harus membaca dua kalimat syahadat. Strategi
dakwah ini sangat mencerminkan sikap moderat dalam
sosial masyarakat. Tanpa memaksa dan tanpa
menyinggung, memasukkan nilai-nilai ajaran Islam
dengan tetap mempertahankan budaya yang ada sehingga
dakwah dapat mudah diterima oleh masyarakat dengan
nyaman.
1. Pengertian Moderasi Beragama
Secara bahasa moderasi berasal dari bahasa
inggris moderation yang memiliki arti sikap sedang,
sikap tidak berlebih-lebihan.2 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia arti moderasi yaitu pengurangan
kekerasan, dan penghindaran keekstriman.3 Sedangkan
dalam bahasa Arab, moderasi disebut dengan kata wasath
atau wasathiyah, orang yang melakukannya disebut
wasith.
Kata moderasi berasal dari bahasa latin moderatio
yang berarti kesedangan (tidak berlebih dan kekurangan).
Mohamad Hasyim Kamali memberi penegasan bahwa
moderate dalam bahasa Arab “wasathiyah” tidak terlepas
dari kata kunci berimbang (balance) dan adil (justice).4
Dalam KBBI kata adil diartikan dengan
2
John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia
(Jakarta: PT. oramedia pustaka utama,2009) Cet. 29, hal 384
3
Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d).
Moderasi (def.1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online. Diakses 16 Agustus 2021, melalui https://kbbi.web.id/.
1) Tidak berat sebelah atau tidak memihak,
2) Berpihak kepada kebenaran, dan
3) Sepatutnya atau tidak sewenang-wenang.5
Menurut pandangan Khaled Abou El Fadl,
Moderat serupa dengan istilah modernis, progresif dan
reformis. Tetapi istilah moderat dipilih oleh Khaled
Abou El Fadl karena lebih tepat dalam memberikan
gambaran kepada kelompok yang ia hadapkan dengan
kelompok puritan.6 Kelompok puritan adalah sekumpulan
orang yang hidup sholeh dan yang menganggap
kemewahan dan kesenangan sebagai dosa.7
Moderasi beragama sangat penting di Indonesia,
karena sebagai negara yang kaya akan keberagamaan
yang kemudian mudah memungkinkan terjadinya
gesekan antar kelompok terkhusus kelompok agama.
Sehingga penyuluh agama perlu memberikan
pemahaman bahwa nilai-nilai bersikap dalam
keberagaman menjadikan kita tidak egois, intoleran dan
radikal.

4
Mohamad Hasyim Kamali, The Middle Of Path Moderation in
Islam, Oxford University Press, 2015.
5
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama (Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat kementerian Agama RI, 2019). 15-19
6
Muhamad Nur, Problem Terminologi Moderat dan Puritan dalam
Pemikiran Khaled Abou El Fadl, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran,
Vol 11, No. 1, ,Maret 2013. 27
7
Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d).
Moderasi (def.1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online. Diakses 16 Agustus 2021, melalui https://kbbi.web.id/.
Islam sebagai agama yang mentauhidkan Allah
SWT disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW, Islam
diketahui mengandung ajaran-ajaran moderat di
dalamnya, yang sering dikenal dengan istilah Moderasi
Islam.
Dalam bahasa arab moderasi islam diartikan
dengan al-Wasathiyyah al-Islamiyyah. Sementara dalam
bahasa inggris sebagai Islamic Moderation. Yusuf Al-
Qardawi menyebut beberapa kosakata yang sama
maknanya dengan kata moderasi yaitu Tawazun, I'tidal,
Ta'adul dan Istiqamah. Moderasi Islam merupakan suatu
pendapat atau sikap yang selalu berupaya mengambil
posisi tengah dari dua sikap yang berlawanan dan
berlebihan, sehingga salah satu dari kedua sikap yang
dimaksud tidak menguasai pikiran dan sikap seseorang.
Dapat dipahami bahwa seorang umat Islam moderat
adalah umat Islam yang menilai setiap aspek yang
berlawanan pada bagian tertentu secara semestinya dan
tidak berlebihan.
2. Konsep Moderasi Beragama
Pada sejarahnya Al-wasathiyyah sudah dirintis
oleh generasi zaman Jamaluddin al-afghani, Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka berupaya untuk
membebaskan umat yang terbelenggu memadukan dan
memberi keseimbangan antara adil dan moderat. Yusuf
Al-Qardhawi sebagai salah satu penggerak al-
wasathiyyah school of thought, mengatakan perlu adanya
konsep moderasi. Berikut merupakan konsep moderasi
menurut Yusuf Al-Qardhawi :
a. Komitmen pada nilai moralitas akhlak.
Menanamkan akhlak mulia dan mengamalkannya
dalam keseharian. Akhlak mulia pada diri sendiri yaitu
seperti jujur, amanah, tawadhu (rendah hati dan malu,
dan menerapkan akhlak mulia di lingkungan sosial
bermasyarakat seperti musyawarah, gotong royong,
adil dan bijaksana.
b. Kerja sama kombinatif antara dua hal yang
berseberangan.
Posisi moderat yang memperlihatkan dapat
mengambil manfaat dari kelebihan dan menjauhi
kekurangan dari dua sisi aspek yang konfrontatif
tersebut. Sehingga tidak boleh memihak pada satu sisi
dan menjauhi sisi yang lain sehingga akan bersikap
ekstrim.
c. Perlindungan hak-hak agama minoritas.
Dalam kehidupan bernegara, kewajiban kita tetap
sama yaitu mematuhi peraturan pemerintah tanpa
membedakan agama. Akan tetapi dalam hal Ibadah,
Setiap penganut agama memiliki kewajibannya
masing-masing yang harus dilaksanakan. Agama
khususnya dalam hal Ibadah harus ada pemisah dan
tidak boleh saling bercampur. Jadi perlu
menumbuhkan sikap masing-masing dalam hal agama
namun tetap saling menghormati perbedaan.
a. Nilai-nilai humanis dan sosial
Nilai-nilai kemanusiaan dan sosial
sesungguhnya merupakan ciri khas kebudayaan
Islam. Seiring perkembangan zaman, menentukan
hal tersebut sebagai kebudayaan barat. Nilai
kemanusiaan menjadi nilai yang bercabang
menjadi konsep keadilan seperti kebebasan,
kemuliaan dan hak asasi manusia di tengah
masyarakat dan pemerintah.
b. Persatuan dan royalitas
Semua komponen umat harus bisa berkerja
sama dalam hal yang disepakati dan bertoleransi
dalam perkara yang sudah disepakati semua
orang.
c. Mengimani pluralitas
Keimanan akan pluralitas religi, pluralitas
tradisional, pluralitas bahasa, pluralitas
intelektualitas, pluralitas politis, pentingnya
konsistensi antar berbagai peradaban. 8
2. Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata plural dan isme,
plural yang berarti banyak (jamak), sedangkan isme
berarti paham. Jadi pluralisme adalah suatu paham atau

8
Ahmad Dumyathi Bashori, “Konsep Moderat Yusuf Qardhawi :
Tolak Ukur Moderasi dan Pemahaman Terhadap Nash”, Jurnal
Penelitian dan Kajian Keagamaan, vol .36, No.01 (Agustus 2013), 3-
10.
teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari
banyak substansi.9
Pluralisme merupakan sebuah upaya untuk
membangun tidak hanya kesadaran yang bersifat teologis
namun kesadaran sosial. Hal itu dikembangkan dari
kesadaran bahwa manusia hidup di tengah masyarakat
yang bermacam-macam dari segi agama, budaya, etnis,
dan berbagai keragaman sosial lainnya. Pluralisme
sendiri mengandung konsep teologis dan konsep
sosiologis.10
Sumber ajaran agama Islam adalah Al-Qur’an dan
Hadits Nabi Muhammad SAW. Pedoman paling utama
dalam ajaran agama Islam adalah Firman Allah dalam
Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai wahyu yang harus disampaikan kepada
umat manusia. Hakikat diwahyukannya Al-Qur’an yaitu
sebagai acuan akhlak, sumber ilmu, dan ibadah secara
menyeluruh bagi umat manusia dalam memecahkan
masalah sosial di tengah masyarakat.
Di zaman serba canggih seperti sekarang ini, dapat
memungkinkan terjadi kompleksitas masyarakat dalam
beragama dan mempermainkan pesan dalam ayat suci
untuk kepentingan pribadi. Urgensi moderasi beragama

9
Pius A. P, M Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola,
1994), 604
10
Moh. Shofan, Pluralisme Menyelamatkan Agama-agama,
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), 48.
salah satunya adalah sebagai penengah antara sebagian
yang terlalu fanatisme dalam memahami ayat-ayat suci
dengan sebagian yang berlebihan menafsirkan isi kitab
suci. Pada kasus ini peran moderasi beragama adalah
untuk mencegah persimpangan yang dapat memicu
konflik sosial hingga mengakibatkan terjadinya
perpecahan masyarakat.
B. Moderasi Beragama di Masa Pandemi
1. Pengertian Pandemi Covid- 19
Beberapa waktu belakangan, Indonesia dilanda
pandemi covid-19. Pandemi merupakan wabah yang
berjangkit serempak dimana-mana, meliputi daerah
geografi yang luas.11 Sejak awal tahun 2020, dunia
digemparkan dengan munculnya virus covid-19. Covid-
19 merupakan keluarga besar virus corona yang
menyebabkan gejala mirip dengan penyakit pilek. WHO
menyebutkan, secara umum gejala Covid-19 adalah
demam, batuk, sesak nafas, hingga dada terasa sakit.
Istilah covid-19 berasal dari kata Coronavirus disease
2019. WHO memberi nama virus baru ini dengan istilah
Serve acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SAR-
CoV 2) dan apabila terinveksi nama penyakitnya adalah
coronavirus disease 2019 (COVID-19).12 Virus ini
11
Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d).
Pandemi (def.1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online. Diakses 16 Agustus 2021, melalui https://kbbi.web.id/.
12
Yuliana, Corona Virus Disease (Covid 19) sebuah tinjauan
Literatur. Jurnal WELLNESANDHEALTHYMAGAZINEIness,
dikenal berasal dari Wuhan, Cina dan ditemukan pada
akhir tahun 2019.
Covid 19 menjadi bencana global yang penularannya
tidak memandang suku, agama, dan budaya serta aliran.
Setiap orang berpotensi terpapar covid 19 apabila
kualitas imun tubuh tidak kuat. Virus corona juga bagian
dari ciptaan Allah, oleh karena itu keberadaannya juga
atas kehendak Allah, yang memungkinkan dapat menular
ke setiap hamba-hamba Allah. Untuk itu penyebaran
Covid-19 harus segera mungkin di hentikan. Dengan
upaya menjalankan protokol kesehatan dengan baik
seperti mencuci tangan dan memakai masker, menjaga
jarak dengan orang lain dan menerapkan pola hidup
sehat. Upaya ini dilakukan terus-menerus kapan pun dan
dimana pun guna memutus rantai penyebaran covid 19.
2. Pentingnya Moderasi Beragama di Masa Pandemi
Kejadian munculnya pandemi Covid 19 telah
melumpuhkan aktivitas semua kalangan masyarakat yang
dilakukan di luar rumah. Pandemi ini berdampak kepada
segala aspek kehidupan manusia, termasuk salah satunya
adalah aspek keagamaan khususnya umat Islam.
Penerapan protokol kesehatan berupa menjaga jarak
(sosial distancing) tetap berlaku di tempat-tempat ibadah
termasuk Masjid. Pemerintah terpaksa memberikan
anjuran meniadakan kegiatan di Masjid untuk sementara

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Vol 2. No. 1, 2020, hal.


187-188.
waktu. Kementerian Agama memiliki kewenangan dalam
menghadapi pandemi covid 19 dengan berbagai
kebijakan yang ditetapkan, tujuan utamanya adalah
bersumber pada moderasi beragama. Salah satunya,
edaran Menteri Agama Nomor; SE 1 tahun 2020 tentang
pelaksanaan protokol kesehatan pada Rumah Ibadah.
Masjid Agung Al-Amjad merupakan masjid besar di
tingkat Kabupaten atau Kota. Masjid yang beralamat di
Kecamatan Tigaraksa dekat dengan pusat pemerintahan
Kabupaten Tangerang ini membatasi kegiatan keagamaan
selama pandemi covid 19, Ibadah baik sholat berjama’ah
dan sholat jum’at ditiadakan. Proses belajar mengajar dan
ibadah semua di lakukan di rumah. Fakta ini
memunculkan perdebatan baru di tengah masyarakat
terkhusus pada sebagian umat Islam itu sendiri.
Menurut pengakuan warga sekitar, Pada Hari Raya
Idul Fitri 1442 H kemarin. Masjid Agung Al-Amjad tidak
menggelar shalat Id berjamaah seperti biasanya, warga
tetap boleh melaksanakan shalat Id di lingkungan
masing-masing seperti di Masjid atau Mushala di tingkat
RT dan RW. Hal ini merupakan keputusan dari Dewan
Kesejahteraan Masjid Agung Al-Amjad, sesuai dengan
anjuran dari Pemda Kabupaten Tangerang dan MUI
pusat.
“Di tahun sebelum pandemi Kami biasa ikut
berjama’ah shalat Id di Masjid Al-Amjad, Masjid ini jadi
masjid favorit warga kabupaten Tangerang, kami
biasanya berbondong-bondong datang lebih awal untuk
mendapat shaf karena selalu dipenuhi jamaah saat shalat
Ide”. Ujar warga, pada (5/08)13
Sebagian masyarakat Kecamatan Tigaraksa
memahami bahwa penutupan Masjid Agung Al-Amjad
dalam kegiatan ibadah berjama’ah di masa pandemi
covid-19 adalah sesuatu yang sewajarnya, namun
sebagian yang lain mengabaikan akibat dari virus corona
dengan menyayangkan apabila tempat ibadah tersebut
ditutup. Oleh karena itu, hal ini perlu dikomunikasikan
dengan baik, mengingat situasi pandemi semacam ini di
luar nalar dan jangkauan masyarakat.
Mengenai hal ini, penulis memperkirakan moderasi
beragama menjadi suatu metode yang dapat diterapkan
dengan maksimal di tengah masyarakat Kecamatan
Tigaraksa. Masyarakat harus mampu bersikap moderat
dalam menjalani kehidupan keberagamaan, memahami
betul tentang agama Islam itu sendiri, serta percaya diri
terhadap ajaran Islam yang mengajarkan keadilan dan
berimbang yang menunjukkan pada kebenaran.
3. Sikap Moderat di masa pandemi
Dalam menghadapi situasi pandemi seperti saat ini,
setiap orang dapat menyikapi pandemi dengan caranya
masing-masing. Dan ada juga yang menjadi cemas, yang
menjadi khawatir, cuek dan banyak pula yang patuh.
Secara tidak langsung covid 19 ini menuntun kita untuk
menambah pengetahuan kita terutama tentang cara
13
Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Nur Antika Tigaraksa) Pada rabu, 5 Agustus 2021
bertahan hidup di situasi pandemi. Mengundang rasa
ingin tahu kita, untuk mencari tahu apa itu pandemi dan
bagaimana sikap kita seharusnya. Memang selalu ada
hikmah dibalik setiap musibah.
Sebagai warga negara yang mempercayai
Ketuhanan Yang Maha Esa, kita menganut agama pilihan
yang kita yakini. Meskipun berbeda keyakinan kita tetap
harus saling menghargai. Umat Islam kita harus bersikap
moderat dalam kehidupan sosial bermasyarakat termasuk
di saat pandemi ini.
K. H. Encep menjelaskan ”memang sangat tepat
ketika bahasa moderasi agama sekarang terus diangkat
dan terus di dakwahkan. Bahwa agama islam itu benar-
benar sangat moderat, tidak merasa mentang-mentang
kata Allah agama yang sudah benar itu adalah agama
islam, lantas sangat tidak menghargai pada agama
lain”. Ujar beliau pada (05/08)14
Khaled Abou El Fadl menjelaskan lebih lengkap
tentang moderat merupakan sikap yang yakin bahwa
Tuhan menganugerahi manusia dan kemampuannya
untuk membedakan perkara yang benar dan salah.
Sehingga memiliki kebebasan ruang dalam menentukan
pilihan terbaik, dalam arti masih dalam koridor moral
yang diterapkan di masyarakat umum.

14
Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Nur Antika Tigaraksa) Pada rabu, 5 Agustus 2021
Adapun sikap moderat yang harus kita tanamkan di
masa pandemi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bersabar menghadapi ujian
Prof. Mukri mengatakan sabar merupakan
manifestasi keyakinan teologis (akidah) yang
diimplementasikan dalam sikap (akhlak)
menghadapi praksis kehidupan sehari-hari”
terangnya.
2. Mengikuti anjuran pemerintah, pakar dan pihak yang
berwenang dalam penanganan Covid-19
3. Mengutamakan keselamatan
4. Tolong menolong dalam mengatasi dampak Covid
1915
C. Memahami Komunikasi Islam
1. Pengertian Komunikasi Islam
Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu
kata depan yang berarti dengan, bersama dengan dan
unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua
kata itu terbentuk kata benda communio yang dalam
bahasa inggris menjadi communion dan berarti
kebersamaan, persatuan, gabungan pergaulan,
16
hubungan. Yakni sama halnya dalam berkomunikasi

15
Webinar Beragama Pada Covid 19 pada Kamis 14 Mei 2020
https://www.radenintan.ac.id/sikap-moderat-beragama-di-tengah-
pandemi/, diakses pada hari Senin, tanggal 6 Juli 2020
16
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi
Interpersonal, Jakarta : Penerbit Kanisius) hal 10
berarti seseorang sedang membangun kebersamaan
dengan orang lain.
Berkomunikasi berarti manusia berusaha untuk
mencapai kesamaan makna dan manusia mencoba untuk
berbagi informasi, gagasan, atau sikap dengan partisipan
lainnya. Apabila tidak terjadi kesamaan makna antara
komunikator dan komunikan yaitu komunikan tidak
mengerti dengan pesan yang diterimanya maka
komunikasi tidak terjadi atau tidak komunikatif. 17
Komunikator sebagai orang atau kelompok yang
menyampaikan pesan dan komunikan sebagai penerima
pesan dalam komunikasi.
Pengertian komunikasi Islam yaitu berarti mengajak
manusia atau memindahkan sekaligus dari pemikiran-
pemikiran dan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah
Swt kepada perbuatan-perbuatan yang dirihai Allah
Swt.18 Selain itu komunikasi Islam juga bermakna
komunikasi yang berupaya untuk membangun hubungan
dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta sesama
manusia untuk menghadirkan sebuah kedamaian,
keramahan, dan keselamatan untuk diri dan lingkungan
dengan cara tunduk kepada perintah Allah Swt dan
Rasul-Nya. Jadi, semua tindakan dalam komunikasi yang

17
Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), 30.
18
Fakhri, Syukri Syamaun, dan Yusri Daud, Komunikasi Islam,
(Yogyakarta: Ak Group bekerja sama dengan Ar-Raniry Press,
Darussalam Banda Aceh, 2006), 3.
membuat hati seseorang menjadi rusak atau hati orang
menjadi sakit atau luka, maka hal tersebut bertentangan
dengan roh komunikasi dalam Islam.19

2. Etika komunikasi dalam Islam

Media yang digunakan dalam mensosialisasikan


moderasi beragama adalah dengan membangun
komunikasi yang baik. Dan komunikasi yang baik
haruslah memenuhi kriteria dan sesuai dengan etika. Jika
dalam berkomunikasi tidak menggunakan etika maka
komunikasi itu menjadi tidak etis. Etika itu menjadi
landasan dalam berkomunikasi, etika memberikan
landasan moral dalam membangun sopan santun terhadap
semua orang.
Dalam perspektif Islam, komunikasi ialah bagian
yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia sebab
segala gerak langkah kita senantiasa diiringi dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud merupakan
komunikasi yang islami, yaitu komunikasi ber-akhlakul
karimaha atau beretika. Yakni komunikasi yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis.
Dari segi bahasa, etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang memiliki arti watak kesusilaan atau adat.20

19
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, Cet 1 (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015), 14.
20
Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. hal 13
Sedangkan menurut KBBI “etika” memiliki arti ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak)21. Etika merupakan
kumpulan asas atau nilai yang berhubungan dengan
akhlak, nilai mengenai benar dan salahnya sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu golongan di
masyarakat.
Dapat dipahami etika adalah ilmu yang mempelajari
tentang kebaikan dan keburukan dalam kehidupan
manusia, terutama yang berhubungan dengan tingkah
laku manusia, yang merupakan hasil pertimbangan dari
pikiran dan perasaan manusia, sehingga dapat mencapai
tujuannya dalam bentuk perbuatan.
Jadi yang dimaksud dengan etika adalah Ilmu yang
mempelajari perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia yang dapat dipahami oleh pikiran manusia, atau
disebut juga dengan perilaku, adat kebiasaan manusia
dalam komunikasi dengan sesama untuk menunjukkan
mana yang baik dan mana yang buruk.
Komunikasi Islam adalah proses penyampaian
pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-
prinsip komunikasi dalam Islam. Maka komunikasi Islam
mengutamakan unsur pesan-pesan keislaman, yaitu
risalah atau nilai-nilai Islam, dan bagaimana cara dalam
menyampaikannya, hal dengan begitu gaya bicara dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka), Tim
21

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). hal 237


penggunaan bahasa sangat diperhatikan. Pesan-pesan
keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam
meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan
keislaman yang disampaikan tersebut disebut sebagai
dakwah.22 Dakwah adalah pekerjaan atau perbuatan
berupa ucapan untuk menyampaikan pesan nilai-nilai
Islam kepada umat manusia, yang tujuannya agar dapat
mempengaruhi manusia mengikuti jalan kebaikan.
D. Cara Membangun Komunikasi dalam moderasi
beragama
Mahasiswa adalah generasi muda yang berproses di
perguruan tinggi. Mengenai hal ini, maka menjadi
landasan dasar bahwa kampus berperan dalam pemberian
hikmah bagi masyarakat, khususnya mengenai moderasi
beragama. Kampus wajib membekali mahasiswanya
dengan pengamalan karakter mulia dan sikap anti
radikalisme. Pengamalan karakter mulia seperti
penerapan sikap moderat, selalu menciptakan perdamaian
dan menjaga persatuan.
Mahasiswa sebagai duta moderasi harus bisa
membawa perubahan di masyarakat (agen of change).
Tugas utama seorang mahasiswa adalah menciptakan
perdamaian dan mensosialisasikan pentingnya sikap
moderat di masyarakat umum, baik melalui media online
22
Muslimah, Etika komunikasi dalam Persfektif Islam, Jurnal STAI
An-Nadwah Kuala Tunggal, Vol. 13 hal. 116
maupun offline. Langkah ini sebagai upaya yang
dilakukan terus-menerus dalam membangun moderasi
beragama untuk memperkecil dampak radikalisme di
masyarakat. Dalam hal ini, mahasiswa memerlukan
media yang tepat yaitu dengan cara membangun
komunikasi yang baik dalam moderasi beragama antara
lain :
1) Meyakini Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan yang Maha esa sesuai dengan sila ke-
satu pada Pancasila, mewajibkan setiap bangsa
Indonesia memiliki keyakinan pada Tuhan Yang
Maha Esa. Setiap agama pasti mengajarkan pada
kebaikan, akan tetapi ajaran dan keyakinan tentang
ketuhanan pada masing-masing agama berbeda-
beda.. Ajaran tentang keTauhidan di junjung tinggi
di Indonesia. Ajaran Islam meyakini bahwa Tiada
Tuhan selain Allah.
2) Memahami ajaran agama dengan baik
K.H Encep Subandi dalam menanggapi sejauh
mana cara untuk memberikan semangat dalam
menanamkan sikap moderat baik ke anak sekolah
atau masyarakat. Yaitu dengan, pertama dikenalkan
dengan agama yang baik, kedua yaitu mengenal
agama sendiri dengan baik. Jika agama sudah
mengenal agamanya dengan baik pasti seseorang
akan memahami agama itu baik, artinya tidak
mengajarkan kekerasan.
3) Menghargai antar umat beragama
Indonesia dengan keanekaragaman bangsa
dalam menganut agama, terdapat agama yang diakui
yaitu Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan
Konghucu.
Sebagai makluk sosial kita hidup saling
berdampingan, tidak menutup kemungkinan dalam
satu lingkungan terdapat perbedaan agama yang di
anut. Di Indonesia mayoritas adalah penganut agama
Islam, dan sebagian bangsa menganut agama yang
lain. Sebagian minoritas tidak boleh mengganggu
mayoritas dan mayoritas harus menghargai
minoritas, begitu pun sebaliknya.
K.H. Encep Subandi dalam pertemuan dengan
mahasiswa Kukerta 2021 kelompok 06 menegaskan
“Perbedaan agama itu bukan untuk bermusuhan,
tetapi beda agama untuk saling menghargai. Tetapi
kita pun punya syarat pada kaum minoritas asal tidak
mengganggu mayoritas. Selama yang mayoritas
tidak terganggu insya allah yang minoritas itu akan
dinamis dan tidak terjadi ketersinggungan tentang
keyakinan”, ujar beliau.
4) Memperhatikan etika bahasa
Komunikasi yang baik merupakan komunikasi
yang memenuhi etika bahasa. Dan bahasa yang baik
adalah bahasa yang enak di dengar dan tidak melukai
hati pendengarnya. Bahasa yang baik dapat
menyampaikan pesan yang ingin di tuju kepada
pendengar. Bahasa yang baik tidak bertentangan
dengan ajaran agama dan sesuai dengan akhlak.
Prinsip gaya bicara dalam etika komunikasi Islam
diantaranya yaitu :
1. Perkataan yang benar
2. Perkataan yang tepat sasaran
3. Perkataan yang ringan
4. Perkataan yang lemah lembut
5. Perkataan yang mulia
6. Perkataan yang baik.23

5) Memahami moderasi beragama dengan baik


Cara yang dilakukan oleh seorang individu atau
pendakwah dalam memahami dan memberikan
pemahaman tentang moderasi beragama di
lingkungan masyarakat adalah dengan :
1. Saling menghargai perbedaan
2. Menumbuhkan Toleransi
3. Tidak memaksa/lentur
4. Menjunjung tinggi persatuan
5. Anti kekerasan
6) Menentukan strategi komunikasi yang tepat
Dalam membangun komunikasi, seseorang
sedang melakukan proses penyampaian pikiran atau
perasaannya kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya. Untuk mencapai
tujuan komunikasi yang diinginkan seorang

23
Muslimah, Etika komunikasi dalam Persfektif Islam, Jurnal STAI
An-Nadwah Kuala Tunggal, Vol. 13 ha. 118-121
komunikan perlu menetapkan strategi yang tepat
sasaran, agar terbangun komunikasi dalam moderasi
beragama yang baik. Berikut langkah-langkah yang
dapat dilakukan :
1. Pendalaman nilai-nilai agama dengan
menyeluruh
2. Pemberdayaan masyarakat dengan
mengembangkan potensi yang ada
3. Menjaga kerukunan dan mematuhi norma yang
berlaku
4. Memperkuat akhlak mulia terhadap sesama di
lingkungan
5. Menciptakan kebersamaan yang harmonis dan
dinamis
6. Melestarikan kebudayaan yang ada dan
menghormatinya
7. Mengembangkan wawasan bahwa Indonesia
kaya akan keanekaragaman
7) Menanamkan sikap moderat
Umat beragama khususnya agama Islam dalam
mempraktikkan moderasi beragama, harus
menumbuhkan sikap moderat antara lain :
1. Memahami kenyataan yang terjadi di
lingkungan bermasyarakat
2. Memahami ilmu fiqih, yang diprioritaskan
dalam situasi tertentu
3. Memberikan kemudahan pada orang lain dalam
beragama
4. Memahami teks keagamaan yang berkaitan
secara keseluruhan
5. Bersikap Toleransi terhadap perbedaan
pandangan dan kebiasaan
6. Memahami proses dalam penciptaan suatu
hukum atau aturan
8) Amalkan komunikasi yang baik dalam moderasi
beragama
Setelah langkah-langkah di atas telah dilaksanakan
dengan baik, selanjutnya adalah proses pembiasaan
secara terus menerus dan tetap menjaga sikap yang
sudah tertanam dengan hati-hati. Jadi tidak hanya
mengetahui, tetapi juga mengamalkan pada diri sendiri
dan mengimplementasikan dalam keseharian. Sehingga
tercipta suatu kebiasaan komunikasi yang baik dalam
moderasi beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa


(n.d). Moderasi (def.1) Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 16
Agustus 2021, melalui https://kbbi.web.id/.
Bushori, Ahmad Dumyathi, Konsep Moderat Yusuf
Qardhawi : Tolak Ukur Moderasi dan
Pemahaman Terhadap Nash, Jurnal Penelitian
dan Kajian Keagamaan. 36 (01): 08-13. .
Dahlan, Pius A. P, M, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya
: Arkola, 1994.
Echols, John M. & Hasan Shadily, Kamus Inggris-
Indonesia, Jakarta: PT. Oramedia pustaka
utama,2009.
Efendi, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.
Hardjana, Agus M, Komunikasi Intrapersonal dan
Komunikasi Interpersonal, Jakarta : Penerbit
Kanisius, 2003.
Hefni, Harjani, Komunikasi Islam, Cet 1, Jakarta:
Prenada Media Group, 2015.
Kamali, Mohamad Hasyim, The Middle Of Path
Moderation in Islam, Oxford University Press,
2015
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama Jakarta:
Badan Litbang dan Diklat kementerian Agama
RI, 2019.
Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim
Puritan, Jakarta: Serambi, 2006.
Muslimah, Etika komunikasi dalam Persfektif Islam,
Jurnal STAI An-Nadwah Kuala Tunggal, 13(2):
12-16.
Narasumber: K.H. Encep Subandi (Pimpinan Pondok
Pesantren Nur Antika) Pada rabu, 5 Agustus 2021
Nur, Muhamad, Problem Terminologi Moderat dan
Puritan dalam Pemikiran Khaled Abou El Fadl,
Jurnal Studi Agama dan Pemikiran, 11(1): 03-13.
Shofan, Moh, Pluralisme Menyelamatkan Agama-
agama, Yogyakarta: Samudra Biru, 2011.
Syamaun, Fakhri, Syukri, dan Yusri Daud, Komunikasi
Islam, Yogyakarta: Ak Group bekerja sama
dengan Ar-Raniry Press, Darussalam Banda
Aceh, 2006.
Webinar Beragama Pada Covid 19 pada Kamis 14 Mei
2020, 60https://jalandamai.org/generasi-millenial-
paham-radikaldan-duta-moderasi.html, diakses
pada hari Senin, tanggal 6 Juli 2020
Yuliana, Corona Virus Disease (Covid 19) sebuah
tinjauan Literatur. Jurnal
WELLNESANDHEALTHYMAGAZINEIness,
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2 (1):
2020.
Zubair, Achmad Charris, Kuliah Etika, Jakarta: Raja
Grafindo Persada,

Anda mungkin juga menyukai